31 Desember 2016

Terus Maju!

Terus Maju!

”Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” 
Ibrani 12:2, 
Saat ini kita memasuki tahun baru yaitu tahun 2017, dan tentunya akan menghadapi tantangan yang baru pula. Kalau kita melihat keadaan dunia tidak semakin ramah, seperti yang kita saksikan melalui berbagai media; baik media cetak maupun media elektronik. Namun semuanya itu tidak akan menyurutkan semangat bagi orang-orang bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, sebab firmanNya berkata : Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yesaya 40:30-31). Memang, untuk dapat menjalani hidup ini tidak mudah, karena dibutuhkan perjuangan dan keberanian untuk hidup dalam kebenaran Allah; itulah harga yang harus kita bayar sebagai anak-anak Allah. 
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam dunia banyak onak dan duri, maksudnya bukan hanya penderitaan saja melainkan juga kesenangan duniawi yang berusaha menyeret kita untuk jauh dari hadirat Tuhan. Bukan berarti kita tidak boleh hidup bahagia dalam dunia ini, tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang menjadi sumber kebahagiaan kita ? apabila yang menjadi sumber kebahagiaan adalah dunia ini maka kita tidak akan sanggup hidup menurut standart Allah.
Tantangan boleh datang atau menghadang kita, namun biarlah kita terus maju dengan mata yang tertuju pada Kristus, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:2, ”Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Dengan demikian kita akan disebut sebagai umat lebih dari pemenang, selama kita mau berjuang sampai mencapai kesempurnaan. Oleh sebab itu, di tahun yang baru ini kita terus maju dan jangan menoleh kebelakang, sebab kemenangan dan keberhasilan sedang menanti kita, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

28 Desember 2016

Sama Berharga Di Mata Tuhan

Sama Berharga Di Mata Tuhan

Sebab Tuhan menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas" (Yesaya 49:13)
Saudara yang kekasih, ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang dikucilkan. Seorang yang miskin dikucilkan dari teman-temannya yang kaya. Seorang yang bodoh, dikucilkan dari teman-temannya yang pintar. Seorang yang cacat, dikucilkan dari teman-temannya yang bertubuh normal. Apapun alasannya, pengucilan ini menorehkan luka yang cukup dalam pada setiap hati. Dan tidak dapat disangkal bahwa dunia menciptakan klasifikasi manusia. Sehingga muncullah istilah-istilah "the haves" (si kaya) dan "the haves-not" (si miskin), "kalangan atas" dan "kalangan bawah", si jenius dan si bodoh, dsb. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan-perbedaan itu nyata. Perbedaan-perbedaan yang terjadi ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai suatu keseimbangan yang saling melengkapi, tetapi justru dianggap sebagai penghambat bagi sebagian orang.
Dan celakanya, praktek klasifikasi ini terjadi pada lingkungan sebagian gereja Tuhan. Yakobus pernah mengecam orang Kristen pada zaman itu karena membuat pembedaan-pembedaan - si kaya lebih dihormati daripada si miskin (Yakobus 2:1-4). Dan perlu diketahui bahwa di dalam gereja tidak ada klasifikasi status, sosial, kedudukan, ras, atau apa saja, sebab semuanya sudah disatukan di dalam Tuhan dan kita semua sama dimata Tuhan. 
Mungkin saat ini kita sedang dikucilkan ? Apakah teman-teman memusuhi kita ? Apakah keluarga kita juga sudah membuang kita ? Kalau kita sudah bertindak benar, tetapi tetap dikucilkan karena adanya sedikit perbedaan, maka janganlah engkau takut dan kecil hati, "Sebab Tuhan menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas" (Yesaya 49:13). Bahkan digambarkan "Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Tuhan akan menghibur kamu…." (Yesaya 66:13). Penghiburan dari Tuhan tidak seperti penghiburan yang diberikan oleh dunia. Penghiburan dari dunia hanya sesaat, tetapi penghiburan dari Tuhan memberikan kekuatan supaya kita dapat menanggung segala sesuatu yang sedang kita hadapi. Ketika kita di dalam hadiratNya, maka kasih Allah yang melingkupi kita terasa begitu damai, indah, tenteram, dan nyaman. Oleh sebab itu, berbahagialah setiap kita yang berada di dalam Tuhan sebab kita berharga di mata Tuhan, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

19 Desember 2016

Dahsyatnya Allah Kita

Dahsyatnya Allah Kita

"Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yesaya 55:9). 
Siapakah yang dapat memahami hakekat Allah ? Tak ada satu makhlukpun yang dapat mengerti Allah dengan sempurna. Seperti firman Tuhan katakan: "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yesaya 55:9). Pernahkah terlintas dalam pikiran kita bagaimana alam semesta ini diciptakan ? Pernahkah berpikir bagaimana caranya matahari setiap pagi bersinar menerangi bumi ? Atau apakah yang menopang dan menggerakkan bumi sehingga dengan teratur ia berputar mengitari matahari tanpa berbenturan dengan planet yang lain ? Kita dapat menyaksikan hukum alam yang begitu sempurna dan serasi. Untuk dapat memahami karya Allah tentang alam ini saja telah dibutuhkan waktu ratusan tahun sehingga terwujudnya sebuah teori, itupun belum sempurna, apalagi memahami pribadi Allah yang melebihi hasil karyaNya, tentunya hal itu lebih mustahil. Namun oleh karena kasihNya yang besar Ia menyatakan diriNya melalui kebenaran firman Allah.
Sang Pencipta berbicara melalui rasul Paulus: "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih" (Roma 1:20). Alam berbicara tentang kekuatan Allah. Hanya orang bodoh saja yang mengatakan bahwa alam terjadi secara kebetulan, sehingga mereka tidak mengakui adanya sang khalik. 
Padahal obrolan-obrolan anak kecil di sekitar kita menjelaskan bagaimana mereka mengakui adanya suatu kekuatan besar yang ada di jagad ini. Dengan kepolosan dan keluguan mereka mencerminkan pengakuan mereka akan adanya Pribadi yang sangat dahsyat. Tidak semua perkara-perkara Ilahi dapat kita mengerti. Firman Tuhan berkata: "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya" (Roma 11:33). Walaupun demikian, Allah rindu memberitahukan perkara-perkara yang Ia dapat beritahukan. Oleh sebab itu perlu dicamkan bahwaDia adalah Allah Yang Sempurna, Allah Yang Mahakuasa dan Allah yang dahsyat !. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

11 Desember 2016

Jadilah Terang !

Jadilah Terang !

"….Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12).
Apabila kita membaca dalam Perjanjian Baru, telah ditegaskan bahwa "….Allah adalah terang…" (1 Yohanes 1:5). Dan Yesus juga berkata:  "….Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12). Dengan demikian, ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus maka Ia melepaskan kita dari kegelapan ke dalam terangNya yang ajaib, seperti yang tertulis dalam Kolose 1:13 : "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih". 
Saudara, bukankah hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa ? Kita telah berpindah dari kerajaan kegelapan dengan iblis sebagai bapa kita, kini kita telah masuk kedalam lingkungan Kerajaan Allah, kerajaan terang, dimana Allah menjadi Bapa kita. Karena itulah kita disebut anak-anak terang (Efesus 5:8).
Sebagai anak-anak terang, ada tanggung jawab yang harus kita kerjakan. Kita harus menjadi terang bagi dunia ini (Matius 5:14-16). Tapi ada beberapa hal yang membuat terang kita menjadi redup:
Pertama, bila kita tidak menghasilkan buah-buah pertobatan - tidak ada perbuatan baik yang dapat kita tunjukkan kepada dunia (Matius 5:16). Menjadi terang berarti menjadi berkat bagi orang lain. Terang ini akan membawa dampak positif bagi dunia. 
Kedua, bila rohani kita tertidur alias loyo. Dalam keadaan demikian, Tuhan memerintahkan kita untuk bangun dari tidur, supaya terang-Nya bercahaya (Efesus 5:14). Jangan anggap kelemahan rohani sebagai hal yang wajar, sebab akan mempengaruhi terang redup kita.
Ketiga, bila kita membenci saudara kita. Firman ini sangat jelas: "….barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan…." (1 Yohanes 2:11). Masalah akar kepahitan masih banyak menghinggapi orang Kristen. Pergumulkan hal ini, dan Roh Kudus pasti memberikan kemampuan kepada kita untuk dapat mengampuni orang-orang yang telah menyakiti kita. 
Terang adalah atribut orang benar, oleh sebab itu pertanggungjawabkan hidup kita sesuai dengan atribut itu ! Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

9 Desember 2016

Koreksi Diri

Koreksi Diri

Ayat Bacaan :
2 Tawarikh 21:2-20 
Ulangan 28:1-46
Kalau kita membaca kisah raja Yoram dalam 2 Tawarikh 21:2-20, maka kita akan mendapatkan hikmah dari peristiwa yang dia alami. Dimana awal petaka yang dialami raja Yoram adalah ketika ia mengambil Atalya, anak Ahab, raja Israel yang jatuh ke dalam penyembahan berhala. Isterinya ini pula yang punya andil besar dalam setiap aspek kehidupan raja Yoram. Karakternya yang buruk sudah mulai nampak ketika ia membunuh 6 saudara kandungnya sendiri dengan kejam. Tidak hanya itu saja - ia beserta dengan rakyat Yehuda yang dibujuknya - jatuh ke dalam penyembahan berhala, sehingga Allah murka! Ia menulahi Yoram beserta dengan rakyat dan keluarganya. Lebih parah lagi, Yoram mengidap penyakit yang dahsyat, suatu penyakit usus, yang bila mencapai puncaknya akan terburai keluar. Raja Yoram tidak menyadari bahwa petaka yang dialami diakibatkan oleh perbuatannya sendiri. Dan tentunya hal ini menimbulkan pertanyaan, “mengapa semuanya ini terjadi ?”
Saudara, bukankah banyak orang Kristen mengajukan pertanyaan sama bila mereka menjumpai Allah sedang menjalankan keadilan-Nya. Mengapa Allah yang penuh kasih, bertindak dengan "kejam" kepada manusia?
Untuk mengerti duduk persoalannya, kita harus kembali kepada asal mula perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Dalam kitab Ulangan 28:1-46, Allah memberikan pilihan kepada bangsa Israel untuk memilih berkat atau kutuk, lengkap dengan segala  akibat-akibatnya. Dan salah satu akibat dari ketidaktaatan adalah sakit-penyakit!  Jadi dengan berbuat dosa, maka kutuk itu akan menghampirinya. Karena itulah, akibat dosa yang diperbuat Yoram, ia harus mendapat kutuk yaitu penyakit usus itu. Memang, tidak semua persoalan atau pergumulan maupun sakit penyakit diakibatkan oleh dosa, tetapi kita harus koreksi diri. Karena setiap manusia punya keterbatasan untuk dapat memahami dirinya sendiri, oleh karena itu kita perlu mengandalkan pimpinan Roh Kudus supaya dari segala peristiwa yang ada kita dapat menyikapi dengan bijaksana. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

5 Desember 2016

Aman Bersama Tuhan

Aman Bersama Tuhan

“…..selain dari pada Engkau, tidak ada yang dapat menolong yang lemah terhadap yang kuat…….” (2 Tawarikh 14:11)
Akhir-akhir ini telah marak diberitakan melalui berbagai media masa mengenai siatusi atau keadaan khususnya di negeri ini yang penuh dengan berbagai gejolak. Akhirnya semua orang merasa tidak aman, dipenuhi rasa kuatir dan cemas, tidak hanya di pasar atau tempat ramai, di rumah pun orang tetap kuatir. Kenyataan ini juga yang dihadapi oleh seorang raja Yehuda, Asa. Saat negerinya sedang menghadapi peperangan, ketakutan dan kegelisahan mencekam dirinya. Bagaimana tidak, jika negerinya yang kecil dan jumlah pasukan yang terbatas serta perlengkapan yang sangat minim, mereka harus menghadapi pasukan musuh yang sangat banyak dan persenjataan yang canggih. Meskipun peperangan belum dimulai, namun secara teoritis, mereka pasti menderita kekalahan yang berarti negeri mereka akan dikuasai. Mereka harus siap menghadapi kenyataan untuk kalah dalam peperangan dan diperbudak oleh bangsa lain. Perasaan tidak aman pun menguasai seluruh negeri, seluruh rakyat mencoba melarikan diri, ketidakpercayaan terhadap pemerintah semakin besar, terlebih lagi keamanan nasional sedang di ujung tanduk.
Yang sangat mengagetkan adalah keputusan dan tindakan raja Asa dalam mencari jalan keluarnya. Raja Asa tidak berusaha menghubungi negara lain untuk mencari bantuan, baik berupa dukungan moril maupun persenjataan. Dia juga tidak mencoba bertahan dengan kekuatannya sendiri, atau melalui “orang-orang pintar” melainkan dia mencari Tuhan. Dia berseru kepada Tuhan, mengajukan perkaranya dihadapan Tuhan dan menaruh seluruh pengharapannya kepada Tuhan. Dan dengan iman ia berkata: “…..selain dari pada Engkau, tidak ada yang dapat menolong yang lemah terhadap yang kuat…….” (2 Tawarikh 14:11). Dengan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, Raja Asa merasa aman, lalu ia pun maju berperang dan memperoleh kemenangan.
Keamanan yang sejati hanya ada di dalam Allah. Allah yang maha kuasa sanggup melindungi dan memberikan keamanan kepada umatNya. Tetapi itu hanya bisa terjadi jika mereka mencari Tuhan. Sebab hanya Allah saja yang dapat menjamin keamanan yang teguh. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

22 November 2016

Hidupmu Pasti Dipulihkan

Hidupmu Pasti Dipulihkan
 "….Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Korintus 2:9). 
Setiap orang tentunya mempunyai cita-cita atau harapan untuk masa depan, karena hal itu merupakan bagian dari kehidupan manusia. Orang-orang sukses di muka bumi diawali dengan cita-cita yang terpendam di dalam hatinya. Mereka mau melakukan apa saja untuk menggapai cita-citanya. Tapi apa yang terjadi ketika semua rencana dan cita-cita putus ditengah jalan ? apa yang akan kita lakukan selanjutnya, sedangkan kita tidak melihat ada tanda jalan keluar ? Jangan kuatir, sebab Tuhan sedang melakukan sesuatu yang lebih dahsyat dari cita-cita kita sebelumnya. Ia sanggup mengubah kegagalan kita menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya. 
Firman Tuhan berkata: "….Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Korintus 2:9). Kita tidak perlu mereka-reka bagaimana cara Allah akan bekerja, sebab justru apa yang Ia kerjakan itu diluar perkiraan kita sebelumnya. Allah sanggup mengubah seratus delapan puluh derajat kegagalan kita menjadi berkat, tapi dengan syarat : Bagi yang mengasihi Dia !  
Petrus adalah contoh orang yang pernah gagal total. Dari seorang yang berani berjalan di atas air, berani memotong telinga seorang hamba imam besar, bahkan ia satu-satunya murid yang pertama kali berani mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, tiba-tiba berubah menjadi pengecut. Tiga kali ia menyangkali Tuhan. Suatu kegagalan total dalam kehidupannya, tapi oleh kasih karunia Allah maka Petrus mengalami pemulihan secara luar biasa.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Semuanya mudah, meskipun sepertinya tidak ada harapan lagi atau tidak ada masa depan lagi. Tuhan sanggup menciptakan masa depan yang baru bagi anak-anak-Nya. Jangan putus asa sebab masa depanmu sungguh ada dan harapanmu tidak hilang (Amsal 23:18). Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Hidup Dalam Kasih

Hidup Dalam Kasih

 "….ampunilah kami akan kesalahan kami, SEPERTI kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami…." (Mat. 6:12)
Sebagai orang percaya, kita dituntut untuk mempunyai 3 dasar tindakan sebagai ekspresi percaya kita kepada Tuhan: Iman, pengharapan, dan kasih. Tetapi dari ketiganya ini, kasih adalah yang terbesar. Mengapa demikian? Sebab saat kita berada di sorga nanti, iman tidak diperlukan lagi, demikian juga dengan pengharapan. Di sana yang ada adalah kasih. Sebab kasih adalah "bagian esensi dari sifat-Nya", karena itulah Allah "identik" dengan kasih. Lebih jelas lagi dikatakan bahwa Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8, 16).   
Kasih inilah yang menjadi motivasi Allah meyelamatkan manusia: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal….." (Yohanes 3:16). Kasih Allah mampu mengalahkan segala dosa dan maut.
Kita sering diajar tentang kasih baik melalui khotbah di gereja, kaset, maupun buku. Tetapi mengapa sepertinya kasih ini sulit dilakukan oleh banyak orang Kristen? Mengapa lebih mudah menyanyikan lagu "Aku mengasihi Kau, Tuhan" atau "Kukasihi kau dengan kasih Tuhan" daripada melakukannya? Padahal Tuhan menuntut tindakan dan bukan perkataan saja!
Dalam hal ini tentunya kita pernah ditanya : Apakah Anda mengasihi Tuhan ? Dengan mantap kita menjawab: Ya! Firman Tuhan berkata: "Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah", dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya" (1 Yohanes 4:20). Mengasihi Allah dan mengasihi sesama tidak dapat diabaikan. Memisahkan keduanya hanya akan menghasilkan kebohongan belaka. 
Bila kita tidak belajar saling mengasihi selama di bumi, kita belum dianggap layak mengatakan, ”aku mengasihi Tuhan”. Tuhan ingin bukti yang konkrit melalui kehidupan kita, karena kita adalah garam dan terang dunia. Dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita, amin.
Tuhan Yesus juga berkata: "Barangsiapa MEMEGANG perintah-Ku dan MELAKUKANNYA, dialah yang mengasihi Aku…." (Yoh. 14:21). Mengasihi musuh kita adalah perintah-Nya (Mat. 5:44). Mengasihi orang yang berbuat baik kepada kita itu biasa. Tetapi mengasihi orang yang telah menyakiti hati kita itu adalah pekerjaan Roh Kudus yang tinggal di dalam kita. Karena Dialah, maka kita mampu mengasihi musuh kita.
Doa "Bapa kami" adalah contoh yang jelas mengenai perintah Tuhan ini. Perkataan "….ampunilah kami akan kesalahan kami, SEPERTI kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami…." (Mat. 6:12), mengandung pengertian betapa pentingnya kasih akan sesama itu.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

11 November 2016

Nyali Yang Besar

Nyali Yang Besar

"Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu" (Amsal 24:10).
Saudara, bukankah kita sering mendengar pernyataan : Jangan Takut! Jangan kuatir! Jangan gelisah! Dan kita dengan semangat mengaminkan pernyataan tersebut. Hal itu memang tidak salah. Tetapi untuk mewujudkan apa yang kita yakini dibutuhkan nyali yang besar. Sebab keyakinan kita tidak hanya sebatas akal kita, tetapi dibuktikan melalui tindakan nyata. Apalagi keadaan arus dunia semakin lama semakin kuat, dan memungkinkan dapat menyeret anak-anak Tuhan untuk masuk di dalam sistim dunia yang sedang berlangsung, yaitu hidup dalam kefasikan. Untuk itu kita harus mengenal Allah kita dengan benar supaya terjadi pendobrakan dalam paradigma (kerangka berpikir) kita. Selama kita terikat dalam doktrin, pengertian, dan pemikiran lama, kita tidak akan mengenal-Nya dengan sempurna; sementara semangat jaman bergulir begitu cepat.
Allah rindu anak-anak-Nya mengenal-Nya dengan semakin benar dari hari ke hari supaya keberanian dan nyali untuk menghadapi musuh kehidupan - masalah, problem, sakit penyakit, maupun setan - menjadi semakin besar. Salomo berkata: "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu" (Amsal 24:10). Orang percaya yang tawar hati pada masa kesesakan adalah orang yang tidak mengerti kedahsyatan kekuasaan Allahnya. Kemenangan kita menghadapi setiap persoalan kehidupan ditentukan juga oleh nyali kita saat berhadapan dengan masalah-masalah itu. 
Murid-murid Tuhan pernah bernyali kecil saat perahu yang ditumpangi hampir karam karena diterpa badai, seperti yang tertulis di dalam Markus 4:35-41. Meskipun Yesus beserta dengan mereka, tetap saja nyali mereka ciut karena mereka lebih melihat badai daripada melihat Tuhan Yesus. Apakah Yesus menganggap ketakutan mereka normal, karena badai itu memang dahsyat? Tidak! Yesus bahkan menghardik mereka: "Mengapa kamu tidak percaya?" (ayat 40).
Berapa kali Tuhan menghardik ketidakpercayaan kita ? Mengapa naluri daging kita yang cenderung gampang panik mendominasi hidup kita ? Di mana nyali kita menghadapi "musuh-musuh" kita ? Bukalah mata rohani kita untuk melihat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita (Ibrani 13:5). Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

2 November 2016

Tetap Berpegang Pada Perjanjian Tuhan

Tetap Berpegang Pada Perjanjian Tuhan

 "….kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar…." (Filipi 2:12)
Perjanjian adalah persetujuan antara dua orang atau kelompok yang mengikatkan diri pada isi persetujuan itu. Konsep perjanjian antara Allah dengan umat-Nya merupakan salah satu kebenaran yang harus dimengerti semua orang benar. 
Puncak dari segala perjanjian yang Allah buat dengan manusia adalah ketika Allah Bapa mengutus Anak-Nya sebagai perjanjian yang sempurna (Ibrani 7:28). Yesus adalah: "….Pengantara yang dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi" (Ibrani 8:6). Janji Allah melalui nabi Yeremia dengan mengadakan perjanjian baru dimana Allah menaruh hukum-Nya dalam batin dan menuliskan dalam hati manusia telah tergenapi oleh pengorbanan Kristus.
Tidak ada masalah bagi pihak Allah untuk menepati perjanjian-Nya. Dan perlu diketahui jika mereka yang menyangkali hukum Musa saja akan dihukum mati, apalagi mereka yang telah mendengar berita keselamatan dan tawaran perjanjian ini lalu menolaknya, maka hal itu akan dianggap sebagai penghinaan terhadap perjanjian, penajisan terhadap darah perjanjian (Ibrani 10:28, 29). Maka hukuman yang lebih hebat akan menimpa mereka.
Allah juga memberi peringatan serius terhadap setiap orang yang telah menerima perjanjian baru ini lalu mengingkarinya. Orang yang telah menerima perjanjian-Nya dan yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, namun murtad lagi, maka tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah dan menghinaNya di muka umum, maka berakhir dengan pembakaran" (Ibrani 6:4-8). Kita hidup pada zaman perjanjian baru yang melimpah dengan anugerah Allah. Belum pernah terjadi masa yang sedemikian kaya dengan rahmat dan kasih karunia Allah seperti sekarang ini. Sebab itu Paulus memperingatkan: "….kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar…." (Filipi 2:12). Kita harus mempertahankan iman kita menghadapi situasi apapun yang terjadi menimpa kita, sebab iblis mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita supaya kita mengingkari perjanjianNya. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

29 Oktober 2016

Jangan Takut!

Jangan Takut!

"……Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang…." (Kejadian 3:10)
Siapakah diantara manusia yang tidak pernah mengalami rasa takut ?. Tentunya semua orang mengalami perasaan seperti itu walaupun dalam kasus yang berbeda-beda. Dan ketakutan adalah teman manusia yang paling lama, sekaligus yang paling akrab. Sedangkan dalam bahasa Ibrani kata takut menggunakan kata yare yang pertama kali digunakan ketika Adam dan Hawa berdosa: "……Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang…." (Kejadian 3:10). Inilah cikal bakal dari ketakutan! Dosa menimbulkan ketakutan. Ketakutan ini akan terus berlanjut menghinggapi anak cucu mereka. 
Dalam perkembangan selanjutnya, ketakutan yang berlebihan dan tidak rasional dikenal dengan sebutan "phobia". Ketakutan jenis ini memang "keterlaluan" karena tidak rasional. Berapa banyak orang mengalami ketakutan yang berlebihan tanpa sebab yang jelas; bahkan sampai seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini terjadi karena orang tersebut tidak berani menghadapi kenyataan hidup. Bukankah hidup ini adalah perjuangan, oleh karena itu perjuangkanlah hidupmu sebagai laskar yang ofensif, sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
Obat untuk ketakutan tidak akan kita temukan di apotik maupun toko obat manapun. Bagi orang dunia, ketakutan diatasi dengan berbagai terapi psikologis. Terapi seperti demikian memang perlu tapi tidak menjamin keberhasilan 100%. Lebih tepat kalau dikatakan bahwa terapi hanyalah mengurangi ketakutan. Lalu apakah obat yang paling mujarab ? Obat yang mujarab adalah ketika berada di pihak Tuhan dan menjadikanNya sebagai penguasa Tunggal dalam kehidupan kita.
Ketakutan apakah yang sedang kita hadapi saat ini? Tidak cukupkah bila lebih dari 300 kali Tuhan berkata dalam Alkitab: Jangan takut!? Apakah tidak cukup janji-Nya itu? Katakan pada diri sendiri dengan suara keras: Allah beserta dengan aku dan tidak ada alasan bagiku untuk takut ! amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

20 Oktober 2016

Jalan Tuhan

Jalan Tuhan

”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Matius 7:13-14)
Berapa banyak jalan yang ditawarkan oleh dunia untuk mencapai kebahagiaan; baik hidup di dunia maupun kehidupan yang mendatang. Padahal jalan yang ditawarkan oleh dunia menuju kebinasaan, tetapi jalan yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus menuju hidup kekal bersama Dia. Mungkin timbul pertanyaan, “jalan seperti apakah yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus ?” Mari kita lihat di dalam Matius 7:13-14, ”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
Sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan. maksudnya hidup kita harus berpadanan dengan kebenaran firman Tuhan. Sebab dalam 1 Yohanes 2:6 dikatakan, “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” Karena Tuhan rindu kita hidup sesuai dengan rancangan Allah semula yaitu hidup serupa dan segambar dengan Allah. Memang hal ini mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil selama kita mau dan rela berjalan melalui pintu dan jalan yang sudah ditawarkan oleh Tuhan Yesus. Karena orang Kristen yang sejati adalah orang yang hidup seperti Kristus hidup, dan orang seperti inilah yang dikatakan telah mengalami kelahiran baru. Perbedaannya besar sekali antara orang Kristen dengan orang yang sudah lahir baru.
Orang yang sudah lahir baru pastilah orang Kristen, tetapi orang yang mengaku Kristen belum tentu telah dilahirkan kembali. Jangan heran bila gereja masih berisi orang-orang Kristen tapi tanpa Kristus, artinya mereka memang beragama tetapi tidak berTuhan. Memang, sementara kita berjalan melalui jalan yang Tuhan tawarkan dibutuhkan perjuangan maupun pengorbanan, dan tidak sedikit kita meneteskan air mata; tetapi semuanya itu diperhitungkan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, berdirilah teguh dan jangan goyah, sebab apa yang kita perjuangkan tidak akan sia-sia. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

15 Oktober 2016

Dia Adalah Bapa Kita

Dia Adalah Bapa Kita

"….anak Allah. Oleh Roh kita berseru: "Ya Abba, Ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah" (Roma 8:15,16). 
Berbicara tentang janji Allah, kita tidak bisa melepaskannya dengan janji perlindungan-Nya. Banyak orang Kristen mengaburkan janji ini. Seolah-olah janji ini hanyalah bersifat semu dan tidak nyata. Mereka hanya mengelu-elukan janji hidup kekal yang Allah berikan kepada setiap orang percaya. Padahal janji hidup kekal sama nyatanya dengan janji perlindungan-Nya. Alkitab melukiskan hubungan antara gereja dan Tuhan seperti anak dan Ayah (Bapa). Hubungan ini sangat tepat dan mewakili hubungan yang sebenarnya, karena kita telah menerima Roh yang menjadikan kita: "….anak Allah. Oleh Roh kita berseru: "Ya Abba, Ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah" (Roma 8:15,16). Konsep bahwa Allah adalah Bapa kita seringkali dikaburkan dengan perlakuan buruk beberapa ayah kita di bumi. Mereka tidak menjadi figur ayah yang baik.
Mereka tidak menjadi teladan bagi anak-anaknya. Mereka mengecewakan dan melukai hati banyak anak-anak. Akibatnya, panggilan "ayah" tidak ada kesan manis lagi. Tidak ada kemesraan lagi saat kita menyebut "ayah". Tetapi jangan kecewa, Allah telah mengangkat kita menjadi anak-Nya dan menyayangi kita lagi, melebihi kasih sayang yang dapat diberikan ayah manapun di bumi ini. Selain itu dalam Alkitab juga digambarkan bahwa Allah itu juga berfungsi sebagai ibu juga. Seperti yang tertulis dalam 66:13 : "Seperti seorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu…..". Posisi sebagai ibu melengkapi jabatan Allah sebagai Sahabat, Gembala, Kawan, Kepala Gereja, Bapa, dan sebagainya. 
Saudara, Yesus pernah menyampaikan pengajaran perihal kekuatiran (Matius 6:25-34). Dimana burung-burung di udara Allah pelihara dan bunga bakung di ladang Allah dandani dengan indah, bukankah anak-anak-Nya akan diperlakukan melebihi mereka ? Bapa sadar bahwa kita adalah anak-anak-Nya, tetapi apakah kita sadar bahwa Dia adalah Bapa kita ? oleh sebab itu tanamkan di dalam loh hati kita bahwa kita adalah anak Allah. Nikmati kasih sayang-Nya sebagai Bapa kita ! amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Membangun Bait Allah

Membangun Bait Allah

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah 1  k  dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (1 Korintus 3:16)
Saudara, kalau kita melihat kisah pembangunan Bait Allah yang kedua, hal itu berawal dari kerinduan bangsa Israel setelah hampir 70 tahun dalam masa pembuangan di Babel. Secara perlahan-lahan orang-orang buangan tersebut kembali ke Yerusalem untuk mempersiapkan pembangunan Bait Allah kedua. Dalam kitab Ezra ditulis kisah peristiwa-peristiwa yang terjadi seputar persiapan dan pembangunan Bait Allah kedua dan pemulihan rakyat Yehuda di Yerusalem. Antusias mereka untuk membangun Bait Allah tidak dapat disaingi oleh bangsa manapun di muka bumi ini. Semangat mereka yang menggebu-gebu untuk mendirikan rumah bagi Allah membawa hasil dengan diberinya kesempatan bagi mereka untuk mendirikan Bait Allah di Yerusalem. Mengapa Bait Allah begitu penting? Ada orang mengatakan bahwa Bait Allah  diibaratkan dengan "belahan jiwa" bangsa Israel. Disamping itu, orang Yahudi memiliki cara unik dalam mengkhususkan sesuatu bagi Tuhan. Mereka beranggapan, sama seperti tuan rumah yang memiliki seluruh rumah, tuan rumah berhak memilih sebuah kamar bagi dirinya. Tetapi lebih dari pada itu, Bait Allah berkaitan dengan kehadiran Allah atau dengan kata lain sebagai tempat Allah bertemu dengan umat-Nya. 
Karena itulah, mereka berduyun-duyun datang ke Yerusalem untuk mendirikan Bait Allah kedua sebab yang pertama sudah dihancurkan Nebukadnesar. Bait Allah itu akhirnya selesei dibangun pada tahun 515 SM (Ezra 6:15). Dalam Perjanjian Baru, pengertian Bait Allah bukan sekedar bangunan yang dibuat oleh tangan manusia, tetapi sebuah bangunan rohani, dimana Yesus menjadi batu penjuru. Bait Allah adalah jemaat Allah, orang-orang percaya (1 Korintus 3:16). Prinsip Bait Allah dalam Perjanjian Lama, tidak berbeda dengan Bait Allah rohani. Bila kehadiran Allah dinyatakan dalam Bait Allah, maka pada zaman sekarang, kita adalah tempat kemuliaan Allah dinyatakan. Kita adalah tempat pencurahan kasih Allah. Kita adalah tempat pencurahan anugerah Allah. Kita adalah tempat pencurahan rahmat Allah. Kita adalah Bait Allah…..kita adalah Rumah Allah….kita adalah Kediaman Allah ! Oleh sebab itu, milikilah antusias yang tinggi untuk membangun bait Allah yaitu kehidupan rohani kita. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

27 September 2016

Pertahankan Keselamatanmu !

Pertahankan Keselamatanmu !

Keselamatan yang telah kita peroleh itu telah dibayar dengan harga yang sangat mahal melalui pengorbanan Kristus. 
Mempertahankan keselamatan bukanlah usaha yang mudah. Perlu perjuangan yang  panjang, berat, dan meletihkan. Saat pencobaan datang, kita harus tabah. Saat badai menerpa, kita harus bertahan. Saat olokan menimpa, kita harus selalu mengucap syukur. Dan semuanya itu bisa terjadi walaupun kita hidup dalam kasih karunia Allah. Tetapi jangan pernah putus asa karena semuanya itu untuk melatih kita menjadi orang-orang yang tangguh dalam menjalani hidup ini. Jangan berusaha lari dari semuanya itu seperti yang dikisahkan dalam perumpamaan tentang "anak yang hilang" (Lukas 15:11-32), memberikan pengertian yang semakin jelas kepada kita bahwa anak bungsu ini hidup dalam lingkungan keluarga dengan seorang ayah sebagai kepala keluarga. Di dalam keluarga ini dilingkupi dengan kasih sayang dan perlindungan.
Tapi apa yang terjadi ketika si bungsu mencoba keluar dari lungkungan keluarga itu, dan hendak mencari pengalaman di luar rumah? Apakah keadaannya semakin baik? Apakah statusnya semakin meningkat? Tidak! Justru kehidupannya menjadi hancur. Kualitas kehidupannya berubah dengan drastis dalam sekejap telah menjadi rusak. Demikian dalam kehidupan kekristenan kita, apabila kita keluar atau lari dari kasih karunia Bapa. Maka yang kita dapatkan bukanlah keadaan yang semakin baik tetapi semakin buruk. Mungkin secara lahiriah kita dapat hidup berkelimpahan, tetapi sebenarnya kita ini melarat, malang, miskin, buta dan telanjang (Wahyu 3:17). 
Kita harus semakin sadar bahwa kita berada dalam lingkungan keluarga Allah. Di dalam keluarga ini, kita menemukan kehangatan kasih sayang. Namun, sayangnya banyak anak Tuhan berlaku seperti si bungsu. Mereka ingin mencoba hal-hal baru yang ditawarkan dunia, di mana iblis sebagai otaknya. Iklan-iklan sorga dunia yang ditawarkan melalui berbagai media semakin menguatkan hasrat banyak anak Tuhan untuk berpetualang di dunia luar. Sebagian kembali lagi, tapi tidak sedikit yang terhilang selamanya, dibinasakan kuasa kegelapan.
Bila kita mulai tertarik mencoba "dunia luar", waspadalah! Keselamatan yang telah kita peroleh itu telah dibayar dengan harga yang sangat mahal melalui pengorbanan Kristus. Tidak ada kata terlambat jika sekarang ini kita telah terlanjur berada di luar lingkungan keluarga Allah. Cepat kembalilah, sebab Bapa merindukan kita! Selama esok matahari masih terbit, tidak ada kata terlambat untuk menyesal. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

17 September 2016

Keadilan Allah

Keadilan Allah

"Sebab seorang anak telah lahir bagi kita……besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud  dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya…."(Yesaya 9:5, 6)
Saudara, apabila kita berbicara tentang keadilan, maka akan muncul berbagai definisi mengenai keadilan sesuai pandangn masing-masing individu. Namun kali ini kita akan belajar mengenai keadilan Allah yang berlangsung dalam kehidupan seluruh umat manusia di bumi. Dimana Daud adalah "prototype" dari seorang raja yang akan memerintah dan menegakkan keadilan dan kebenaran di kemudian hari, dengan pemerintahan yang tidak berakhir dan tahta yang kokoh selama-lamanya. Janji Allah itu digenapi dengan sempurna oleh keturunannya yang akan melahirkan Yesus Kristus secara daging.
Seperti yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya kurang lebih 700 tahun sebelum Yesus dilahirkan, "Sebab seorang anak telah lahir bagi kita……besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud  dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya…."(Yesaya 9:5, 6). Bahkan nabi Yeremia meneguhkan dengan nubuatan, "Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja bijaksana  dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri….namanya yang diberikan orang kepadanya : Tuhan keadilan kita. Dialah Allah yang memerintah dalam keadilan dan kebenaran ! 
Apabila melihat penjelasan di atas tentunya timbul pertanyaan dalam setiap hati manusia, “mengapa kita masih melihat banyak ketidakadilan dan kepincangan hukum?” Hal ini juga menjadi pertanyaan dari nabi Habakuk yang pernah mengeluh demikian saat bangsa Kasdim (Babel) menginvasi kerajaan Yehuda, "Mengapaaku memandang kelaliman ? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku…..hukum kehilangan kekuatan….orang fasik mengepung orang benarkeadilan muncul berbalik" (Habakuk 1:2-4). Keadaan seperti ini juga menimpa negeri kita, Indonesia. Penjarahan, pengrusakan, perampokan, pembunuhan, bahkan perkosaan melanda negeri ini! Entah berapa ribu orang yang menderita akibat kebiadaban itu. Kadang kita menjerit, "Mana keadilan dan kebenaran-Mu, ya Allah?" Camkan baik-baik bahwa Allah tidak akan lalai menjalankan keadilan-Nya, sebab keadilan dan hukum adalah tumpuan kaki-Nya seperti yang tertulis dalam Mazmur 89:15. Percayalah, Allah tidak akan berdiam diri ketika orang-orang kudusNya berseru kepadaNya. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

15 September 2016

Merendahkan Diri

Merendahkan Diri

Mereka telah merendahkan diri, oleh sebab itu Aku tidak akan memusnahkan mereka” (2 Tawarikh 12:7)
Istilah "lupa diri" sudah sangat umum dalam kehidupan manusia. Seseorang yang dulunya hidup penuh kekurangan, setelah mengalami perubahan di dalam hidupnya, mulai menganggap bahwa dirinya lebih hebat dari orang lain, dengan kata lain orang tersebut mulai sombong dan angkuh. Memang, hal ini tidak terjadi disetiap kehidupan manusia, tetapi pada umumnya demikian. Ini juga terjadi pada kehidupan raja Yehuda yaitu Rehabeam. Ketika kerajaannya mulai sukses dan kokoh, ia mulai melupakan Tuhan. Dia bukan hanya tidak setia lagi kepada Tuhan, tetapi juga mulai mengandalkan kekuatannya sendiri. Dia terlena dengan kekayaan negerinya, kekuatan pasukan, dan kejayaan kerajaannya. Ketika ancaman datang dari Kerajaan Mesir, barulah dia sadar bahwa dia telah lupa diri. Lupa bahwa kesuksesan datangnya dari Tuhan, dan tanpa Tuhan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia lalu merendahkan diri dihadapan Allah. Ia menyesali kesalahannya, mengakui, dan kembali setia melayani di rumah Tuhan.
Ketika melihat tindakan Rehabeam, Allah lalu mengurungkan niat-Nya untuk menghajar dan memusnahkan bangsa Israel. Semuanya ini karena Rehabeam merendahkan diri dihadapan Allah. Semua orang pernah membuat kesalahan, namun tidak pernah ada kata terlambat. Untuk itu, selama masih ada kesempatan untuk berubah jangalah ditunda-tunda lagi. Marilah kita belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan. Berbaliklah kepada Tuhan, akuilah keangkuhan yang telah menutupi mata kita, sehingga kita tidak dapat lagi melihat keagungan Tuhan. Nikmati berkat pemulihan-Nya yang diberikan kepada semua orang yang merendahkan diri dan memohon kepada-Nya. 
Allah adalah satu-satunya tempat perlindungan yang teguh. Dia akan melindugi anak-anakNya jika mereka mau merendahkan diri dihadapan Allah. Di zaman yang serba sulit ini, Allah mencari mereka yang mau merendahkan diri dan kembali setia kepada-Nya. Apakah kita orangnya? Bergegaslah untuk membereskan hal-hal yang tidak beres antara kita dengan Allah! sebab firmanNya berkata : “Mereka telah merendahkan diri, oleh sebab itu Aku tidak akan memusnahkan mereka” (2 Tawarikh 12:7), amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

9 September 2016

Berdamai Dengan Allah

Berdamai Dengan Allah

 "…tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibrani 9:22).
Sejak kejatuhan manusia pertama, Allah sudah menetapkan bahwa pendamaian hanya dapat terjadi melalui penumpahan darah, sebab: "…tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibrani 9:22). Sebab itulah, ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah sendiri yang mengorbankan binatang serta mengulitinya untuk dijadikan pakaian. Allah mendamaikan mereka dengan cara mengenakan pakaian kulit binatang kepada manusia mula-mula itu (Kejadian 3:21). Korban-korban dalam perjanjian lama telah disempurnakan melalui korban Yesus (Ibrani 10), sebab perjanjian lama merupakan bayangan daripada perjanjian baru. Hal ini berarti kita percaya bahwa Yesus telah ditentukan sebagai korban pendamaian. Sehingga pada masa sekarang ini, pendamaian antara Allah dengan manusia hanya dapat dilakukan dengan pengakuan melalui mulut dan hati yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan (Roma 10:9, 10).
Seperti halnya yang tertulis dalam 1 Yohanes 1:9, Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Dan tentunya penyesalan atau pertobatan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan pengakuan yang tulus kepada Allah. Maksudnya adalah setiap orang yang percaya kepadaNya harus ada tindakan yang konkrit atau tindakan yang nyata dalam menghasilkan buah pertobatan, tidak hanya dipahami secara akal saja. Karena berapa banyak orang yang mengaku dirinya percaya kepada Tuhan bahkan berkecimpung dalam dunia pelayanan namun memahami secara dangkal mengenai berdamai dengan Allah. 
Orang yang benar-benar berdamai dengan Allah harus berani masuk dalam proses penyangkalan diri dan mematikan keinginan daging. Dan orang  yang menyangkal diri tentunya punya kesadaran tinggi bahwa dirinya bukan miliknya sendiri melainkan milik Allah, karena kita telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar,  tentunya tidak mencintai dunia melainkan hanya mencintai Allah, sebab orang yang mencintai dunia adalah musuh Allah dan kasih karunia Allah tidak ada pada orang itu. Sedangkan mematikan keinginan daging terjadi bagi orang-orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah, sebab perbuatan daging bertentangan dengan keinginan Roh. Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk hidup berdamai dengan Allah, supaya kita diperkenankan masuk di dalam kerajaanNya, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

2 September 2016

Peperangan Iman

Peperangan Iman

Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara
(Efesus 6:12)

Setiap orang percaya diwajibkan untuk masuk dalam peperangan iman. Pernyataan ini sering kita dengar, dan sudah menjadi hal yang biasa. Sehingga dalam menjalani hidup ini tidak ada sedikitpun usaha untuk berjuang mencapai kemenangan iman. Sementara yang diperjuangankan hanyalah berjuang untuk mencapai pemenuhan kebutuhan hidup. Bukan berarti kita tidak boleh berusaha memenuhi kebutuhan hidup, tetapi perlu ada keseimbangan. Sebab kalau tidak, kita akan terpenjarakan dalam kegiatan hal-hal jasmani saja.
Memang dalam peperangan iman dibutuhkan keberanian dan komitmen untuk mematikan perbuatan daging, karena perbuatan daging akan menghambat kita untuk mencapai kemenangan. Seperti yang kita ketahui bahwa perbuatan daging telah nyata yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.... barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Galatia 5:19-21).Untukitu dalam memasuki peperangan iman kuatkan dan teguhkanlah hatimu ! demikianlah yang diucapkan oleh Musa terhadap Yosua (Ulangan 31:6), Daud mengucapkan kepada Salomo (1 Tawarikh 28:20), demikian pula Allah juga mengucapkannya (Zakharia 8:9).
Rasul Paulus menasehati orang Kristen agar "…..kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya" (Efesus 6:10). Gereja Tuhan harus menjadi kuat di dalam Tuhan, sebab kita sekarang sedang dalam "peperangan" melawan ".…pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12). Maksudnya kita harus berjuang melawan tipu muslihat iblis, karena tipu dayanya bisa menggoyang iman kita. Memang, setan sudah dikalahkan, dan otoritas-Nya diberikan kepada gereja-Nya, sehingga setanpun takluk kepada kita (Lukas 10:19-20). Namun kalau kita tidak berjaga-jaga kita akan jatuh juga. Oleh sebab itu kita harus menjadi kuat di dalam Tuhan dengan cara kita percaya dan berdiri di atas firman Tuhan, maka kita akan mencapai kemenangan yang gilang-gemilang.Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

24 Agustus 2016

Tabut Allah

Tabut Allah

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? 
(1 Korintus 3:16)
Saudara, tabut Allah adalah lambang kehadiran Allah, sehingga di dalam Perjanjian Lama tabut Allah identik dengan hadirat Allah. Beberapa kali tabut Allah membawa dampak yang hebat: membelah sungai Yordan, sehingga orang Israel dapat melewati di tengah-tengahnya; menyertai umat Israel meruntuhkan tembok Yerikho; menjatuhkan berhala Dagon dan menulahi bangsa Filistin. Namun saat ini Allah tidak lagi berdiam pada benda-benda buatan manusia. Allah sudah memilih umat-Nya sebagai tempat tinggal-Nya, seperti yang  tertulis dalam 1 Korintus 3:16. Apabila kita mengingat kisah Obed-Edom yang diberkati karena kehadiran tabut Allah, tentunya karena Obed-Edom menghormati akan kehadiran Tuhan. Apalagi kita yang hidup pada perjanjian yang sudah disempurnakan ini.
Firman Tuhan berkata bahwa segala berkat rohani di surga sudah diberikan kepada kita (Efesus 1:3). Tetapi sayangnya, banyak orang Kristen yang tidak menghadirkan "tabut Allah" dalam hidup mereka. Mereka menganggap bahwa selama ini segalanya berjalan dengan baik tanpa adanya doa-doa, mezbah keluarga, maupun persekutuan dengan Allah. Lalu, apakah hidup kita benar-benar akan terbebas dari persoalan ketika kita menghadirkan hadirat Allah ? tentu saja tidak, karena itu merupakan bagian dalam kehidupan Kristen. Sebab dengan adanya pergumulan atau tantangan justru akan mendewasakan iman kita, tetapi dengan menghadirkan hadirat Allah, kita akan menjadi kuat karena orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapat kekuatan baru, seperti burung rajawali yang terbang dengan kekuatan sayapnya, sehingga kita menyelesaikan pergumulan dan tantangan tersebut dengan tanggung jawab. 
Tetapi jangan sampai persoalan hidup datang silih berganti disebabkan oleh dosa, seperti yang dalam kisah 1 Samuel 4:1-11. Meskipun “tabut Allah” hadir ditengah bangsa Israel ternyata tidak membawa dampak bagi mereka, justru menyebabkan kekalahan yang besar pada pihak Israel. Bukan karena tabut Allah kehilangan "kesaktiannya", tetapi karena tabut Allah didampingi oleh anak-anak imam Eli yang dursila, Hofni dan Pinehas (1 Samuel 2:12). Oleh sebab itu hormatilah kehadiran Allah ditengah-tengah kehidupan kita. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

15 Agustus 2016

Bagaikan Rajawali

Bagaikan Rajawali
Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” (Mazmur 103:5)
Rajawali adalah salah satu burung yang paling perkasa di dunia. Kekuatan dan keperkasaanya sering dipakai sebagai simbol di Alkitab. Seekor rajawali dapat hidup hingga mencapai usia 30 tahun bahkan lebih. Dalam usia yang semakin tua, sepertinya kekuatan dan keperkasaanya tidak berkurang sedikitpun. Rahasianya terletak pada nalurinya untuk memperbaharui kekuatannya dengan menggugurkan bulu-bulu yang tua. Bulu-bulu tua ini akan digantikan dengan bulu-bulu baru yang kuat. Sebab itu firman Tuhan berkata: “Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” (Mazmur 103:5).
Sebagai ”rajawali-rajawali” di dalam Kristus, kita sering mengalami keletihan dan kelelahan karena menghadapi berbagai tantangan hidup. Seolah-olah kita telah menjadi rajawali tua yang tidak kuat terbang lagi. Apabila kita diijinkan untuk menghadapi semuanya itu, maka ketahuilah bahwa kita sedang dilatih untuk “belajar terbang” seperti anak rajawali yang digoncang sarangnya oleh induknya. Pada saat goncangan terjadi, anak-anaknya akan terlempar keluar dari sarang dan mereka akan terjun bebas di udara. Dengan terpaksa mereka harus mengepak-ngepakkan sayapnya supaya tidak meluncur jatuh ke tanah.
Tetapi induk rajawali ini tidak lengah mengawasinya. Sebelum anak-anak rajawali itu terhempas ke tanah, dengan sigap induk rajawali ini menyambarnya dan membopongnya di atas sayapnya. Demikianlah halnya dengan kehidupan kita, sementara kita dilatih mataNya tertuju kepada kita, untuk itu jangan takut tetapi nantikanlah Dia sebab firmanNya berkata : “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:31). Memang, sementara kita dilatih itu tidak enak buat daging kita, tetapi semuanya untuk kebaikan kita. Bukankah Allah turut bekerja dalam segala untuk mendatangkan kebaikan buat kita, baik dalam suka maupun dalam duka. Jangan menyerah dan putus asa, songsonglah hari esok penuh dengan kemenangan karena masa depanmu sungguh ada dan harapanmu tidak hilang. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Gembala Yang Baik

Gembala Yang Baik

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Yohanes 10:10)
Gambaran Allah sebagai gembala yang baik membawa pengertian kepada kita bahwa Allah sangat mempedulikan kita. Dari kitab Kejadian 48:15 sampai Wahyu 7:17, Allah menyatakan diri-Nya sebagai gembala umat-Nya. Bahkan Mazmur 23 merupakan salah satu pasal favorit orang Kristen, melukiskan Allah sebagai gembala dengan bahasa yang begitu indah. 
Sebagai gembala yang baik tidak saja melindungi mereka dari setiap serangan binatang buas, tapi juga rela mati untuk membela para dombanya. Yesus berkata: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Yohanes 10:10). Bukankah salib yang sering kita lihat, menghiasi dinding-dinding rumah orang Kristen adalah bukti nyata bahwa Yesus telah disalibkan sebagai wujud kasih-Nya kepada kita? 
Tidak cukup sampai di sini saja, gembala yang baik akan menuntun kita ke padang yang berumput hijau, ke air yang tenang dan sejuk, mengenyangkan dan memuaskan kita. Gambaran ini semakin membuka pikiran kita bahwa Allah peduli dengan segala keperluan kita. Percayakah bila gembala yang baik tidak akan membiarkan ada diantara domba-dombanya yang kurus, kekurangan gizi ? Dan apabila ada yang tersesat, gembala yang baik akan terus mencari domba itu sampai ditemukannya. Lihatlah ekspresi kegembirannya saat ia menemukan domba yang hilang itu (Lukas 15:1-7)!
Kita harus mengubah pola berpikir kita yang lama tentang Allah. Taruhlah dan ukirlah dengan nyata di dalam loh hati kita bahwa Dia bukan sekedar Allah bagi kita saja, tapi juga gembala yang baik. Bila kita dalam kesesakan dan menghadapi jalan buntu, janganlah putus asa atau putus pengharapan, tetapi percayalah bahwa pemeliharaanNya sungguh sempurna atas hidup kita, sebaba Allah turut bekerja dalam segala untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

3 Agustus 2016

Ingat Akan KasihNya

Ingat Akan KasihNya

"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan…" (Mazmur 8:4).
"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan…" (Mazmur 8:4). Inilah merupakan ungkapan dari Daud ketika ia menerawang ke langit, ia memperhatikan kecantikan langit yang bertabur jutaan bintang. Ia melihat bulan purnama yang sangat elok, bintang-bintang gemerlapan yang indah menghiasi malam. Tiba-tiba timbul pertanyaan, "apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya ? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya" (ayat 5)? Siapakah manusia sehingga Allah rela menjelma menjadi manusia dan mati di kayu salib? Ia yang dikasihi melebihi bulan dan bintang di atas sana? Ketika Daud terus merenungkan kasih Allah, hatinya bergelora dengan pujian kepada Yang Mahakuasa: "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi" (ayat10)! Daud tidak tahan untuk tidak berkata-kata memuji keagungan Penciptanya. Segala kesedihan, kesusahan, penderitaan, dan sengsaranya menjadi sirna saat hatinya meluap dengan pujian kepada Tuhan. 
Suasana hati atau keadaan semacam ini apakah hanya berlaku bagi Daud saja ? Tidak. Coba keluarlah sebentar dari ruangan Anda dan lihatlah langit di atas sana. Benda-benda angkasa akan berbicara kepada Anda bahwa Allah mencintai Anda. Pikirkan terus kasih Allah sampai gelombang pujian mulai mengalir dari hati Anda. Jangan tahan mulut Anda bila hendak mengucapkan pujian kepada Tuhan. Kesadaran akan kasih Allah yang besar sanggup menumbuhkan semangat dalam hidup ini. Karena berapa banyak orang yang mengaku dirinya anak Allah tetapi mudah putus asa dalam menghadapi kenyataan hidup bahkan tidak mempunyai pengharapan lagi. Bukankah orang-orang yang percaya kepadaNya mendapatkan predikat sebagai umat lebih daripada pemenang. Predikat tersebut memang tidak datang dengan sendirinya atau otomatis tetapi melalui suatu perjuangan dan tidak lepas adanya suatu pengorbanan. Namun yakinlah bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang menghasihi Dia. Dengan mengingat segala kasihNya maka kita akan bergairah dalam menjalani hidup ini, sehinga pada akhirnya kita dapat berkata : ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Oleh sebab itu, ingatlah selalu kasihNya yang besar maka hal itu akan menghantar kita untuk hidup berkemenangan, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

23 Juli 2016

Kasih Setia Allah

Kasih Setia Allah

…. kesetiaanNya ialah perisai dan pagar tembok" (Mazmur 91:4).
Jika kita membaca dalam Mazmur 6:5, maka kita akan menemukan kata kasih setia. Lalu, mengapa Daud berseru-seru kepada Tuhan dan menyebut-nyebut kasih setia Allah? Daud berani melakukannya karena ia dan Allah telah terikat pada sebuah komitmen atau janji. Inilah janji yang Allah ucapkan kepada Daud: "….jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapanku dengan setia, dengan segenap hati dan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel" (1 Raja-raja 2:4). Kedua pihak terikat pada janji ini. Berkali-kali, baik dalam kitab Mazmur maupun kitab-kitab lain, Daud selalu mengingatkan Allah akan janji-Nya. Apabila bencana, masalah, persoalan, atau musuh mengancam nyawanya, Daud tidak takut sebab Allahnya terikat dengan janji-Nya. Allahnya pasti melindunginya! Bahkan Daud berkata: "…. kesetiaanNya ialah perisai dan pagar tembok" (Mazmur 91:4).
Yesus berkata: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya" (Yohanes 15:7). Dan apa yang kita minta tentunya berkaitan dengan apa yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan kita. Bila kita tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya kita simpan dalam hati, ketika kita berdoa, Ia akan mengabulkan doa kita, karena Ia terikat dengan janji-Nya. Demikian juga bila kita mengasihi Tuhan, maka apa saja yang tidak pernah dilihat, didengar, dan timbul dalam hati, semuanya itu disediakan bagi kita (1 Korintus 2:9). 
Bacalah seluruh Alkitab, maka kita akan mengerti bahwa Allah mengikatkan diri-Nya dengan banyak janji. Tetapi mengapa kita gagal menerima janji Allah? Jangan lupa bahwa janji yang telah disepakati tidak akan tergenapi bila salah satu pihak ada yang mengingkarinya. Pihak yang lebih kuat (Allah) tidak  pernah gagal menggenapi janji-Nya. Akuilah, kitalah yang sering tidak setia dengan perjanjian yang telah disepakati.     
Ingatlah akan kasih setia Allah. Sebab kasih setiaNya tidak pernah lekang oleh panas dan tidak pernah lapuk oleh hujan, selain itu kasih setiaNya kekal selama-lamanya. Saat kita terjepit, tidak berdaya, dan persoalan datang bertubi-tubi, ingatlah akan janji-janji-Nya! Koreksilah diri kita apakah kita memegang teguh perjanjian-Nya? Jadikan kasih setia Tuhan sebagai perisai dan pagar tembok hidup kita! Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

20 Juli 2016

Mengandalkan Tuhan

Mengandalkan Tuhan

"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya" (Mazmur 34:18).
Berapa banyak anak Tuhan ketika menghadapi masalah tidak belajar merendahkan diri dan mencari wajah Allah sebagai sumber kekuatan. Sebaliknya mereka berpaling kepada dunia yang dianggap memberikan harapan. Tetapi orang benar yang mengandalkan Tuhan selalu memusatkan pikirannya kepada Tuhan. Mereka memiliki hati yang terpaut kepada Tuhan. Apabila persoalan melanda, kamar menjadi tempat favoritnya untuk bertemu dengan Allah dan tempat untuk mencurahkan semua isi hatinya. Sukacita Allah diberikan-Nya kepada orang benar-Nya yang berseru kepada Allah. Firman-Nya berkata: "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya" (Mazmur 34:18). Ia tidak pernah menutup telinga-Nya saat kita berseru kepada-Nya. Ini adalah janji-Nya yang harus kita pegang dan kita ingat selalu. Manakala kesesakan sedang melanda hidup kita, ingatlah terus akan perkataan-Nya, supaya iman kita mempunyai sandaran yang kokoh, sebab Tuhan adalah gunung batu karang dan tempat perlindungan kita. Selain itu, janganlah hati kita menjadi tawar hati, karena firmanNya berkata : ”Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” (Amsal 24:10).
Saudara, perlu kita ketahui bahwa Allah mempunyai otoritas penuh atas hidup manusia dan atas semesta alam yang diciptakan-Nya. Kita harus mengakui kekuasaan Allah yang lebih besar dari persoalan kita. Sebagaimana ketika Daud melawan si raksasa, Goliat, ia tidak melihat besarnya lawan. Ia hanya melihat Allah yang mendampinginya, yang jauh lebih besar dari raksasa di depannya itu. Daud hanya tertuju kepada besarnya Allah Israel yang telah mengurapinya. Kepercayaan kepada Allahnya membuahkan hasil yang luar biasa.
Sikap hati menentukan hasil setiap pertempuran anak-anak Tuhan. Banyak orang percaya lebih memandang kepada persoalan dari pada kepada Allah Yang Mahakuasa. Tidak ada pengakuan dalam bibir mereka akan besarnya Tuhan. Tidak ada pengertian di hati mereka bahwa Allah sanggup melakukan segala perkara. Bila persoalan melanda hendaklah kiranya seruan kita dinaikkan dengan pengakuan akan besarnya kekuasaan Tuhan. Maka iman kita akan terangkat naik saat pengakuan yang benar diucapkan. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

12 Juli 2016

Bergaul Karib Dengan Allah

Bergaul Karib Dengan Allah

”Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat !” (Yesaya 55:6)
Di dalam Kekristenan kita harus mengalami pertumbuhan, dan pertumbuhan itu tidak bisa terjadi dengan sendirinya, namun dibutuhkan segala usaha dan upaya untuk terus bertumbuh dan menghasilkan buah. Salah satu usaha dan upaya yang harus kita lakukan yaitu membangun hubungan yang karib dengan Tuhan. Allah yang Mahakuasa tidak pernah menutup diri untuk karib dengan manusia. Tetapi, tidak semua manusia dapat bergaul karib dengan Dia. Lalu, kepada siapakah Allah dapat menjadi karib ? Yang pertama, Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia (Mazmur 25:14). Orang yang takut kepada Tuhan adalah orang yang menghormati Tuhan, memelihara hukum-hukum-Nya, menyimpan firman-Nya dalam hati, dan mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi.
Orang seperti ini akan banyak mengerti rahasia Allah dan perjanjian Allah, karena itulah yang dijanjikan-Nya. Bila kita merindukan untuk mengerti perkara-perkara Ilahi, jadilah akrab dengan-Nya ! Selanjutnya Allah dapat bergaul karib dengan orang-orang yang jujur seperti yang tertulis dalam Amsal 3:32. Kata "jujur" (Bhs. Ibrani: yashar) berarti juga "benar" atau "orang yang lurus hatinya". Atau dengan kata lain Allah tidak dapat bergaul dengan orang yang "banyak akal bulus", yang mencari keuntungan diri sendiri dan sering merugikan tetangganya.
Orang benar atau jujur bukan sekedar orang yang telah dibenarkan oleh pembasuhan darah Yesus saja, tetapi juga menyangkut kebenaran di dalam tindakan, ucapan, dan pikiran juga. Allah suka dengan orang demikian. Sedangkan berikutnya, Allah bergaul karib dengan orang-orang yang haus dan lapar akan kebenaran, sebab Allah rindu mengembalikan manusia dalam rancanganNya semula yaitu serupa dan segambar dengan Dia, dan tentunya orang tersebut harus hidup dalam kebenaran Allah. Bagi orang yang rindu bergaul karib dengan Allah tidak sesulit bergaul akrab dengan teman sekantor. Sebab Allah terlebih dahulu rindu untuk dapat bergaul karib dengan manusia. Oleh sebab itu janganlah sia-siakan kesempatan untuk dapat bergaul karib dengan Allah, firmanNya berkata : ”Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat !” (Yesaya 55:6). Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

5 Juli 2016

Jangan Keraskan Hati !

Jangan Keraskan Hati !

"….jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa…..Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman" (Ibrani 3:13, 15).
Setiap orang tidak luput dari kesalahan, meskipun semua orang tidak menginginkan untuk melakukan kesalahan.  Untuk itu perlu ada kesadaran penuh bahwa diri kita sangat terbatas. Tanpa ada kesadaran akan hal ini dapat membuat seseorang sulit menerima suatu nasehat. Demikian halnya bangsa Israel adalah bangsa yang terkenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk, keras kepala, dan berkepala batu (Keluaran 32:9; Yesaya 48:4). Berkali-kali Tuhan bermaksud memimpin mereka dalam kebenaran, tetapi mereka selalu menyimpang. 
Firman Tuhan berkata: "….jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa…..Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman" (Ibrani 3:13, 15). Tegar hati adalah perkara yang jahat di mata Tuhan. Orang yang tegar hati, keras kepala, dan berkepala batu adalah orang yang sulit atau tidak bisa diajak bicara, dalam arti sulit untuk menerima nasehat/pendapat orang lain terlebih menerima suara Tuhan. Orang demikian bila sedang berjalan ke arah barat, maka sulit sekali mengubahnya ke timur. Suara hatinya telah menjadi tumpul sehingga suara Allah tidak terdengar lagi. Seandainya terdengarpun, namun dianggap angin semilir yang dibiarkan berlalu begitu saja. 
Dosa adalah sebab utama mengapa banyak anak Tuhan hidup dalam ketegaran hati. Orang yang diperingatkan untuk tidak berbuat dosa tapi terus melakukannya, hatinya akan menjadi tumpul dan lama-kelamaan mengeras seperti batu. Mereka mulai mengajak beradu argumentasi dengan Tuhan. Sehingga melakukan tindakan diluar kewajaran, misalnya : Kumpul kebo dianggapnya kemajuan zaman, korupsi dianggapnya kebudayaan, memukul isteri dianggapnya "latihan tinju". Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa dinasihati.
Pernahkah mendengar suara lembut dalam hati kita yang menegur saat kita berbuat salah? Jangan abaikan peringatan seperti itu! Mengabaikan sekali saja, cukup untuk mengundang dosa-dosa lainnya. Bertobatlah dan lembutkan hati kita supaya suara-Nya kembali terdengar! Pertajam pendengaran kita terhadap suara Tuhan yang akan menuntun hidup kita dalam kesempurnaan. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Pengharapan

Pengharapan

Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran ….." (2 Timotius 4:7, 8)
Pengharapan merupakan sauh untuk berlabuhnya kehidupan kita. Dan yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah kita melabuhkan sauh kehidupan kita ? Di duniakah ? atau di sorga ?.  Apabila seseorang melabuhkan sauhnya di dunia ini maka akan menemukan kebinasaan, tetapi jika melabuhkan sauh dalam sorga akan menemukan kekekalan bersama Tuhan. 
Mengapa rasul Paulus begitu gigih memberitakan Injil sampai akhir hidupnya? Sebab ia tahu bahwa segala usahanya tidak sia-sia. Kita yakin bahwa kasih kepada Allahnya adalah pendorong dia untuk menyelesaikan tugas sebagai pewarta Injil bagi orang-orang non-Yahudi dan pengharapan terhadap Kristuslah yang memacu semangatnya. Suratnya kepada Timotius mengungkapkan demikian: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran ….." (2 Timotius 4:7, 8).
Paulus tahu bahwa segala apa yang dilakukannya selama di bumi akan mempengaruhi kekekalannya. Seandainya ia bermalas-malasan memberitakan Injil, ia dipastikan gagal menerima mahkota kebenaran. Paulus rindu mengenakan mahkota itu saat di sorga nanti! Bukankah dalam gelanggang olah raga seorang atlit berjuang dengan mati-matian untuk merebut juara? Karena ada hadiah yang akan diterimanya! Karena ada medali emas yang akan diterimanya!. Paulus tahu secara pasti, bahwa saat ia memberitakan kabar keselamatan akan mengalami banyak tantangan atau penderitaan, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya karena ia yakin masa depannya sungguh ada dan harapannya tidak akan hilang. Dan penderitaan yang dialami tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan ia terima.
Lalu, bagaimana dengan kita ? apakah kita juga mempunyai pengharapan atas kehidupan kita di masa mendatang ?. Apabila kita tidak mempunyai pengharapan tersebut maka kita tidak menghormati atau menghargai pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Oleh sebab itu, selama masih ada kesempatan pergunakan waktu yang ada untuk hidup berpadanan dengan Injil Kristus, dan jadikanlah sorga menjadi pelabuhan terakhir hidup kita, maka kita akan hidup bahagia selama-lamanya bersama Tuhan, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

20 Juni 2016

Didikan Tuhan

Didikan Tuhan

”Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” Ibrani 12:11
Sebagai orang tua yang mengasihi anaknya tentunya tidak lepas dari apa yang disebut dengan DIDIKAN. Karena dengan didikanlah akan menghantar masa depan anak semakin baik. Walaupun cara mendidik setiap orang berbeda-beda. Namun marilah kita mendidik anak-anak kita dengan berlandaskan kebenaran firman Tuhan, sebab hal itu akan membawa pada kesempurnaan hidup. Demikian juga dengan kita semua, apabila kita sadar bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kita harus siap dihajar Tuhan bila kita berbuat kesalahan, firmanNya berkata : "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya" (Ibrani 12:7)? Inilah salah satu alasan mengapa Tuhan mengizinkan pencobaan menerpa hidup kita. Tujuan yang paling utama dari didikan Tuhan ini adalah: "….supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya" (Ibrani 12:10). 
Memang, sementara didikan itu diberikan tidak mendatangkan kesukaan atau kesenangan terhadap jiwa kita, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:11, ”Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”
Ada beberapa hal yang terjadi kalau kita meremehkan didikan Tuhan, diantaranya : "Ia MATI, karena tidak menerima didikan….." (Amsal 5:23). Kematian bukan hanya hilangnya nyawa seseorang tetapi kehidupan yang tidak berkualitas, maksudnya yaitu kehidupan yang tidak sesuai kebenaran firman Tuhan. Dan pada akhirnya berujung kematian yang kekal (kebinasaan). Dan yang berikutnya adalah : "Siapa mengabaikan didikan MEMBUANG DIRINYA….." (Amsal 15:32). Dalam bahasa aslinya ayat ini ditulis demikian: "Siapa mengabaikan didikan menolak atau memandang rendah jiwanya…." Padahal kita tahu bahwa Daud berkali-kali memohon kepada Tuhan untuk meluputkan jiwa, membebaskan jiwa, menguatkan jiwa, melindungi jiwa, dsb. Daud tahu bahwa jiwanya berharga dan ia sekali-kali tidak memandang rendah kepada jiwanya. Jelas, orang yang menolak didikan adalah orang yang tidak menghargai jiwanya sendiri. Untuk itu marilah kita dengan senang hati menerima didikan daripada Tuhan sebab kita adalah anak-anakNya, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Jangan Lengah

Jangan Lengah

"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Petrus 5:8)
Salah satu kebenaran yang harus kita mengerti tentang musuh kita, iblis, adalah kegemarannya "melancong". Bukan sembarang melancong, karena melancongnya si setan bertujuan mencari mangsa yang dapat ditelannya. Ia mencari dan memanfaatkan kelengahan anak-anak Tuhan. 
Sekitar bulan Desember 1994, James Robinson (42 th), seorang penyelam yang sangat mahir, mengalami nasib naas ketika menyelam di Pulau San Miguel, dekat Santa Barbara. Kegiatan yang sudah dilakukan ratusan kali itu membawa bencana bagi dirinya. Rupanya sejak lama ia menjadi incaran seekor ikan hiu putih yang ganas. Tanpa Robinson sadari, tiba-tiba ikan hiu ini menyerang dan melukainya. Karena luka yang amat parah itu, akhirnya ia meninggal dunia beberapa jam kemudian.
Tidak sedikit orang Kristen yang  mengalami nasib yang sama dengan Robinson. Dengan sembrono mereka mencoba-coba mencicipi dosa. Satu kali tidak berdampak apa-apa. Dua kali masih aman-aman saja. Sepuluh kali juga oke-oke saja. Tapi mereka tidak menyadari bahwa iblis sedang mengintai untuk menyerang dengan sekali sergapan terakhir untuk membinasakannya. Petrus memperingatkan: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Petrus 5:8). Banyak orang Kristen bertindak ekstrim. Beberapa dari mereka terlalu meremehkan setan, karena setan sudah dikalahkan oleh Yesus, lalu mereka cenderung hidup dengan ceroboh. Sebagian orang Kristen lagi terlalu takut dengan setan. Saking takutnya, bahkan bayangan mereka sendiri sudah membuat mereka lari terbirit-birit. Mereka tidak mengerti kemenangan Kristus atas setan. Sikap orang Kristen yang paling bijaksana adalah menjaga keseimbangan antara otoritas yang Tuhan berikan atas setan dan mewaspadai setiap gerak-geriknya! Jangan memberi kesempatan kepada iblis!
Kita harus menyadari bahwa saat ini kita sedang dalam intaian iblis. Percaya atau tidak itulah yang sedang iblis lakukan. Tapi selama kita hidup dalam kebenaran dan kekudusan, iblis tidak dapat berbuat apa-apa. Jangan memberi celah sekecil apapun kepada iblis, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Memperbaiki Kualitas Hidup

Memperbaiki Kualitas Hidup

Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya…." (Yudas 1:16).
Semakin baik kualitas hidup seseorang, semakin baik/bahagia pula keadaan orang tersebut. Keadaan seseorang dikatakan baik atau bahagia bukan diukur dari berbagai macam fasilitas yang dipunyai, tetapi seberapa besar rasa syukur atas apa yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya. Sebab berapa banyak orang memiliki berbagai fasilitas dalam hidupnya namun tidak pernah merasa bahagia ?, yang ada hanyalah bersungut-sungut atau ngomel. Merasa semua yang dihadapi tidak ada yang benar, dan menuntut semuanya sempurna menurut pandangannya. Alasan sepele dapat menjadi omelan yang berkepanjangan hingga sepanjang hari, bahkan dapat berlanjut pada hari-hari berikutnya. 
Hal ini pula yang terjadi dengan bangsa Israel. Sebagian besar dari mereka yang menikmati "tour" keliling padang gurun di bawah pimpinan Musa, mengalami kematian (1 Korintus 10:5). Alkitab menegaskan: "…janganlah bersungut-sungut [ngomel], seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut" (1 Korintus 10:10). Mereka mati karena omelan mereka sendiri, karena mereka tidak percaya dengan janji Allah.
Sungutan, omelan, dan gerutuan adalah ciri orang fasik. Yudas mengatakan: "Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya…." (Yudas 1:16). Orang Kristen duniawi tidak lepas dari karakter ini. Sebaliknya orang Kristen yang mengerti kebenaran, akan selalu mengucap syukur. 
Bagaimana dengan kita? Apakah hidup kita penuh dengan omelan ataukah ucapan syukur? Pikirkan sejenak, apakah gunanya kita bersungut-sungut? Bukankah sungutan dan omelan tidak akan mengubah keadaan? Bersungut-sungut dan mengomel hanyalah penonjolan perbuatan daging. Semakin kita bersungut-sungut, semakin kita enggan berdoa, memuji Tuhan, maupun mengucap syukur. Tidaklah salah bila salah satu pintu menuju dosa adalah melalui sungutan. Perbaikilah kualitas hidup kita dengan memperbanyak ucapan syukur kepada Tuhan dan kikislah sampai habis omelan-omelan dari mulut kita. Omelan terjadi, sebagian kecil karena kesalahan orang lain, sebagian besar karena kita tidak mampu menundukkan daging dan lidah kita, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Teladan Yang Baik

Teladan Yang Baik

 "….mereka akan melihat perbuatanmu yang baik dan  memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:16)
Saudara, kali ini kita awali dengan kisah Gustave Dore seorang pelukis yang berbakat. Suatu ketika ia dalam perjalanan menuju Eropa tetapi paspornya hilang; dan saat diperbatasan antara dua negara, seorang penjaga meminta ia menunjukkan paspornya, tetapi ia menjawab bahwa paspornya hilang, sehingga ia tidak diperbolehkan masuk negara yang dituju, lalu ia memperkenalkan dirinya, bahwa ia adalah seorang pelukis terkenal, tetapi penjaga tidak percaya sebelum ia membuktikan dengan menggambar penjaga tersebut dengan pensil di atas kertas yang disediakan. Setelah melihat kelincahan tangan pelukis yang sedang melukis dirinya maka Dore diijinkan melewati perbatasan tersebut. Demikian halnya banyak orang yang mengaku dirinya Kristen, tetapi tidak ada bukti yang nyata kecuali Kartu Tanda Penduduk (KTP). Sedangkan dunia sangat membutuhkan kasih Kristus melalui tindakan kita sehari-hari sebagai bukti yang nyata; dengan kata lain kita harus memberi teladan yang baik bagi mereka.
Dalam Alkitab, kata "Kristen" hanya ditemukan 3 kali (Kisah Rasul 11:26; Kisah Rasul 26:28; 1 Petrus 4:16). Dan kata "Kristen" sendiri mengandung pengertian yang dalam, karena "Kristen" berarti pengikut Kristus maksudnya menjadikan Kristus sebagai teladan hidup, baik bertingkah-laku, berbicara, bertindak, dan berpikir seperti Kristus. Tidak dapat disangkal lagi bahwa Kristus telah memberikan teladan yang baik bagi pengikut-Nya selama tiga setengah tahun saat pelayanan-Nya di bumi. Bahkan sejak kecil hingga dewasa, Ia makin dikasihi Allah dan manusia - semakin banyak orang yang menyukai-Nya (Lukas 2:52). Ia adalah contoh kita yang sempurna!
Alkitab banyak memberi gambaran tentang orang Kristen dengan mengumpamakan mereka dengan sesuatu yang mulia dan diperlukan. Kita adalah garam dunia; terang dunia (Matius 5:14-16); dan pohon berbuah baik (Matius 7:17-20). Bila kita berfungsi dengan benar, maka: "….mereka akan melihat perbuatanmu yang baik dan  memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:16) dan mereka tidak dapat menyangkali bahkan mereka bersimpatik dan menyenangi kita, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Kebenaran Yang Sejati

Kebenaran Yang Sejati

"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas."
Matius 7 : 15
Saudara, hari ini kita akan belajar menerima kebenaran yang sejati. Karena di dunia ini banyak kebenaran-kebenaran yang dibangun oleh pemikiran manusia semata-mata hanya untuk mencari keuntungan diri sendiri. Kalau kita membaca dalam 2 Tawarikh 18:12-13, maka kita temukan ada dua jenis umat Allah dengan pendirian yang bertolak belakang. Raja Israel, Ahab, dan nabi-nabinya mewakili umat Allah yang mengabaikan suara dan kehendak Allah yang sejati. Mereka memilih untuk mendengar dan mengatakan hal-hal yang menyenangkan bagi diri dan telinga mereka sendiri, bukan hal yang asli dari Tuhan. Raja Yehuda, Yosafat, dan nabi Mikha mewakili umat Allah yang masih murni hatinya di hadapan Allah. Mereka senantiasa menginginkan suara Allah yang sejati. Mereka menguji nubuatan-nubuatan untuk menemukan kehendak Allah yang sejati. Untuk itu mereka tidak memilih apa yang menyenangkan hati dan telinga mereka sendiri melainkan sesuatu yang benar. Sekalipun suara Tuhan keras dan berita-Nya terdengar buruk, namun Raja Yosafat dan Mikha memilih untuk mendengarkannya daripada berita baik yang palsu. Di dalam Matius 7:15-23 mengingatkan dengan keras hamba-hamba Tuhan palsu yang mengajarkan kepalsuan. Pelayanan mereka bukanlah seturut perintah Allah melainkan menarik perhatian orang untuk diri sendiri. 
Senangkah kita jika dokter memberi jawaban yang enak didengar bahwa kita sehat-sehat saja sedangkan hasil analisa mengatakan bahwa kita mengalami kanker stadium akhir ? Senangkah kita mendengar berita baik yang palsu? Semua orang mempunyai kecenderungan untuk mendengar kabar baik dan menghindari kabar buruk. Namun, di atas semua itu, sebagai umat Kristen kita harus mencari suara dan kehendak Allah yang benar. Kita harus belajar untuk menerima dan menghadapi kenyataan, dan dari sana kita akan menemukan pertolongan dan mujizat Tuhan.Adakalanya Tuhan berbicara keras kepada kita. “Bertobatlah dari dosamu, sebab engkau tidak luput dari pengadilan Allah! Berhentilah berbicara kasar! Berhentilah memukuli isterimu! Berhentilah berdusta!” Perkataan-perkataan seperti ini memang keras dan menyinggung perasaan yang menerima. Namun, terimalah peringatan tersebut jika firman itu berbicara kepada kita, sebab Tuhan menghendaki kebaikan bagi anak-anakNya, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

17 Mei 2016

Jaminan Perlindungan

Jaminan Perlindungan

 "Pada zaman itu tidak dapat orang pergi dan pulang dengan selamat, karena terdapat KEKACAUAN yang besar di antara segenap penduduk daerah-daerah" (2 Tawarikh 15:5)
Saat ini kita akan melihat kisah pemerintahan raja Asa dimana pada awal pemerintahannya, situasi negeri dan sekitarnya sedang dalam keadaan kacau; diantaranya : penjarahan, pengrusakan, perampokan, pembunuhan, dan kejahatan lainnya terjadi dimana-mana. Sebab dikatakan: "Pada zaman itu tidak dapat orang pergi dan pulang dengan selamat, karena terdapat KEKACAUAN yang besar di antara segenap penduduk daerah-daerah" (2 Tawarikh 15:5). Bila aparat negara tidak dapat diandalkan lagi, kepada siapa orang Israel memohon perlindungan? Hanya kepada Tuhan saja! Sebab dengan  bertobat dan mencari Allah dengan sungguh-sungguh, Tuhan berkenan untuk ditemui.
Banyak orang Kristen bersikap pasif, pasrah terhadap segala keadaan mereka, termasuk menghadapi kekacauan di negeri ini. Mereka berkata bahwa bila suatu saat tertimpa musibah yaitu berbagai macam kejahatan dianggap suatu nasib. Orang Kristen seperti ini tidak mengerti janji perlindungan Tuhan. Padahal janji perlindungan Tuhan atas anak-anak-Nya adalah ya dan amin. Bila orang Kristen meragukan adanya jaminan ini, lalu untuk apa Alkitab banyak menulis bahwa Allah itu "tempat perlindunganku", "kota bentengku", "perisaiku", "gunung batuku", dan lain sebagainya itu? Jangan harap orang yang tidak percaya mendapat perlindungan dari Tuhan, sebab: "….siapa percaya kepada Tuhan, dilindungi" (Amsal 29:25). 
Kita harus bertobat sungguh-sungguh dan meninggalkan dosa, supaya perlindungan-Nya nyata atas kita. Celakanya, banyak orang Kristen masih sayang pada dosa-dosa yang mereka sebut dengan "dosa kecil", "dosa putih", ataupun "dosa untuk kebaikan". Dosa tetap dosa! "Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong" (1 Petrus 3:12). Tidak hanya itu saja, orang benar adalah orang yang takut akan Tuhan, dimana mereka mendapat jaminan yang pasti akan perlindungan-Nya. Ingat, Nuh dan keluarganya dilindungi, Lot dan keluarganya dilindungi, dan bangsa Israel dilindungi saat tulah kematian anak sulung dijalankan. Tepatlah bila Alkitab berkata: "Dalam takut akan TUHAN ada KETENTRAMAN yang besar, bahkan ada PERLINDUNGAN bagi anak-anak-Nya" (Amsal 14:26). 
Tidak perlu takut hidup di tengah kekacauan, baik ekonomi, politik, maupun keamanan. Sebab mata Allah mencermati dengan teliti setiap anak-anak-Nya yang berseru kepada-Nyaj, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

14 Mei 2016

Cara Allah

Cara Allah

 "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12).
Kali ini kita akan belajar memahami cara Allah bekerja atas umatnya, khususnya kisah Yoas (2 Raja-raja 11). Dimana masa kecil raja Yoas tidaklah menyenangkan; ia menghadapi ancaman pembunuhan yang dilakukan oleh neneknya sendiri, Atalya. Ia berhasil lolos, sebab Yoseba menyembunyikannya ke dalam rumah Tuhan selama enam tahun tanpa diketahui oleh Atalya.Peristiwa terancamnya nyawa saat kecil juga pernah menimpa Musa dan Tuhan Yesus sendiri. Saat Musa berusia tiga bulan, ia diselamatkan dari ancaman pembunuhan oleh raja Firaun dengan cara dihanyutkan ke sungai. Sedangkan Tuhan Yesus, Ia dilarikan ke Mesir. 
Kadangkala timbul pertanyaan menggelititik tentang cara Allah menyelamatkan umat-Nya. Mengapa Allah tidak mengirimkan saja sepasukan malaikat untuk melindungi umat-Nya? Bukankah Atalya, Firaun, maupun Herodes tidak akan dapat berbuat apa-apa bila harus berhadapan dengan malaikat Allah? Yesus pernah melontarkan jawaban yang menarik saat ia menghadapi situasi yang sama. Ketika Dia ditangkap, maka Petrus marah lalu menghunuskan pedangnya dan memotong  telinga salah seorang hamba Imam Besar. Saat itulah Yesus berkata, “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, . . . .?” (Matius 26:53, 54). Bukannya Yesus tidak sanggup memanggil bala bantuan, tetapi segala sesuatu harus tergenapi, sesuai dengan yang tertulis di Kitab Suci.
Jangan salah mengerti! Memang Allah berjanji melindungi umat-Nya, tetapi Allah tidak berjanji melepaskan kita dari aniaya oleh karena Kristus. Justru Alkitab berkata: "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Tapi jangan takut, sebab bila kita dianiaya oleh karena kebenaran, roh kemuliaan ada pada kita (1 Petrus 4:14). Catat ini baik-baik! Puncak kerohanian Stefanus justru terjadi pada saat ia dianiaya - dirajam sampai mati. Ia melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 
Campur tangan Allah dalam kehidupan kita tidaklah dapat kita analisa dengan pikiran kita. Allah punya cara sendiri dalam menolong umat-Nya dan jangan sekali-kali mencoba mereka-reka dengan cara apakah Ia akan bekerja atau bagaimana cara Allah menolong umat-Nya, sebab justru yang tidak kita duga itulah yang Ia lakukan, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification