23 Desember 2014

Allah Yang Menjamin

Ayat Bacaan : Mazmur 37:22-26

Dunia saat ini mengalami persaingan yang ketat, sejalan dengan perubahan jaman yang begitu cepat dan tidak menentu arah tujuannya. Dan didalam persaingan tersebut, tentunya ada ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan manusia kehilangan jati dirinya sebagai ciptaan yang mulia. Bahkan tidak sedikit anak-anak Tuhan yang hanyut dengan keadaan yang sedang terjadi. Mereka beranggapan bahwa apabila tidak mengikuti lajunya arus yang sedang mengalir, maka kita tidak akan berhasil. Lalu bagaimana tindakan anak-anak Tuhan selanjutnya dalam menyikapi keadaan seperti ini. Dalam menyikapi situasi seperti ini anak Tuhan seharusnya bertindak sebagai ”generasi yang berani melawan arus” dunia, yang mana aplikasinya kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Memang berat untuk melakukannya karena harus melawan kedagingan kita sendiri. Apabila kita berani mengambil sikap yang demikian maka Allah yang mahakuasa di dalam nama Yesus akan memelihara hidup kita, karena semuanya berada dalam rancangan Tuhan, seperti yang tertulis dalam Yeremia 29:11, ”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Jadi apabila Allah sudah memberikan jaminan atas hidup kita, maka tidak ada alasan bagi kita untuk kuatir atau takut dalam menjalani kehidupan ini? Oleh sebab itu, berbahagialah bagi orang yang sungguh-sungguh percaya akan Kristus karena hidupnya akan mendapat jaminan. Adapun jaminan yang diberikan oleh Tuhan berdasarkan ayat diatas yaitu diantaranya :

1. Jaminan Akan Masa Depan

Dalam Mazmur 37:22 dikatakan bahwa orang yang diberkatiNya akan mewarisi negeri. Lalu siapakan orang-orang yang diberkati Tuhan ? Firman Tuhan berkata : ”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (Yeremia 17:7). Dengan demikian orang yang mengandalkan Tuhan akan dijamin masa depannya. Sedangkan orang yang mewarisi negeri adalah orang berstatus sebagai anak Allah yang sudah dewasa. Sebab firman Tuhan berkata : ”selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya” (Galatia 4:1-2). Saudara, bukankah setiap orang merindukan masa depannya berhasil, bahkan sampai keturunannya juga diharapkan bisa lebih berhasil. Sehingga setiap orang berusaha dengan susah payah agar apa yang diimpikan itu menjadi kenyataan. Walaupun kadang-kadang usaha yang dilakukan itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena mereka beranggapan bahwa apabila mereka tidak berhasil maka mereka menilai bahwa hidup ini tidak ada artinya, sehingga hidup mereka diliputi dengan kekuatiran dan kegelisahan. Oleh sebab itu, mulai saat ini janganlah takut dan gelisah hatimu, sebab yang pasti masa depan kita sebagai anak-anak Allah adalah indah, seperti yang tertulis dalam Amsal 23:18, ”Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” Memang, sementara kita menjalani hidup ini masalah tetap datang dalam kehidupan kita walaupun tidak diundang. Bukan berarti kalau kita sebagai anak-anak Allah itu bebas dari masalah, karena Allah tidak pernah menjanjikan hal demikian. Bahkan di dalam Mazmur 34:20 dikatakan bahwa kemalangan orang benar itu banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu. Jadi maksud daripada Tuhan mengijinkan masalah itu datang dalam kehidupa kita yaitu untuk membuktikan kemurnian iman kita yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana . . . . . (I Petrus 1:7).

2. Jaminan Penyertaan dan Perlindungan Tuhan

Mazmur 37:23-24 berkata bahwa Tuhan menetapkan bagi orang yang berkenan kepadaNya, meskipun jatuh tetapi tidak sampai tergeletak sebab Tuhan menopang dengan tanganNya. Wujud daripada penyertaan Tuhan tidak hanya berupa pertolongan pada waktu kita menghadapi persoalan, tetapi penyertaan Tuhan juga berupa pimpinan atau tuntunan sepanjang perjalanan hidup kita supaya tetap dijalanNya. Bahkan Dia menghindarkan kita dari malapetaka yang akan menimpa kita, seperti yang tertulis dalam Mazmur 91:3-4, ”Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.” Walaupun demikian masih banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa dengan kekayaan mereka menjadi bahagia, atau dengan pengawalan yang ketat mereka akan menjadi aman. Namun perlu kita ingat bahwa kehidupan dalam dunia ini penuh dengan onak dan duri. Dan sepanjang hari manusia diliputi oleh lembah air mata bahkan bayang-bayang maut siap menjemput manusia. Tetapi orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapat kekuatan dan pertolongan dari Tuhan (Yesaya 40:31). Mungkin saat ini kita mengalami pergumulan hidup yang sangat berat. Dan seolah-olah tidak ada jalan keluar serta merasa sendirian. Tetapi ingatlah bahwa tangan Tuhan tidak kurang panjang, dan pendengarannya tidak kurang tajam untuk menyelamatkan dari segala pergumulan kita.

3. Jaminan Berkat Terhadap Keturunan Kita

Berapa banyak orang memprediksikan masa depannya berdasarkan keadaan yang sedang mereka alami saat ini. Misalnya : Seseorang memprediksikan bahwa masa depan anak-anaknya penuh dengan kebahagiaan, karena saat ini orang tersebut memiliki harta benda yang sangat banyak. Bahkan ia membekali anak-anaknya dengan modal yang cukup, dengan maksud supaya anak-anaknya tidak mengalami kemiskinan atau jangan sampai anak-anaknya menjadi orang yang minta-minta. Memang, memberikan modal kepada anak merupakan salah satu langkah yang benar, tetapi jangan semata-mata bergantung atau mengandalkan kepada apa yang kita miliki saat ini, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari. Dan didalam Yeremia 17:5 dikatakan bahwa : ”terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan.” Oleh karena itu perlu kita yakini bahwa orang yang senantiasa bersandar dan bergantung pada Tuhan akan melihat anak-anaknya hidup dalam kebahagiaan dan kelimpahan (Mazmur 37:25-26). Sedangkan orang yang bergantung pada kekayaannya maka orang tersebut tidak akan mendapat jaminan yang kuat atas kehidupannya, karena harta di dunia ini sifatnya sementara dan kekayaan dapat lenyap dalam sekejab. Oleh sebab itu marilah kita meletakkan kepercayaan kita hanya kepada Tuhan maka kita tidak akan pernah kuatir terhadap apapun juga terutama masa depan anak cucu kita. Sebab kekuatiran tidak akan membuat kita bisa maju selangkah namun keyakinan kitalah yang akan membawa kita hidup dalam keberhasilan. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

13 Desember 2014

Lima Kebenaran Dari Pelayanan Paulus

Ayat Bacaan : Kisah Para Rasul 16:1-26

 
Dari ayat-ayat ini kita melihat satu sosok yang bernama Paulus. Ia adalah seorang hamba Tuhan atau rasul. Dalam melakukan pekerjaan Tuhan ia tidak bekerja sendirian, tetapi ditemani oleh Timotius dan Silas. Paulus melakukan perjalanan dari kota ke kota khususnya di Asia untuk mengerjakan pelayanannya, sehingga pada akhirnya jumlah jemaat yang dilayani semakin banyak. Pada Suatu saat Paulus mau melanjutkan pelayanannya di Asia kembali, tetapi tiba-tiba ia dicegah oleh Roh Kudus. Paulus mendapatkan penglihatan melalui mimpi pada waktu tidur, bahwa seorang Makedonia yang berseru minta tolong. Setelah Paulus mendapatkan penglihatan melalui mimpinya, maka ia membatalkan pelayanannya yang semula yaitu pelayanan ke Asia.
Karena Paulus meresponi rencana Allah maka ia meninggalkan pelayanan di Asia kemudian masuk ke Eropa untuk melakukan pelayanan di kota-kota kecil. Salah satu  pelayanan Paulus dikota-kota kecil tersebut adalah pelayanan di rumah Lidia seorang penjual kain, sampai pada akhirnya keluarga Lidiapun bertobat dan dibaptiskan. Selain itu, Paulus juga bertemu dengan seorang hamba perempuan yang  mempunyai roh tenung, dan orang ini juga diselamatkan. Sejarah gereja mencatat bahwa dari dua wanita yang sederhana ini yang telah dilayani Paulus maka Injil menjalar keseluruh Eropa dan pada akhirnya Eropa dimenangkan bagi Tuhan.
Sepanjang pelayanan di Eropa, pelayanan Paulus tidak terus mulus karena ada seorang yang tidak suka terhadap pelayanan Paulus, dan akhirnya Paulus dan Silas dimasukkan ke dalam penjara walaupun mereka tidak salah. Pada waktu Paulus dimasukkan ke dalam penjara ia tidak komplin kepada Allah, tetapi justru sebaliknya mereka memuji-muji Allah. Karena keteguhan hati mereka, maka Allah menyatakan kuasaNya, sehingga  terjadilah gempa dalam penjara tersebut.

Melalui kisah yang telah di paparkan di atas, kita akan menemukan beberapa kebenaran yang juga berlaku dalam kehidupan kita, yaitu :

1. Hidup dalam rencana Tuhan

Setiap orang tentunya mempunyai rencana dalam hidupnya termasuk kita; baik masa sekarang maupun masa yang akan datang, tetapi dibalik semua itu Tuhan juga punya rencana. Lalu mana yang harus kita utamakan?. Paulus punya rencana ke Asia tetapi Tuhan punya rencana ke Makedonia. Dan akhirnya Paulus mentaati rencana Allah daripada rencananya sendiri. Kita punya rencana dan Tuhan juga punya rencana atas kita maka biarlah rencana Tuhanlah yang terjadi dalam kehidupan kita. Mungkin kita punya rencana yang kita anggap baik tetapi belum tentu akhirnya menuju pada kebahagiaan. Banyak orang menganggap bahwa jalan itu lurus padahal ujungnya menuju maut, seperti yang tertulis dalam Amsal 14:12., ”Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”  Tetapi jikalau kita mengikuti jalan Tuhan memang kelihatannya sempit tetapi ujungnya menuju kehidupan dan kebahagiaan (Matius 7:14).

2. Tuhan tetap berbicara kepada umatNya

Sampai hari ini Tuhan masih berbicara kepada umatNya. Pada waktu Paulus sedang melayani tiba-tiba Roh Kudus mencegah dia, lalu Tuhan berbicara melalui mimpi. Tuhan juga berbicara kepada kita melalui berbagai macam cara, misalnya melalui Alkitab yang kita baca, Firman yang kita dengar, peristiwa-peristiwa, melalui mimpi, melalui suara hati, mendengar suara Tuhan secara langsung. Kalau kita memiliki komunikasi yang baik dengan Tuhan maka Tuhan akan menyatakan kehendakNya kepada kita dan kita peka (mengenal) terhadap suaraNya, seperti yang tertulis dalam Yohanes 10:4, ” Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.”

3. Hidup dalam kebersamaan/kerukunan

Kita tahu bahwa Paulus melayani tidak seorang diri. Di dalam Tuhanpun kita tidak bisa sendiri, tetapi harus ada kebersamaan seperti yang tertulis dalam Firman Tuhan bahwa dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu maka Aku akan hadir. Pemazmur berkata, ”Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! . . . .  sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya” (Mazmur 133:1-3). Perbedaan pendapat boleh ada tetapi hal itu tidak menjadi penghalang terwujudnya persatuan dan kesatuan. Yesus pun menyatakan kerinduannya di dalam doa yaitu agar murid-muridNya tetap bersatu, seperti yang tertulis dalam Yohanes 17:22, ”Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.”

4. Setia perkara yang kecil

Kalau kita perhatikan ayat-ayat di atas bahwa pelayanan Paulus di Asia sangat besar, tetapi karena ia mendapatkan penglihatan dari Tuhan maka ia mau melayani ditempat-tempat yang kecil yaitu dirumah Lidia. Pekerjaan yang sederhana ini ia lakukan dan pada akhirnya hasilnya luar biasa.
Dari yang kecil atau sederhana tetapi apabila ditekuni maka Tuhan akan menjadikan sesuatu besar. Tetapi, kadang-kadang orang meremehkan pelayanan yang kecil atau berkat yang kecil tetapi Paulus hanya memandang bahwa pelayanan baik yang kecil maupun yang beasr adalah milik Tuhan, sehingga melakukannya dengan tekun dan pada akhirnya apa yang ia lakukan menjadi pelayanan yang besar. Firman Tuhan menasehatkan : ”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar” (Lukas 16:10).

5. Bersama Tuhan ada kemenangan

Setiap perjalanan dalam hidup pasti ada masalah. Dimanapun, dan siapapun orangnya pasti tetap menghadapi masalah, tetapi  apabila bersama Tuhan maka kita akan mendapat kemenangan yang luar biasa, seperti firman Tuhan yang berkata, ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13). Oleh sebab itu janganlah kita kuatir terhadap apapun juga sebab Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Ketika Berada Dalam Masa Kekeringan

Ayat Bacaan: 1 Raja-raja 17:1-6

Seperti yang telah kita ketahui bahwa di tahun terakhir ini semua barang harganya naik.  Dan kondisi seperti ini tidak hanya dialami oleh orang yang tidak mengenal Tuhan saja, namun anak Tuhan pun mengalaminya. Walaupun keduanya mengalami keadaan yang sama tetapi anak Tuhan berada dalam pemeliharaan Tuhan. Demikianlah yang dialami oleh Elia ketika berada pada masa kekeringan. Dimana Elia dipelihara Tuhan di sungai kerit yang masih tetap ada air sekaligus diberi roti dan daging melalui burung gagak. Situasi seperti ini sungguh tidak masuk akal, tetapi Elia mengalaminya.
Di sungai Kerit ini Elia mendapatkan semua yang dibutuhkan sementara di tempat lain mengalami kekeringan atau kesukaran yang besar. Walaupun demikian kisah tersebut tidak hanya sampai disitu saja, sebab Allah hendak melakukan perkara yang lebih besar lagi atas diri Elia. Yang mana sungai tersebut mulai menjadi kering, sehingga seolah-olah tidak ada harapan lagi bagi Elia. Bukankah keadaan semacam ini juga sering kita alami yaitu sesuatu yang kita harapkan menjadi kering; tetapi kita tidak perlu takut dan kuatir karena ada yang kita andalkan yaitu Tuhan. Dia tidak pernah mengenal apa yang disebut dengan kekeringan, karena kasih dan kuasaNya sungguh tak terbatas. 
Kelanjutan daripada kisah Elia ini kita akan temukan sesuatu yang sungguh luar biasa. Walaupun sungai Kerit menjadi kering tetapi Allah pelihara Elia, bahkan ia menjadi berkat bagi orang lain, yaitu janda di Sarfat. Lalu rahasia apa yang membuat Elia mengalami hal demikian ? Mari kita teliti satu persatu sikap Elia saat mengalami keadaan yang tidak memungkinkan tetapi mengalami perkara dahsyat, diantaranya yaitu :

1. Taat terhadap perintah Tuhan dan mau melangkah (1 Raja-raja 17:8)

Seringkali pada waktu “sungai Kerit’ kita menjadi kering kita putus asa dan tidak berbuat apa-apa. Ini merupakan kesalahan besar. Pada waktu Elia mengalami “sungai Kerit yang kering” ia taat perintah Tuhan dan melangkah. Sungai kerit bagi Elia pada waktu itu adala “zona nyamannya” tetapi Tuhan memerintahkan untuk meninggalkan zona nyaman tersebut.
Banyak orang yang mengalami sungai kering dan hanya diam di tempat dan menyesali keberadaannya sehingga keadaannya tidak berubah. Untuk itu tinggalkan zona nyaman kita dan datang ke rumah Tuhan dan hidup kita akan berubah. 1 Raja-raja 17:9 berkata, “"Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." Jadi dalam hidup kita perlu ketaatan agar dapat mengubah situasi yang buruk.

2. Tidak takut maupun kuatir (1 Raja-raja 17:9)

Elia sebenarnya banyak memiliki alasan untuk takut. Elia di perintahkan pergi ke Sarfat yang adalah termasuk wilayan Sidon. Sedangkan raja Sidon adalah orang tua Isebel yang adalah orang yang akan membunuh dia. Lalu, Elia juga disuruh tinggal di Sidon. Sebenarnya Elia memiliki alasan untuk takut akan situasi yang buruk, orang yang dihadapinya dan juga tempat di mana ia akan tinggal.
Elia tetap taat melangkah dan dia tidak merasa takut. Hari-hari ini, ketakutan banyak melanda orang. Banyak orang yang mengambil jalan pintas dengan jalan bunuh diri. Jangan takut! Elia tetap percaya kepada Allah. Jangan sampai terbersit di pikiran untuk melakukan bunuh diri karena itu merupakan jalan menuju neraka. Saat Elia mengalami sungai Kerit yang kering, ia tidak salah dalam melangkah, tetapi ia percaya akan jalan Tuhan dan keajaiban Tuhan.

3. Mencari berkat dengan cara Tuhan (1 Raja-raja 17:9)

Tuhan memerintahkan Elia pergi ke janda Sarfat dan selanjutnya Tuhan memberitahukan apa yang harus dilakukan Elia. Elia mengikuti cara Tuhan. Melalui janda Sarfat yang sangat sederhana ternyata Tuhan menyatakan perkara yang luar biasa. Musa melakukan perkara-perkara besar hanya dengan tongkat yang sederhana saja. Tetapi melalui hal yang sederhana, Tuhan dapat melakukan perkara yang besar dan hasil yang luar biasa. Daud, dengan menggunakan batu kecil dapat melakukan perkara besar dengan mengalahkan Goliat. Dengan lima roti dan du ekor ikan, Tuhan Yesus dapat memberi makan 5000 orang lebih.
Untuk itu, saat “sungai Kerit” kita kering, carilah berkat dengan cara Tuhan. Memang dunia pasti menawarkan caranya untuk mendapatkan berkat. Adam, diberi jodoh oleh Tuhan pada waktu ia tidur.  Jadi Adam mendapatkan jodoh dengan cara Tuhan.
Jangan pernah mencoba cara dunia untuk mendapatkan berkat. Memang dunia bisa memberi segala kekayaan dan jabatan. Saat Yesus dicobai di padang gurun, Yesus menolak apa yang iblis tawarkan (Lukas 4:1-13).  Jangan mau tergoda dengan apa yang iblis tawarkan. Allah akan membuka jalan pada waktu tidak ada jalan.

4. Merendahkan hati (1 Raja-raja 17:9)

Elia datang meminta kepada seorang janda yang miskin. Kalau kita masuk dalam sungai Kerit yang kering jangan ada gengsi atau kesombongan dalam diri kita. Lukas 14:11 berkata, “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Kalau kita merunduk, ketahuilah jalan orang itu pasti naik. Kalau orang kaya sombong pasti akan mengalami jalan yang menurun.

5.  Tetap melayani Tuhan (1 Raja-raja 17:13)

Saat sungai Kerit kering, Elia tetap melayani Tuhan. Elia menghibur dengan perkataan-perkataan yang dari Tuhan. 1 Raja-raja 17:14 berkata, “Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
Elia melayani bukan dari kelimpahannya. Elia sendiri pada waktu itu tidak memiliki banyak keberanian, tetapi ia berkata, “jangan takut.” Ia juga saat itu tidak memiliki banyak pengharapan, tetapi ia berkata kepada janda Sarfat untuk tetap percaya kepada Tuhan. Janda tersebut juga memberi bukan dari kelimpahan. Tetapi mereka sama-sama melayani Tuhan dan akhirnya menerima hasil yang luar biasa. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

3 Desember 2014

Teladan Kristus

” ..yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, . . . . . ”
Filipi 2:6-11
Setelah kita membaca ayat bacaan diatas tentunya kita menemukan karakteristik dari pikiran Kristus, khususnya yang tertulis dalam ayat ke 6, yaitu bahwa Tuhan Yesus tidak mempertahankan apa yang Dia miliki demi keselamatan umat manusia di muka bumi, khususnya bagi mereka yang percaya kepadaNya. Pada waktu Yesus datang ke dalam dunia, segala kemuliaanNya yang ada di surga telah ditinggalkannya, sedangkan Dia harus lahir sebagai bayi yang hina dan lemah. Semua ini dilakukan untuk mentaati kehendak Bapa. Ketika Yesus mulai bertumbuh dewasa Dia tidak pernah komplin atas keadaanNya, salah satunya adalah fasilitas sebagai pribadi yang mulia, tetapi Dia bertumbuh dalam kesederhanaan, seperti  yang dikatakan dalam Yesaya 53:2 : “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”

Pada saat berada di Golgota untuk disalibkan Dia tidak pernah komplin terhadap segala apa yang sedang Dia alami, karena Dia sedang menjalani tahta kemuliaan dan keagungan yang akan diperoleh dari Bapa. Kalau kita memiliki pikiran Kristus maka kita tidak akan mempertahankan apa yang ada pada kita. Seandainya kita mendapatkan buah, maka janganlah kita makan beserta bijinya tetapi bijinya itu kita berikan untuk ditabur. Tetapi kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari kita telah temukan banyak orang hanya mempunyai satu pikiran namun bukan pikiran Kristus, sehingga apa yang seharusnya diberikan kepada Bapa justru dimakan juga. Ada beberapa hal lain yang diminta oleh Bapa, diantaranya : talenta, waktu, tenaga, bahkan anak kita (seperti kisah daripada Abraham). Tetapi apabila kita memiliki pikiran Kristus, maka kita akan memberikan dengan hati yang tulus. Memang, untuk dapat melakukan hal tersebut tidak semudah apa yang kita katakan.

Kadang-kadang, keberhasilan, kekayaan maupun orang yang kita kasihi tiba-tiba diambil oleh Bapa, sedangkan kita belum siap akan hal tersebut. Untuk itu perlu ditanamkan dalam hati kita bahwa Allah tidak punya maksud jahat atas hidup kita, sebab firmanNya berkata : ”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11). Dan untuk memahami akan hal ini kita perlu banyak belajar dan mengalaminya. Karena tanpa kita mengalami secara pribadi maka firman yang kita terima hanya sebuah pengetahuan saja. Tetapi apabila firman itu kita terima dan kita alami (lakukan), maka kita dapat melihat bahwa firman Tuhan itu adalah hidup dan bukan sekedar kata-kata mati.

Bukankah hidup ini adalah perjuangan dan keberhasilan adalah suatu proses yang harus kita jalani. Tanpa adanya proses maka gol itu tidak akan kita peroleh. Demikian halnya dengan Yesus; sebelum dia ditinggikan dan dimuliakan, terlebih dahulu Dia harus mengalami proses yang begitu berat, dan tidak ada seorangpun dapat menanggungnya. Begitu pula dengan tokoh-tokoh Akitab yang lain, sebelum mereka mencapai pada puncak kejayaannya mereka mengalami proses yang begitu panjang dan menyakitkan, tetapi oleh karena mereka tetap fokus terhadap apa yang hendak mereka peroleh maka mereka tetap bertahan. Salah satu contoh tokoh Alkitab yang dapat kita ambil adalah kisah mengenai Yusuf, dimana Yusuf tahu bahwa nantinya ia akan menjadi seorang penguasa (di Mesir), tetapi pada saat ia dimasukkan ke dalam sumur maka ia tidak dapat berbuat apa-apa, dan seolah-olah visi yang hendak dicapai “putus di tengah jalan,” oleh sebab itu  ia sungguh-sungguh bergumul untuk tidak kuatir terhadap apa yang sedang ia alami, dan pada saat dia keluar dari sumur ia dijual oleh saudara-saudaranya untuk menjadi seorang budak, lalu setelah dijual ia difitnah oleh istri potifar selaku majikannya, kemudian ia harus masuk ke dalam penjara, dan pada akhirnya ia menjadi penguasa di Mesir.
Meskipun pada akhirnya ia menjadi penguasa di Mesir, tetapi ia harus melalui perjalanan yang cukup panjang dan penuh pergumulan. Mungkin saat ini kita tidak melihat apa-apa, dan seolah-olah kita menghadapi jalan buntu, namun percayalah bahwa Tuhan adalah sutradara kita yang akan membawa kita pada kebahagiaan. Apabila saat ini kita sedang menghadapi pergumulan yang begitu berat menurut ukuran kita maka percayalah bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan dan Dia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Dan yakinlah bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kekuatan kita, sehingga kita dapat menanggungnya asalkan kita tidak tawar hati, sebab firman Tuhan menasehatkan, “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” (Amsal 24:10). Jadi yang menjadi ukuran besar atau kecilnya suatu permasalahan tergantung sikap hati kita. Apabila kita tawar hati maka kita merasakan bahwa persoalan itu sangat berat tetapi jikalau kita tidak tawar hati maka kita sanggup menghadapi segala persoalan.

Selanjutnya kita belajar lagi mengenai pikiran Kristus seperti yang tertulis pada ayat 7, ”melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” Disini kita dapat menemukan bahwa pikiran Kristus itu bukan hanya tidak mempertahankan apa yang diminta oleh Bapa tetapi memiliki pikiran atau hati seorang hamba. Kalau kita memiliki pikiran Kristus maka kita harus memiliki sikap seorang hamba dihadapan Allah. Orang yang mengenakan pikiran Kristus pasti akan melayani, tetapi orang yang melayani belum tentu mengenakan pikiran Kristus. Karena berapa banyak orang yang terlibat dalam pelayanan memiliki karakter seperti boss, segala sesuatu “main perintah” dan merasa dibutuhkan. Menganggap orang lain lebih rendah dibanding dengan dirinya. Bukankah firman Tuhan menasehatkan, ”Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Matius 23:11).

Saudara, selain kita memiliki hati seorang hamba kita harus memiliki pikiran yang merendah, seperti yang tertulis dalam Filipi 2:8, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Pikiran Kristus adalah pikiran yang merendah. Orang yang mengenakan pikiran Kristus akan merendah tetapi bukan memiliki pikiran yang rendah. Sebab firman Tuhan menasehatkan, ”Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan” Pikiran yang merendah itu mengakui bahwa tanpa turut campur tangan Tuhan maka kita tidak dapat berbuat apa-apa, karena segala sesuatu itu karena anugerah. Selain itu kita harus taat sampai mati seperti Tuhan Yesus. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

27 November 2014

Tanpa Ada Kepalsuan

Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
Yohanes 1:47
Di dunia ini terdapat dua bagian yang berbeda, yaitu ada yang asli dan ada yang palsu. Bahkan dalam dunia roh pun ada yang asli dan juga ada yang palsu. Misalnya ada Tuhan, ada hantu, ada Kristus maka ada antikris. Demikian juga dengan barang, ada barang yang asli, tetapi ada barang yang palsu. Ayub memiliki teman bahkan lebih karib dari seorang saudara. Tetapi dia juga memiliki teman yang palsu.

Dalam Yudas 1:4 telah dikatakan : “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.” Ayat ini mengingatkan bahwa di antara kita ada yang menelusup, yaitu yang palsu. Apakah ada di antara orang percaya ini ada yang palsu?
Dalam Yudas 1:10-11 disebutkan 3 nama yang termasuk palsu: yaitu Kain, Bileam, dan Korah. Kain telah membunuh adiknya karena benci. Kekristenan yang diwarnai kebencian adalah Kekristenan yang palsu. Bileam merupakan figur dari orang yang dalam pelayanannya berorientasi kepada uang.
Korah (termasuk Datan dan Abiram) memberontak kepada pemimpinnya yaitu Musa. Kalau orang Kristen memberontak kepada pemimpin maka ia adalah orang Kristen palsu.
Sama halnya dengan uang palsu, demikian anak Tuhan yang palsu juga dapat dalam melayani pekerjaan Tuhan, tetapi suatu saat, pasti ketahuan yang mana palsu dan yang mana asli. Ini akan terjadi pada saat kita menghadap Tuhan. Untuk itu mari kita tanggalkan kepalsuan yang masih ada dalam diri kita agar kita dapat masuk dalam Kerajaan Sorga.
Tuhan menginginkan agar kita menguji diri kita sendiri. II Korintus 13:5 berkata : “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.” Ini merupakan perintah untuk menguji diri. Supaya jangan sampai di hadapan Tuhan kita justru ditolak. Untuk itu, kita harus tahu apa yang harus diuji.
Ada tiga hal yang harus kita uji dalam kehidupan kita, diantaranya :

1. Pertobatan/Keselamatan

Apakah pertobatan kita ini asli atau palsu? Kita berpikir kita sudah selamat dan memiliki iman, tetapi ternyata itu hanya dugaan kita semata. Tentu ada tanda-tanda jika kita memiliki keselamatan yang sejati atau palsu. Orang yang memiliki keselamatan asli tentunya ada usaha untuk taat kepada-Nya (1 Yohanes 2:3-4), tidak suka berbuat dosa (1 Yohanes 3:6), mengasihi sesama (1 Yohanes 3:14), mendengar kepada pemimpin rohaninya (1 Yohanes 4:6).
Yesus mati di kayu salib untuk mengampuni dosa kita, sehingga kita diselamatkan. Kalau seseorang, karena sesuatu hal jatuh dalam dosa, maka kita berpendapat bahwa orang ini tidak selamat. Yesus tentu tidak mau pengorbanan-Nya sia-sia begitu saja. Memang dalam hal keselamatan ini ada dua pandangan, yaitu paham Calvinisme, yaitu sekali selamat, tetap selamat. Sedangkan Armenian memiliki paham keselamatan itu bisa hilang. Dalam hal ini kita tidak perlu ekstrim pada dua paham ini, tetapi hendaklah pandangan kita tertuju kepada Yesus. Kalau Yesus sudah menyelamatkan kita, maka Dia memiliki kepentingan yang kuat untuk mempertahankan kita. Kalau kita salah maka Dia akan mengingatkan dengan berbagai cara. Oleh karena itu apabila kita diingatkan dengan berbagai macam cara, maka janganlah putus asa, sebab segala sesuatu yang Dia lakukan untuk kebaikan kita. Dia akan terus berusaha menyelamatkan kita.

2. Komitmen

1 Tesalonika 5:17 berkata : “Tetaplah berdoa.” Ini bukan usulan ataupun himbauan, tetapi ini merupakan perintah. Terkadang kita berkutat dengan kekuatiran dan ketakutan kita. Untuk itu berdoalah, serahkanlah semua kepada Tuhan, karena sampai hari ini, Tuhan tetap menjawab doa kita, seperti yang tertulis dalam Mazmur 37:5, “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” Demikian orang yang berdoa dengan tekun akan mendapatkan jawaban sebab Yesuslah jawaban hidup kita.
Tuhan mau supaya kita memiliki komitmen ini, yaitu berdoa. Kalau kita berdoa hanya pada waktu ibadah, itu dapat dikatakan palsu. Doa merupakan nafas kehidupan kita sehari-hari. Komitmen juga harus kita lakukan dalam hal memberi korban persembahan dan mengejar Firman. Yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat seperti yang tertulis dalam  Pengkhotbah 10:10 dan Amsal 13:10. Kalau kita mengejar Firman, maka akan mendapatkan hikmat dan yang terpenting untuk berhasil adalah memiliki hikmat Tuhan. Mendengar Firman ibarat kita sedang menabung, dan pada saat diperlukan maka maka hikmat itu akan keluar. Kalau seseorang tidak memiliki hikmat, maka hidupnya akan susah. Dan ayat lain juga dikatakan : “tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mazmur 1:2-3).

3. Perkataan

Seringkali kita salah dalam berbicara. Firman Tuhan berkata : “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan” (Amsal 15:1-2). Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam perkatakan kita sebab apa yang kita katakan itulah yang akan terjadi seperti yang tertulis dalam Amsal 18:21, “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.”  Selain itu dalam ayat lain dikatan, “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia” (Mazmur 24:4-5). Kalau kita berjanji kepada Tuhan maka harus ditepati. Biarlah lidah kita bukan lidah yang bersumpah palsu. AminSumber: http://www.bethanygraha.org

15 November 2014

Relevansi Kasih Dalam Kehidupan

Ayat Bacaan: 1 Yohanes 4:7-21

Dunia telah mengalami kekeringan akan kasih; sehingga pada waktu dimunculkan hari kasih sayang, maka ditangkaplah “kasih” itu. Walaupun demikian Iblis menungganginya lagi dengan berbagai cara, sehingga “kasih” yang sebenarnya merupakan kebutuhan bagi dunia ini menjadi salah. Bahkan ada beberapa atribut-atribut tentang kasih seperti cupid, merupakan lambang-lambang dari dewa-dewa, yaitu penyembahan berhala. Oleh sebab itu, kita sebagai anak-anak Allah biarlah kita menyatakan “kasih yang murni” yaitu kasih yang dari Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Kalau kita tidak dapat mengasihi yang kelihatan, apa lagi yang tidak kelihatan; dalam arti kata bahwa kita tidak dapat mengasihi Allah, jikalau kita mengasihi sesama manusia saja tidak bisa.

Ada seorang filosofi dunia yang berkata bahwa “seseorang tidak dapat mengasihi saudaranya dikarenakan mereka tidak dapat mengasihi diri sendiri.” Ini merupakan pendapat yang tidak tepat, karena orang sangat mengasihi dirinya sendiri, tentunya dia akan membenci orang lain. Jadi yang benar adalah “Orang tidak bisa mengasihi saudara atau sesamanya, karena mereka tidak mengasihi Allah.” Dan perlu diketahui bahwa kasih Allah memotifasi seseorang untuk dapat mengasihi orang lain.

Ada beberapa hal penting mengenai kasih yang harus kita pahami, tentunya ditinjau dari sisi iman Kristen :

1.    Kasih itu adalah perintah yang harus ditaati.

Lukas 10:27 berkata, “Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Pada ayat diatas terdapat kata ‘kasihilah’, yang intinya menunjuk pada suatu perintah. Dan perintah ini tidak dapat dilanggar, sebab apabila dilanggar maka sama dengan kita berbuat dosa. Namun dalam kenyataannya kita sering melakukan tindakan kasih yang disertai dengan syarat-syarat tertentu. Misalnya, kita mengasihi seseorang apabila orang tersebut juga mengasihi kita atau memberi keuntungan kepada kita. Tetapi sebaliknya bagi orang yang tidak mengasihi atau memberi keuntungan kita dianggap sebagai lawan atau kompetiter.

2.    Kasih adalah pilihan yang harus kita ambil.

Wahyu 2:4 berkata, “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.” Bukan kasih yang meninggalkan mereka, tetapi merekalah yang meninggalkan kasih itu. Kasih itu tidak akan pernah hilang, dan jikalau kasih itu tidak ada dalam kehidupan kita, itu berarti kita telah meninggalkan kasih itu. Bukti dari pernyataan kasih dalam kehidupan kita adalah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Sebagai gambaran yang sederhana yaitu bahwa kereta tidak dapat ditaruh di depan kuda, karena pasti sulit untuk berjalan. Jadi mana yang harus dikedepankan, itu yang harus dilakukan. Jadi, kasih kepada Allah dahulu kemudian kita akan dapat mengasihi orang lain dengan mudah.

Bagian yang sukar tentang kasih adalah kasih kepada Allah. Kalau kita berkata bisa mengasihi Allah, tetapi bukti mengasihi saudara tidak ada, sebetulnya kita belum sampai kepada “kasih kepada Allah.” Sebab aplikasi dari mengasihi Allah adalah jika kita mengasihi sesama kita. Sebetulnya lebih mudah untuk mengasihi Tuhan dengan kasih yang luar biasa, karena kesempatan untuk mengasihi Allah lebih besar karena sewaktu-waktu kita bisa bertemu dengan Tuhan. Kita memiliki banyak “cara” untuk mengekspresikan kasih kita kepada Tuhan secara khusus. Untuk itu jadilah orang yang mengasihi Tuhan secara “khusus” bukan seperti “pada umumnya.” Orang-orang khusus adalah orang-orang yang  sangat mencintai Tuhan. Kalau Dia sewaktu-waktu bisa ditemui, maka dengan berbagai “cara” kita dapat menyatakan kasih kita kepada Tuhan.

Selanjutnya, berkat apa yang Tuhan berikan jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan? Ulangan 11:13-15 berkata, “Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu, dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang.” Kalau kita mengasihi Tuhan secara khusus, maka Ia memberikan hujan awal dan hujan akhir secara bersama-sama. Tuhan akan memberikan kepada kita, berkat (gandum), sukacita (anggur), dan urapan (minyak) kepada kita.

Hujan awal tidak seberapa, tetapi hujan akhirlah yang lebat. Kalau hujan awal dan hujan akhir diturunkan bersama-sama, maka akan sangat luar biasa lebatnya. Tuhan sanggup mencurahkan berkat luar biasa dalam hidup kita. Bila hujan awal dan hujan akhir dicurahkan bersama-sama, maka akan terjadi seperti yang tertulis dalam dalam Yoel 2:23-24, “Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena TUHAN, Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, hujan pada awal dan hujan pada akhir musim seperti dahulu. Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum, dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan minyak.”

Kalau kita termotivasi untuk mengasihi Tuhan secara khusus, intim dengan Dia, senantiasa bercakap-cakap dengan Dia, berkorban, dan hal yang khusus lainnya, maka berkat Allah tercurah secara luar biasa dalam hidup kita. Selain itu, Tuhan akan memberikan pemulihan kepada kita seperti dalam Yoel 2:25, “Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu.” Ini diberikan kepada orang-orang yang mengasihi Tuhan secara khusus dan bukan untuk orang-orang pada umumnya. Selain itu kita akan diperlakukan Tuhan secara ajaib seperti dalam Yoel 2:26 “Maka kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya.”  Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

1 November 2014

Tiga Kebenaran Yang Perlu Anda Ketahui

“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil.”
(Mamur 112:1-14.)
Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang sangat suka terhadap perintah Tuhan adalah orang yang berbahagia. Keluarga yang cinta akan Tuhan pasti berbahagia. Orang tua yang suka akan firman Tuhan akan berbahagia, dimana anak cucunya akan perkasa di bumi. Demikian juga, orang yang suka firman Tuhan, Tuhan akan memberikan harta kekayaan/berkat kepada orang itu. Dan firman ini tidak pernah berdusta, sebab firmanNya adalah ya dan amin.

Bukan hanya itu saja,  bagi keluarga yang suka firman Tuhan akan terbit seperti terang di dalam kegelapan.. Memang, setiap manusia pasti mengalami apa yang disebut dengan persoalan, tetapi firman Tuhan berkata : ”tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mazmur 1:2-3). Jadi berbahagialah orang yang kesukaannya terhadap firman Tuhan, karena walaupun mereka berada dalam kesesakan mereka tetap mengalami keberhasilan.

 Dalam II Raja-raja 11:1-20 menceritakan kisah tentang Atalya. Nama Atalya memiliki arti yang baik yaitu Tuhan itu Kuat. Tetapi nama tersebut tidak sesuai dengan keberadaannya. Bukankah hal ini juga terjadi pada banyak orang.  Atalya adalah anak dari Ahab dan Isebel. Atalya memiliki karakter seperti ayah dan ibunya. Lalu Atalya menikah dengan Yoram yang adalah anak raja juga, raja Yosafat. Saat mereka menikah mereka memerintah menjadi raja dan ratu. Lalu Yoram mati dan Atalya seorang diri. Dari perkawinan mereka lahir Ahasia. Lalu Ahasia menggantikan Yoram ayahnya menjadi raja. Hanya setahun memerintah, Ahasia mati.

Seharusnya yang meneruskan adalah anak dari Ahasia, tetapi Atalya mengambil kesempatan itu menjadikan peluang untuk melaksanakan ambisinya. Atalya memiliki pemikiran yang sangat jahat (Baca ayat 1). Semua orang yang berkesempatan menjadi raja dibantainya. Ia pun memerintah sebagai penguasa negeri. Tetapi ada satu cucu yang terluput, yaitu Yoas bin Ahasia (ayat 2). Setelah Atalya memerintah selama 6 tahun, Yoas berumur 7 tahun. Pada waktu itu terbuka kedok dari Atalya. Akhirnya para tua-tua membawa Yoas yang berumur 7 tahun itu dan diangkat menjadi raja. Saat Atalya melihat hal tersebut, ia berkata: khianat, khianat! Dan ia pun dibunuh oleh orang-orang yang sudah mengetahui kejahatannya.

Melalui kisah yang telah dipaparkan diatas, kita akan mendapat beberapa kebenaran yang dapat memberikan tuntunan bagi keluarga, diantaranya :

1. Pengaruh Orang Tua Terhadap Masa Depan Anak-anaknya.

Kita akui atau sadari bahwa peranan orang tua dalam menentukan perjalanan hidup anak adalah sangat besar. Seperti halnya Atalya yang memiliki karakter yang tidak jauh berbeda dengan Isebel (2 Tawarikh 22:3, “Iapun hidup menurut kelakuan keluarga Ahab, karena ibunya menasihatinya untuk melakukan yang jahat.”). Seperti pepatah berkata, ”buah jatuh tidak jauh dari pohonnya,” demikianlah anak tidak jauh dari orang tuanya, baik karakter maupun keberadaannya.
Lingkungan Atalya adalah di tengah-tengah orang yang menyembah berhala. Sehingga selama hidupnya juga menyembah berhala. Kalau kita sebagai orang tua tidak memberikan teladan yang baik kepada anak-anak kita, maka anak-anak akan melakukan hal yang sama dengan orang tuanya. Apa yang orang tua lakukan sudah direkam oleh anak-anak, sehingga ia akan melakukan hal yang tidak jauh dari orang tua lakukan. Kalau anak bertumbuh dari nuansa yang tidak rohani, maka ia akan bertumbuh dengan buruk, tetapi sebaliknya, jika anak itu bertumbuh dalam suasana rohani maka ia akan menjadi orang yang bertumbuh dengan baik. Amsal 22:6 berkata, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”

2. Memilih Teman Hidup Yang Sepadan.

Yoram adalah pemuda yang baik-baik, dan ia anak dari Yosafat yang memiliki pribadi yang sangat berkenan kepada Tuhan. (Baca 2 Tawarikh 20:31-32). Tetapi Yosafat mengambil keputusan yang sangat fatal. Ia memiliki hubungan dengan Ahab, lalu mereka menikahkan anak-anak mereka. Saat Atalya masuk dalam keluarga Yosafat, maka seperti ular berbisa dalam keluarga Yosafat, yaitu menjadi kengerian bagi keluarganya.
Seringkali orang tua yang memiliki anak muda yang mau mengambil pasangan hidup memiliki kriteria yang jasmani saja, misalnya : cantik, tampan, sarjana, kaya dan lain sebagainya. Ini bukan kriteria Alkitabiah. Lihat Abraham, pada waktu mencari pasangan hidup bagi Ishak, memiliki kriteria yang sangat baik (Baca Kejadian 24:2-3). Orang Kanaan adalah orang Enak yaitu keturunan orang yang tidak percaya kepada Allah. Inilah kriteria utama yang orang percaya lakukan. (Baca: 2 Korintus 6:14; Ulangan 22:10) Oleh karena itu, perlu kita pergumulkan pada Tuhan mengenai hal memilih pasangan hidup, supaya hidup kita sesuai dengan rencana Tuhan.

3. Akibat Memiliki Ambisi Pribadi

Atalya memiliki Ambisi pribadi yang sangat besar dan berkobar-kobar. Ia menabur kebencian, bahkan pembunuhan agar ambisi pribadinya tercapai. Tetapi perlu kita ingat bahwa apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai bahkan lebih besar; seperti yang tertulis dalam Firman Tuhan, “yang menabur angin akan menuai badai” (Hosea 8:7). Tuhan ingin agar kita mengerti tentang kebenaran ini. Jangan sampai kita masuk dalam ambisi yang menghancurkan. Kolose 3:17 berkata, “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” 1 Korintus 10:31 berkata, “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”  Amin. Sumber: http://www.bethanygraha.org

25 Oktober 2014

Tanda Orang Kristen

Ayat Bacaan: Yohanes 13:31-38

Dari ayat bacaan di atas, Yesus membagikan tentang arti seorang murid atau orang Kristen. Pada waktu itu Yesus sedang berkumpul bersama dengan murid-murid-Nya. Dia menceritakan tentang apa yang terjadi dengan diri-Nya, bahwa Dia akan disalibkan. Yesus pada waktu itu berkata, bahwa salah satu dari murid-Nya akan menjadi pengkhianat. Tiba-tiba Yudas dengan diam-diam meninggalkan Yesus. Pada waktu Yudas pergi, Yesus berkata, ”Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.” (Yohanes 13:31). Sesudah itu, Yesus juga memberikan perintah baru dalam Yohanes 13:34 dan 35. ”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Saat itu muncul Petrus yang menyatakan mau setia kepada Yesus, tetapi Yesus berkata, ”Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu : Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yohanes 13:38).
Melalui peristiwa dalam ayat bacaan di atas, Yesus ingin memberikan suatu rangkuman khusus, yaitu tentang tanda orang Kristen. Ada tiga tanda orang Kristen yang dapat kita temui.

1. Memiliki keinginan memuliakan Allah

Yohanes 13:31 merupakan teladan Yesus kepada kita. Walaupun Yesus pada waktu itu akan disalib, tetapi Dia berkata bahwa Dia akan dipermuliakan. Ini terjadi, sebab di atas kayu salib, Yesus mengalahkan maut, dan Dia juga menjadi tebusan bagi umat manusia dan jembatan antara Allah dan manusia. Allah dipermuliakan di dalam Yesus. Di atas kayu salib Yesus menunjukkan siapa Allah itu, yaitu pribadi yang penuh dengan kasih, kesetiaan, dan anugerah.
Saudara, setiap kali kita menunjukkan kasih dan kemurahan Allah kepada dunia, maka kita sedang mempermuliakan Dia. Kalau kita dipercayakan sesuatu oleh Tuhan, maka kita harus menunjukkan kasih Allah kepada orang lain. Ada empat hal yang perlu kita ketahui tentang ini, pertama, Tuhan bisa memakai orang lain menjadi alat-Nya untuk menolong kita. Kedua, Tuhan juga bisa memakai orang lain menjadi alat Tuhan untuk memproses kita. Ketiga, kita bisa dipakai menjadi alat uji untuk orang lain. Keempat, Tuhan bisa memakai kita menjadi alat untuk menjawab doa orang lain. Dan yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah “apakah kita sibuk mempermuliakan Tuhan atau sebaliknya, yaitu mempermuliakan diri sendiri ?” Jikalau kita sedang mempermuliakan diri sendiri maka kita harus sadar bahwa hanya Allah yang patut untuk dipermuliakan sebab Dia yang berkuasa atas segalanya. Untuk itu milikilah ketetapan hati untuk tetap mempermuliakan nama Tuhan.

2. Memiliki kasih

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34,35) Dunia tahu bahwa kita orang Kristen atau bukan, yaitu dari kasih kita. Saat ini dunia kering akan kasih. Yesus sendiri memberikan perintah baru, yaitu kasih. Ini berarti, kalau kita tidak ada kasih, maka orang itu bukan seorang Kristen, walaupun memiliki predikat sebagai orang Kristen.
Oleh karena itu janganlah kasih itu hilang dalam kehidupan kita, oleh karena kasih itu adalah tiket untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Jangan buang tiket itu dari hidup kita. Tiket masuk dalam neraka adalah kebencian. Buanglah kebencian dan nyatakanlah kasih kita kepada sesama, terutama kepada saudara seiman (Galatia 6:10). Berapa banyak orang yang mengaku dirinya orang Kristen tetapi dalam kehidupannya penuh dengan kebencian, dengki, dendam ataupun iri. Bukankah firman Tuhan berkata, ”Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.” (I Yohanes 2:10-11). Allah tidak merancang kita untuk binasa tetapi Allah menghendaki agar kita hidup kekal selama-lamanya.

3. Setia kepada Allah

Dalam beberapa peristiwa selama Petrus mengikut Yesus, Petrus berulang kali menyatakan kesetiaannya kepada Yesus. Memang mudah untuk berjanji, tetapi melakukannya susah. Inilah Petrus. Saat itu Yesus berkata kepada Petrus katanya, “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yohanes 13:38). Yang Tuhan mau dalam hidup kita adalah bukan hanya menyatakan janji kita kepada Tuhan, tetapi juga melakukannya. Dengan segala masalah yang kita hadapi, kita harus tetap dapat melakukan Firman Tuhan.
Hari-hari ini kita akan diperhadapkan kepada suatu keadaan yang membawa kita melakukan tindakan untuk tidak setia kepada Tuhan. Tuhan Yesus menasehatkan, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya engkau jangan jatuh dalam pencobaan.”  Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk tetap intim atau melekat dengan Dia. Kesetiaan seseorang tidak dapat dilihat saat mereka hidup dalam keadaan yang mapan, tetapi saat berada dalam berbagai persoalanlah kesetiaan seseorang akan tampak. Kita akan belajar dari kehidupana Yesus, dimana Dia sungguh setia, bahkan setia sampai mati di atas kayu salib.
Memang banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? (Amsal 20:6). Dan perlu diketahui bahwa orang yang setia akan diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan makanan pada waktunya (Matius 24:45). Dan jikalau saat ini kita mengalami berbagai macam pergumulan, maka percayalah bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, selain itu kita akan dijadikan sebagai pemenang apabila kita bersama-sama dengan Dia, karena kita yang terpanggil dan terpilih tetap setia. Dan pada akhirnya Allah menasehatkan “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Wahyu 2:10) Amin
Sumber: http://www.bethanygraha.org

18 Oktober 2014

Memahami Rencana Tuhan

Ayat Bacaan: Matius 14:22-33

Setelah Yesus memberi makan lima ribu orang, Ia memerintahkan murid-muridNya menyeberang telebih dahulu dengan perahu, sedang Yesus sendiri akan menyusul mereka; sementara Yesus hendak berdoa di bukit, murid-muridNya mulai menjalankan perahu untuk menuju ke seberang. Dan pada waktu itu murid-muridnya taat terhadap segala apa yang diperintahkanNya. Namun pada waktu mereka berada di tengah laut, ada angin sakal yang membuat kapal mereka terombang-ambing. Merekapun  mengalami ketakutan. Hingga Yesus datang kepada mereka dan angin sakal itu pun reda.

Saudara, pada waktu Yesus menyuruh mereka untuk menyeberang terlebih dahulu, Yesus tahu bahwa murid-muridNya akan menghadapi angin sakal. Sehingga hal ini muncul suatu pertanyaan, “mengapa mereka harus menghadapi angin sakal padahal mereka sudah mentaati apa yang diperintahkan oleh Yesus ? apakah Yesus hendak mencelakakan murid-muridNya ? jawabannya : TIDAK. Karena peristiwa ini memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih dalam mengenai kehidupan di dalam Tuhan yaitu bahwa orang yang taat melakukan Firman Tuhan pun dapat mengalami keadaan yang buruk. Hal ini seolah-olah bahwa Tuhan tidak menepati janjiNya, karena firmanNya menjelaskan bahwa orang yang hidup dalam firman Tuhan akan diberkati. Tetapi perlu kita ketahui pula bahwa keadaan buruk yang menimpa kita yaitu untuk melatih kita semakin dewasa dalam pengenalan akan Tuhan, dengan kata lain bahwa kita akan dibawa pada level yang lebih tinggi lagi. Allah sungguh mengerti segala sesuatu yang sedang kita alami. Bahkan Dia tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita.

Karena Dia mengasihi kita, dan tahu apa yang akan kita alami, maka kita tidak perlu takut dan kuatir. Meskipun kita harus menghadapi angin sakal (persoalan), tetapi apabila kita tetap percaya dan bersandar kepada Yesus maka kita akan melihat kuasa dan mujizat Allah dinyatakan. Dan inilah pernyataan murid-murid Yesus yang menunjukkan bahwa mereka telah mengenal dan mempercayai akan keberadaan Yesus, sehingga mereka berkata, ”Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.” (Yohanes 16:30).

Dengan demikian dapat digambarkan bahwa Tuhan seperti seorang sutradara yang membuat suatu cerita yang diakhiri dengan kebahagiaan (“happy ending”). Dan cerita (keadaan) seperti ini hanya berlaku bagi orang yang sungguh-sungguh percaya dan berserah kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Mazmur 37:5. Sebagai contoh adalah kisah Yusuf, Ruth, Daud dan tokoh-tokoh Alkitab yang lainnya. Kesuksesan mereka diawali dengan berbagai ujian yang pada akhirnya menghasilkan “happy ending.”
Lalu, mengapa saat kita sudah berjalan dalam ketaatan, dijinkan mengalami hal yang buruk? Bukan karena Tuhan tidak peduli, tetapi tentu ada maksud dan rencana-Nya. Terkadang Tuhan mengijinkan suatu hal yang menyakitkan terjadi, untuk membentuk diri kita menjadi sesuatu yang berharga, seperti yang tertulis dalam firman Tuhan, yaitu ”Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (Ayub 23:10). Dan jangan sekali-kali kita tawar hati saat menghadapi pencobaan, sebab firmanNya berkata : ”Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” (Amsal 24:10).

Saudara, bukankah pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita, namun kenyataannya berapa banyak orang yang mengaku dirinya anak Tuhan atau pengikut Kristus; saat mereka menghadapi suatu pergumulan yang tak kunjung padam, mereka mulai mencurigai Tuhan; dan menganggap bahwa Tuhan melalaikan segala apa yang telah dijanjikanNya. Untuk itu marilah kita selidiki firman Tuhan yang terdapat dalam II Petrus 3:9, dimana disitu dikatakan : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”

Lalu, dari berbagai persoalan yang ada, sikap apa yang harus kita ambil ? Firman Tuhan menasehatkan, ”Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5-6) Kalau kita menghadapi suatu keadaan yang buruk dan dihadapi dengan sikap sesuai dengan firman Tuhan, maka akan berakhir dengan kebahagiaan (”happy ending).” Begitu sebaliknya apabila kita dalam keadaan yang baik tetapi kita bertindak tidak sesuai dengan firman Tuhan maka kita akan mengalami keadaan yang buruk; apalagi kita menghadapi keadaan yang buruk dengan sikap yang tidak sesuai dengan firman Tuhan maka keadaan akan semakin buruk. Jadi melalui nasehat firman Tuhan yang terdapat dalam Amsal 3:5-6, kita akan pahami satu persatu dari beberapa kalimat yang ada, supaya ketika kita  menghadapi keadaan yang buruk dapat mengubahnya menjadi baik, yaitu dengan cara :

Percaya kepada Tuhan


Kita seharusnya percaya kepada kemampuan, kasih, kuasa, dan kesetiaan-Nya. Dia yang tidak pernah lelah dan bosan mencurahkan kasihNya kepada kita. Oleh sebab itu kita tidak perlu takut akan hari esok. Seringkali kita terjebak dalam rutinitas, sehingga ibadah hanya menjadi suatu kewajiban bukan sebagai suatu gairah. Untuk itu marilah kita belajar seperti Maria yang begitu haus dan lapar untuk bersekutu dengan Tuhan dan mempercayakan dirinya kepada Allah.
Tidak bersandar pada pengertian sendiri
Berapa banyak orang lebih yakin atas kemampuan dan pengertiannya sendiri dari pada kekuatan dan kuasa Tuhan. Padahal pengertian manusia sangatlah terbatas, oleh sebab itu firman Tuhan mengingatkan, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yeremia 17:5).

Mengakui Dia dalam setiap langkah kita


Jikalau kita ada sebagaimana kita ada saat ini, maka perlu kita ketahui bahwa itu semua semata-mata oleh kasih dan karunia Tuhan, oleh sebab itu jangan seorang pun memegahkan diri atas segala apa yang ia miliki tetapi menyadari bahwa semuanya adalah anugerah Tuhan. Dan dengan melakukan ketiga hal ini maka kita tetap kuat di dalam Tuhan dan hidup penuh kemenangan. AminSumber: http://www.bethanygraha.org

10 Oktober 2014

Mendapatkan Sesuatu Yang Lebih

Ayat Bacaan: 1 Raja-raja 3:5-15



Setiap orang yang ada di dunia ini tentunya mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Sehingga berbagai macam cara dan usaha telah dilakukan semata-mata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Namun kali ini kita akan belajar dari kehidupan raja Solomo, dimana ketika Salomo bertemu dengan Tuhan, ia mendapatkan sesuatu yang lebih lagi. Sedangkan yang menjadi pertanyaannya adalah apakah keadaan seperti itu masih berlangsung sampai saat ini. Hal ini masih bisa berlangsung apabila kita tetap membangun suatu hubungan atau komunikasi kepada Tuhan. Karena sebenarnya Tuhan masih berkomunikasi dengan umatNya melalui berbagai macam cara; baik itu melalui mimpi, pembacaan firman Tuhan, berbicara secara audible (langsung), atau melalui peristiwa maupun kejadian yang sedang kita alami, dan lain sebagainya. Dan jikalau saat ini kita tidak pernah berkomunikasi dengan Tuhan maka hal itu berarti dalam diri kita ada yang salah. Untuk itu marilah kita belajar dari beberapa hal seperti yang Salomo lakukan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih lagi.

1. Berani mengakui kekurangannya.


1 Raja-raja 3:7 berkata, “Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.” Berapa banyak orang sulit untuk mengakui kekurangannya. Mereka lebih cenderung mengakui bahwa dirinya hebat dan lebih dari orang lain. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa orang tersebut adalah sombong. Dan orang yang sombong adalah lawan Allah (Yesaya 2:11); selain itu kesombongan adalah awal kehancuran. Firman Tuhan telah menasehatkan, “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Lukas 14:11).
Saudara, dengan mengakui kekurangannya, maka Salomo mendapatkan sesuatu yang lebih lagi. Oleh karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya (I Petrus 5:6).
Kita harus mengakui kekurangan kita. Kalau orang mau merendah, pasti jalannya akan naik. Kalau ada orang yang kaya tetapi sombong, maka jalannya pasti menurun, apalagi kalau orang itu miskin dan juga sombong, maka tidak akan ada jalan naik. Maka dari itu marilah kita dapatkan yang “lebih lagi” dari Tuhan dengan jalan merendahkan hati. Kita percaya bahwa Roh Kudus akan memberikan kekuatan kepada mereka yang lemah, selama orang tersebut tidak putus asa. Memang, untuk mengetahui apakah diri kita sombong atau tidak, itu tidak mudah. Tetapi kita dapat bercermin melalui kebenaran firman Tuhan. Jangankan dihadapan Tuhan, dihadapan manusiapun, orang yang rendah hati itu sangat disukai.

2. Harus berdoa untuk hal yang tepat


1 Raja-raja 3:9-10 berkata, “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yanjahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian.” Tuhan masih menjawab doa orang-orang percaya, dan mujizat Tuhan masih tetap berlangsung sampai hari ini. Untuk itu doa kita harus sesuai dengan kehendakNya. Allah kita adalah Allah yang besar, dan bagi Dia tidak ada hal yang sulit untuk mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Untuk itu biarlah kita berdoa dengan benar.

Saudara, banyak orang yang sudah lama berdoa tetapi doanya belum dikabulkan. Lalu apa yang menyebabkan semua hal ini terjadi ? Salah satu jawabannya adalah karena orang tersebut meminta sesuatu yang tidak tepat, dan apa yang dimintanya hanya untuk memenuhi keinginan daging; seperti yang tertulis dalam Yakobus  4:3 “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”  Tetapi apabila kita minta sesuatu sesuai dengan kehendakNya dan untuk memuliakan namaNya, maka kita akan menerimanya. Dan jikalau saat ini kita minta sesuatu belum atau tidak dijawab oleh Tuhan, maka kita koreksi diri kita terlebih dahulu. Apakah permintaan kita sudah sesuai dengan kehendakNya atau tidak.

3. Hidup sesuai jalan yang Tuhan tunjukkan dan tetap setia


1 Raja-raja 3:14 berkata, “Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu." Salomo hidup sesuai dengan jalan yang Tuhan tunjukkan dalam ketaatan. Salomo pada waktu  berdoa meminta hikmat, ia mendapatkan hikmat itu. Dengan hikmat itu, Tuhan memerintahkan untuk taat. Artinya bagi kita adalah kalau kita sudah berdoa, lalu kita mendapatkan apa yang kita doakan, maka pakailah apa yang kita terima itu untuk kemuliaan Tuhan.

Waktu Salomo mendapat hikmat, ia memakai hikmat itu untuk kemuliaan Tuhan, seperti yang tertulis dalam 1 Raja-raja 3:16-28. Dan akhirnya melalui peristiwa itu semua orang memuliakan Tuhan. Kalau kita diberi talenta, waktu, tenaga, harta, dan apa yang ada pada kita, pakailah itu untuk memuliakan Tuhan. Jadi segala sesuatu yang telah kita terima dari Tuhan biarlah kita kaitkan kembali untuk kemuliaan Tuhan, termasuk perpuluhan. Mungkin orang hanya berfikir bahwa perpuluhan adalah sekedar kewajiban guna berlangsungnya pelayanan di gereja, tetapi kalau perhatikan sebenarnya bahwa semuanya itu untuk diri kita juga, sebab dalam Maleakhi 3:10 dijelaskan bahwa Tuhan akan membuka tingkap-tingkap langit untuk melimpahkan berkatnya atas kita.

Memang dalam hidup Salomo, dia mengalami peningkatan terus menerus, tetapi dalam 1 Raja-raja 11:1-4 Salomo mengalami penurunan yang drastis, karena ia tidak setia lagi. Permulaan memang dia menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama, tetapi akhirnya, ia memprioritaskan wanita (istri dan gundiknya) di atas Tuhan.
Kita dipanggil dan dipilih untuk tetap setia sampai akhir hidup kita. Karena orang seperti inilah yang akan mendapatkan kelimpahan sampai selama-lamanya. “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?” (Amsal 20:6) Amin.Sumber: http://www.bethanygraha.org

Iman Yang Teruji

“Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.”
(1 Petrus 4:12-13)

Saudara, melalui bacaan di atas kita akan mendapatkan suatu peringatan supaya kita tidak heran dengan keadaan-keadaan yang akan kita alami.  Namun semuanya itu akan membawa kita untuk hidup yang penuh dengan kemenangan dengan di dasari iman yang teruji. Firman Tuhan berkata bahwa tanpa iman seseorang tidak dapat bertemu dengan Allah. Dan kali ini kita akan masuk lebih dalam lagi yaitu mengenai iman yang teruji. Dan iman yang teruji ini tidak terjadi hanya sesaat, sebab yang Tuhan inginkan adalah bertahan sampai akhir. Bertumbuh atau tidaknya iman seseorang itu terlihat saat berada dalam ujian. Jadi, maukah saudara memiliki iman yang teruji ?. Ujian terhadap iman kita beraneka ragam bentuknya. Untuk itu mari kita pelajari tentang ujian-ujian terhadap iman kita, diantaranya :

1. Kelimpahan


Ujian terhadap iman kita tidak selalu berupa penderitaan maupun kesusahan. Memang, masalah atau persoalan kadang diijinkan melanda hidup kita untuk menguji iman kita. Tetapi hal lain yang juga menguji akan iman kita yaitu kemakmuran. Berapa banyak orang jatuh dalam dosa, justru pada waktu ia diberkati. Sementara berada dalam kesesakan, seseorang dapat begitu dekat dan bergaul dengan Tuhan, tetapi pada waktu diberkati mereka mulai lebih dekat dengan hartanya dibanding dengan Tuhan. Pada saat seseorang dalam keadaan miskin, mereka lebih mengutamakan mencari wajah Tuhan, namun setelah menjadi kaya yang dicari bukan lagi Tuhan tetapi tempat-tempat hiburan.
Saudara, kita akan melihat sebuah contoh mengenai orang yang diberkati dengan kelimpahan, namun setelah diuji akan kasihnya terhadap Tuhan, justru ia memilih harta kekayaannya dibanding Tuhan (Lukas 12:16-19). Bagi Tuhan tidak ada yang sulit untuk memberkati kita asalkan kita sungguh-sungguh mengasihi Dia dan tetap setia.

2. Pencobaan


Terlalu muda kita mengucap syukur pada waktu kita diberkati. Lalu, bagaimana sikap kita saat menghadapi berbagai cobaan yang datang tanpa diundang dan menyerang secara bertubi-tubi ?. Dapatkah kita tetap bersukacita dan mengucap syukur ? Ada dua kemungkinan yang akan terjadi apabila seseorang jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan. Yang pertama, seseorang dapat meninggalkan Tuhan ketika berada dalam pencobaan, misalnya kisah tentang Demas yang telah  ditulis dalam surat Paulus yang ditujukan kepada Timotius, dimana Demas telah mencintai dunia dan meninggalkan Paulus. Maksudnya bukan meninggalkan pribadi Paulus tetapi dia telah meninggalkan Tuhan. Dan  kemungkinan yang kedua adalah orang yang berada dalam berbagai cobaan akan semakin tekun dan kuat di dalam Tuhan, serta imannya semakin tumbuh dewasa. Seperti yang sampaikan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan namun tidak binasa” (II Korintus 4:8-9). Paulus menyadari bahwa dirinya benar-benar diproses untuk memiliki iman yang kuat (teruji).

3. Kejadian Yang Buruk

(Ayub 19:25-26)
Setiap orang tentunya pernah mengalami peristiwa yang buruk atau menakutkan, walaupun tidak seburuk seperti yang Ayub alami. Dimana suatu saat anaknya Ayub mati semua, kemudian hartanya ludes (habis), kemudian istrinya mengata-ngatai Ayub, dan menyuruh mengutuki Tuhan. Selain itu tubuh ayub dipenuhi dengan borok dan juga teman-temannya mulai meninggalkan dia. Dari kisah Ayub ini kita dapat menarik suatu pelajaran yang luar biasa. Walaupun Ayub mengalami keadaan yang buruk tetapi Ayub tidak berbuat dosa dengan perkataannya. Ia menyadari bahwa Tuhan sedang menguji Dia. Memang, Ayub sempat membela dirinya dihadapan Tuhan, tetapi pada akhir kisah Ayub ini, dia telah mencabut segala perkataannya (Ayub 42).

Saudara, melalui peristiwa buruk inilah Ayub boleh mengenal Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang, seperti yang tertulis dalam Ayub 42:5, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri mamandang Engkau.” Dan pada akhirnya kehidupan Ayub dipulihkan secara luar biasa, bahkan keadaannya lebih baik dari sebelumnya. Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita saat ini juga mengalami keadaan yang sangat buruk ? Apabila ya, maka biarlah kita ingat bahwa Tuhan sedang menguji kita supaya kita timbul seperti emas, seperti firmanNya yang tertulis dalam Ayub  23:10, “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”
Ketiga hal ini merupakan alat untuk menguji orang-orang percaya. Tetapi jangan sampai dari ketiga hal ini membuat kita undur dari Tuhan. Karena apabila kita undur dari Tuhan maka kita tidak layak dihadapan Tuhan. Dan kita tahu bahwa semakin pisau itu diasa maka pisau itu akan semakin tajam. Demikianlah kehidupan kita, apabila kita sering diasa dengan berbagai macam ujian maka hidup kita akan berguna sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Sebab bukan orang yang memuji dirinya yang tahan uji, tetapi orang yang dipuji Tuhanlah yang tahan uji.

Oleh sebab itu, melalui beberapa uraian di atas biarlah boleh melengkapi kita saat iman kita sedang diuji. Apabila kita berkelimpahan, maka janganlah kita semakin jauh dari Tuhan, tetapi sebaliknya, kita akan semakin melekat pada Tuhan. Dan apabila kita jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan maka janganlah kita undur dari Tuhan tetapi kuatkan dan teguhkan hatimu sebab pencobaan-pencobaan yang sedang kita alami tidak melebihi kekuatan kita. Karena Tuhan segera menolong kita. Bahkan apabila sedang mengalami keadaan yang sangat buruk maka ingatlah Tuhan turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, apabila kita tetap mengasihi Dia (Roma 8:28). Amin.Sumber: http://www.bethanygraha.org

30 September 2014

Mengalami Kerajaan Allah Di Bumi

 “Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.”
(Markus 10:13-16)

Tuhan Yesus memiliki kerinduan yang besar terhadap semua umat pilihanNya untuk dapat mengalami apa yang disebut dengan kehidupan dalam Kerajaan Allah; dan kerinduan tersebut bukan saja dialami nanti pada waktu kita bertemu dengan Tuhan, namun kita juga mengalami di bumi. Sedangkan ukuran bahwa seseorang mengalami kerajaan Allah itu tidak dapat diukur melalui banyaknya materi, mewahnya rumah, mobil atau tingginya kedudukan/jabatan maupun tingginya status sosial dalam masyarakat, melainkan dapat diukur dari sukacita dan damai sejahtera oleh Roh Kudus (Roma 14:7).

Untuk itu kita perlu tahu bagaimana caranya kita bisa mengalami Kerajaan Allah di bumi, yaitu menjadi seperti anak kecil. Mengapa harus menjadi seperti anak kecil? 2 Korintus 11:3 mengatakan, “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” Lawan dari licik adalah kesederhaan/ “simple” (tidak licik). Yudas Iskariot merupakan gambaran sebagai orang yang licik. Hal ini tampak ketika Yesus berada di Taman Getsemani menjelang kematianNya; Yudas telah mencium gurunya (Tuhan Yesus). Tetapi dibalik semuanya itu, ada niat jahat yang tersimpan di hati Yudas, yaitu menjual Yesus. Yudas Iskariot memiliki “muka” atau tindakan yang berbeda dengan “belakangnya.” atau isi hatinya. Hal yang demikian bukankah sering kita jumpai di kalangan orang-orang yang mengaku dirinya pengikut Kristus ?, atau bahkan pernah maupun sedang kita lakukan saat ini. Jikalau saat ini kita bersikap demikian, maka kita tidak mendapatkan Kerajaan Allah. Tuhan ingin supaya kita memiliki hati yang murni di hadapanNya.

Bukan hanya itu saja, Amsal 9:9 berkata, “berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.” Kalau kita memperhatikan sikap seorang anak, maka kita tidak hanya menemukan sikap yang polos atau sederhana saja, tetapi mereka juga mau untuk diajar. Dan apabila kita lihat dalam kenyataannya, seberapa banyak diantara kita yang percaya kepada Yesus mau membuka hati untuk menerima pengajaran dari Tuhan melalui penyampaian Firman Tuhan maupun membaca firman Tuhan sendiri. Oleh karena itu, milikilah roh yang mudah untuk diajar agar kita bisa menikmati Kerajaan Allah di muka bumi ini. Kalau kita membuka pendengaran kita untuk Firman Tuhan, maka Tuhan sendiri akan memberikan rhema kepada kita. Sebab dalam firman Tuhan juga dikatakan “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17)
Selanjutnya, Amsal 3:5-7 berkata, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.” Kata percaya kepada Tuhan dengan segenap hati dapat digambarkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu hubungan antara anak dan bapak. Dimana anak kecil memiliki kelebihan, yaitu kepercayaan yang penuh kepada ayahnya. Demikian juga, kita seharusnya percaya kepada Tuhan Yesus dengan sepenuh hati tanpa ada alasan-alasan yang justru menghalangi kuasa Tuhan untuk bekerja dalam kehidupan kita. Kita memiliki Bapa yang sangat kaya, sehingga kalau kita percaya, maka kita tidak akan dipermalukan. Dan orang yang percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus akan mengalami Kerajaan Allah di bumi ini, sehingga hidupnya di bumi ini tidak menjadi sia-sia, tetapi menjadi berkat bagi orang lain.

Matius 6:12 berkata, “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Seorang anak kecil akan mudah untuk mengampuni. Misalnya, setelah mereka habis berkelahi, maka tidak lama kemudian mereka akan “baikan” kembali dan melupakan kejadian yang baru saja mereka lakukan. Terlebih itu, di hati mereka tidak ada perasaan dendam seperti halnya yang dilakukan oleh orang-orang dewasa. Dan perlu kita ingat, bahwa pada ayat berikutnya yaitu ayat 15 menegaskan, “jikalau kita tidak mengampuni orang, maka Bapa kita di sorga tidak akan mengampuni kesalahan kita”. Saudara, jikalau seseorang tidak mendapat pengampunan dari Tuhan maka orang tersebut tidak layak masuk dalam kerajaan sorga. Sedangkan orang yang memiliki kasih khususnya mudah mengampuni akan mengalami Kerajaan Allah. Dan jikalau kita menyimpan dendam/kebencian, maka justru hal itu akan menyengsarakan diri kita sendiri. Orang yang menaruh kebencian adalah orang yang belum pindah dari maut. Yudas Iskariot mengalami kebinasaan karena  tidak memiliki kasih (1Yohanes 3:14). Untuk itu, kita harus memiliki kasih. Lalu, bagaimana kita tahu, apakah kita memiliki kasih atau tidak? Yaitu melalui sikap, perkataan dan perbuatan. Saat ini kita dipanggil bukan untuk menjadi petarung satu dengan yang lainnya, tetapi menjadi pengasih untuk satu dengan yang lainnya. Memang, untuk mengaplikasikan kasih seperti yang difirmankan Tuhan itu tidak mudah, tetapi apabila kita ada kemauan dan tindakan maka kita sanggup menyatakan kasih dalam kehidupan sehari-hari. Sebab pada dasarnya Kekristenan itu identik dengan apa yang disebut dengan “Kasih.”

Yohanes 14:15 berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Seorang anak kecil pasti sangat responsif dalam pengertian bahwa mereka sangat tanggap terhadap apa yang diajarkan, karena semua itu didasari oleh kepolosan atau kesederhanaanya. Sedangkan apabila kita melihat contoh seseorang yang tidak responsif adalah istri Lot. Dimana saat mereka diperingatkan ia tidak meresponi akan peringatan tersebut sehingga pada akhirnya ia menjadi tiang garam. Oleh karena itu, biarlah kita memiliki sikap yang responsif terhadap apa yang dikatakan Tuhan, dan jangan sampai kerohanian kita jauh tertinggal dari orang-orang percaya lainnya, supaya keadaan seperti yang tertulis dalam Matius 19:30 tidak terjadi dalam kehidupan kita. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

19 September 2014

Serupa Dengan Gambaran AnakNya

Ayat Bacaan: Roma 8:18-30


Kehendak Tuhan atas kita adalah seperti yang tertulis dalam Roma 8:29, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung diantara banyak saudara.” Dari ayat ini kita tahu, bahwa Tuhan memiliki rencana dalam hidup kita.
Untuk menjadi serupa dengan Yesus, perlu adanya perubahan atau pembaharuan. 2 Korintus 3:18 berkata, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” Transformasi merupakan perubahan dari dalam. Tuhan mengubah atau membentuk seseorang dengan berbagai macam cara. Bisa melalui beberapan peristiwa seperti : sakit penyakit, kegagalan dan lain sebagainya. Yang pasti, bahwa semuanya itu terjadi supaya kita dapat mengalami perubahan terus menerus sampai menjadi serupa dengan Yesus. Perubahan-perubahan penting yang harus kita alami dalam kehidupan kita supaya serupa dengan Kristus yaitu :

1. Pembaharuan Iman.


Paulus tahu bahwa kemuliaan akan dinyatakan dalam dirinya, yaitu dengan iman. Tuhan ingin mentransformasi iman kita. Transformasi iman akan  benar-benar terjadi dalam hidup kita jika Roh Kudus turut berkarya. Sebelum Roh Kudus dicurahkan, murid-murid Yesus mengalami ketakutan, contohnya Petrus yang menyangkal Yesus tiga kali. Tetapi saat dia menerima Roh Kudus dan mengalami Transformasi iman, maka dia dapat berdiri di hadapan ribuan orang untuk memberitakan Injil Kristus sampai pada akhir kematiannya.
Saudara, apabila saat ini kita sedang masuk dalam berbagai-bagai pencobaan, maka ingatlah bahwa iman kita sedang diproses untuk mengalami pembaharuan. Dan apabila pencobaan itu datang atas kita oleh kerena ketidaktaatan kita kepada Tuhan, maka ingatlah bahwa Allah sedang menyatakan kasihNya kepada kita supaya kita tidak terlalu jauh tersesat dan hilang. Oleh karena itu janganlah kita memiliki konsep yang salah tentang “percaya Tuhan.” Berapa banyak orang berpikir apabila sudah percaya Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat maka persoalan tidak ada. Allah tidak pernah berjanji demikian, tetapi yang pasti apabila kita menghadapi persoalan maka Tuhan memberikan kekuatan supaya kita menang atas persoalan tersebut. Bahkan dalam Mazmur 34:20 dikatakan, “Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu.”

2. Pembaharuan Pengharapan


Pengharapan kita merupakan sauh yang kuat, bahkan dalam Roma 8:24-25 dijelaskan bahwa “kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya ? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.”. Dalam ayat lain juga dikatakan “TUHAN adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya” (Ratapan 3:24). Untuk itu tetaplah berharap kepada Tuhan maka mujizat akan dinyatakan atas kita. Dan sebagai keyakinan kita adala bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Kekuatiran tidak akan mengubah jalan hidup kita, bahkan hanya akan merusak hari yang dianugerahkan Tuhan. Buanglah segala kekuatiran kita. Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, marilah kita untuk tetap berharap. Kalau kita berharap kepada Tuhan, maka berharaplah akan apa yang Dia firmankan (Mazmur 119:114). Harap kita jangan sampai menjadi lemah. Biarlah Roh Kudus yang memberikan kekuatan menguasai kita. Pegang terus Firman Tuhan sampai kita mendapatkan. Sebab apa yang kita ucapkan pasti kita mendapatkannya, seperti yang tertulis dalam Amsal  18:21 bahwa “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” Jadi apabila kita suka menggemakan atau mengatakan hal-hal yang negatif maka itulah yang akan terjadi dalam kehidupan kita, tetapi apabila kita senantiasa mengatakan tentang kata-kata firman maka itulah yang akan terjadi sesuai dengan firman yang kita imani. Bukankah dalam kitab Kejadian dijelaskan bahwa segala sesuatu dijadikan dengan firman Tuhan. Apabila kita meyakini akan hal itu maka tidak sia-sialah pengharapan kita kepada Kristus.

3. Pembaharuan Kasih.


Kekristenan identik dengan kehidupan yang penuh kasih. Walaupun pada kenyataannya banyak orang yang mengaku dirinya Kristen, tetapi tidak menunjukkan kasih. Apalagi saat ini kita hidup dipengujung akhir jaman, dimana kasih manusia mulai dingin seperti yang tertulis Matius  24:12 “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.”
Oleh karena itu, marilah kita koreksi hidup kita; apakah kita sudah hidup dalam kasih atau belum. Dan kasih yang kita miliki biarlah terus mengalami perubahan sehingga mencapai kasih yang sempurna. Selanjutnya, apabila kita hidup dalam kasih, maka apa yang dijanjikan Tuhan lewat firmanNya akan digenapi dalam kehidupan kita yaitu, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, . . . “
Saudara, supaya buah roh yaitu kasih muncul dalam kehidupan kita maka biarlah kita minta kekuatan dari Roh Kudus. Sebab apabila kita mengandalkan kekuatan kita maka kita akan mengalami kegagalan, tetapi apabila kita melibatkan kekuatan Roh Kudus maka kita sanggup menunjukkan kasih itu. Sehingga pada akhirnya kita akan menjadi terang dan garam dunia, dan nama Tuhan akan dipermuliakan.
Dari ketiga hal tersebut di atas yaitu Iman, Harap dan Kasih akan benar-benar terwujud apabila Roh Kudus menolong kita. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

13 September 2014

Ucapan Syukur

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
(1 Tesalonika 5:18)
Salah satu kehendak Tuhan dalam kehidupan kita adalah mengucap syukur, seperti yang tertulis dalam ayat bacaan di atas. Dan pada umumnya seseorang mengucap syukur oleh karena menerima berkat; baik itu berupa materi, kedudukan, jabatan atau terhindar dari malapetaka dan lain sebaginya. Namun kali ini Tuhan mengajar kita untuk mengucap syukur dalam segala hal; tentunya baik dalam suka maupun duka. Sebagai umat tebusan Allah yang telah diselamatkan dari hukuman dosa dan menerima janji-janji Allah, seharusnya tidak punya alasan untuk tidak mengucap syukur. Tetapi, kenyataannya banyak orang yang lalai untuk mengucap syukur, walaupun telah menerima berkat Tuhan.
Oleh karena itu Tuhan mengingatkan kita kembali untuk belajar mengucap syukur senantiasa. Hal ini dapat kita lihat dalam Injil Lukas 17:11-19 yaitu kisah mengenai sepuluh orang kusta yang sudah disembuhkan oleh Yesus. Kesepuluh orang tersebut sedang mengalami persoalan yaitu mengalami sakit kusta. Dan kita menyadari bahwa setiap manusia pasti mengalami persoalan, termasuk kita sebagai anak-anak Tuhan. Memang, persoalan kita berbeda-beda bentuknya, tetapi banyak orang yang membandingkan persoalannya lebih besar dari persoalan orang lain, sehingga mereka melihat orang lain lebih enak dari dirinya. Namun kita akan melihat tindakan orang yang sakit kusta tersebut. Mereka telah mengambil langkah yang benar yaitu mencari Yesus (ayat 13). Mereka berdoa minta pertolongan kepada Yesus, dan mereka telah mendapatkan cara Yesus, yaitu “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam-imam.” (ayat 14a). Memang, terkadang Tuhan memiliki cara yang aneh dalam menolong kita, tetapi apabila kita mengikuti apa yang menjadi cara Tuhan maka segala sesuatu tidak ada yang mustahil. Dan berapa banyak diantara kita yang membatasi kuasa Tuhan, karena menganggap aneh cara Tuhan sehingga mujizat tidak terjadi dalam kehidupan kita.

Saudara, dari kisah ini kita lihat bahwa setelah kesepuluh orang kusta itu pergi, seperti yang diperintahkan Yesus maka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Kata tahir yang terdapat pada ayat 14, berasal dari kata “katharizo” (artinya : bersih). Tubuh yang terkena kusta telah menjadi bersih. Sedangkan pada ayat ke 19 terdapat kata “menyelamatkan,” yang berasal dari kata “sozo” (artinya : sembuh dan selamat). Dalam kisah selanjutnya telah diceritakan bahwa dari antara mereka yang telah disembuhkan hanya terdapat satu orang yang kembali kepada Yesus dan tersungkur di bawah kaki Yesus untuk mengucap syukur, sedangkan kesembilan lainnya tidak kembali. Jadi perbandingannya adalah hanya sepuluh persen yang tahu bersyukur. Apakah ini terjadi dalam kehidupan kekristenan ? Tetapi inilah kenyataannya bahwa sangat langka orang yang mau mengucap syukur. Memang, tidak semua orang tahu untuk mengucap syukur buat segala berkat yang sudah Tuhan berikan. Mereka menganggap bahwa keberhasilan, kemakmuran, dan kesehatan adalah hasil usahanya. Mereka tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang dialami oleh manusia adalah anugerah Tuhan. Dan perlu kita ketahui bahwa sampai hari ini mujizat Tuhan masih berlangsung.

Selanjutnya, yang menarik perhatian kita adalah dalam ayat 17 pada pertanyaan Yesus, “Di mana yang kesembilan lainnya?” Pertanyaan ini mengingatkan kita pada waktu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Tuhan bertanya, “Adam di mana engkau?” Saat ini, Yesus bertanya juga kepada kita dengan pertanyaan yang sama. Tuhan mencari orang yang tidak mau bersyukur. Lalu, Apakah kita semua adalah orang yang sudah tahu bersyukur, atau kita termasuk orang-orang yang dicari Yesus sebab tidak tahu bersyukur. Dan saat ini Yesus mencari orang yang tidak tahu bersyukur, karena percuma mereka mengalami “kesembuhan” saja, jikalau mereka tidak “diselamatkan.” Tuhan mau agar kita disembuhkan dan diselamatkan. Sepuluh orang kusta mengalami posisi yang sama dalam hal persoalan. Mereka juga sama-sama berdoa, tetapi pada waktu mereka mengalami mujizat, yang datang beryukur cuma satu orang. Untuk itu siapapun kita sebagai orang percaya, kita adalah orang yang mengalami mujizat dan tahu mengucap syukur, sehingga kita mengalami keselamatan di bumi dan di sorga.

Mengapa banyak orang tidak bersyukur? Jawabannya adalah lupa. Untuk itu jangan lupa akan kebaikan Tuhan. Bersyukurlah! Mazmur 100 mencatat tentang bersyukur kepada Tuhan. Kalau kita ada sampai hari ini, semua oleh karena anugerah Tuhan. Ada banyak hal yang mesti harus kita syukuri. Hal-hal kecil sekalipun harus kita syukuri. Kalau kita tahu menghargai yang sedikit dan sederhana, lalu kita syukuri, maka Tuhan akan  mempercayakan yang lebih besar lagi.
Ada beberapa cara kita mensyukuri kebaikan Tuhan?

1. Menaikan Pujian Dan Penyembahan Bagi Tuhan.

Pujian yang kita naikkan bukan sekedar keluar dari bibir saja (lip service), tetapi benar-benar keluar dari hati kita. Karena pujian dan penyembahan yang didasari dengan kemurnian hati akan menghasilkan kekuatan yang dahsyat. Dan firmanNya pun berkata : “Allah bertahta atas puji-pujian”

2. Memberikan Korban Persembahan Dengan Hati Yang Tulus.

Persembahan yang tidak didasari dengan hati yang tulus, maka sia-sialah persembahan kita. Walaupun persembahan itu jumlah nominalnya sangat besar, tetapi apabila ada motivasi atau kepentingan pribadi, ataupun terpaksa, maka janganlah kita lakukan karena semuanya akan percuma. Untuk itu marilah kita belajar di dalam Markus 12:43, yaitu kisah mengenai persembahan janda miskin. Disitu diceritakan bahwa ada seorang janda miskin memberikan persembahan hanya dua peser uang. Sedangkan orang-orang kaya memberikan persembahan sangat banyak. Namun justru janda miskinlah yang dipuji oleh Yesus. Dan saat itu Yesus memanggil murid-muridNya dan berkata kepada mereka, katanya : ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.” Janda miskin ini telah memberikan yang terbaik kepada Tuhan sebagai tanda ucapan syukur atas segala anugerah Tuhan.

3. Menjadi Berkat Bagi Orang Lain

Kata menjadi berkat ini bisa berarti memberikan kesaksian atau menceritakan kebaikan Tuhan atas hidupnya; dan dapat berarti pula menjadi contoh atau teladan bagi orang lain dengan cara menghasilkan buah-buah roh dalam hidupnya sebagai tanda ucapan syukur, bahwa kita telah dipindahkan dari kegelapan menuju terangnya yang ajaib untuk melakukan perkara-perkara yang besar, serta nama kita telah dicatat dalam buku kehidupan. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification