25 Oktober 2014

Tanda Orang Kristen

Ayat Bacaan: Yohanes 13:31-38

Dari ayat bacaan di atas, Yesus membagikan tentang arti seorang murid atau orang Kristen. Pada waktu itu Yesus sedang berkumpul bersama dengan murid-murid-Nya. Dia menceritakan tentang apa yang terjadi dengan diri-Nya, bahwa Dia akan disalibkan. Yesus pada waktu itu berkata, bahwa salah satu dari murid-Nya akan menjadi pengkhianat. Tiba-tiba Yudas dengan diam-diam meninggalkan Yesus. Pada waktu Yudas pergi, Yesus berkata, ”Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.” (Yohanes 13:31). Sesudah itu, Yesus juga memberikan perintah baru dalam Yohanes 13:34 dan 35. ”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Saat itu muncul Petrus yang menyatakan mau setia kepada Yesus, tetapi Yesus berkata, ”Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu : Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yohanes 13:38).
Melalui peristiwa dalam ayat bacaan di atas, Yesus ingin memberikan suatu rangkuman khusus, yaitu tentang tanda orang Kristen. Ada tiga tanda orang Kristen yang dapat kita temui.

1. Memiliki keinginan memuliakan Allah

Yohanes 13:31 merupakan teladan Yesus kepada kita. Walaupun Yesus pada waktu itu akan disalib, tetapi Dia berkata bahwa Dia akan dipermuliakan. Ini terjadi, sebab di atas kayu salib, Yesus mengalahkan maut, dan Dia juga menjadi tebusan bagi umat manusia dan jembatan antara Allah dan manusia. Allah dipermuliakan di dalam Yesus. Di atas kayu salib Yesus menunjukkan siapa Allah itu, yaitu pribadi yang penuh dengan kasih, kesetiaan, dan anugerah.
Saudara, setiap kali kita menunjukkan kasih dan kemurahan Allah kepada dunia, maka kita sedang mempermuliakan Dia. Kalau kita dipercayakan sesuatu oleh Tuhan, maka kita harus menunjukkan kasih Allah kepada orang lain. Ada empat hal yang perlu kita ketahui tentang ini, pertama, Tuhan bisa memakai orang lain menjadi alat-Nya untuk menolong kita. Kedua, Tuhan juga bisa memakai orang lain menjadi alat Tuhan untuk memproses kita. Ketiga, kita bisa dipakai menjadi alat uji untuk orang lain. Keempat, Tuhan bisa memakai kita menjadi alat untuk menjawab doa orang lain. Dan yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah “apakah kita sibuk mempermuliakan Tuhan atau sebaliknya, yaitu mempermuliakan diri sendiri ?” Jikalau kita sedang mempermuliakan diri sendiri maka kita harus sadar bahwa hanya Allah yang patut untuk dipermuliakan sebab Dia yang berkuasa atas segalanya. Untuk itu milikilah ketetapan hati untuk tetap mempermuliakan nama Tuhan.

2. Memiliki kasih

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34,35) Dunia tahu bahwa kita orang Kristen atau bukan, yaitu dari kasih kita. Saat ini dunia kering akan kasih. Yesus sendiri memberikan perintah baru, yaitu kasih. Ini berarti, kalau kita tidak ada kasih, maka orang itu bukan seorang Kristen, walaupun memiliki predikat sebagai orang Kristen.
Oleh karena itu janganlah kasih itu hilang dalam kehidupan kita, oleh karena kasih itu adalah tiket untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Jangan buang tiket itu dari hidup kita. Tiket masuk dalam neraka adalah kebencian. Buanglah kebencian dan nyatakanlah kasih kita kepada sesama, terutama kepada saudara seiman (Galatia 6:10). Berapa banyak orang yang mengaku dirinya orang Kristen tetapi dalam kehidupannya penuh dengan kebencian, dengki, dendam ataupun iri. Bukankah firman Tuhan berkata, ”Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.” (I Yohanes 2:10-11). Allah tidak merancang kita untuk binasa tetapi Allah menghendaki agar kita hidup kekal selama-lamanya.

3. Setia kepada Allah

Dalam beberapa peristiwa selama Petrus mengikut Yesus, Petrus berulang kali menyatakan kesetiaannya kepada Yesus. Memang mudah untuk berjanji, tetapi melakukannya susah. Inilah Petrus. Saat itu Yesus berkata kepada Petrus katanya, “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yohanes 13:38). Yang Tuhan mau dalam hidup kita adalah bukan hanya menyatakan janji kita kepada Tuhan, tetapi juga melakukannya. Dengan segala masalah yang kita hadapi, kita harus tetap dapat melakukan Firman Tuhan.
Hari-hari ini kita akan diperhadapkan kepada suatu keadaan yang membawa kita melakukan tindakan untuk tidak setia kepada Tuhan. Tuhan Yesus menasehatkan, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya engkau jangan jatuh dalam pencobaan.”  Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk tetap intim atau melekat dengan Dia. Kesetiaan seseorang tidak dapat dilihat saat mereka hidup dalam keadaan yang mapan, tetapi saat berada dalam berbagai persoalanlah kesetiaan seseorang akan tampak. Kita akan belajar dari kehidupana Yesus, dimana Dia sungguh setia, bahkan setia sampai mati di atas kayu salib.
Memang banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? (Amsal 20:6). Dan perlu diketahui bahwa orang yang setia akan diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan makanan pada waktunya (Matius 24:45). Dan jikalau saat ini kita mengalami berbagai macam pergumulan, maka percayalah bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, selain itu kita akan dijadikan sebagai pemenang apabila kita bersama-sama dengan Dia, karena kita yang terpanggil dan terpilih tetap setia. Dan pada akhirnya Allah menasehatkan “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Wahyu 2:10) Amin
Sumber: http://www.bethanygraha.org

18 Oktober 2014

Memahami Rencana Tuhan

Ayat Bacaan: Matius 14:22-33

Setelah Yesus memberi makan lima ribu orang, Ia memerintahkan murid-muridNya menyeberang telebih dahulu dengan perahu, sedang Yesus sendiri akan menyusul mereka; sementara Yesus hendak berdoa di bukit, murid-muridNya mulai menjalankan perahu untuk menuju ke seberang. Dan pada waktu itu murid-muridnya taat terhadap segala apa yang diperintahkanNya. Namun pada waktu mereka berada di tengah laut, ada angin sakal yang membuat kapal mereka terombang-ambing. Merekapun  mengalami ketakutan. Hingga Yesus datang kepada mereka dan angin sakal itu pun reda.

Saudara, pada waktu Yesus menyuruh mereka untuk menyeberang terlebih dahulu, Yesus tahu bahwa murid-muridNya akan menghadapi angin sakal. Sehingga hal ini muncul suatu pertanyaan, “mengapa mereka harus menghadapi angin sakal padahal mereka sudah mentaati apa yang diperintahkan oleh Yesus ? apakah Yesus hendak mencelakakan murid-muridNya ? jawabannya : TIDAK. Karena peristiwa ini memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih dalam mengenai kehidupan di dalam Tuhan yaitu bahwa orang yang taat melakukan Firman Tuhan pun dapat mengalami keadaan yang buruk. Hal ini seolah-olah bahwa Tuhan tidak menepati janjiNya, karena firmanNya menjelaskan bahwa orang yang hidup dalam firman Tuhan akan diberkati. Tetapi perlu kita ketahui pula bahwa keadaan buruk yang menimpa kita yaitu untuk melatih kita semakin dewasa dalam pengenalan akan Tuhan, dengan kata lain bahwa kita akan dibawa pada level yang lebih tinggi lagi. Allah sungguh mengerti segala sesuatu yang sedang kita alami. Bahkan Dia tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita.

Karena Dia mengasihi kita, dan tahu apa yang akan kita alami, maka kita tidak perlu takut dan kuatir. Meskipun kita harus menghadapi angin sakal (persoalan), tetapi apabila kita tetap percaya dan bersandar kepada Yesus maka kita akan melihat kuasa dan mujizat Allah dinyatakan. Dan inilah pernyataan murid-murid Yesus yang menunjukkan bahwa mereka telah mengenal dan mempercayai akan keberadaan Yesus, sehingga mereka berkata, ”Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.” (Yohanes 16:30).

Dengan demikian dapat digambarkan bahwa Tuhan seperti seorang sutradara yang membuat suatu cerita yang diakhiri dengan kebahagiaan (“happy ending”). Dan cerita (keadaan) seperti ini hanya berlaku bagi orang yang sungguh-sungguh percaya dan berserah kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Mazmur 37:5. Sebagai contoh adalah kisah Yusuf, Ruth, Daud dan tokoh-tokoh Alkitab yang lainnya. Kesuksesan mereka diawali dengan berbagai ujian yang pada akhirnya menghasilkan “happy ending.”
Lalu, mengapa saat kita sudah berjalan dalam ketaatan, dijinkan mengalami hal yang buruk? Bukan karena Tuhan tidak peduli, tetapi tentu ada maksud dan rencana-Nya. Terkadang Tuhan mengijinkan suatu hal yang menyakitkan terjadi, untuk membentuk diri kita menjadi sesuatu yang berharga, seperti yang tertulis dalam firman Tuhan, yaitu ”Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (Ayub 23:10). Dan jangan sekali-kali kita tawar hati saat menghadapi pencobaan, sebab firmanNya berkata : ”Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” (Amsal 24:10).

Saudara, bukankah pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita, namun kenyataannya berapa banyak orang yang mengaku dirinya anak Tuhan atau pengikut Kristus; saat mereka menghadapi suatu pergumulan yang tak kunjung padam, mereka mulai mencurigai Tuhan; dan menganggap bahwa Tuhan melalaikan segala apa yang telah dijanjikanNya. Untuk itu marilah kita selidiki firman Tuhan yang terdapat dalam II Petrus 3:9, dimana disitu dikatakan : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”

Lalu, dari berbagai persoalan yang ada, sikap apa yang harus kita ambil ? Firman Tuhan menasehatkan, ”Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5-6) Kalau kita menghadapi suatu keadaan yang buruk dan dihadapi dengan sikap sesuai dengan firman Tuhan, maka akan berakhir dengan kebahagiaan (”happy ending).” Begitu sebaliknya apabila kita dalam keadaan yang baik tetapi kita bertindak tidak sesuai dengan firman Tuhan maka kita akan mengalami keadaan yang buruk; apalagi kita menghadapi keadaan yang buruk dengan sikap yang tidak sesuai dengan firman Tuhan maka keadaan akan semakin buruk. Jadi melalui nasehat firman Tuhan yang terdapat dalam Amsal 3:5-6, kita akan pahami satu persatu dari beberapa kalimat yang ada, supaya ketika kita  menghadapi keadaan yang buruk dapat mengubahnya menjadi baik, yaitu dengan cara :

Percaya kepada Tuhan


Kita seharusnya percaya kepada kemampuan, kasih, kuasa, dan kesetiaan-Nya. Dia yang tidak pernah lelah dan bosan mencurahkan kasihNya kepada kita. Oleh sebab itu kita tidak perlu takut akan hari esok. Seringkali kita terjebak dalam rutinitas, sehingga ibadah hanya menjadi suatu kewajiban bukan sebagai suatu gairah. Untuk itu marilah kita belajar seperti Maria yang begitu haus dan lapar untuk bersekutu dengan Tuhan dan mempercayakan dirinya kepada Allah.
Tidak bersandar pada pengertian sendiri
Berapa banyak orang lebih yakin atas kemampuan dan pengertiannya sendiri dari pada kekuatan dan kuasa Tuhan. Padahal pengertian manusia sangatlah terbatas, oleh sebab itu firman Tuhan mengingatkan, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yeremia 17:5).

Mengakui Dia dalam setiap langkah kita


Jikalau kita ada sebagaimana kita ada saat ini, maka perlu kita ketahui bahwa itu semua semata-mata oleh kasih dan karunia Tuhan, oleh sebab itu jangan seorang pun memegahkan diri atas segala apa yang ia miliki tetapi menyadari bahwa semuanya adalah anugerah Tuhan. Dan dengan melakukan ketiga hal ini maka kita tetap kuat di dalam Tuhan dan hidup penuh kemenangan. AminSumber: http://www.bethanygraha.org

10 Oktober 2014

Mendapatkan Sesuatu Yang Lebih

Ayat Bacaan: 1 Raja-raja 3:5-15



Setiap orang yang ada di dunia ini tentunya mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Sehingga berbagai macam cara dan usaha telah dilakukan semata-mata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Namun kali ini kita akan belajar dari kehidupan raja Solomo, dimana ketika Salomo bertemu dengan Tuhan, ia mendapatkan sesuatu yang lebih lagi. Sedangkan yang menjadi pertanyaannya adalah apakah keadaan seperti itu masih berlangsung sampai saat ini. Hal ini masih bisa berlangsung apabila kita tetap membangun suatu hubungan atau komunikasi kepada Tuhan. Karena sebenarnya Tuhan masih berkomunikasi dengan umatNya melalui berbagai macam cara; baik itu melalui mimpi, pembacaan firman Tuhan, berbicara secara audible (langsung), atau melalui peristiwa maupun kejadian yang sedang kita alami, dan lain sebagainya. Dan jikalau saat ini kita tidak pernah berkomunikasi dengan Tuhan maka hal itu berarti dalam diri kita ada yang salah. Untuk itu marilah kita belajar dari beberapa hal seperti yang Salomo lakukan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih lagi.

1. Berani mengakui kekurangannya.


1 Raja-raja 3:7 berkata, “Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.” Berapa banyak orang sulit untuk mengakui kekurangannya. Mereka lebih cenderung mengakui bahwa dirinya hebat dan lebih dari orang lain. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa orang tersebut adalah sombong. Dan orang yang sombong adalah lawan Allah (Yesaya 2:11); selain itu kesombongan adalah awal kehancuran. Firman Tuhan telah menasehatkan, “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Lukas 14:11).
Saudara, dengan mengakui kekurangannya, maka Salomo mendapatkan sesuatu yang lebih lagi. Oleh karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya (I Petrus 5:6).
Kita harus mengakui kekurangan kita. Kalau orang mau merendah, pasti jalannya akan naik. Kalau ada orang yang kaya tetapi sombong, maka jalannya pasti menurun, apalagi kalau orang itu miskin dan juga sombong, maka tidak akan ada jalan naik. Maka dari itu marilah kita dapatkan yang “lebih lagi” dari Tuhan dengan jalan merendahkan hati. Kita percaya bahwa Roh Kudus akan memberikan kekuatan kepada mereka yang lemah, selama orang tersebut tidak putus asa. Memang, untuk mengetahui apakah diri kita sombong atau tidak, itu tidak mudah. Tetapi kita dapat bercermin melalui kebenaran firman Tuhan. Jangankan dihadapan Tuhan, dihadapan manusiapun, orang yang rendah hati itu sangat disukai.

2. Harus berdoa untuk hal yang tepat


1 Raja-raja 3:9-10 berkata, “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yanjahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian.” Tuhan masih menjawab doa orang-orang percaya, dan mujizat Tuhan masih tetap berlangsung sampai hari ini. Untuk itu doa kita harus sesuai dengan kehendakNya. Allah kita adalah Allah yang besar, dan bagi Dia tidak ada hal yang sulit untuk mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Untuk itu biarlah kita berdoa dengan benar.

Saudara, banyak orang yang sudah lama berdoa tetapi doanya belum dikabulkan. Lalu apa yang menyebabkan semua hal ini terjadi ? Salah satu jawabannya adalah karena orang tersebut meminta sesuatu yang tidak tepat, dan apa yang dimintanya hanya untuk memenuhi keinginan daging; seperti yang tertulis dalam Yakobus  4:3 “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”  Tetapi apabila kita minta sesuatu sesuai dengan kehendakNya dan untuk memuliakan namaNya, maka kita akan menerimanya. Dan jikalau saat ini kita minta sesuatu belum atau tidak dijawab oleh Tuhan, maka kita koreksi diri kita terlebih dahulu. Apakah permintaan kita sudah sesuai dengan kehendakNya atau tidak.

3. Hidup sesuai jalan yang Tuhan tunjukkan dan tetap setia


1 Raja-raja 3:14 berkata, “Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu." Salomo hidup sesuai dengan jalan yang Tuhan tunjukkan dalam ketaatan. Salomo pada waktu  berdoa meminta hikmat, ia mendapatkan hikmat itu. Dengan hikmat itu, Tuhan memerintahkan untuk taat. Artinya bagi kita adalah kalau kita sudah berdoa, lalu kita mendapatkan apa yang kita doakan, maka pakailah apa yang kita terima itu untuk kemuliaan Tuhan.

Waktu Salomo mendapat hikmat, ia memakai hikmat itu untuk kemuliaan Tuhan, seperti yang tertulis dalam 1 Raja-raja 3:16-28. Dan akhirnya melalui peristiwa itu semua orang memuliakan Tuhan. Kalau kita diberi talenta, waktu, tenaga, harta, dan apa yang ada pada kita, pakailah itu untuk memuliakan Tuhan. Jadi segala sesuatu yang telah kita terima dari Tuhan biarlah kita kaitkan kembali untuk kemuliaan Tuhan, termasuk perpuluhan. Mungkin orang hanya berfikir bahwa perpuluhan adalah sekedar kewajiban guna berlangsungnya pelayanan di gereja, tetapi kalau perhatikan sebenarnya bahwa semuanya itu untuk diri kita juga, sebab dalam Maleakhi 3:10 dijelaskan bahwa Tuhan akan membuka tingkap-tingkap langit untuk melimpahkan berkatnya atas kita.

Memang dalam hidup Salomo, dia mengalami peningkatan terus menerus, tetapi dalam 1 Raja-raja 11:1-4 Salomo mengalami penurunan yang drastis, karena ia tidak setia lagi. Permulaan memang dia menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama, tetapi akhirnya, ia memprioritaskan wanita (istri dan gundiknya) di atas Tuhan.
Kita dipanggil dan dipilih untuk tetap setia sampai akhir hidup kita. Karena orang seperti inilah yang akan mendapatkan kelimpahan sampai selama-lamanya. “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?” (Amsal 20:6) Amin.Sumber: http://www.bethanygraha.org

Iman Yang Teruji

“Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.”
(1 Petrus 4:12-13)

Saudara, melalui bacaan di atas kita akan mendapatkan suatu peringatan supaya kita tidak heran dengan keadaan-keadaan yang akan kita alami.  Namun semuanya itu akan membawa kita untuk hidup yang penuh dengan kemenangan dengan di dasari iman yang teruji. Firman Tuhan berkata bahwa tanpa iman seseorang tidak dapat bertemu dengan Allah. Dan kali ini kita akan masuk lebih dalam lagi yaitu mengenai iman yang teruji. Dan iman yang teruji ini tidak terjadi hanya sesaat, sebab yang Tuhan inginkan adalah bertahan sampai akhir. Bertumbuh atau tidaknya iman seseorang itu terlihat saat berada dalam ujian. Jadi, maukah saudara memiliki iman yang teruji ?. Ujian terhadap iman kita beraneka ragam bentuknya. Untuk itu mari kita pelajari tentang ujian-ujian terhadap iman kita, diantaranya :

1. Kelimpahan


Ujian terhadap iman kita tidak selalu berupa penderitaan maupun kesusahan. Memang, masalah atau persoalan kadang diijinkan melanda hidup kita untuk menguji iman kita. Tetapi hal lain yang juga menguji akan iman kita yaitu kemakmuran. Berapa banyak orang jatuh dalam dosa, justru pada waktu ia diberkati. Sementara berada dalam kesesakan, seseorang dapat begitu dekat dan bergaul dengan Tuhan, tetapi pada waktu diberkati mereka mulai lebih dekat dengan hartanya dibanding dengan Tuhan. Pada saat seseorang dalam keadaan miskin, mereka lebih mengutamakan mencari wajah Tuhan, namun setelah menjadi kaya yang dicari bukan lagi Tuhan tetapi tempat-tempat hiburan.
Saudara, kita akan melihat sebuah contoh mengenai orang yang diberkati dengan kelimpahan, namun setelah diuji akan kasihnya terhadap Tuhan, justru ia memilih harta kekayaannya dibanding Tuhan (Lukas 12:16-19). Bagi Tuhan tidak ada yang sulit untuk memberkati kita asalkan kita sungguh-sungguh mengasihi Dia dan tetap setia.

2. Pencobaan


Terlalu muda kita mengucap syukur pada waktu kita diberkati. Lalu, bagaimana sikap kita saat menghadapi berbagai cobaan yang datang tanpa diundang dan menyerang secara bertubi-tubi ?. Dapatkah kita tetap bersukacita dan mengucap syukur ? Ada dua kemungkinan yang akan terjadi apabila seseorang jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan. Yang pertama, seseorang dapat meninggalkan Tuhan ketika berada dalam pencobaan, misalnya kisah tentang Demas yang telah  ditulis dalam surat Paulus yang ditujukan kepada Timotius, dimana Demas telah mencintai dunia dan meninggalkan Paulus. Maksudnya bukan meninggalkan pribadi Paulus tetapi dia telah meninggalkan Tuhan. Dan  kemungkinan yang kedua adalah orang yang berada dalam berbagai cobaan akan semakin tekun dan kuat di dalam Tuhan, serta imannya semakin tumbuh dewasa. Seperti yang sampaikan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan namun tidak binasa” (II Korintus 4:8-9). Paulus menyadari bahwa dirinya benar-benar diproses untuk memiliki iman yang kuat (teruji).

3. Kejadian Yang Buruk

(Ayub 19:25-26)
Setiap orang tentunya pernah mengalami peristiwa yang buruk atau menakutkan, walaupun tidak seburuk seperti yang Ayub alami. Dimana suatu saat anaknya Ayub mati semua, kemudian hartanya ludes (habis), kemudian istrinya mengata-ngatai Ayub, dan menyuruh mengutuki Tuhan. Selain itu tubuh ayub dipenuhi dengan borok dan juga teman-temannya mulai meninggalkan dia. Dari kisah Ayub ini kita dapat menarik suatu pelajaran yang luar biasa. Walaupun Ayub mengalami keadaan yang buruk tetapi Ayub tidak berbuat dosa dengan perkataannya. Ia menyadari bahwa Tuhan sedang menguji Dia. Memang, Ayub sempat membela dirinya dihadapan Tuhan, tetapi pada akhir kisah Ayub ini, dia telah mencabut segala perkataannya (Ayub 42).

Saudara, melalui peristiwa buruk inilah Ayub boleh mengenal Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang, seperti yang tertulis dalam Ayub 42:5, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri mamandang Engkau.” Dan pada akhirnya kehidupan Ayub dipulihkan secara luar biasa, bahkan keadaannya lebih baik dari sebelumnya. Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita saat ini juga mengalami keadaan yang sangat buruk ? Apabila ya, maka biarlah kita ingat bahwa Tuhan sedang menguji kita supaya kita timbul seperti emas, seperti firmanNya yang tertulis dalam Ayub  23:10, “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”
Ketiga hal ini merupakan alat untuk menguji orang-orang percaya. Tetapi jangan sampai dari ketiga hal ini membuat kita undur dari Tuhan. Karena apabila kita undur dari Tuhan maka kita tidak layak dihadapan Tuhan. Dan kita tahu bahwa semakin pisau itu diasa maka pisau itu akan semakin tajam. Demikianlah kehidupan kita, apabila kita sering diasa dengan berbagai macam ujian maka hidup kita akan berguna sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Sebab bukan orang yang memuji dirinya yang tahan uji, tetapi orang yang dipuji Tuhanlah yang tahan uji.

Oleh sebab itu, melalui beberapa uraian di atas biarlah boleh melengkapi kita saat iman kita sedang diuji. Apabila kita berkelimpahan, maka janganlah kita semakin jauh dari Tuhan, tetapi sebaliknya, kita akan semakin melekat pada Tuhan. Dan apabila kita jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan maka janganlah kita undur dari Tuhan tetapi kuatkan dan teguhkan hatimu sebab pencobaan-pencobaan yang sedang kita alami tidak melebihi kekuatan kita. Karena Tuhan segera menolong kita. Bahkan apabila sedang mengalami keadaan yang sangat buruk maka ingatlah Tuhan turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, apabila kita tetap mengasihi Dia (Roma 8:28). Amin.Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification