28 April 2012

Menghormati Korban Kristus

Menghormati Korban Kristus
Written by Multimedia Graha Bethany   
Monday, 23 April 2012 11:21
Pdt. Alex Tanuseputra 
Sumber: http://iix.bethanygraha.org/
“Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
(Kejadian 3:8-10)
Kerinduan Allah untuk bergaul dengan manusia berawal sejak manusia berada di taman Eden, tetapi oleh karena manusia jatuh dalam dosa, maka hubungan antara manusia dengan Allah terputus. Akhirnya Adam dan Hawa diusir dari taman Eden. Namun bagaimanapun juga kerinduan hati Allah untuk bergaul dengan manusia masih tetap berlangsung sampai hari ini. Hal ini dapat dibuktikan ketika Adam dan Hawa melakukan pelanggaran, maka Allah berinisiatif untuk menyatakan kasihNya dengan cara menumpahkan darah dari seekor domba untuk diambil kulitnya, dan kulitnya digunakan untuk menutupi ketelanjangan daripada manusia.

Maka sejak itulah “darah” merupakan suatu tanda korban (Kejadian 3:23-24).
Kalau darah domba hanya dapat menyucikan manusia secara lahiriah, tetapi darah Kristus sanggup menyucikan sampai hati kita yang paling dalam seperti yang tertulis dalam Ibrani 9:13-14 “Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”

Dan ketika manusia jatuh dalam dosa, maka manusia tidak dapat lagi berhubungan dengan Allah karena ditengah-tengahnya ada sekat atau batas. Dan hal ini merupakan blue print (gambar perencanaan) daripada Tabernakel. Di dalam Tabernakel terdapat apa yang disebut dengan ruang maha kudus. Dan di dalam ruang maha kuduslah Allah bersemayam. Sedangkan antara ruang maha kudus dan ruang kudus telah dibatasi dengan tirai yang tebal, sehingga manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan Allah, tetapi harus melalui perantaraan para imam yang menjadi wakil daripada umat manusia. Tetapi tabir (batas) itu menjadi pecah, karena Allah yang menjadi manusia telah menerjang tabir itu melalui penyaliban di atas golgota, sehigga saat ini kita dapat masuk ke ruang maha kudus untuk bertemu dengan Allah (Ibrani 10:19-10). Oleh sebab itu kita patut mengucap syukur senantiasa dan menghormati pengorbanan Kristus, sebab melalui pengorbanan Kristuslah kita dapat diselamatkan dan hanya oleh darahNya kita dapat masuk ke ruang maha kudus. Jadi, darah Kristus ini sangat berfungsi untuk mengembalikan pergaulan manusia dengan Allah.

Tetapi berapa banyak orang yang melecehkan pengorbanan Kristus dengan cara hidup yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Padahal kita tahu bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kisah Rasul 4:12).
Salah satu contoh orang yang menghormati pengorbanan Kristus adalah Maria. Maria yang selalu memperhatikan firman Allah dan dia sudah berbuat sesuatu terhadap apa yang telah dia terima dari Tuhan. Misalnya : Maria telah memberikan minyak mur dengan menuangkan pada kaki Yesus lalu ia menyekanya dengan rambutnya. Hal ini dilakukan olah Maria sebelum Yesus disalibkan (Yohanes 11:1-2). Selain mempersembahkan minyak mur, Maria juga mempersembahkan minyak narwastu  (Yohanes 12:3). Enam hari sebelum Yesus disalibkan, Maria memberikan korban bagi Kristus. Dan inilah wujud iman daripada Maria selain merupakan rasa hormatnya terhadap korban Kristus. Karena imanlah dosa Maria diampuni. Sebab iman itu mendahului sesuatu yang belum terjadi.

Walaupun Korban Kristus telah terjadi pada dua ribu tahun yang lalu, tetapi sampai saat ini korban itu memiliki nilai yang tiada tandingannya. Oleh karena itu kita harus menghormati korban Kristus lebih lagi. Mari kita imbangi korban kita dengan persembahan hidup kita supaya kita semakin diberkati. Sebab kalau kita perhatikan di dalam Ibrani 6 disebutkan bahwa orang yang melecehkan korban Kristus dapat dikatagorikan sebagai orang yang murtad. Sedangkan, kalau kita benar-benar menghormati korban Kristus maka tidak ada kuasa kegelapan yang mampu menggangu kita. Yesus lebih suka tinggal di Betania karena disana ada korban yang dipersembahkan, walaupun disana ada musibah yaitu kematian daripada Lazarus.

Demikian dalam kehidupan kita, mungkin saat ini sedang mengalami musibah, baik itu kematian atas usaha, pekerjaan, kebahagiaan atau keharmonisan rumah tangga, tetapi biarlah kita ingat bahwa apabila kita menghormati korban Kristus dan memberikan korban persembahan bagi Tuhan, maka Allah senantiasa melawat kita. Dan apabila Tuhan melawat kita maka tidak ada yang mustahil dalam kehidupan kita. Dan kita juga harus mau menerima didikan dan peringatan dari Tuhan, sebab kalau kita perhatikan peristiwa Sodom dan Gomora yang telah diperingatkan Tuhan bahwa kota tersebut akan dijungkir balikkan tetapi karena mereka tidak mau berubah atau bertobat maka kota tersebut dijungkir balikkan. Memang, semua kejahatan adalah dosa, dan upah dosa adalah maut.

Tetapi kalau kita membaca dalam I Yohanes 5:16 disana dikatakan : “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.” Dari ayat yang telah kita baca di atas disebutkan bahwa ada dosa yang tidak mendatangkan maut apabila orang yang telah berbuat dosa segera bertobat dan meninggalkan perbuatannya yang jahat. Selain itu, tindakan bertobat merupakan penghormatan terhadap korban Kristus di atas kayu salib. Amin.

22 April 2012

Tidak Hanya Sekedar Mendengar

Tidak Hanya Sekedar Mendengar      
Written by Multimedia Graha Bethany     
Monday, 16 April 2012 08:54  
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

(Matius 7:24-27)
Kita percaya bahwa perlindungan Allah sangat sempurna. Dan perlindungan Allah ini telah menjadi bagian dalam kehidupan orang yang percaya kepada Kristus. Berlaku dan tidaknya perlindungan Allah tergantung dari cara kita meresponi akan firman Allah, seperti yang tertulis dalam ayat bacaan di atas. Dimana, orang yang mendengar firman Allah dan melakukannya ia sama dengan orang yang bijaksana.
Tatkala persoalan atau bahaya datang, ia akan tetap berdiri teguh sebab ada kekuatan Allah yang menopangnya. Sedangkan orang yang mendengarkan firman Allah tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh. Ketika persoalan atau bahaya menerpa dalam kehidupannya, ia mengalami penderitaan yang cukup hebat, dan pada akhirnya meninggalkan Tuhan (lepas dari perlindungan Allah).
Saudara, firman Tuhan tidak hanya sekedar kita dengar, baca atau dimengerti saja. Sebab apabila hanya kita dengar dan dimengerti saja, maka tidak ada bedanya dengan orang farisi atau para ahli Taurat. Dimana mereka cukup fasih mengenai firman Tuhan tetapi untuk aplikasinya “nol”. Dan mengenai hal ini pernah disinggung oleh Tuhan Yesus, kataNya : “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran” (Matius 23:27).

Lalu bagaimana sikap kita supaya firman Tuhan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya kita dapat mencapai posisi sebagai orang yang bijaksana ? Hal yang pertama adalah : kita tidak hanya sekedar membaca atau mendengarkan firman Tuhan, tetapi kita harus sampai mendapatkan wahyu (revelation) dari apa yang kita terima. Dan setelah kita mendapatkan wahyu, maka harus kita rekam dalam hati kita, supaya kita mempunyai inspirasi. Dan inspirasi ini harus direalisasikan dalam kehidupan kita melalui pimpinan daripada Roh Kudus yang disebut dengan iluminasi (perwujudan daripada inspirasi). Sehingga pada akhirnya kita akan memiliki wisdom (hikmat) dan bertindak sebagai orang yang bijaksana.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering temui berapa banyak orang yang mengaku dirinya sebagai anak Tuhan, tetapi hidupnya tidak ada bedanya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan. Memang, mereka rajin datang ke gereja atau mengikuti seluruh kegiatan gereja. Tetapi tak satupun firman Tuhan yang mereka terima menjadi rhema dalam hidupnya, sehingga Kekristenannya tidak mengalami pertumbuhan. Semuanya ini disebabkan karena kurang adanya perhatian yang serius terhadap firman Allah, seperti yang tertulis dalam Ayub 33:14-18 “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya.
Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur, maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang, untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing.”  Dan tidak heran jikalau orang tersebut tidak pernah mengalami mujizat dalam hidupnya. Jadi wahyu (revelation) ini sangat penting dalam kehidupan orang beriman, sebab firman Tuhan dalam Amsal 29:18a juga mengatakan : “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat,  . . . .”. Dalam bahasa aslinya bahwa kata “liar” ini adalalah “ paw-rah' “ yang berarti binasa (perish) atau tidak adanya perlindungan (uncover). Untuk itu, kita tidak dapat main-main dalam Kekristenan. Apalagi saat ini kita berada pada pengujung akhir jaman, dimana segala sesuatu tidak menentu dan tidak dapat diprediksikan dengan kepandaian manusia, kecuali dengan wahyulah kita dapat berdiri kokoh.

Saudara, ketika kita mulai sungguh-sungguh rindu untuk melakukan kehendak Tuhan, maka seperti apa yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:17 akan digenapi dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Memang, untuk melakukan wahyu yang telah kita terima dari Tuhan itu tidak gampang karena memerlukan ketaatan, sedangkan apa yang kita terima dari Tuhan untuk dilakukan kadang-kadang sangat bertentangan dengan keinginan daging kita; bahkan seringkali tidak masuk akal untuk kita lakukan. Tetapi apabila kita mengetahui pikiran Tuhan maka kita akan melakukan apa yang menjadi kehendakNya. Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui pikiran Tuhan ? Dalam I Korintus 2:10-11 dijelaskan bahwa : “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Jadi, melalui pimpinan Roh Kudus maka kita dapat mengetahui pikiran Allah. Sedangkan orang yang tidak sungguh-sungguh dalam Tuhan, tidak akan pernah mengetahui pikiran Allah, karena firman Tuhan berkata : “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (I Korintus 2:14)

Saudara, melalui beberapa penjelasan diatas, biarlah kita semakin haus dan lapar akan kebenaran firman Tuhan, agar kita mendapatkan wahyu dari Tuhan untuk dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari dan menjadi gaya hidup kita. Dan pada akhirnya kita akan menjadi orang yang bijaksana atau berhikmat. Dan apakah keuntungan menjadi orang yang berhikmat ? Amsal 3:13-18 berkata : “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apa pun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.” Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

15 April 2012

Rahasia Di Balik KematianNya

Rahasia Di Balik KematianNya PDF Print E-mail
Written by Multimedia Graha Bethany   
Monday, 09 April 2012 14:46
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Sumber: http://iix.bethanygraha.org

Pelayanan Tuhan Yesus dimulai saat di padang gurun. Dia telah dicobai iblis sebanyak tiga kali, namun Dia telah benar-benar sanggup menguasai diriNya, sampai pelayananNya di taman Getsemani. Pengalaman Tuhan di taman Getsmani adalah “Obey The Lord” mutlak (Taat terhadap kehendak Allah). Memang, secara daging Tuhan Yesus saat di taman Getsmani sempat mengatakan : “Bapa kalau boleh cawan ini berlalu, tetapi bukan kehendakKu yang terjadi, melainkan kehendakMu yang terjadi.” Hal ini dilakukanNya beberapa kali sampai malaikat Allah turun menguatkan Dia. Selain ketaatan, Ia juga merasakan takut terhadap kematian yang akan segera Dia hadapi. Disini ada ketaatan yang mutlak, sampai Ia mati di atas kayu salib.

Kematian Tuhan Yesus mengandung pengertian yang luar biasa. Banyak orang berpengertian bahwa kematian Tuhan Yesus hanya untuk menebus dosa saja, padahal sebenarnya memiliki arti yang lebih dalam lagi. Untuk lebih jelas lagi, kita akan membaca Ibrani 9:16-18 “Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup. Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah.”

Apabila kita perhatikan ayat di atas, maka kematian Yesus Kristus ada hubungannya dengan wasiat yang diberikan kepada kita. Mungkin timbul bertanya dalam diri kita : “apa yang Tuhan Yesus miliki sehingga Ia memberikan wasiat kepada kita ?”. Memang, tujuan utama Tuhan Yesus mati adalah untuk menebus dosa kita, tetapi disisi lain Ia hendak melepaskan suatu wasiat. Karena dengan kematianlah maka surat wasiat itu dapat dikatakan sah, tetapi apabila seseorang yang memberikan suatu wasiat belum mati, maka wasiat itu belum sah. Sedangkan yang memberi wasiat kepada kita sangat unik sekali, karena Ia telah mati dan pada hari yang ketiga Ia bangkit. Lalu apakah wasiat itu tidak sah lagi ?, tidak !. Karena kebangkitanNya mempersiapkan kita pada kehidupan yang kekal.
Kalau demikian, betapa kayanya kita semua yang mendapat anugerah yang luar biasa. Tetapi kalau kita hanya menjadi orang Kristen yang bertumbuh lambat (tidak pernah dewasa) dan tidak mengerti hal ini maka kita tidak akan menikmati berkat ini.

Kuasa kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat dan puji-pujian ini sebenarnya sudah dijanjikan oleh Allah kepada Abraham dan keturunannya, meskipun untuk mendapatkan penggenapannya harus mengalami berbagai macam tantangan. Tetapi kita akan melihat salah satu contoh keturunan Abraham yang mendapat hak waris secara langsung dari Allah, yaitu Yakub. Yakub memang tidak menerima warisan secara siklus, seperti yang Ishak terima dari Abraham. Tetapi Tuhan memberikan berkat secara luar biasa kepada Yakub, yaitu dua pasukan yang besar. Padahal ketika Yakub keluar dari rumah, ia hanya membawa sebuah tongkat. Namun melalui tongkat inilah setiap orang dapat membaca riwayat Yakub. Karena, setiap kali Yakub bertemu dengan Tuhan atau mengalami pertolongan Tuhan, ia selalu mengukir kisah perjalanannya pada tongkat itu (Kejadian 32:9-10).
Lalu siapa saja yang berhak menerima hak waris dari Allah ?
1. Mereka Yang Disebut Sebagai Anak.

Supaya kita disebut sebagi anak Allah, maka kita harus percaya kepada Tuhan Yesus. Karena ketika pertama kita percaya kepada Kristus; maka kita telah mendapat meterai dari Roh Kudus. Dan Roh itulah yang bersaksi bersama-sama roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah, . . . . . (Roma 8:16-17). Dan jikalau kita adalah milik Kristus, maka kita juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (Galatia 3: 29). Lalu, apakah meterai Roh itu cukup bagi kita ? tidak. Kita perlu dibaptis dalam roh. Karena baptisan Roh Kudus mengandung arti bahwa kita sedang masuk dalam sengsara Kristus dan dibangkitkan bersama Kristus, agar terjadi kelahiran baru. Melalui manusia baru inilah kita berhak memiliki hak waris tersebut. Dan apakah cukup hanya sampai dibaptis Roh Kudus ?, tidak. Karena kita perlu dipenuhi oleh Roh Kudus.
Tatkala kita dipenuhi Roh Kudus, maka keluarlah buah-buah roh dalam kehidupan kita yang pada akhirnya kita senantiasa diurapi oleh Roh Kudus. Dan salah satu ciri orang yang dipenuhi serta diurapi oleh Roh Kudus adalah ia memiliki kerendahan hati, penguasaan diri dan hidup taat terhadap kehendak Allah. Karena tanpa kerendahan hati, penguasaan diri dan taat terhadap kehendak Allah, maka tidak mungkin kita akan menerima warisan tersebut (Mazmur 37:11,22,29 &34; Filipi 2:5-9).
2. Mereka Yang Hidup Dalam Roh (Roma 8:17-19)
Orang yang hidup dalam Roh, setiap langkah-langkah kehidupannya senantiasa dipimpin oleh Roh Kudus dan bukan dikuasai oleh keinginan daging. Dan orang yang hidupnya dikuasai oleh keinginan daging tidak akan melihat kehidupan karena keinginan daging adalah mati, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Selain itu keinginan daging merupakan perseteruan dengan Allah. Jadi mana mungkin orang yang hidup menurut keinginan daging dapat disebut sebagai ahli waris kerajaan Allah, sedangkan yang memberi hak waris adalah Allah.
Memang hidup menurut Roh itu sangat menderita buat daging kita, tetapi penderitaan inilah yang membuat kita berhenti untuk berbuat dosa, seperti yang tertulis dalam I Petrus 4:1 ”Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.
3. Mereka Yang Hidup Dalam Kedewasaan (Galatia 4:1-3)
Setiap anak berhak untuk mendapatkan warisan, tetapi dengan syarat : anak tersebut harus sudah akil balig atau dengan kata lain anak tersebut sudah dewasa. Karena apabila anak tersebut belum dewasa, maka anak tersebut masih dibawah perwalian. Demikianlah Kekristenan kita, apabila Kekristenan kita belum mengalami kedewasaan, maka kita belum layak untuk menerima warisan itu. Dan orang yang Kekristenannya belum dewasa memiliki kecenderungan untuk melakukan dosa, karena mereka masih terpengaruh oleh roh-roh dunia.

Oleh sebab itu marilah kita semakin giat dalam mengikut Tuhan, dengan menaruh kepercayaan kita sepenuhnya kepada Kristus dan hidup menurut kehendak Roh untuk menuju Kekristenan yang dewasa. Agar segala apa yang dijanjikan oleh Tuhan akan tergenapi dalam kehidupan kita, Amin.

8 April 2012

Tetaplah Setia

Tetaplah Setia
Written by Multimedia Graha Bethany   
Tuesday, 03 April 2012 14:04
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Sumber: http://iix.bethanygraha.org

Ayat Bacaan: Lukas 16:10-13 Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.
Berbicara mengenai kesetiaan maka kita tidak lepas dari unsur-unsur yang terkandung di dalam kesetiaan itu sendiri, yaitu : ketekunan, kesabaran dan dedikasi. Sifat setia itu memiliki nilai yang tinggi, bahkan melebihi kekayaan, seperti yang tertulis dalam Amsal 19:22 : “Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong.”

Saudara, firman Tuhan jelas menegaskan bahwa : "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10). Janji ini bukanlah sekedar untuk menghibur hati kita, tetapi janji ini merupakan hal yang perlu kita buktikan dalam kehidupan kita. Memang untuk mencapai perkara yang besar tidak semudah kita membalikkan telapak tangan, tetapi perlu perjuangan. Karena dari sinilah akan terlihat apakah kita setia atau tidak, karena bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang sulit untuk memberkati kita, tetapi Tuhan ingin melihat sejauh mana kesetiaan kita kepada Dia.

“Successful Bethany Families” merupakan pengalaman yang Tuhan berikan kepada kita dalam pelayanan sebelumnya. Kita percaya, bahwa Tuhan tetap memberikan keberhasilan sampai hari ini. Tetapi ingat, janganlah kita langsung berdoa untuk sukses, tetapi berdoalah untuk “faithfulness”/setia. Sukses adalah akibat dari kesetiaan. Kita harus setia kepada Allah kita, Tuhan Yesus Kristus. Kita semua ingin pelayanan kita berhasil. Kalau kita setia dalam perkara kecil, maka Tuhan memberikan kita perkara yang besar. Kalau kita tidak benar dalam perkara yang kecil, maka kita juga tidak benar dalam perkara yang besar.

Sejak kita diselamatkan maka kita banyak mengalami mujizat. Kita percaya bahwa Roh Kudus tinggal dalam hidup kita. Dengan berkembangnya iman yang ada dalam hidup kita, maka hal itulah yang membuat kita berharap kepada Dia, termasuk dalam hal kebutuhan fisik; dan pada akhirnya kita diberkati. Karena kita percaya kepada Allah, maka Ia memberi kepercayaan kepada kita, dimulai dari hal yang kecil. Masing-masing kita sudah dipercaya Tuhan. Bukan hanya kita yang berharap kepada Tuhan, tetapi Tuhan juga mengharapkan kita untuk melakukan perkara-perkara yang lebih besar lagi. Untuk itu, kesetiaan kita harus memiliki muatan iman, harap, dan kasih.

Pada tahun 2000, saya (Pdt. Abraham Alex T.) menerima faximile dari Yerusalem, yang berkata, bahwa “Kalau engkau setia dalam perkara kecil, maka Tuhan akan memberikan perkara yang lebih besar. Bahkan engkau akan menerima yang terbesar.” Waktu itu saya berpikir bahwa cukup hanya dengan membangun Graha Bethany Nginden saja. Tetapi Tuhan ingin menunjukkan sesuatu yang tidak pernah timbul dalam hati saya maupun saya bayangkan. Tuhan mau supaya saya melakukan perkara yang terbesar dan bukan besar saja. Ini menjadi suatu pemikiran dalam hati saya untuk melakukan perkara yang lebih besar lagi. Puji Tuhan, kalau Tuhan menuntun untuk membangun Graha Bethany Nginden, maka untuk Menara Jakarta, Tuhan pasti membuka jalan. Sampai hari ini banyak mujizat dan perkara besar yang kami alami dalam hidup ini.

Tuhan menghendaki agar kita tetap setia. Berdoalah agar kita tetap setia. Kalau kita setia kepada Tuhan, maka kita mulai diberikan kepercayaan oleh Tuhan walaupun didahului dengan perkara yang kecil. Dan apabila kita tetap setia, maka perkara yang lebih besar lagi akan diberikan Tuhan. Tuhan juga menghendaki agar kita tetap setia kepada Dia untuk jangka pendek, jangka panjang, dan jangka kekal selama-lamanya. Tuhan ingin agar di dunia ini kita menjadi milik-Nya demikian juga di sorga yaitu untuk selama-lamanya.

Lalu, bagaimana jikalau kita jauh dari kesetiaan ? firman Tuhan mengingatkan : “Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?” (Lukas 16:11). Mamon adalah gambaran sesuatu yang kecil, sesuatu yang dapat lenyap (tidak kekal). Bahkan sifat mamon itu tidak jujur karena dia dapat berubah-ubah, dan pengaruhnya sangat buruk. Karena mamonlah seseorang dapat menjadi sombong (musuh Allah), arogan dan lain sebagainya. Dan sebagai salah contoh yang perlu kita ingat adalah kisah daripada Lucifer, dimana Allah sebenarnya ingin menjadikan Lucifer menjadi tangan kanan-Nya untuk proyek Kerajaan Allah. Tetapi sayang, Lucifer tidak setia sehingga dia harus mengalami kegagalan. Saat gagal itu, maka dia dibuang. Proyek Allah pada waktu itu menjadi “gagal”.
Sepertiga malaikat yang ada di sorga telah dirusak dan diseret oleh Lucifer. Akhirnya Tuhan memperbaiki lagi alam semesta ini dengan menciptakan langit, bumi, terang dan lain sebagainya. Lalu Allah menciptakan Adam dan Hawa. Allah berharap mereka beranak cucu dan memenuhi bumi. Allah berjanji memberkati mereka. Karena pengalaman-Nya dengan Lucifer, Allah menguji Adam dan Hawa. Merekapun gagal dalam kesetiaan dan diusir dari Taman Eden. Dan pada waktu zaman Nuh, Allah kesal dan membinasakan manusia, kecuali Nuh dan keluarganya.
Allah telah mengingat Nuh karena Nuh adalah orang yang setia dalam kesalehannya. Sehingga pada akhirnya anak cucu Nuh menjadi semakin banyak, namun sayang, dalam generasi berikutnya mereka mendirikan Babel. Dan pada akhirnya Babel dihancurkan oleh Tuhan, karena mereka tidak setia lagi kepada Tuhan. Mereka mencoba melawan Allah dengan kesatuan mereka. Dan pada generasi berikutnya Allah mencari orang yang tetap setia kepadaNya dan dapat dipercaya, maka Salomo dipercaya dengan hikmat dan kekayaan yang luar biasa, tetapi ia sendiri tidak bisa dipercaya. Mamon yang ada pada Salomo tidak disertai dengan kejujuran terhadap Allah dan terhadap dirinya sendiri, sehingga Salomo mengobral mamon dengan istri dan gundik yang banyak.
Saudara, dari sekian banyak pengalaman-pengalaman telah tampak adanya suatu kegagalan, tetapi ada satu proyek Tuhan yang tidak gagal, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sampai di atas kayu salib, Dia tetap setia. Dia tidak pernah berubah dulu sekarang dan selamanya. Dia bukan mamon yang tidak jujur, Dia yang jujur dan berhasil dan tidak pernah gagal. Berpautlah kepada Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Kita beriman, berharap dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus yang tidak berubah dulu, sekarang dan selamanya. Amin.

1 April 2012

Bagaimana Posisi, Kondisi & Fungsi Kita ?

Bagaimana Posisi, Kondisi & Fungsi Kita ?
Written by Multimedia Graha Bethany   
Tuesday, 27 March 2012 14:02
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Sumber: http://iix.bethanygraha.org/
Ayat Bacaan : Bilangan 16:1-5

Dalam ayat bacaan di atas telah menceritakan kisah mengenai pemberontakan daripada Korah bersama teman-temannya. Mereka tidak menyadari bahwa Allah membawa bangsa Israel untuk keluar bersama-sama dari tanah Mesir, melintasi laut Kolsom, menikmati manna di padang gurun dan mengalami banyak mujizat, namun Korah dan teman-temannya yang termasuk orang-orang pintar merasa tidak puas dengan kepemimpinan daripada Musa dan Harun. Padahal Musa adalah seorang nabi yang dipilih oleh Tuhan sendiri untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan yaitu Mesir menuju tanah Perjanjian yaitu Kanaan.
Sebenarnya Korah beserta teman-temannya tahu bahwa Allah ada di tengah-tengah mereka, tetapi Korah mempunyai motifasi yang lain sehingga melakukan pemberontakan; hal ini sama dengan Korah memberontak terhadap Tuhan. Dan akibat dari pemberontakan tersebut maka tanah terbuka lebar, sedangkan Korah dan teman-temannya masuk dalam tanah yang terbuka itu, kemudian tanah itu tertutup kembali, sehingga mereka terkubur hidup-hidup.
Melalui kisah ini kita akan menemukan suatu nilai kebenaran yang akan membawa kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, terutama pada ayat ke 5. Dimana pada ayat tersebut berbicara tentang posisi, kondisi dan fungsi.

Dengan demikian kita akan belajar mengenai apa yang dimaksud dengan posisi, kondisi dan fungsi :

1. Posisi

Apakah posisi kita tetap menjadi kepunyaan Tuhan atau tidak ?
Seperti yang kita ketahui bahwa ketika seseorang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat maka saat itu orang tersebut telah lahir baru dan menjadi kepunyaan Allah; termasuk menjadi baitNya, seperti yang tertulis dalam I Korintus 6:19-20 ”Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”

Untuk itu perlu kita ingat baik-baik bahwa kita telah dibeli dengan harga yang lunas dan hanya dalam Kristus ada penebusan. Dengan demikian, apabila kita sudah menjadi milikNya maka kita disebut sebagai anak-anak Allah. Dan apabila kita sebagai anak Allah, tentunya hidup kita dipimpin oleh Roh Allah dan bukan hidup menurut kehendak kita sendiri. Sebab firman Tuhan berkata : “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14). Selain itu, jikalau kita sebagai anak Allah maka kita akan menerima kuasa; seperti yang tertulis dalam Yohanes 1:12,”Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”
Oleh karena itu, jangan kita takut atau kuatir dalam menjalani hidup ini sebab kerajaan sorga telah turun atas kita sekalian, sehingga kita berada dalam kerajaan AnakNya; seperti yang tertulis dalam Kolose 1:13 ”Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih.”  Walaupun demikian, masih banyak orang yang ragu-ragu tentang hal ini. Banyak orang yang merasa miskin, minder atau tak dapat berbuat apa-apa. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut tidak menghargai posisinya sebagai anak Allah. Apakah kita termasuk diantara mereka ?

Kita sebagai anak tentunya terus bertumbuh sehingga kita menjadi mempelai Kristus yang pada akhirnya seperti yang dikatakan dalam  Efesus 5:31-32. Hubungan Kristus dengan jemaat seperti suami-istri. Janganlah kita menjadi anak yang terhilang. Tetapi menjadi anak yang sudah kembali kepada kepunyaan Allah. Atau jangan sampai kita seperti tunangan yang kehilangan kasih mula-mula. Janganlah kita memadamkan Roh, mendukakan Roh, terlebih menghujat Roh, supaya kita tidak seperti Korah yang tidak ada ampun. Oleh sebab itu, apa yang telah kita awali oleh Roh janganlah kita akhiri dengan daging, supaya kita sekali selamat tetap selamat selamanya. Salah satu contoh yang buruk adalah Saul. Dimana Saul adalah orang yang diurapi Tuhan, tetapi tatkala Daud muncul, Saul mulai cemburu dan berusaha untuk membunuh Daud, sehingga pada akhir hidup Saul, dia tidak dikenal oleh Tuhan, dan hidupnya berakhir sangat mengenaskan.

2. Kondisi

Apakah kondisi kita tetap hidup dalam kekudusan atau tidak ?
Firman Tuhan berkata dalam Ibrani 12:14 ”Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” Berapa banyak orang yang melayani pekerjaan Tuhan tetapi masih hidup dalam kubangan dosa. Mereka tidak dapat melepaskan diri dari ikatan dosa jenis. Tetapi firman Tuhan mengajarkan bahwa dosa jenis hanya bisa dikalahkan oleh doa dan puasa (Matius 17:21). Dan apabila seseorang melayani Tuhan tetapi masih tetap melakukan dosa, maka orang tersebut akan mengalami suatu keadaan yang ironis, seperti yang tertulis dalam Matius 7:22-23 ”Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Oleh sebab itu, biarlah kita tetap hidup dalam kekudusan dan melakukan kehendak Allah sampai akhir hidup kita.


3. Fungsi

Apakah kita masih berfungsi sebagai imam yang membawa umat Tuhan; baik itu keluarga, kelompok FA ataupun jemaat untuk berfellowship dengan Tuhan ?
Firman Tuhan berkata dalam I Petrus 2:9-10 ” Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.”
Pada jaman purba sama dengan jamam perjanjian baru. Tuhan mengangkat kita menjadi imamat yang rajani. Kita berfungsi sebagai imam. Seorang imam berfungsi untuk melakukan perkara-perkara yang besar maupun kecil. Dengan diangkatnya kita sebagai imam maka kita dapat bergaul karib dengan Tuhan. Roh Kudus telah memfungsikan kita untuk melakukan perkara yang besar. Dan kalau Tuhan bisa memfungsikan saya (Pdt. Alex T.) maka Tuhanpun akan memfungsikan kita semua. Amin.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification