28 Januari 2012

Renungan Harian Online: Menyikapi Kebebasan Secara Benar

Menyikapi Kebebasan Secara Benar

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: 1 Korintus 10:23
======================
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."


menyikapi kebebasanSejauh mana kita mengapresiasikan kemerdekaan? Tidak ada satupun orang yang mau terjajah, tetapi banyak orang yang bingung bagaimana menyikapi kemerdekaan. Banyak orang mengira bahwa kemerdekaan berarti bebas berbuat apa saja seenak perutnya tanpa mempertimbangkan apa-apa. Dan itulah yang terjadi di Indonesia persisnya setelah reformasi. Kata saling pengertian dan toleransi semakin lama semakin menghilang dari muka negara ini. Menyuarakan aspirasi tentu saja tidak salah. Itu hak setiap warga negara. Tapi sebuah kemerdekaan tanpa rambu-rambu jelas akan membahayakan bahkan menghancurkan, bukan saja diri kita tetapi juga orang banyak atau bahkan negara. Kemerdekaan yang dijalankan atas kepentingan pribadi atau golongan tanpa aturan sedikitpun akan menimbulkan banyak masalah. Bayangkan jika setiap orang merasa dirinya paling benar dan berhak menghancurkan yang tidak sepaham dengan mereka, apa jadinya negara ini? Seperti halnya belahan dunia lain, bangsa ini pun merupakan sebuah titipan Tuhan kepada kita yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan. Kita diijinkan untuk menikmatinya, tetapi jangan lupa bahwa ada tugas penting bagi kita untuk mengelola bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya, dan itu sudah digariskan Tuhan sejak pada awal penciptaan, seperti yang disebutkan dalam Kejadian 1:26,28. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban kita kelak seandainya kita malah ambil bagian dari proses penghancuran dan pengrusakan bumi beserta orang-oragn yang tinggal di dalamnya hanya karena kita tidak tahu bagaimana menyikapi kemerdekaan atau kebebasan ini dengan benar?

Kebebasan bukanlah berarti kita bisa melakukan apapun semau kita dengan seenaknya. Sebuah kebebasan seharusnya bisa dipertanggungjawabkan dan dipakai untuk tujuan-tujuan yang konstruktif dan positif, bukan destruktif dan negatif. Sebuah kebebasan seharusnya membuat kehidupan di muka bumi ini semakin damai dan sejahtera, Kita bisa belajar dari apa yang dikatakan Paulus dalam surat 1 Korintus pasal 10. Paulus berkata: "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun." (1 Korintus 10:23). Dari ayat ini kita bisa dengan jelas melihat apa yang bisa kita jadikan sebuah dasar pertimbangan dalam menyikapi kebebasan, yaitu:
1. Apakah kebebasan itu bermanfaat bagi kita dan sesama atau tidak?
2. Apakah kebebasan yang kita peroleh itu membangun kehidupan kita dan orang lain atau tidak?
3. Apakah itu memberkati kota dimana kita tinggal atau malah membuatnya semakin kacau?
dan tentu saja, kalau kita berbicara mengenai segala sesuatu yang berguna dan membangun, itu artinya kita pun harus mempertimbangkan satu hal lagi:
4. Apakah kita memuliakan Tuhan dengan cara kita menyikapi kebebasan itu?

Keempat poin ini sangatlah penting untuk dijadikan koridor dalam menyikapi arti sebuah kebebasan. Apalah gunanya kita melakukan sesuatu apabila itu malah membuat kita semakin menjauh dari Tuhan, semakin menghancurkan hidup kita atau menyengsarakan orang lain? Apakah kita harus tega menghancurkan hidup orang lain atau bahkan menghabisinya hanya demi memuaskan hasrat yang ada dalam diri kita? Itu bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan dalam memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi umatNya.

Adalah penting bagi kita untuk memperhatikan apa yang kita lakukan sehari-hari, apakah itu memberkati orang lain atau malah mengganggu? Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik bagi diri kita tetapi itu ternyata mengganggu kepentingan orang lain atau bahkan merugikan mereka. "apakah segala sesuatu yang kita lakukan itu memuliakan Allah atau tidak? "Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1 Korintus 10:31). Perhatikanlah bahwa adalah kewajiban kita untuk memuliakan Allah, Sang Pencipta kita dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Bukan hanya hal-hal tertentu, sebagian, tetapi dikatakan semuanya. Menyikapi kebebasan dengan cara-cara yang salah seperti memaksakan kehendak dengan cara-cara yang tidak baik, memusuhi orang lain, menghakimi, memupuk dendam, berusaha membalas kejahatan dengan kejahatan dan lain-lain akan membuat kita justru menjadi batu sandungan bukannya memuliakan Allah tetapi malah sebaliknya akan mempermalukan Allah.

Paulus menyampaikan kesimpulannya secara sederhana tetapi sangat jelas dalam surat Galatia. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Jangan pergunakan kemerdekaan atau kebebasan seenaknya sehingga kita merasa wajar untuk hidup dalam dosa atau melukis gurat dosa dalam diri kita dengan merugikan orang lain, tetapi hendaklah itu kita pergunakan untuk melayani atas dasar kasih. Alangkah pentingnya memiliki kasih sejati dalam hidup kita, yang akan mampu membuat pola pikir kita berbeda dari pola pikir dunia dalam menyikapi sebuah kebebasan. Petrus berkata: "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Sebuah kehidupan yang merdeka seharusnya dipakai untuk menjadi hamba Allah yang mengasihi, yang akan memuliakanNya lebih lagi, dan bukan untuk berbuat berbagai kejahatan yang akan menghancurkan diri kita sendiri, keluarga kita dan orang lain. Kebebasan diberikan kepada kita bukan untuk membuat segalanya semakin buruk, tetapi justru agar kehidupan manusia bisa semakin baik. Hendaknya lewat diri kita orang akan bisa melihat seperti apa sebenarnya bentuk kebebasan yang sesungguhnya yang sesuai dengan firman Tuhan.

Sikapi kebebasan secara benar dengan penuh tanggung jawab

21 Januari 2012

Renungan Harian Online: Hidangan dan Proses Penyajiannya

Hidangan dan Proses Penyajiannya

Ayat bacaan: Kejadian 39:5
=====================
"Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang."

makananBerapa banyak makanan yang dihidangkan tepat di hadapan anda apabila anda duduk di sebuah rumah makan Padang? Semua terlihat nikmat, dan kita pun sering kesulitan memilih mana yang hendak kita makan. Tadi siang saya mengunjungi sebuah rumah makan Padang dan mengalami sendiri sulitnya menentukan pilihan dari sekian banyak makanan lezat yang terhidang di atas meja. Di saat bingung memilih, saya tiba-tiba terpikir betapa panjangnya jalur proses hingga makanan itu bisa sampai ke atas meja. Peternak ayam bersusah payah membiakkan ayamnya lalu sampai ke pasar untuk dijual. Pihak restoran, rumah makan atau ibu rumah tangga membelinya, dan di dapur ayam itu akan bertemu dengan berbagai bumbu dan sayuran yang menempuh proses yang panjang pula. Sayuran ditanam petani dengan susah payah, di bawah terik matahari dan harus berhadapan dengan berbagai hama atau cuaca buruk yang berpotensi merusak hasil taninya. Jika ditambah lagi dengan ikan, para nelayan harus menempuh berbagai resiko ketika melaut. Tidak jarang gelombang tinggi atau malah badai mengancam mereka, dan tidak jarang pula mereka harus meluangkan waktu lebih banyak untuk mendapat hasil tangkapan yang memadai. Ada supir yang bertugas mengantarkan produk ke pasar/supermarket hingga ke dapur, ada para pembantu dan koki yang bekerja memasaknya, ada penjual di pasar atau malah karyawan/karyawati supermarket yang siap membantu anda dalam membeli. Jika kita pikirkan, proses yang harus dilewati sungguhlah panjang. Kita mungkin hanya tahu beres, tinggal menyantap makanan lezat di atas meja saja, tetapi agar makanan itu bisa kita nikmati, selalu ada sebuah proses panjang yang melibatkan banyak orang di dalamnya.

Kita selalu diingatkan untuk berdoa sebelum makan, mengucap syukur dan meminta agar apa yang kita makan diberkati Tuhan sehingga menjadi sumber tenaga, kesehatan dan kekuatan yang menjauhkan penyakit dari tengah-tengah kita. Sebuah ayat dalam kitab Keluaran berkata: "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu." (Keluaran 23:25). Itulah sebabnya mengapa kita harus berdoa terlebih dahulu sebelum makan. Dan jika kita melihat ketika Yesus datang ke dunia, berkali-kali pula ia menunjukkan pentingnya mengucap syukur terlebih dahulu atas roti/makanan sebelum disantap. Bukan itu saja, tetapi alangkah baiknya apabila dalam doa kita itu kitapun mendoakan dan memberkati orang-orang yang terkait dalam proses panjang makanan itu. Mengapa? Sebab sebagai agen-agen Tuhan di dunia hari ini kita harus ingat tugas kita untuk menjadi saluran berkat dari Tuhan bagi orang lain.

Dalam ayat bacaan hari ini kita bisa melihat bahwa Yusuf bisa menjadi saluran berkat Tuhan atas Potifar. "Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang." (Kejadian 39:5). Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kita bisa menjadi saluran berkat seperti halnya Yusuf atas Potifar. Potifar dikatakan diberkati Tuhan dan jelas disana disebutkan bahwa itu "karena Yusuf". Artinya lewat kita anak-anakNya yang percaya, Tuhan bisa memberkati orang lain. Kita bisa menjadi saluran berkat bagi banyak orang dan itu bisa kita lakukan dengan mendoakan orang yang memasak dan menghidangkan. Sayangnya banyak yang lupa bahwa sebenarnya butuh proses panjang agar makanan bisa terhidang dan melibatkan banyak pihak. Lupa bahwa mereka-mereka ini pun layak untuk kita doakan. Padahal apabila satu saja mata rantai itu terputus, makananpun tidak akan sampai ke atas meja kita dan kita tidak akan bisa menikmati sajian yang lezat itu.

Lebih sering cacian, prasangka dan tuduhan yang lebih sering keluar dari lidah ketimbang berkat bagi orang lain. Firman Tuhan sudah mengingatkan hal itu dalam banyak kesempatan, misalnya "dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (Yakobus 3:10). Kita sering lupa bahwa untuk menjadi diri kita sekarang ada banyak orang yang memiliki peran penting di sepanjang perjalanan hidup kita. Adalah jauh lebih mudah untuk mengingat sesuatu yang buruk daripada mengingat jasa dan kebaikan orang lain. Petrus pun mengingatkan kita untuk terus memberkati, karena kita dipanggil untuk memperoleh berkat pula. "Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab:Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." (1 Petrus 3:9-10) Kita diberkati untuk memberkati. Karenanya kita harus menjadi saluran berkat pula untuk menjangkau orang lain secara luas, tanpa terkecuali dan tanpa batas. 

Jika esok anda melihat hamparan makanan lezat dihidangkan di depan anda, ingatlah bahwa semua itu butuh proses perjalanan yang panjang. Ada orang-orang yang sudah bersusah payah bekerja sehingga makanan lezat itu pun bisa terhidang di meja anda. Doakan dan berkatilah mereka yang terlibat di dalamnya, karena selain semua itu adalah hasil kerja mereka yang patut kita hargai, kita pun bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Seperti Tuhan selalu memberkati kita, kita pun harus memberkati lebih banyak lagi

15 Januari 2012

Renungan Harian Online: Menjadi Seorang Teladan

Menjadi Seorang Teladan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Titus 2:7
==================
"dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu"


menjadi teladan"Kita tidak bisa hidup selamanya. Pada suatu waktu nanti kita akan menutup perjalanan di bumi ini. Oleh karena itulah penting bagi saya untuk membagikan skill dan ilmu yang saya miliki kepada generasi selanjutnya." Demikianlah kata seorang gitaris terkenal asal luar negeri hari ini dalam wawancara saya dengannya. Sejauh mana? Tanya saya. "Sejauh yang saya bisa bagikan, tanpa dikurangi, tanpa dilebihkan." No more, no less.. katanya. Bagi saya itu adalah sesuatu yang baik untuk dijadikan teladan, karena ada banyak orang yang lebih suka untuk menyembunyikan sesuatu yang istimewa dari dirinya. Mereka hanya membagikan 40-50% saja dari pengetahuan mereka, karena mereka tidak ingin ada orang yang tahu sebanyak mereka apalagi kalau nanti melebihi mereka. Bisa dibayangkan jika setiap generasi berpikir seperti ini, apa jadinya beberapa generasi selanjutnya? "Generasi muda saat ini berkembang begitu hebat. Bahkan ada yang sudah bermain dengan sangat baik di usia kecilnya. Apabila saya membagikan ilmu dan pengalaman saya kepada mereka, maka anak-anak ini akan tumbuh lebih baik lagi. Isn't it great?" Kata si gitaris lagi. Dan saya pun kagum dengan semangatnya untuk tidak hanya berhenti memberikan penampilan baik di panggung dan di rekaman, tetapi juga menjalankan komitmennya untuk mengajar. Itu sebuah keteladanan yang sangat mencerahkan dan menggembirakan bagi saya.

Seorang teladan artinya sosok yang patut ditiru atau dijadikan panutan oleh orang lain, menjadi role model. Dunia akan selalu butuh juga haus akan keteladanan untuk dijadikan pelajaran berharga agar lebih baik lagi kedepannya. Dalam sejarah dunia kita menemukan banyak teladan, dalam alkitab kita pun bisa menemukan banyak keteladanan ini. Pertanyaannya, ada berapa banyak sosok yang layak untuk diteladani di hari-hari ini? Kemudian satu lagi, apakah kita sudah siap dan sanggup menjadi teladan? Ada banyak orang yang menolak dengan berbagai alasan. Mengapa harus saya? Biar orang lain saja kita teladani, kita tidak perlu sibuk untuk itu. Itu menjadi buah pemikiran banyak orang. Dan itu bukanlah sesuatu yang dianjurkan untuk menjadi pola pikir orang percaya.

Alkitab dengan sangat jelas menunjukkan bahwa kita semua diminta untuk tampil menjadi teladan-teladan dalam banyak hal mulai dari perbuatan baik hingga iman. Ayat bacaan hari ini menyatakan salah satu firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk selalu berusaha untuk menjadi teladan dalam hal berbuat baik."Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu" (Titus 2:7). Kita bisa melihat disini bahwa proses pemindahan atau transfer ilmu dan memberi pengajaran secara teoritis saja tidalah cukup. Kita harus mampu melanjutkannya sampai kita bisa mencontohkan apa yang kita ajarkan melalui perbuatan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak hanya teori, tetapi haruslah disertai dengan proses pula. Jika kita hanya pintar mengajarkan tapi tidak pernah membuktikannya lewat hidup kita sendiri, itu artinya semua hanyalah teori kosong dan bohong belaka. 

Yesus merupakan contoh sempurna akan hal ini. Yesus mengajarkan banyak hal tentang kasih dengan standar yang sungguh jauh dari apa yang dipandang dunia, tapi lihatlah bahwa Yesus tidak berhenti sampai pada pengajaran saja, melainkan menunjukkan pula lewat sikap hidupNya secara nyata. Lihatlah sebuah contoh dari perkataan Yesus sendiri ketika ia mengingatkan kita untuk merendahkan diri kita menjadi pelayan dan hamba dalam Matius 20:26-27. Yesus berkata: "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (ay 28). Apa yang diajarkan Yesus telah Dia contohkan pula secara nyata. Lalu di waktu berbeda Yesus berkata: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." (Yohanes 15:12). Yesus mengasihi kita sebegitu rupa sehingga Dia rela memberikan nyawaNya untuk menebus kita semua. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (ay 13). Dan Yesus pun telah membuktikannya secara langsung pula. Inilah sebuah keteladanan yang sejati.Ini baru dua contoh dari banyak pesan Yesus yang tidak berhenti hanya pada perkataan saja melainkan disertai pula dengan bukti nyata. Berulang kali Yesus mengingatkan kita untuk meneladani Dia, itu artinya sangatlah penting bagi kita untuk menganggap serius hal itu. 

Paulus mengingatkan pula mengenai pentingnya keteladanan dalam pelayanan, seperti yang ia sampaikan kepada Timotius. "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12) Dari sini jelas terlihat bahwa sesungguhnya masalah menjadi teladan tidak hanya urusan orang-orang tua atau dewasa saja, tapi harus sudah diaplikasikan di usia muda pula. Perbuatan baik dalam ayat bacaan hari ini digambarkan Paulus dengan menjaga perkataan, menjaga tingkah laku, terus mengasihi, berlaku setia, dan hidup suci atau kudus.Kembali pada surat kepada Titus diatas yang berkata "dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu" (Titus 2:7), Paulus mengingatkan banyak hal juga. Kepada pria dinasihati untuk memiliki pola hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, kasih dan ketekunan (ay 2). Sedang untuk wanita, Paulus mengatakan keharusan untuk "hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik." (ay 3). Disamping itu wanita pun diingatkan untuk mendidik perempuan-perempuan muda dan mengasihi suami dan anak-anaknya. (ay 4), hidup bijaksana dan suci, pintar mengatur rumah tangga, baik hati dan taat kepada suami. (ay 5). Lalu selanjutnya untuk orang muda, Paulus menasihatkan agar para pemuda-pemudi bisa menguasai diri dalam segala hal. Semua ini menunjukkan bahwa menjadi sosok teladan itu tidaklah gampang, tetapi itu adalah sesuatu yang wajib untuk bisa kita lakukan.

Lebih jauh lagi, Yesus pun mengingatkan kita agar menjadi teladan bagi banyak orang dimana Tuhan dipermuliakan. Terang Tuhan yang ada pada diri kita hendaklah bisa dipancarkan hingga bercahaya bagi banyak orang."Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16) Ini pun bentuk gambaran dari bentuk keteladanan. Ingatlah bahwa banyak orang memperhatikan tingkah laku kita sebagai orang percaya. Jangan sampai kita tidak menjadi terang dan garam tetapi malah menjadi batu sandungan. Panggilan menjadi teladan sudah diberikan, maukah kita menaatinya?

Menjadi teladan sejak usia muda, itulah gambaran orang percaya yang diinginkan Tuhan

8 Januari 2012

Renungan Harian Online: Memerdekakan Iman

Memerdekakan Iman

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Markus 11:25
==================
"Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."


memerdekakan imanBeberapa hari terakhir ini kita sudah melihat bagaimana pentingnya untuk menjaga keteduhan hati agar tidak mendendam atau bersukacita ketika musuh kita tengah terjatuh. Yesus sendiri sudah mengingatkan kita untuk tidak membenci musuh melainkan mengampuni, mengasihi dan mendoakan mereka. "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:43-44). Untuk hal ini pun Yesus sudah mencontohkannya sendiri. Lihatlah apa kata Yesus setelah mengalami siksaan yang tak terperi dan tengah tergantung di atas kayu salib dengan berlumur darah. "Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34a). Itu contoh sempurna dari bagaimana cara melepaskan pengampunan apapun alasannya. Lebih lanjut lagi, Firman Tuhan juga sudah mengatakan bahwa tidaklah pada tempatnya apabila kita bersukacita melihat musuh kita jatuh. "Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok" (Amsal 24:17). Hari ini mari kita lihat satu lagi kerugian yang akan kita derita jika kita mendendam terhadap orang lain.

Tidak banyak orang yang menyadari betapa eratnya hubungan antara iman dan pengampunan. Mari kita lihat perkataan Yesus dalam kotbahNya tentang iman dalam Markus 11:22-26. Pertama, Yesus mengajarkan betapa besarnya pengaruh iman bagi kehidupan kita. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya." (Markus 11:23). Lalu Yesus mengajarkan kita agar kita memiliki iman yang percaya agar semua itu diberikan kepada kita. "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (ay 24). Apa isi ayat selanjutnya? Beginilah bunyinya: "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)" (ay 25-26). Perhatikan bahwa Yesus menopang gabungan ayat-ayat ini dalam urutannya bukan kebetulan tapi untuk maksud tertentu. Saya percaya Tuhan ingin kita tahu bahwa membebaskan orang-orang yang bersalah kepada kita adalah landasan dari menerima hal-hal baik atau berkat dari Tuhan. Tuhan ingin memberikan kesan pada hati kita mengenai sebuah fakta penting menurut Kerajaan Allah, yaitu bahwa kita tidak akan pernah dapat memperoleh pengabulan doa dengan dendam di hati kita sekaligus.

Percaya, itu berbicara mengenai iman. Apa yang kita minta dan doakan harus disertai rasa percaya. Keraguan akan meluputkan kita semua dari berkat-berkat Tuhan. Tapi sebelum berdoa, kita harus terlebih dahulu memastikan bahwa tidak ada dendam apapun yang masih bercokol di hati kita. Dendam, kebencian atau ganjalan-ganjalan lainnya pun merupakan ganjalan dalam menerima segala sesuatu dari Tuhan, termasuk di dalamnya pengampunan. Bayangkan seandainya Tuhan punya pribadi pendendam, apa jadinya kita yang begitu sering menyakiti hatiNya? Tapi Tuhan tidaklah demikian. Lihatlah apa kata Tuhan berikut ini: "Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu." (Yesaya 43:25). Seperti itulah sikap Tuhan. Lalu siapakah kita yang merasa berhak melakukan sebaliknya?

Sikap tidak mengampuni dan mendendam akan menghambat saluran iman dan membuat kita kewalahan menghadapi berbagai gunung terjal berbatu dalam kehidupan kita. Apabila ada diantara anda yang merasa sudah berdoa siang dan malam tapi rasanya belum memperoleh jawaban, ini saatnya untuk memeriksa kembali hati anda. Apabila ada orang-orang yang belum anda ampuni, ampunilah terlebih dahulu. Jika anda tidak sanggup melakukannya, mintalah Roh Kudus untuk membantu anda. Buanglah sumbatan pada saluran iman itu, maka setelahnya anda akan melihat bagaimana hebatnya Tuhan dalam menjawab doa-doa anda.

Buanglah setiap ganjalan dalam hati termasuk dendam agar hubungan kita dengan Tuhan tidak sampai terputus

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification