25 September 2011

Renungan harian online: Kesetiaan Tuhan

Kesetiaan Tuhan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Ibrani 11:11
======================
"Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia."


kesetiaan TuhanBeberapa hari terakhir ini ternyata Tuhan menggerakkan saya untuk terus berbicara mengenai sukacita. Sukacita bisa kita rasakan baik lewat pengalaman-pengalaman pribadi kita bersama Tuhan, lewat kesadaran kita akan kebaikan dan penyertaan Tuhan, dan kemarin kita melihat pula bahwa kita tidak boleh berhenti hanya kepada sukacita atas diri sendiri tetapi juga harus menuju kepada sukacita selanjutnya, yaitu ketika ada jiwa-jiwa yang bertobat. Kacamata iman akan sangat menentukan bagaimana kita menyikapi kehidupan lengkap dengan liku-likunya. Sebuah sukacita yang sejati bukanlah tergantung dari berat ringannya kondisi yang kita hadapi di dunia melainkan berasal dari seberapa jauh kedekatan dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Kacamata seperti inilah yang seharusnya kita miliki, sebuah kacamata yang memampukan kita untuk memperoleh atau melihat bukti dari sesuatu yang tidak/belum kita lihat. Dua hari yang lalu kita sudah melihat bentuk kacamata iman ini lewat apa yang dimiliki Abraham dan Sara. Hari ini mari kita kembali melihat bagaimana mereka bisa memiliki sebentuk kacamata iman seperti itu.

Abraham dan Sara menerima janji Tuhan bukan pada usia produktif mereka. Mungkin lebih mudah bagi kita untuk menerima janji akan keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di laut ketika kita masih dalam usia produktif. Tetapi bagaimana jika janji itu datang justru ketika kita sudah sangat lanjut usia, setelah menjadi kakek dan nenek? Abraham dikatakan sudah "mati pucuk", sedang Sara sudah melewati puluhan tahun setelah memasuki masa menopause. Secara ilmiah tidak ada satupun jalan yang memungkinkan mereka untuk bisa memperoleh keturunan lagi. Satu saja sudah tidak mungkin, apalagi sebanyak bintang atau pasir. Tapi ternyata mereka mampu memegang janji itu, percaya kepada sesuatu yang tidak bisa diterima logika dan menerimanya sebagai sebuah kebenaran. Apa yang membuat mereka bisa seperti itu? Jawabannya adalah iman. Dalam Ibrani 11 kita bisa melihat uraian panjang lebar mengenai bentuk iman yang dimiliki oleh Abraham dan Sara ini. Sebuah janji yang bahkan masih harus menunggu sekian tahun lagi untuk digenapi. Ayat bacaan hari ini menyebutkan bagaimana Sara bisa memiliki iman sebesar itu. Mari kita baca ayatnya: "Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia." (Ibrani 11:11). Karena iman, Sara bisa memiliki kemampuan untuk memperoleh anak di usia tuanya. Dan ayat ini menyatakan dengan jelas: "Karena ia (Sara) menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia." Sara tahu bahwa Tuhan itu setia. She knows that God who had given her the promise is reliable, trustworthy and true to His own words. Perhatikanlah. Betapa sering janji Tuhan terhambat untuk menghampiri kita karena ketidakpercayaan atau ketidakyakinan kita. Maka lihatlah apa kata Yesus berikut. "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22). Percaya, itu kuncinya. Kepercayaan penuh kepada Tuhan menumbuhkan kekuatan bagi mereka untuk terus menanti janji Tuhan dengan sabar dan tekun. Meski bertahun-tahun menunggu hingga janji itu digenapi, kepercayaan mereka tidak goyah sedikitpun. Apakah mereka tahu kapan tepatnya Tuhan akan menepati janjiNya akan keturunan itu setelah dijanjikan? Tidak. Tetapi iman mereka membuat mereka bisa percaya kepada Tuhan tanpa ragu, dan kepercayaan mereka akan kesetiaan Tuhan itu terus menumbuhkan iman mereka. Pada akhirnya kita melihat bagaimana janji itu digenapi Tuhan dengan ajaib.

Dalam Mazmur kita bisa menemukan ayat yang berseru: "Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Dan ayat ini disebukan berulang-ulang, seperti dalam Mazmur 106:1, 107:1, 118:1, 118:29, 136:1 dan banyak lagi. Ini sebuah seruan yang penting agar kita menyadari bahwa kasih setia Tuhan itu berlaku untuk selama-lamaNya. Bukan hanya pada saat tertentu, bukan hanya kepada orang tertentu, tetapi itu berlaku bagi semua orang sepanjang masa, termasuk kepada anda dan saya hari ini. Lebih lanjut Pemazmur mengatakan "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5). Tidak saja kesetiaan itu berlaku selama-lamanya dan turun temurun, tetapi dikatakan pula bahwa kasih setia Tuhan itu besar. Itulah yang disadari dan diserukan Yesaya. "Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar." (Yesaya 63:7).

Betapa indahnya ketika Tuhan meneguhkan pula bahwa Dia tidak pernah berubah. "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah.." (Maleakhi 3:6) dan Yesus juga demikian."Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Dahulu Tuhan menunjukkan kasih setiaNya yang turun temurun dan besar, hari ini pun sama. Jika dahulu Tuhan bisa, hari ini pun sama, besok lusa dan sampai kapanpun Dia bisa! Jika dahulu Tuhan menunjukkan kasih setiaNya yang besar, hari ini pun itu berlaku bagi setiap anak-anakNya. Menyadari hal ini, mengapa kita masih sulit untuk bersukacita? Mengapa kita harus cemas menatap hari depan, mengapa kita harus mengeluh ketika tengah berhadapan dengan beban-beban yang berat? Ingatlah selalu dan percayalah sepenuhnya bahwa Tuhan ada bersama kita lengkap dengan kasih setiaNya yang besar selama-lamanya. Kepercayaan seperti itu terbukti mampu membawa janji Tuhan digenapi bagi Abraham dan Sara. Kepercayaan yang terbentuk dari iman dan akan terus memperkuat iman seiring waktu. So let's keep rejoicing!

Kasih setia Tuhan besar dan berlaku selama-lamanya

22 September 2011

Renungan harian online: Bersukacita atas Kebaikan Tuhan

Bersukacita atas Kebaikan Tuhan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Mazmur 100:2,5
========================
"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai...Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun."


kebaikan TuhanSebuah SMS di tengah malam membangunkan saya dari tidur. Ternyata sms berasal dari seorang teman yang tinggal di kota lain yang saat ini aktif melayani. Bunyi smsnya adalah sebagai berikut: "Allah ingin melakukan perkara-perkara yang baik bagi kita bukan karena kita baik dan layak, tetapi karena Dia baik. Jesus be with you." Di tengah rasa mengantuk saya pun tersenyum dan merasakan sukacita lewat sms yang ia kirimkan. Apa yang ia kirim itu sangatlah benar. Tuhan selalu rindu melakukan perkara-perkara yang baik dalam hidup kita. Lihatlah bunyi Firman Tuhan ini: "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Dan Tuhan selalu ingin memberikan segala yang baik bagi kita. Apakah karena kita hebat, baik dan layak? Tidak. Apakah Tuhan berkewajiban untuk membalas budi baik atau jasa-jasa kita? Tidak. Semua itu diberikan Tuhan bukan karena kita yang baik, tetapi karena Dia baik. Di saat ada banyak beban yang berkecamuk dalam pikiran saya beberapa waktu terakhir ini, sms di tengah malam mengingatkan saya kembali bahwa ada kebaikan Tuhan yang senantiasa menyertai anak-anakNya. Dan untuk itu dalam kondisi apapun sudah sepantasnya jika kita bersukacita dengan penuh rasa syukur.

Ada banyak hal sebenarnya yang bisa mendatangkan sukacita bagi kita. Salah satunya adalah dengan menyadari betapa baiknya Tuhan itu. Dalam kitab Yesaya kita bisa menemukan hubungan yang indah antara menyadari kebaikan Tuhan dengan datangnya perasaan sukacita. "Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar." (Yesaya 63:7). Betapa mudahnya  kita melupakan kebaikan Tuhan. Kita dengan ringan menyalahkan Tuhan dan menuduh Tuhan tidak adil atau pilih-pilih ketika pertolonganNya tidak kunjung turun sesuai jangka waktu yang kita tetapkan sendiri. Ketika pertolongannya hadir, tidak jarang dari kita dengan cepat melupakan kebaikanNya. Atau ketika keadaan baik-baik saja, kita pun terlena dan tidak bersyukur. Ada pula orang yang masih saja menggerutu meski keadaannya tidaklah begitu parah. Apakah dengan hadirnya masalah itu artinya Tuhan tidak baik? Tentu saja tidak. Ada banyak alasan mengapa kita harus tetap melalui lembaran-lembaran sulit dalam perjalanan hidup kita. Bisa jadi Tuhan sedang melatih otot rohani kita, bisa jadi itu untuk memberi pelajaran bagi kita, bisa jadi pula akibat dosa kita sendiri. Apapun itu, satu hal yang pasti adalah bahwa Tuhan itu baik. Ayat Yesaya di atas kemudian dilanjutkan dengan: "..maka Ia menjadi Juruselamat mereka dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala." (ay 8-9). Ketika Yesus datang ke bumi, ia langsung turun tangan menyelamatkan umat manusia, menebus kita dalam kasih dan belas kasihNya yang begitu besar. Untuk itu saja kita sudah sangat pantas mengucap syukur tak henti-hentinya. Di zaman Salomo kita bisa menemukan sebuah lagu pujian yang dipersembahkan kepada Tuhan dengan megahnya lewat ensambel besar. "Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan." (2 Tawarikh 5:12-13). Lihatlah lagu pujian yang menyatakan kebaikan Tuhan itu mampu membuat kemuliaanNya turun dari langit. Kebaikan Allah haruslah selalu kita ingat, dari sana kita bisa beroleh sumber sukacita yang hebat dari Tuhan sendiri.

Dalam kitab Nehemia dikatakan "Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:10b). Perhatikanlah bahwa sumber sukacita yang sejati sesungguhnya berasal dari Tuhan dan bukan tergantung dari kondisi yang kita alami. Lalu lihat apa kata Pemazmur berikut ini. "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "Serve the Lord with gladness! Come before His presence with singing!" Selayaknya orang yang sedang bergembira, tentu lagu yang dibawakan pun berupa lagu-lagu riang. Mengapa seruan ini dinyatakan Pemazmur? Alasannya sederhana, "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (ay 5). Pemazmur menyadari betul bahwa Tuhan itu baik. Kasih setiaNya berlaku untuk selama-lamanya dan turun temurun. Kebaikan dan kemurahan Tuhan itu berlaku tidak hanya sesaat tapi sepanjang masa. Pemazmur tahu itu dan berkata "Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa." (Mazmur 23:6).

Adalah mudah bagi kita untuk mengeluh, mudah bagi kita untuk memandang masalah, tetapi seringkali sulit bagi kita untuk menyadari segala kebaikan Tuhan yang telah Dia beri dalam hidup kita. Apakah saat ini anda sedang berbeban berat atau sedang dalam kondisi baik-baik saja, jangan lupakan kebaikan Tuhan dan untuk itu tetaplah bersukacita. Mengeluh dan terus meratapi masalah tidak akan membawa solusi apa-apa selain memperberat masalah dan memperkeruh situasi. Sebaliknya hati yang bersukacita akan membawa segala kebaikan Allah untuk turun atas kita. "Percayakan segalanya pada Tuhan, dan bersukacitalah, maka Tuhan akan melepaskan kita. "dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4). Tetaplah ingat kebaikan Tuhan, dan bersukacitalah karenanya.

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4)

15 September 2011

Komal: 8/9/11

Apakah yang kudapatkan dari komal minggu ini?
Komal minggu ini mmbicarakan mengenai perbedaan budaya yang mempengaruhi perbedaan cara bersosialisasi.

Ada juga berbagai faktor yang bisa dilihat selama berkomunikasi.
seperti high/low context. high artinya mudah paham, low artinya susah saling mempahaminya.

Perbedaan budanya sangat berpengaruh, dari niat baik bisa menjadi seakan-akan niat buruk.

Renungan Harian Online: Belajar dari Petani

Belajar dari Petani

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: 2 Timotius 2:6
======================
"Petani yang sudah bekerja keras, dialah yang pertama-tama berhak mendapat hasil tanaman." (BIS)


belajar dari petaniDalam sebuah acara televisi saya melihat pintarnya para petani di sebuah desa menemukan cara yang murah dan mudah untuk membasmi hama tikus. Caranya cukup unik. Mereka menyalurkan asap dari knalpot sebuah motor ke lubang-lubang persembunyian tikus. Asap yang mengandung CO2 ternyata membuat tikus-tikus itu kemudian pingsan sehingga mereka pun bisa dengan mudah mengumpulkan ratusan tikus dan membakarnya. Hama tikus hanyalah satu dari sekian banyak masalah yang harus diatasi oleh petani. Selain hama-hama tanaman lainnya, mereka juga harus menghadapi iklim yang terkadang sama sekali tidak kondusif, dan tentu saja mereka harus dengan rajin merawat apa yang mereka tanam. Dipupuk, disiram, disiangi, itu menjadi kegiatan yang harus dilakukan setiap hari. Jika tidak maka mereka pun akan gagal memperoleh hasil yang baik untuk hidup sehari-hari, dan kita yang tinggal di kota besar pun akan kesulitan karena tidak bisa memperoleh padi, sayuran dan tanaman lainnya yang kita makan sehari-hari. Salut, hormat dan penghargaan setinggi-tingginya layak kita berikan buat para petani. Mereka bekerja membanting tulang sejak pagi hingga sore hari di ladang mereka. Terik matahari menghitamkan kulit tidak mereka pedulikan agar mereka mampu menghidupi keluarganya, menghasilkan berbagai hasil pertanian yang kita nikmati di atas meja makan setiap hari. Ketika kita sering terganggu dengan hal-hal yang bisa mengotori tangan atau pakaian kita sedikit saja, mereka tidaklah demikian. Mereka terus bekerja walau kaki mereka terendam, tangan mereka berlumur tanah, keringat menetes dimana-mana. Tidak ada petani yang cuma duduk bermalas-malasan tapi bisa menghasilkan panen besar. Jika ingin mendapatkan panen yang besar, mereka tentu harus bekerja keras mulai dari menanam, mengurus, mengairi hingga memanen dan menjual hasil jerih payah mereka. Tanpa itu semua, niscaya tidak ada apapun yang mereka hasilkan.

Selain memberi penghargaan, kita pun seharusnya bisa belajar dari kegigihan petani. Hasil yang diperoleh petani yang bekerja keras dengan sungguh-sungguh dengan petani yang malas sudah barang tentu tidak sama. Dalam Amsal dikatakan: "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa." (Amsal 20:4). Petani yang bermalas-malasan tidak mengerjakan segala sesuatu pada musim tanam pada akhirnya tidak akan menghasilkan apa-apa ketika musim menuai tiba. Kita bisa belajar dari kerja keras dan jerih payah petani untuk meningkatkan keimanan kita. Tanpa usaha dari kita untuk menjaga dan menumbuhkan iman kita untuk terus lebih dekat dan lebih dalam lagi dengan Kristus, kita tidak akan pernah bisa menuai apa-apa pada akhirnya. Petani harus sabar dalam melalui proses yang panjang hingga akhirnya menghasilkan, demikian pula halnya dengan kita. Petani harus sabar menunggu hingga musim panen tiba, sesuatu yang tidak mungkin terjadi hanya dalam semalam, dan sebelum musim panen mereka harus berjuang keras terlebih dahulu. Kita pun sama. Kita harus bersabar dalam proses pertumbuhan iman kita. Dalam proses itu apa yang kita hadapi seringkali tidak mudah. Ada begitu banyak rintangan dan penderitaan yang harus kita lalui, tidak jarang pula kita harus menghadapi pengorbanan di dalamnya. Tapi semua itu pantas karena apa yang dijanjikan Tuhan pada akhirnya sangatlah indah. Hidup penuh dengan pilihan. Keputusan tergantung kita. Kita bisa saja bermalas-malasan, tapi ingatlah jika itu yang kita pilih, maka hasil akhirnya nanti hanyalah akan menyisakan penyesalan. Belajarlah dari kegigihan dan ketekunan serta kerja keras para petani. Inilah yang diingatkan oleh Paulus kepada Timotius. "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya." (2 Timotius 2:6). Dalam versi BIS nya dikatakan "Petani yang sudah bekerja keras, dialah yang pertama-tama berhak mendapat hasil tanaman."

Petani yang berharap panen besar tentulah harus menabur banyak pula. Tanpa ada yang ditabur, tidak akan ada yang dituai. Demikian pula halnya dengan kita. Kita harus rajin-rajin menabur kalau mau menuai banyak. "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." (2 Korintus 9:6). Sesungguhnya Tuhan telah menyediakan segalanya untuk ditabur, lalu Dia pula yang akan memberkati kita lewat apa yang kita tabur. "Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami." (ay 11-12). Segala kemalasan kita tidak akan mendatangkan manfaat, malah sebaliknya hanyalah akan mendatangkan kerugian. Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang malas. Begitu seriusnya hal ini di mata Tuhan, sehingga dikatakan orang yang tidak bekerja tidak layak makan. "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Ia pun mengingatkan agar kita tidak terperosok ke dalam perilaku banyak orang yang hanya sibuk melakukan hal-hal yang sia-sia saja. Menumbuhkan iman dalam hidup bukanlah proses yang bisa dicapai hanya dalam semalam. Untuk bisa terus meningkatkannya, kita perlu fokus secara total dan untuk itu dibutuhkan keseriusan, komitmen dan kerja keras dari kita. Firman Tuhan jelas mengatakan: "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Disiplinkan diri dalam berdoa, bersaat teduh, membaca dan merenungkan Firman Tuhan, dan mengaplikasikannya secara nyata dalam hidup kita. Semua itu merupakan proses yang tidak sebentar, kadang kala menyakitkan, terkadang butuh pengorbanan, namun pada akhirnya semua itu akan mendatangkan kebaikan dan sukacita melimpah untuk selamanya. Apa yang dikatakan Paulus mengenai "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" berlaku pula dalam kehidupan iman kita. Jika kita tidak mau berusaha untuk lebih dalam lagi bersekutu denganNya dengan sungguh-sungguh, jangan harap kita bisa mendapatkan sesuatu yang baik pula apalagi keselamatan.

Marilah kita meneladani usaha petani, baik dari segi kerja kerasnya, keuletan maupun kesabaran mereka menanti usaha mereka hingga musim panen tiba. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7). Jangan buru-buru putus asa dan patah semangat, tapi bersabarlah seperti halnya petani menanti tuaian mereka pada waktunya. "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" (ay 8). Dari petani kita bisa belajar untuk tekun bekerja dan rajin menabur, karena nanti pada saatnya kita sendirilah yang akan menuai hasilnya. Jangan menjadi lemah dalam prosesnya, tetaplah bersabar. Tidak ada janji Tuhan yang tidak Dia tepati. Karenanya lakukanlah apa yang menjadi bagian kita dengan sungguh-sungguh dan berkat Tuhan yang besar pun akan kita tuai sebagai hasilnya.

Belajarlah mengenai kerajinan menabur dan ketekunan hingga menuai dari para petani

4 September 2011

Renungan Harian Online: Mewaspadai Rubah-Rubah Kecil

Mewaspadai Rubah-Rubah Kecil

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Kidung Agung 2:15
=======================
"Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!"


rubah kecilBagi anda pengguna browser Firefox, tentu logonya yang berbentuk rubah api melingkar di bola dunia tidak lagi asing bagi anda. Konon katanya logo tersebut menjadi inspirasi dari rambut unik milik pendiri Mozilla, yaitu Mitchell Baker. Benar atau tidak, entahlah. Tapi yang pasti logo Firefox ini memang atraktif dan menarik, sehingga selain enak dilihat juga mudah untuk diingat. Rubah dalam logo ini memang terlihat menarik, begitu juga dalam banyak gambar atau film kartun, tetapi bagi yang memelihara ternak seperti ayam rubah bukanlah hewan yang menarik sama sekali. Rubah ukurannya tidaklah sebesar hewan buas, seperti singa misalnya. Tetapi meski kecil, rubah ini cerdik dan cekatan. Rubah sanggup hidup dimana-mana dan bisa merusak apa saja yang ia lewati. Tidak jarang rubah memangsa bukan karena lapar, tetapi hanya karena ingin mempermainkan mangsanya sampai mati.Seperti itulah karakter rubah, yang meski relatif kecil tetapi bisa sangat merugikan bagi kita.

Dalam Kidung Agung ada sebuah ayat unik yang tiba-tiba menyeruak ditengah rangkaian ayat-ayat yang indah menggambarkan kemesraan dan kebahagiaan sebuah hubungan. Ayat-ayat itu sambung menyambung dengan manis, hingga sekonyong-konyong ada ayat yang berbunyi: "Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!" (Kidung Agung 2:15). Menilik dari karakter rubah di atas, ayat ini sesungguhnya berbicara mengenai hal penting, yaitu untuk mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan dalam mencegah masuknya dosa-dosa kecil untuk menghancurkan kita. Singa, harimau, itu hewan buas yang kita tahu berbahaya. Tetapi seekor rubah kecil bisa jadi kita anggap tidak membawa maut bagi kita. Padahal keberadaannya bisa memangsa hewan-hewan ternak sehingga sangat merugikan bagi kita.

Dalam hidup sehari-hari kita seringkali tidak menyadari adanya "duri-duri kecil" yang biasanya kita abaikan atau sepelekan. Kita akan awas terhadap dosa-dosa besar, tetapi berkompromi kepada yang kecil-kecil. Membunuh?  Mencuri? Menganiaya? Itu mungkin tidak kita lakukan. Tetapi bagaimana dengan hal-hal yang kita anggap sepele padahal itu serius di mata Tuhan? Tidak membunuh, tetapi kita mengolok-olok teman, bergosip, berkata kotor, menghujat, atau memusuhi/mendendam kepada orang lain bahkan saudara sendiri. Menyebar fitnah atau gosip pun bisa membunuh karakter seseorang yang bisa sama kejamnya dengan menghilangkan nyawa orang lain.  Atau ketika kita tidak tahan menolak ajakan dan ikut mabuk bersama teman-teman. Kita akan berdalih bahwa itu hanya sekali-kali dan tidak merupakan dosa. Tetapi Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa kita sekali-kali boleh melanggar firman Tuhan. Bagaimana ketika kita membiarkan rasa benci, dendam, iri hati dan sejenisnya menguasai kita? Atau menipu orang tua kita dengan berbagai alasan? Inipun bisa menjadi masalah besar pada suatu saat. Dosa-dosa kecil yang kita anggap sepele dan kita beri toleransi seringkali menjadi awal untuk masuknya berbagai dosa yang akan meningkat intensitasnya, dan pada suatu ketika kita sudah terjerat sedemikian rupa sehingga ketika kita sadar, sudah sulit bagi kita untuk melepaskan diri dari semua itu.

Berbagai keinginan daging bisa menjadi "rubah-rubah" tersendiri yang meski berawal dari kecil tapi eskalasinya bisa meningkat hingga satu saat nanti bisa menghancurkan hidup kita dan sulit untuk dipulihkan. Dengan tegas Paulus mengatakan "Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." (Roma 8:7). Dan dalam Galatia 5:19-21 ia pun merinci satu persatu akan perbuatan-perbuatan yang timbul dari kedagingan ini. Beberapa dari keinginan-keinginan daging ini sepintas terlihat nikmat dan mungkin tidak terlihat sebagai sebuah dosa besar, akibatnya banyak orang yang memberi toleransi terhadap masuknya dosa dan menganggap bahwa hal itu hanyalah sebuah dosa kecil yang sepele. Tanpa disadari dosa kecil itu bisa menjadi pintu masuk bagi berbagai dosa selanjutnya yang berakibat fatal dan mampu menjatuhkan kita. Firman Tuhan berkata: "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:5).

Ada pepatah yang mengatakan "karena nila setitik rusak susu sebelanga". Kalimat yang hampir mirip pun ternyata ada dalam Alkitab. "Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan." (Galatia 5:9). Sedikit kesalahan kecil bisa menjadi pintu masuk iblis buat merusak tatanan kehidupan dalam Tuhan yang sudah kita bangun selama ini dengan susah payah, dan akan membuat pengorbanan Kristus menebus dosa kita menjadi sia-sia. Karena itu apabila kita selama ini awas dalam memperhatikan dosa-dosa besar, kini saatnya kita juga harus memperhatikan pelanggaran-pelanggaran yang mungkin kita anggap kecil. Ingatlah bahwa semua dosa adalah serius di hadapan Tuhan, tak perduli apakah itu besar atau kecil. Semua harus kita pertanggungjawabkan nanti dan akan menentukan kemana kita selanjutnya. Apalagi dengan keberadaan kita sebagai anak-anak terang, kita harus pula menjaga diri kita baik-baik agar bisa sampai ke garis akhir dengan selamat dan tidak terjerembab jatuh ke dalam kegelapan. "Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan." (Matius 12:35). Ketika kita tengah membangun hubungan yang dalam dan erat dengan Tuhan, kita tidak boleh mengabaikan hal-hal kecil yang bisa merusak keselamatan kita. Apa yang kecil di mata kita ini mampu merusak semua yang telah kita bangun dengan susah payah. Kita sudah sekian lama melatih diri kita untuk taat dan setia, kita mampu menghindari dosa-dosa yang kita anggap besar, tetapi kita lengah menghadapi masuknya jebakan dosa yang kita anggap sepele. Seperti rubah-rubah kecil, dosa-dosa "kecil" itu sanggup memporak-porandakan apa yang sudah kita bina selama ini. Rubah-rubah kecil siap menutup pintu surga dan membuat kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keselamatan. Berbagai duri-duri yang kecil yang tampaknya sepele bisa sangat menyakitkan dan menghambat langkah kita. Dosa sekecil apapun itu, bereskanlah segera. Selanjutnya tetaplah berjaga-jaga. Teruslah berjalan dalam tuntunan Roh Kudus agar jangan sampai "singa dan harimau" kita hindari, tetapi "rubah-rubah" ini kita biarkan merugikan masa depan kita.

Berhati-hatilah terhadap sebuah dosa meski sekecil apapun

Renungan Harian Online: Tulus dan Jujur

Tulus dan Jujur

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Mazmur 24:4-5
=======================
"Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia."


tulus jujurMencari orang yang jujur dan tulus hari ini sama dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami. Tipu menipu, manipulasi dan sejenisnya terdapat hampir di semua lini. Orang tidak lagi malu dalam menipu. Jangan-jangan nanti malah orang yang jujur yang terlihat aneh. Orang semakin tidak takut melakukan kecurangan, orang semakin cenderung berpikir pendek hanya memikirkan kenikmatan sesaat tanpa peduli resiko. Apa yang dikatakan Daud dahulu: "Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik" (Mazmur 14:1), kini semakin sering kita lihat. Atau kalaupun tahu bahwa Allah itu ada, tetapi mereka mengira bahwa Tuhan tidak akan menghukum mereka karena toh mereka tetap bisa hidup mewah ditengah kecurangan-kecurangan yang dilakukan itu. Ini pun sudah pernah menjadi pemikiran orang-orang yang terkena "ilusi" rohani di masa lalu. "Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Maleakhi 2:17). Bukankah kita menyaksikan banyak orang dengan pola pikir seperti ini sekarang?

Kejujuran dan ketulusan merupakan sebuah bagian kehidupan yang semakin langka untuk didapati. Padahal keduanya merupakan sebagian elemen yang harus dimiliki oleh manusia seperti yang dikehendaki Tuhan. Dalam Mazmur Firman Tuhan berkata demikian: "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5). Tuhan pun memberi ganjaran berkat, janji penyertaan dan keadilan yang menyelamatkan bagi mereka yang bersih tangannya, murni hatinya, tidak menipu dan bersumpah palsu. Inilah kebahagiaan yang dijanjikan Tuhan bagi orang yang hidup jujur dan tulus, dan itu besar upahnya. Yang kita lihat hari ini justru sebaliknya. Orang semakin banyak yang hidup penuh kecurangan dan semakin tidak tulus dalam memuji. Banyak orang saat ini yang hanya memuji atau mengatakan sesuatu yang baik karena ada motif-motif tertentu dibelakangnya. Maka Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan pentingnya kedua hal tersebut, kejujuran dan ketulusan di mata Tuhan.

Jika kita benar-benar mau mengadopsi bentuk kasih seperti yang diinginkan Tuhan, maka di dalamnya terkandung kebaikan-kebaikan yang mencakup kedua hal ini. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Di dalam kasih itu ada bentuk-bentuk hidup dengan hati yang murni, penuh ketulusan dan kejujuran. Artinya jika kita mengaku hidup dalam kasih Tuhan, seharusnya kedua hal ini pun terpancar dari kehidupan kita. Bagaimana mungkin orang yang tidak jujur dan tidak tulus masih berani mengaku punya kasih dalam dirinya?

Kita harus selalu ingat bahwa segala sesuatu itu berasal dari Tuhan. Kita tidak perlu ketakutan kekurangan dan khawatir akan hari depan sehingga kita tergoda untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak jujur atau curang. Kita tidak perlu iri melihat orang lain, dan harus bisa belajar untuk mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan diri sendiri. Yakobus mengingatkan "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16). Kita harus selalu menghindari berbuat curang yang mencermarkan hati kita. Ketahuilah bahwa meski mungkin kita berhasil mengelabui manusia, tapi Tuhan akan selalu melihat segala perbuatan kita. Dan Firman Tuhan berkata: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Dan lihatlah ayat berikut ini: "Seharusnya mereka merasa malu, sebab mereka melakukan kejijikan; tetapi mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka. Sebab itu mereka akan rebah di antara orang-orang yang rebah, mereka akan tersandung jatuh pada waktu mereka dihukum, firman TUHAN." (Yeremia 8:12). Orang bisa saja menganggap bahwa Tuhan tidak menghukum mereka saat ini dan berpikir bahwa mereka aman dari hukuman, sehingga tidak punya malu lagi untuk melakukan kejahatan. Tetapi pada suatu ketika nanti hukuman Tuhan itu tetap akan tiba, dan bayangkan betapa menyesalnya mereka kelak karena membuang keselamatan hanya demi kepentingan sesaat saja.

"Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17). Dunia memang semakin lama semakin buruk, tetapi kita orang percaya tidak boleh ikut-ikutan seperti itu. Oleh karena itu jagalah agar kita bisa memiliki ketulusan hati dan senantiasa jujur, apapun alasannya, apapun resikonya. Belajarlah untuk senantiasa mempercayai Tuhan, mengasihiNya dan hidup sesuai kehendakNya. Tuhan menyediakan berkat-berkat bagi orang yang hidup dengan ketulusan, kejujuran dan kemurnian hati. "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8). Ini janji Tuhan sendiri. "Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya." (Mazmur 73:1). Dunia mungkin akan memandang anda dengan sinis, mengolok-olok atau menertawakan kejujuran dan ketulusan sebagai suatu hal yang bodoh. Biarkanlah. Apa yang penting adalah bagaimana Tuhan memandang hidup kita, apakah Dia berkenan atau tidak. Nikmati kebaikan Tuhan lewat hidup yang kudus, penuh ketulusan dan kejujuran. Keduanya merupakan bagian dari integritas yang wajib dimiliki anak-anak Tuhan.  Tuhan sanggup memberkati anda berlimpah-limpah dan melindungi hidup setiap orang yang berjalan seturut kehendakNya tanpa anda harus menipu dan melakukan kejahatan untuk sukses.

Honesty and Sincerity are the parts of integrity that we should live with

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification