25 Desember 2013

Allah Mencari Manusia

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat Bacaan: Ibrani 1:1-4
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara   berbicara   kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir d  ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya,   yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak   menerima segala yang ada.
Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.  Ia adalah cahaya kemuliaan  Allah dan gambar wujud  Allah dan menopang segala yang ada   dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.
Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa,  Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar , di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.

Pada awalnya Tuhan telah menyiapkan tempat yang baik untuk manusia supaya Ia dapat tinggal dengan manusia. Tetapi sayangnya manusia telah melanggar ketetapan Allah sehingga manusia terhilang (jatuh dalam dosa), maka Allah mengutuk tanah di bumi dan Allah tidak tahan hidup dalam dunia ini. Walaupun demikian Allah tetap berinisiatif untuk mencari manusia, karena Tuhan ingin hasrat dan perwujudan untuk tinggal bersama manusia menjadi kenyataan. Pada jaman purbakala dengan berbagai cara Allah berfirman kepada nenek moyang kita melalui para nabi. Hal ini sama seperti yang disampaikan melalui anakNya (Injil Kristus). Pada Kejadian 4:24 dituliskan bahwa, “lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Dan Enos telah memanggil Tuhan, sehingga sejak itu, manusia mulai mencari Tuhan.

Masih banyak orang yang belum bertemu dengan Tuhan, tetapi sejak jaman dahulu hasrat dan perwujudan Allah tetap sama, yaitu mencari manusia melalui nabi dan hamba Tuhan. Puji Tuhan saat ini kita sudah bertemu dengan Dia, yang menciptakan langit dan bumi. Firman Tuhan telah menjadi manusia, dimana Roh Allah telah berada di rahim Maria sehingga lahir Yesus Kristus. Dan pelayanan Yesus masih berlangsung hingga saat ini, dan berbagai mujizat tetap dinyatakanNya. Dan beberapa bulan yang lalu kita juga telah memperingati hari kematian dan kebangkitanNya. Dan melalui peristiwa itu maka di dalam Yesus tidak ada jalan buntu, tetapi bersama Yesus kita menemukan jalan keluar. Allah telah menyediakan tempat bagi kita supaya kita dapat bersama-sama dengan Dia. Selain itu, kita juga merayakan hari pentakosta yang merupakan tanda penyertaanNya. Dan yang berikutnya adalah kita sedang menanti kedatanganNya.

Saudara, Tuhan telah melakukan segala cara untuk mewujudkan hasratNya yaitu tinggal bersama dengan kita. Keinginan Tuhan untuk bergaul dengan kita tidak pernah berubah, dan Dia rindu bergaul dengan kita untuk selama-lamanya seperti yang tertulis dalam I Tesalonika 4:16-18; walaupun kerapkali kita berusaha lari dari hadapanNya untuk menuruti keinginan daging kita, tetapi hal itu tidak merubah kerinduan Allah untuk bersama dengan kita. Bahkan Dia membangun jemaatNya di atas batu karang yang teguh supaya kuasa maut tidak dapat menguasai kita yang percaya kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Matius 16:17-18, Kata Yesus kepadanya: ”Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Dalam Mazmur 148:1-6 telah diungkapkan dimana semesta alam yang diciptakan ini memuji Tuhan termasuk kita. Mungkin dalam hati kita timbul pertanyaan, ”mengapa banyak terjadi musibah berupa bencana alam baik itu gunung meletus, banjir, gempa bumi dan lain sebagainya, jika semesta alam memuji Tuhan ?” Saudara, walaupun terjadi hal demikian, tetapi yang jelas bahwa segala yang diciptakan Tuhan itu baik bagi kita, seperti yang tertulis dalam Kejadian 1:31, ”Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.” Bahkan apa yang diciptakan Allah dilengkapi dengan berbagai panorama yang indah, diantaranya : ”TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada. Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush. Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat. Dan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

Memang manusia ditugaskan untuk memelihara taman yang telah disediakan, maksudnya supaya manusia tidak malas tetapi aktif atau bekerja, seperti halnya juga Allah yang tetap bekerja hingga saat ini. Dan segala sesuatu yang diusahakan pasti akan berhasil selama kita bersama Tuhan, tetapi sebaliknya, apabila kita tidak mencari Tuhan atau tidak bersama Tuhan maka sia-sialah segala usaha kita, seperti yang tertulis dalam Mazmur 127:1-2, ”Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Selain itu ayat ini meneguhkan hati kita, bahwa rumah disediakan oleh Tuhan, termasuk kehidupan ekonomi anak-anak Tuhan juga dicukupi. Sementara menunggu kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, kita bisa menikmati kerajaan Allah di bumi. Karenanya, jangan pernah mengundurkan diri dalam mengikuti Tuhan, seperti yang diperingatkan dalam Ibrani 10:38-39. Jadi, walaupun kita digoncang oleh berbagai-bagai pencobaan, maka tetaplah percaya.

Selain Tuhan menyediakan tempat yang baik, Tuhan juga memberi teman kepada kita untuk hidup di dunia ini. Pertama, ialah teman yang bisa dikuasai (Kejadian 2:18-19). Hewan itu adalah teman untuk dikuasai. Akan tetapi tidak sepadan. Tetapi berikutnya Allah memberikan teman yang sepadan seperti dinyatakan dalam Kejadian 2:11-12. Tuhan menciptakan Hawa bukan dari tengkorak Adam. Agar wanita tidak menguasai laki-laki, bukan juga dari tulang kaki laki-laki untuk dapat diinjak, melainkan dari tulang rusuk, agar kedudukannya sepadan.
Masa kini sering bermunculan seminar yang bertumpu kepada masalah pria sejati dan wanita bijak. Hal itu baik, yakni membicarakan kehidupan keluarga. Sebab keluarga itu harus dibangun sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau keluarga itu baik, maka keluarga tersebut akan diberkati. Hal ini dapat kita lihat dalam Amsal 31:10, ”Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.” Ayat tersebut menunjukkan, bahwa istri yang baik itu mendatangkan rejeki bagi keluarganya. Begitu pula sebagai suami, hendaknya menjadi suami yang takut akan Tuhan, sebab disitulah kunci kebahagiaan keluarga sebagaimana dinyatakan dalam Mazmur 128:1-6. Oleh sebab itu, sebagai akhir kata biarlah kita senantiasa mencari Tuhan, karena Dia terlebih dahulu mencari kita. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

Terimalah Teguran Tuhan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat Bacaan:
“Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5)
Setiap orang tentunya pernah mendapat suatu teguran; baik teguran dari orang tua, teman, guru atau siapa saja, termasuk teguran dari Tuhan. Yang pasti bahwa setiap orang pernah mengalaminya, karena manusia tidak lepas dari kelemahan maupun kesalahan. Tetapi yang menjadi sedikit persoalan adalah tidak semua orang mau ditegur, karena ia selalu merasa dirinya benar. Dan orang yang mau ditegur itu harus bersikap rendah hati, sebab apabila tidak bersikap rendah hati maka akan terjadi persoalan baru. Firman Tuhan menasehatkan : “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5).
Dan kali ini kita akan membahas mengenai teguran dari Tuhan yang terambil dari kisah Ayub dan anak yang terhilang.

1. Ayub


Apabila kita membuka kitab Ayub, tentunya kita akan menemukan latar belakang atau keberadaan Ayub. Dimana ia termasuk orang yang kaya raya (dengan kata lain : diberkati secara berlimpah-limpah). Disamping itu ia juga termasuk orang yang saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Namun sayang, pengenalannya terhadap Tuhan hanya melalui kata orang saja.
Suatu ketika ia mengalami ketakutan dan kekuatiran secara tiba-tiba, meskipun ia tidak mengalami persoalan apa-apa, dan kondisi perekonomiannya baik-baik saja. Dan saat ia berada dalam kekuatiran, maka ia mulai berdoa kepada Tuhan, katanya : “Tuhan, apabila ada kesalahan pada anak-anakku, ampunilah mereka.” Dan keadaan semacam ini terus dia rasakan, sehingga apa yang ia kuatirkan dan ia takutkan itu justru datang dalam hidupnya. Semua anak-anaknya meninggal dunia, seluruh hartanya habis, teman-temannya menjauhi dia, dan tubuhnya dipenuhi dengan borok, bahkan istrinya sendiri juga ikut memaki-maki Ayub dengan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan oleh seorang istri.

Dari seluruh rangkaian peristiwa yang dialami oleh Ayub, didalamnya mengandung suatu teguran yang kuat, seperti yang diungkapkan oleh Ayub : “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur, maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang, untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing. Dengan penderitaan ia ditegur di tempat tidurnya, dan berkobar terus-menerus bentrokan dalam tulang-tulangnya; perutnya bosan makanan, hilang nafsunya untuk makanan yang lezat-lezat; susutlah dagingnya, sehingga tidak kelihatan lagi, tulang-tulangnya, yang mula-mula tidak tampak, menonjol ke luar, sampai nyawanya menghampiri liang kubur, dan hidupnya mendekati mereka yang membawa maut” (Ayub 33:14-22). Dan setelah Ayub dipulihkan oleh Tuhan maka keadaannya lebih baik dari keadaan semula, sehingga dapat berkata : ”Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (Ayub 42:5-6). Jadi, yang diinginkan Tuhan terhadap Ayub adalah mengenal Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang.

Saudara, apabila saat ini kita sedang mendapat teguran dari Tuhan dalam bentuk apapun juga, maka biarlah kita bersikap rendah hati, karena setiap teguran Tuhan yang sedang kita terima itu membawa kepada hal yang benar. Dan jangan beranggapan bahwa orang yang menerima teguran dari Tuhan itu telah mendapat hukuman atau cambukan dari Tuhan, tetapi semua itu merupakan bukti kasih Tuhan kepada umatNya. Jikalau kita ingin bebas dari teguran (tidak mau ditegur) maka kita menjadi anak-anak gampang; seperti yang tertulis dalam Ibrani  12:8 ”Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.” Dalam pengertian bahwa setiap anak Tuhan harus mendapat didikan dalam bentuk teguran, karena manusia tidak lepas dari segala kelemahan dan dosa, tetapi bukan berarti kita memanfaatkan kelemahan kita untuk berbuat dosa.

2. Anak yang terhilang


Amsal 10:17 berkata : ”Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.” Ungkapan inilah yang tepat bagi orang yang berusaha lari dari teguran, dan menganggap bahwa dirinya benar (walaupun melakukan kesalahan). Dan kisah anak yang terhilang ini telah memaparkan bahwa pada awalnya dia dalam kondisi yang baik, tetapi dia mulai menjauh dari bapaknya, padahal bapaknya ingin senantiasa berkomunikasi dengan anaknya. Sebab jikalau ia melakukan kesalahan, maka bapaknya ingin memberikan teguran atau peringatan kepadanya supaya pada akhirnya nanti anak tersebut tidak tersesat. Tetapi kenyataannya keberadaan anak ini telah jauh dari bapaknya sehingga ia tidak terjangkau oleh teguran bapaknya, dan pada akhirnya keadaanlah yang memperingatkan dia yaitu ketika ia dalam kondisi kemiskinan (untuk makan saja tidak ada).
Bukankah keadaan semacam ini seringkali dialami oleh anak-anak Tuhan. Untuk itu muncullah peringatan : “untuk apa kita harus mengalami penderitaan terlebih dahulu supaya dapat mengindahkan teguran Tuhan”. padahal Tuhan itu menegur kita dengan halus. Untuk itu apabila kita mendapat teguran, maka segeralah kita bertobat. Karena kita tahu bahwa rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita, dan jalan kita bukanlah jalan Tuhan, demikianlah firman TUHAN (Yesaya 55:8). Bahkan Tuhan telah berkata bahwa pada mulanya Tuhan merancangkan masa depan yang indah dalam kehidupan kita. Walaupun demikian, kenyataanNya manusia cenderung untuk melakukan kehendaknya sendiri yaitu menurut keinginan dagingnya.
Namun, bagaimanapun juga, firman Allah tidak akan pernah kembali dengan sia-sia, sebab : “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yesaya 55:10-11). Tetapi jikalau manusia tetap tidak mau menghiraukan teguran Tuhan maka ia akan mengalami seperti yang tertulis dalam Amsal 29:1 “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.
Saudara, dari beberapa gambaran diatas biarlah menjadi peringatan bagi kita untuk senantiasa bersikap rendah hati (lapang dada) saat mendapat teguran dari Tuhan, sebab semuanya akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

8 Desember 2013

Menjadi Utusan Allah

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Jawab malaikat itu kepadanya : “Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu.”
(Lukas 1:19)

Setiap orang yang telah lahir baru, memiliki predikat sebagai seorang “messenger”/ utusan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan tugas daripada malaikat Gabriel. Adapun tugas daripada malaikat Gabriel adalah membawa kabar baik. Dan setiap kabar yang disampaikan berdasarkan atas nama Tuhan. Demikianlah setiap amanat yang kita terima merupakan tugas yang mulia. Untuk dapat memenuhi panggilan sebagai utusan Tuhan, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan :

1. Hidup Kudus Dan Benar


Mengenai syarat yang pertama ini memang tidak mudah untuk dilakukan, tetapi itulah yang harus kita penuhi, sebab firman Tuhan berkata : ”sebab ada tertulis : Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”(I Petrus 1:16). Selain itu dalam ayat lain juga dikatakan ” . . . . . . sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14b)
Saudara, setiap perintah atau tugas yang kita terima tentunya dapat kita lakukan karena di dalam diri kita ada kuasa yang tidak terbatas yaitu kuasa Roh Kudus. Jadi untuk dapat hidup kudus dan benar itu pasti dapat kita lakukan, asalkan kita mau taat dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Walaupun ada seribu alasan bahwa hidup kudus dan benar itu sulit, tapi itulah yang harus kita kejar dan dapatkan. Tuhan Yesus telah memberikan teladan kepada kita dalam mengemban segala tugasNya yang diberikan oleh Bapa. Dengan ketaatan dan hubunganNya yang begitu erat itulah yang membuat Dia tetap hidup dalam kekudusan dan kebenaran.

2. Mengembangkan Talenta


Setiap orang, terutama anak Tuhan pasti dibekali dengan sebuah talenta walaupun masing-masing talenta yang diberikan Tuhan berbeda-beda, tetapi yang pasti semuanya itu diberikan kepada kita sebagai salah satu perlengkapan dalam menjalankan tugas yang Tuhan berikan kepada kita. Ada orang yang diberikan satu talenta, dua talenta atau lima talenta; semuanya itu diberikan berdasarkan kesanggupan masing-masing. (Matius  25:15). Dan talenta yang kita terima harus kita kembangkan, tetapi bukan berarti kita kembangkan untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk orang lain. Inilah salah satu hal yang harus kita lakukan karena di dalamnya terkadung suatu tugas untuk dapat diberitakannya kabar baik, yaitu kabar keselamatan. Tetapi apabila kita tidak mengembangkan talenta yang telah kita terima, maka aka konsekwensi yang harus kita tanggung, seperti yang tertulis dalam Matius 25:26 “Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

3. Bertanggungjawab


Segala tugas yang dipercayakan kepada kita biarlah kita lakukan dengan sungguh-sungguh disertai rasa tanggungjawab. Namun berapa banyak orang yang pada mulanya melayani Tuhan begitu menggebu-gebu, tetapi pada saat diperhadapkan dengan suatu ujian atau tantangan, maka orang tersebut mulai berjalan mundur dengan teratur; dalam pengertian orang tersebut mulai perlahan-lahan meninggalkan tanggunggjawabnya sebagai utusan Tuhan. Kita lihat kisah dari Yunus; ia telah mendapat predikat sebagai seorang nabi atau penyambung lidah Allah, tetapi pada saat ia diperintahkan Tuhan pergi ke Niniwe untuk menyampaikan pesan Tuhan ternyata justru ia lari dari tanggungjawabnya dan ia pergi Tarsis, sehingga ia harus mengalami persoalan yang begitu berat. Namun bagaimanapun juga Tuhan masih tetap sayang kepada Yunus, sehingga Tuhan memberikan kesempatan kepada Yunus untuk bertobat. Akhirnya ia pergi ke Niniwe dan seluruh kota Niniwe diselamatkan Tuhan. Padahal kota tersebut hendak ditunggangbalikkan oleh Tuhan karena segala kejahatannya. Tetapi oleh karena utusan yang kembali untuk melakukan segala tanggungjawabnya maka pemulihan itu terjadi.
Oleh karena itu, melalui kisah dari Yunus ini biarlah boleh mengingatkan kepada kita bahwa kita semua yang percaya kepada Kristus adalah utusan Allah yang punya tanggungjawab terhadap keselamatan jiwa-jiwa. Yehezkhiel 33:7-9 “Dan engkau anak manusia, Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel. Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku. Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! -- dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.”

4. Mempergunakan Kesempatan Yang Ada


Setiap orang mendapat kesempatan untuk melakukan segala tugas yang telah diterima, tetapi tidak semua orang dapat mempergunakan kesempatan yang ada. Justru kesempatan itu dibuang dengan percuma tanpa menghiraukan apa yang menjadi tanggungjawabnya semula. Memang kesempatan yang kita terima waktunya berbeda-beda ada yang pendek maupun ada yang panjang. Namun hal itu tidak menghambat kita untuk melakukan tugas-tugas sebagai seorang utusan Tuhan; sebab firman Tuhan berkata : ”Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.” (Yohanes 9:4), dan dalam ayat lain juga menasehatkan : ”Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.” (Kolose 4:5)
Dari keempat hal diatas biarlah boleh peringatan bagi kita untuk semakin sungguh-sungguh lagi dalam melaksanakan segala tugas yang Tuhan berikan kepada kita karena kita adalah Utusan Tuhan, segala sesuatu yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh tidak akan sia-sia, karena upah dari Tuhan telah dipersiapakan bagi kita. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org/

2 Desember 2013

Empat Kunci Keberhasilan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra


Sepanjang pelayanan yang telah saya jalani, banyak hal yang saya hadapi baik suka maupun duka namun semuanya itu justru membuat saya semakin bersemangat, maka saya ambil kesimpulan bahwa ada 4 kunci yang membuat kita berhasil.

1.    Hikmat


Tuhan memberikan suatu pengajaran bagi kita dengan tujuan supaya kita mendapatkan hikmat. Karena keuntungannya melebihi emas, perak dan permata, seperti yang tertulis dalam Amsal 3:12-16 ”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. . . .”
Seperti yang telah kita ketahui bahwa hidup kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dengan tubuh kita bisa berhasil, karena pekerjaan yang dilakukan hanya mengandalkan otot/tenaga, tetapi seberapa kuat tubuh manusia bisa bertahan. Atau melalui jiwa, seseorang bisa berhasil yaitu dengan cara sekolah yang sangat tinggi; walau demikian kepandaian mereka pun juga terbatas. Begitu pula mereka yang mengandalkan kekuatan roh yang bukan dari Tuhan, mereka juga dapat berhasil tetapi mereka akan mengalami kebinasaan karena kekayaannya. Misalnya orang tua mencari kekayaan melalui dukun-dukun sehingga mengakibatkan anaknya cacat atau mengalami kelahiran yang tidak baik.
Tetapi kalau kita mengandalkan Roh Tuhan maka Roh itulah yang akan memimpin kita kepada keberhasilan yang sempurna. Roh itu kita dapatkan karena percaya kepada Kristus. Dan Roh itu sendiri tinggal dalam kehidupan kita. Apabila kita membaca dalam kitab Mazmur 73:22-24, maka kita akan mendapatkan kalimat yang mengatakan ”aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.” Kata dekat disini dalam terjemahan lain berarti tinggal di dalam. Karena kalau dekat itu ada jaraknya, tetapi yang dimaksud dekat disini adalah di “dalam Tuhan.” Kalau kita dipenuhi oleh Roh Kudus maka kita akan mendapat kesempatan untuk menikmati karunia hikmat supaya kita berhasil. Sebagai contoh adalah raja Salomo, dimana hikmatnya sungguh luar biasa sehingga raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat (II Tawarikh 9:22-23).

2.    Kebenaran


Orang yang hidup dalam kebenaran hidupnya senantiasa dipelihara oleh Tuhan dan anak cucunya akan menjadi berkat bagi banyak orang, seperti yang tertulis dalam Mazmur 37:25-26, ”Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.” Kita tidak perlu menonjolkan apa yang telah kita lakukan. Orang benar bebas dari cengkraman atau bebas dari segala belenggu.

Apabila kita melihat kisah daripada Abraham maka kita akan tahu bahwa iman Abraham diperhitungkan oleh Allah sebagai kebenaran. Dan melalui hal inilah Abraham mendapatkan janji dari Allah bahwa keturunannya akan banyak seperti debu (baca Kejadian 13:16), ”Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmu pun akan dapat dihitung juga.”
Selain itu keturunan Abraham akan seperti bintang di langit (baca Ibrani 11:12), ”Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.”
Dalam sejarah terdapat contoh-contoh orang yang benar dan yang salah. Misalnya dari anak Adam yaitu Kain dan Habil; Kain itu buruk sedangkan Habil adalah baik. Kemudian anak Nuh, yaitu Sem, Ham dan Yafet. Ham dikutuki oleh ayah dari perbuatannya yang tidak benar. Termasuk Abraham mempunyai anak yaitu Ishak dan Ismail, dan berikutnya adalah Ishak mempunyai anak Esau dan Yakub. Dari kesemuanya itu tentunya kita tahu orang-orang yang baik dan yang tidak baik. Marilah kita meneladani mereka yang hidup dalam kebenaran agar hidup kita tetap berkenan dan dipelihara oleh Tuhan. 

3.    Sukacita


Firman Tuhan menasehatkan : ”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah ! (Filipi 4:4). Dalam ayat ini ada pengulangan kata yaitu bersukacitalah. Hal ini menunjukkan bahwa kita diwajibkan untuk senantiasa bersukacita apapun keadaannya. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bersukacita. Sebab orang yang mengeluh sama dengan tidak mempercayai kuasa daripada Tuhan. Rasul Paulus telah memberikan kesaksian untuk menguatkan orang-orang yang dalam pergumulan hidup, seperti yang tertulis dalam II Korintus 4:8-9, ”Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” Memang tidak mudah kita bersukacita ketika mengalami pergumulan hidup, tetapi bagaimanapun juga kita harus belajar untuk menyadari bahwa Tuhan beserta dengan kita senantiasa. 

4.    Kasih


Markus 12:30-31 berkata : ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Kasih itu mengalahkan segalanya. Oleh karena kasih kita akan memperoleh kemenangan. Dan oleh kasih pulalah kita diselamatkan, seperti yang telah dikatakan oleh firman Tuhan, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Tanpa kasih maka sia-sialah hidup kita. Oleh karena itu marilah kita hidup dalam kasih karunia Allah. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org/ 

17 November 2013

Di Tangan Penjunan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

 “ . . . apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat . . . ”
Mazmur 8:1-10
Dalam ayat bacaan di atas terdapat sebuah kalimat yang berkata : “Engkau telah membuat sama seperti Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan begitu sempurna. Namun oleh pelanggaran manusia, sehingga image/citra diri manusia yang sesungguhnya telah menjadi rusak dan roh mereka manunggal dengan roh Lucifer yang terkutuk, sehingga kita terkutuk juga. Walaupun demikian ada kabar baik bagi mereka yang percaya kepada Yesus, karena Allah mempunyai inisiatif untuk mengembalikan citra diri kita serupa dan segambar citra diri Allah, yaitu dengan cara memberikan putraNya yang tunggal untuk disalibkan, mati dan pada hari yang ketiga dibangkitakan.
Untuk itu berbahagialah setiap kita yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan raja, karena kita dilahirkan kembali guna mendapatkan mahkota, kemuliaan dan hormat.
Saudara, biarlah kita sadar akan image/citra diri kita, bahwa pada mulanya manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah seperti yang tertulis dalam Kejadian 1:26-27, ”Berfirmanlah Allah : Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. . . . ” Tetapi sayangnya banyak orang oleh karena masalah menjadi rendah diri.
Memang manusia penuh kelemahan, karena kalau kita melihat proses manusia maka kita tahu bahwa manusia hanya terbuat dari debu dan tanah seperti yang tertulis dalam Kejadian 2:7, ” . . . TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Selain itu juga di dalam Mazmur dipertegas bahwa : ”. . .  apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi (Mazmur 104:29-30). Namun semuanya itu bukan menjadi penghalang buat Allah untuk memberikan kuasa atas kita.
Setiap manusia yang terlahir di bumi ini diberikan bakat oleh Allah; apapun latar belakang hidup mereka, sebab Allah itu baik. Dan oleh karena dosa maka bakat itu digunakan untuk melakukan hal-hal yang jahat, misalnya kepandaiannya digunakan untuk menipu orang, atau ketrampilan mereka digunakan untuk hal-hal negatif. Tetapi mereka yang percaya kepada Yesus maka kehidupannya diperbaharui, seperti yang tertulis dalam II Korintus 5:17, ”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Saya (Pdt. Alex T.) mempunyai bakat mengenai hal teknik, tetapi oleh karena orang tua saya punya apotik maka saya dianjurkan untuk melanjutkan apotik orang tua, sehingga saya di sekolahkan di SMA, tetapi di tengah perjalanan studi, saya telah gagal, lalu selanjutnya saya masuk di AA (Asisten Apoteker), itupun hanya 3 bulan saja, karena saya tidak kuat. Dan akhirnya saya masuk STM. Dalam jangka waktu 2 tahun saya lulus. Dan dari bakat itu Roh Kudus memimpin saya sehingga dapat membangun Gereja Bethany Manyar, Gereja Bethany Nginden, bahkan Menara Doa Jakarta akan dapat terselesaikan oleh Kuasa Roh Kudus.

Jadi setiap kita mempunyai bakat, sebab Tuhan adalah Penjunan  dan kita adalah Tanah Liat. Apabila kita sebagai bejana yang sedang dibentuk menjadi rusak maka sang penjunan akan membentuk kita kembali sesuai dengan rencanaNya. Kalau kita dibangun menurut kehendak Tuhan maka itu indah sekali. Oleh karena itu jangan membuang-buang waktu, tetapi bertindaklah sesuai dengan kehendak Tuhan. Manusia apabila dipenuhi Roh Kudus maka bakatnya ada kuasa atau karisma itu muncul, bahkan kekayaan akan dinyatakan atas kita.
Kalau kita baca Roma 9:20-21 maka kita akan mengerti bahwa kita ini dibentuk bukanlah untuk menjadi orang-orang yang biasa, tetapi dengan tujuan yang mulia. Sebagai bejana kita diisi dengan kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan dan puji-pujian. Hal ini dapat kita baca dalam I Petrus 2:9, yang menyatakan bahwa kita adalah imamat yang rajani (imam dan raja).
Seorang imam itu memiliki karakter yang mulia, sedangkan raja memiliki kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan dan puji-pujian. Namun apabila kita berulangkali gagal untuk menjadi sebuah bejana maka kita akan menjadi manusia biasa. Dan gambaran orang yang berulangkali gagal, misalnya orang tersebut diisi dengan kekayaan kemudian bocor, diisi dengan hikmat juga bocor, maka kita akan dibentuk terus untuk menjadi bejana indah dipemandanganNya. Memang kesukaran itu ada pada kita, pada waktu kita dibentuk itu sakit, tetapi Tuhan inginkan kita semua menjadi anak-anak raja. Oleh karena itu marilah kita kerjakan bakat-bakat kita dengan baik, sebab oleh karena kuasa Roh Kudus maka kita akan menjadi berkat bagi banyak orang. Ada tiga contoh beberapa orang dalam mempergunakan bakat selama hidupnya :

1. Saul (I Samuel 16:14)

Saul mempunyai bakat baik dan Roh Tuhan turun atas dia, maka Tuhan mengangkat dia menjadi raja. Namun pada akhirnya Roh Allah itu undur karena kedagingan daripada Saul mulai muncul lebih kuat. Bahkan pada saat menghadapi tentara orang Filistin, Saul sangat takut kemudian dia minta petunjuk dari Tuhan tetapi Tuhan tidak memberi jawaban, sehingga pada akhirnya ia minta seorang petunjuk dari seorang dukun.(I Samuel 28:5-7). Memang pada awalnya Saul mempunyai bakat yang bagus, dipenuhi Roh Kudus dan diangkat menjadi raja, tetapi oleh karena rasa cemburu akan keberhasilan Daud maka timbul kebencian dihatinya dan berusaha membunuh Daud berulang kali.

2. Yefta (Hakim-hakim 11:1-3)

Gilead menikah dengan perempuan sundal dan lahirlah Yefta. Lalu, tatkala Yefta hidup bersama dengan anak-anak dari istri Gilead yang sebenarnya. Tetapi Yefta diusir, maka larilah Yefta dari saudara-saudara mereka. Dan bakat yang dimiliki oleh Yefta digunakan untuk merampok, tetapi suatu hari Roh Allah turun atas Yefta, maka ia menjadi seorang pahlawan (Hakim-hakim 11:29). Jadi apabila Allah mengirim RohNya atas Yefta maka ia diangkat menjadi salah satu hakim di Israel, dan seorang hakim itu sama dengan seorang raja. Ia mempunyai kuasa, kekuatan, kekayaan, dan hikmat. Yefta berasal dari keadaan yang buruk, dimana dia adalah seorang anak perempuan sundal, kemudian ia mempunyai bakat digunakan untuk melakukan hal-hal yang jahat, tetapi oleh karena Roh Allah turun atas dia maka Yefta diangkat oleh Tuhan menjadi seorang yang luar biasa.

3. Daniel (Daniel 6:4)

Daniel memiliki bakat luar biasa dan dipenuhi Roh Kudus sehingga raja-raja hendak menempatkannya di atas seluruh kerajaannya, itu pada jaman raja Nebukadnesar, kemudian raja Belsyasar, selanjutnya raja Darius sampai Koresi, Daniel tetap mempunyai prilaku yang baik.
Dalam Daniel 6:29 menjelaskan bahwa  kerajaan demi kerajaan, dia tetap menjadi orang penting dalam kerajaan. Untuk itu janganlah kita menjadi orang yang biasa. Sebab yang biasa itu sering rusak. Tetapi kita adalah ciptaan yang luar biasa, sehingga memiliki kedudukan yang tinggi. Oleh sebab itu berbahagialah bagi kita yang tetap hidup di dalam Tuhan sebab Allah akan mengangkat kita. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org 

11 November 2013

Dampak Dalam Hadirat Tuhan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
”Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci. Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah.
Tetapi jika awan itu tidak naik, maka mereka pun tidak berangkat sampai hari awan itu naik. Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.
Keluaran 40:34-38
Dalam ayat bacaan di atas telah menceritakan dimana kehadiranNya memenuhi kemah suci sampai musa tidak dapat masuk dalam kemah pertemuan sebab awan itu hinggap di kemah suci dan kemuliaan Allah memenuhi kemah suci. Untuk itu perlu saudara ketahui bahwa mulai hari ini sampai selanjutnya kemuliaan Allah ada pada kita. Ini tidak semua, tetapi selama saudara menghormati hadirat Tuhan pasti mendapat kemuliaan dari Allah. Saudara tidak perlu mengejar atau mencari nafkah dengan kekuatiran atau berusaha mencapai kedudukan yang tinggi, sebab saya (Pdt. Abraham Alex T.) percaya bahwa urapan Allah membawa saudara kepada kemuliaan Tuhan. Dan mulai hari ini, baik itu dalam rumah tangga, dalam pekerjaan maupun dalam masyarakat engkau mulai dimuliakan Tuhan. Ayat ini sederhana, dimana menceritakan bahwa ketika awan itu naik maka berangkatlah bangsa Israel, kalau awan itu tetap maka bangsa Israel tetap ditempat dan tidak melanjutkan perjalanannya.

Saudara ketika kita tinggal dalam hadiratNya maka kita mendapatkan kemuliaan yang luar biasa. Apapun keadaan dan kondisi kita. Dan pada waktu hadirat Tuhan datang, saudara terasa dingin dan panas tetapi saudara tidak menggigil. Demikian yang terjadi pada Musa dimana awan telah memenuhi kemah suci sampai Musa tidak dapat masuk bahkan imam-imam itu rebah karena imam-imam itu tidak tahan kemuliaan Tuhan. Suasana, kondisi maupun keadaan seperti ini tidak dapat digambarkan dengan kata-kata namun dapat dirasakan dan dinikmati. Yang pasti di dalamnya mengandung damai sejahtera yang tidak dapat diceritakan.

Selanjutnya, apabila kita membaca dalam II Tawarikh 5:11-14, maka kita akan temukan ”para imam keluar dari tempat kudus. Para imam yang ada pada waktu itu semuanya telah menguduskan diri, lepas dari giliran rombongan masing-masing. 5:12 Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah,  berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan  kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. 5:13 Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."
Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, 5:14 sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.” Dengan demikian saya (Pdt. Abraham Alex T.) rindu seluruh jemaat tenggelam dalam hadirat Tuhan yang dahsyat itu, karena seperti yang saudara ketahui bahwa tubuh kita adalah rumah Allah. Ketika bangsa Israel melihat dengan mata kepala  bahwa kemuliaan Allah dinyatakan dan tentunya banyak terjadi mujizat.

Saudara, kita akan melihat beberapa peristiwa dimana kemuliaan Allah dinyatakan melalui kehadiranNya di tengah-tengah umatNya, seperti yang tertulis dalam II Samuel 6:1, dimana ”Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya.” Hal ini tidak ubahnya dengan gedung gereja ini yang memiliki kapasitas untuk memuat tiga puluh lima ribu orang. Untuk itu saya (Pdt. Abraham Alex T.) rindu gedung gereja ini dipenuhi jemaat yang memuji dan menyembah Dia. Dalam II Samuel 6:5-7 diceritakan bahwa ketika Daud mengusung Tabut Perjanjian tersebut menggunakan kereta, padahal seharusnya dipikul. Orang menyangka Tabut Perjanjian di lain tempat akan mengalami kematian rohani, sehingga harus diletakkan di atas kereta yang ditarik oleh lembu, padahal sebenarnya harus dipikul oleh empat orang. Bahkan oleh karena keteledorannya dalam memperlakukan Tabut Perjanjian (hadirat Tuhan) sehingga terjadi sesuatu yang fatal, dimana ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia.

Kalau kita kembali meneliti kata ”dipikul,” maka di dalamnya mengandung pengertian bahwa sidang jemaat harus memikul bersama-sama atau dengan kata lain melibatkan diri untuk memuji dan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, sebab Tuhan ada di sini. Oleh sebab itu orang yang percaya bahwa Yesus ada dalam dirinya maka rohaninya menjadi hidup. Dalam kisah ini tidak hanya sampai pada pengusungan atau kembalinya Tabut Perjanjian pada bangsa Israel namun dampaknya setelah Tabut Perjanjian itu kembali. Dimana tabut perjanjian itu diangkut ke kota Daud dan kota Daud diberkati Tuhan, dan Daud menjadi raja bangsa Israel selama 40 tahun. Dampak Tabut Perjanjian (hadirat Tuhan) tidak hanya terjadi di kota Daud saja, namun di tempat lainpun dampaknya juga luar biasa asalkan Tabut Perjanjian (hadirat Tuhan) dihormati, seperti yang tertulis dalam II Samuel 6:11-15, dikatakan : ”Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya, . . . . ”

Saudara, memang ada dua jalan kita dapat menerima firman Tuhan baik itu melalui penyampaian dari seorang hamba Tuhan maupun melalui  membaca, tetapi kita juga mendengar dari dalam diri kita yaitu dari roh kita. Dan disitu akan keluar hikmat, akal budi dan wahyu. Karena dengan hikmat (wisdom) kita dipimpin oleh Roh Allah. Dan tidak masalah sejauh mana pertumbuhan kerohanian kita, karena yang terutama adalah Tuhan hadir dalam hidup kita. Sebab dengan kehadiran Allah kita mengalami dampak yang luar biasa dimana kita dimuliakan Allah, Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

31 Oktober 2013

Ketaatan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”
Markus 14:35-36
Peristiwa yang sedang terjadi seperti yang tertulis dalam ayat bacaan di atas merupakan wujud ketaatan Yesus Kristus. Meskipun Yesus tahu bahwa setelah penderitaan bahkan sampai pada kematian di atas kayu salib akan ada kemenangan besar, tetapi secara manusia pada waktu itu Ia sempat mengatakan “kalau bisa cawan ini berlalu dari padaKu.” Cawan ini merupakan hal yang menakutkan namun Dia tetap taat untuk melakukannya. Kata taat memang sangat mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang mau untuk melakukannya. Untuk dapat taat itu sebenarnya mudah, yaitu menerima tugas dan menjalankan.
Tetapi masalahnya tidak semudah itu karena sementara menerima tugas, bisa muncul adanya suatu konflik yang bertentangan dengan kemauan dan pemikiran diri sendiri sehingga dengan demikian mulai muncul keraguan dan rasa bimbang, dan akhirnya mulai mencoba menghindar untuk melakukan tugas yang Tuhan berikan. Meskipun kita terhalang dengan perasaan bimbang, takut, cemas ataupun gagal tetapi apabila kita taat maka kemenangan demi kemenangan akan kita peroleh.
Oleh sebab itu, kita harus berbahagia karena memiliki pemimpin yang sempurna yaitu Yesus Kristus yang senantiasa menuntun bahkan kadang memaksa kita untuk tetap mentaati segala apa yang telah menjadi ketetapanNya, sekalipun kita tidak suka dengan tugas tersebut.
Tuhan memberikan suatu pengajaran mengenai ketaatan yang disampaikan melalui rasul Paulus kepada muridnya yaitu Timotius. Diantaranya : pengajaran mengenai teladan seorang prajurit, olahragawan maupun petani. Dan kali ini kita akan mempelajari satu persatu mengenai hal ketaatan seperti yang telah disebutkan :

1. Teladan Seorang Prajurit (Taat dan Setia)


Dalam II Timoitus 2:3-4 dikatakan, ”Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”
Yang dituntut pada pribadi seorang prajurit selain ketaatan adalah kesetiaan. Dan kalau kita perhatikan mengenai prajurit, maka dapat kita ketahui bahwa prajurit merupakan komunitas yang sangat tangguh dan loyal. Satu institusi yang dipenuhi oleh pribadi-pribadi yang sangat luar biasa; baik di Indonesia maupun diseluruh negara. Masia Felly, dalam The Art of The War (seni berperang); menyatakan : ”sepertinya tidak ada profesi yang lain yang melebihi profesi seorang prajurit dalam hal pengorbanan maupun pengabdiannya terhadap bangsa dan negara.” Menurut pandangan secara umum bahwa yang paling penting dalam profesi prajurit itu adalah seseorang yang bertubuh kekar dan melakukan latihan fisik secara intensif. Seorang prajurit harus trampil dan cakap dalam  hal strategi perang. Semuanya itu memang penting, tetapi yang dibutuhkan oleh seorang prajurit yang sejati adalah kesetiaan. Taat dan setia ini sangat penting.

Kesaksian : Dalam usia yang sudah lanjut ini, secara manusia saya (Pdt. Alex T.) menjalankan pelayanan sangat lelah, tetapi Tuhan menghendaki tetap berkiprah dalam pelayanan termasuk membangun menara doa Jakarta. Meskipun kadang-kadang muncul rasa bimbang, takut, tetapi Tuhan tetap ingin saya untuk maju terus melayani Dia.
Melalui rasul Paulus, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk taat dan setia, meskipun kita menghadapi hal yang susah. Seperti halnya Yesus saat menghadapi kematianNya, dimana Dia tetap taat dan setia. Dalam suratnya, rasul Paulus berkata :”Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia”(II Timotius 2:11)

2. Teladan Seorang Olahragawan (Taat dan Tekun)  


Dalam II Timotius 2:5 dikatakan, ” Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” Sebagai seorang olahragawan dituntut untuk tekun. Progress atau target utama yang diharapkan dari seorang olahragawan adalah mahkota (Piala). Pada jaman Romawi hadiah/penghargaan berupa daun palem yang dirangkai untuk menjadi mahkota. Rasul Paulus pernah mengatakan bahwa hidup ini adalah pertandingan, dan setiap orang harus mengambil bagian dalam pertandingan tersebut. Untuk dapat memenangkan pertandingan tersebut, maka diperlukan ketekunaan berlatih, kemudian bertanding sesuai dengan peraturan-peraturan olahraga. Saudara, kalau bertanding tidak boleh ada keinginan untuk menjegal, iri hati, cemburu, atau hal-hal yang tidak sportif. Kita berusaha melakukan pekerjaan Tuhan yang terbaik atau terdepan demi kemuliaan namaNya, bahkan kita ”menyeret” teman-teman yang masih ketinggalan untuk sama-sama maju.
Sejak gereja Bethany Nginden terbangun, maka muncul gereja-gereja besar lainnya. Contohnya di Semarang yaitu gereja yang digembalakan oleh Pdt. Petrus Agung, di Solo digembalakan oleh Pdt. Obaja, dan di Jakarta digembalakan oleh Pdt. Jacob Nahuway dan lainnya, dimana gereja mereka rata-rata berkapasitas diatas sepuluh ribu jemaat. Untuk dapat mencapai semua itu perlu ketekunan tidak hanya satu atau dua jam tetapi harus dilakukan selama bertahun-tahun. Untuk itu jangan kecil hati saat kita menghadapi berbagai tantangan hidup, atau bahkan kita kadang-kadang jatuh, tetapi percayalah apabila kita tetap terus berjuang maka kemenangan akan kita peroleh. Apa arti ketekunan ? artinya yaitu ulet dan tidak pernah putus asa. Kalau kita putus asa maka kita tidak akan dapat memperoleh apa yang akan kita capai.

3. Teladan Seorang Petani (Taat dan Sabar)


Dalam II Timotius 2:6 dikatakan, ”Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” Petani itu ada ciri khasnya, tidak peduli menabur sedikit atau banyak, tetapi dia harus sabar untuk menunggu waktu menuai. Seorang petani tidak ada yang dapat mempercepat atau memperlambat waktu menuai. Kalau seseorang menabur tentu ada waktunya untuk menuai. Jarak waktu itu, Tuhanlah yang menentukan. Suatu saat gereja ini menabur seribu sepeda motor buat hamba-hamba Tuhan di pedesaan untuk dapat melayani.
Memang, kadang-kadang kita menabur disertai dengan tetesan air mata, seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:5-6 ”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” Namun semua yang kita lakukan tidak sia-sia tetapi membawa hasil yang tidak terkatakan.

Memang ada kalanya kita mengalami pergumulan seperti Tuhan Yesus yaitu menghadapi cawan. Kita mengharapkan kalau bisa semua itu berlalu dari kita. Tetapi Tuhan memberikan contoh bahwa ketaatan itu harus disertai dengan sikap setia, tekun maupun sabar. Apabila hal itu ada dalam pikiran kita dan dibantu oleh kuasa Roh Kudus maka kita akan mengalami suatu kemenangan yang besar. Seandainya Tuhan Yesus gagal dalam ketaatan maka kemenangan itu tidak akan pernah dialami. Oleh sebab itu, dari beberapa teladan yang kita kita pelajari marilah kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup kita senantiasa berkemanangan. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org/

Mencapai Kesempurnaan

Pdt. Alex Tanuseputra

I Korintus 6:19-20 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Saudara perlu kita sadari bahwa tubuh kita adalah bait Allah dan Roh Kudus ada dalam diri kita. Dan bukan hanya itu saja, harus kita sadari pula bahwa kita telah dibeli dan harganya lunas dibayar. Jadi kita tidak berhak melakukan segala sesuatu menurut kemauan diri sendiri melain kita harus menjalankan kehidupan kita atas pimpinan Roh Kudus.
Bahkan tidak ada seorangpun dapat mengaku Yesus adalah Tuhan kalau tidak dibantu oleh Roh Kudus. Kalau Roh Kudus sudah ada dalam kita maka kita akan menjabarkan atau mengeluarkan wajah Kristus tampak dalam kehidupan kita sehari-hari, karena dengan demikian maka saudara disebut Kristen. Ketika Roh Kudus ada dalam diri kita maka terjadi kelahiran baru, yang lama sudah berlalu dan yang lalu sudah ada. Kehidupan Kristus adalah hidupan kita. Maka saat kita percaya Yesus dan dibaptiskan biarlah senantiasa memuliakan Tuhan. Memang dalam diri kita banyak kelemahan tetapi Tuhan akan menyempurnakan. Untuk mencapai kesempurnaan memang harus melalui beberapa tahapan, dan semuanya itu harus dalam pimpinan Roh Kudus.
Di dalam gereja kita terdapat beberapa dimensi, diantaranya :

1.    Bait Allah ( I Korintus 3 : 16 - 17 )


Langkah awal menjadi bait Allah ketika seseorang bertobat, dibaptiskan telah masuk dalam dimensi yang pertama yaitu menjadi bait Roh Kudus. Dan sejak Roh Kudus ada dalam diri kita, maka tubuh kita menjadi bait Allah. Tuhan pernah bertanya kepada saya, kataNya : “where my address ?” saya jawab : ”Tuhan itu ada di sebelah kanan Allah Bapa,” tetapi Dia diam saja. Dan suatu saat Dia berkata : ”aku di dalam kamu,” saat itu saya shock dan dipenuhi Roh Kudus. Sejak itu saya berdoa untuk anak saya yang cacat selama 6 tahun. Roh Kudus ada di dalam saya, pikiran Tuhan ada di dalam saya. Lalu saya menggunakan pikiran, perasaan dan kehendakNya. Anak yang 6 tahun itu saya ucapkan : ”jalan,” dan dalam waktu 3 bulan anak saya mulai berjalan, selanjutnya saya ucapkan: “bicara,” lalu dalam waktu 6 bulan dia mulai bisa bicara, namun tidak cukup sampai disitu, karena saya berdoa terus sehingga saat ini anak saya menjadi sempurna. Oleh karena itu apabila Roh Kudus ada di dalam saudara, maka apa yang kau pikirkan dan bayangkan akan terjadi karena Roh Kudus. Penyertaan Tuhan dijamin oleh Roh Kudus yang mencengkeram kita semua. Meskipun ada berbeda-beda berkat yang kita terima tetapi kita semua sudah selamat di dalam Tuhan Yesus.

2.    Domba ( Mazmur 23 : 1 - 6 )


Yang menulis Mazmur 23 ini adalah Daud sendiri. Saudara harus tahu bahwa Daud mengalami berbagai persoalan, tetapi Daud tetap cinta Tuhan, bahkan sampai disebutkan Yesus anak Daud. Dia juga berkata tentang kunci Daud. Bahkan di kitab Wahyu juga disebut bahwa Daud dipuji Tuhan walau Daud banyak kesalahan, walaupun demikian dia punya hati yang selalu mengandalkan Tuhan. Setiap menghadapi permasalahan dia bertobat, dan Tuhan memberikan kasih karunia. “Siapa yang percaya bahwa Dia gembala yang baik ?” pengakuan saudara dihormati Tuhan. Daud tahu persis bahwa perlindungan, pimpinan, pemeliharaan Allah sungguh luar biasa. Hal ini tidak hanya berlaku bagi Daud saja tetapi bagi mereka yang hidupnya mengandalkan Tuhan. Dan hidup mengandalkan Tuhan bukan saja dalam menghadapi pergumulan tetapi dalam keadaan diberkatipun kita harus mengandalkan Tuhan. Sebab Dia adalah sumber kehidupan kita.

3.    Anak ( Roma 8 : 16 - 17 )

 
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa kalau kita anak maka kita adalah ahli waris, tetapi ada kata-kata : “kalau kita menderita bersama Dia,” maksudnya yaitu kedagingan kita harus dimatikan. Kalau daging dimatikan maka roh itu muncul. Dalam hal ini berlaku baik orang miskin atau diberkati bahkan kaya rayapun daging ini harus dimatikan, karena dengan demikian maka orang itu bisa menerima dan menanam, karena mereka adalah ahli waris dari Tuhan. Ada kisah anak sulung dan anak bungsu. Anak bungsu terhilang sehingga ayahnya mengharapkan dia kembali, dan anak tersebut akhirnya kembali setelah mengalami kelaparan dan kesusahan yang luar biasa. Ketika anak bungsu itu kembali, ayahnya tidak membuangnya tetapi ayahnya menerima kembali. Ayahnya berikan cincin baru, jubah baru, dan kasut yang baru. Bapaknya telah mengharapkan anak itu kembali, tetapi setelah anak bungsu kembali justru anak sulung tidak bisa terima sehingga anak sulung tidak mau masuk dalam pesta kesukaan, ia menolak. Anak sulung tidak ada pengharapan. Demikian dengan kehidupan kita yang penuh dengan kesalahan, tetapi kalau kita mau bertobat maka Bapa kita akan memberikan “cincin yang baru, jubah yang baru dan kasut yang baru pula”. Kalau anak menyerang bapak itu memang ada, apalagi bapaknya membagi waris itu tidak sama maka anaknya bisa menyerang bapaknya. Tetapi seorang bapak tidak ada yang menyerang anaknya sendiri, demikian Tuhan tetap mengasihi kita sebagai anak-anakNya dan memberikan hak warisNya bagi mereka yang mau bertobat.

4.    Tunangan ( II Korintus 11 : 1 - 2 )


Saya boleh menjadi sahabat yang mempertunangkan gereja ini pada Tuhan sebagai perawan yang suci. Saya pernah didoakan oleh Suzette Hattingh, lalu saya jatuh, dalam roh saya melihat sesuatu, tetapi tidak bisa dijelaskan. Tetapi saya melihat diri saya seperti wanita yang dikasihi tunangan. Tuhan itu sangat mengasihi kita seperti tunangan. Dan kasihnya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan apapun karena kasihNya sungguh murni. Tidak ada kasih seperti kasihNya yang diberikan kepada mereka yang mengasihi Dia. Tuhan senantiasa rindu untuk melimpahkan kasihNya kepada kita semua yang merindukan Dia.

5.    Mempelai ( Efesus 5 : 32 )


Pada akhirnya kita akan menjadi mempelai wanita dan Kristus sebagai mempelai pria maksudnya adalah hubungan Kristus dengan jemaat. Dengan demikian apa yang tidak pernah kita lihat, tidak pernah kita dengar bahkan tidak pernah timbul dalam hati kita sudah disediakan bagi kita yang terus tetap setia sampai kedatanganNya kedua kali, Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org/

6 Oktober 2013

Menanti Janji Tuhan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.
Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”
Habakuk 2:1-3
Seiring dengan berjalannya waktu, kasih dan berkat Tuhan telah dinyatakan satu persatu dalam kehidupan saya (Pdt. Alex), khususnya dalam pelayanan yang dipercayakan Tuhan. Dan hal ini tentunya juga dialami oleh jemaat. Apabila kita tengok kembali sejarah perjalanan Gereja Bethany Indonesia maka kita akan melihat karya Tuhan yang begitu luar biasa.
Ketika gereja Bethany masih beribadah di “awning” dengan tenda besinya, tanpa AC maupun fasilitas yang memadai kami tetap memegang janji Tuhan seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:12 yang berkata, ”. . Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. . . .”  Dan ayat ini kami gantungkan di tembok supaya semua orang membacanya seperti ayat bacaan di atas. Berselang tiga bulan kemudian, kami mendapat ayat firman Tuhan dalam Yohanes 15:7 yang berbunyi, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”

Apabila berbicara mengenal sukses, hal ini bukan saja berorientasi pada hal materi saja, tetapi yang utama adalah hal rohani. Memang dalam hal menanti itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan melainkankan menjemukan. Namun dalam masa penantian tersebut ada suatu pembelajaran dalam kehidupan kita untuk semakin berakar dan bertumbuh untuk menjadi dewasa. Dengan demikian ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam menantikan janji Tuhan, diantaranya :

1. Tetap Sabar Dan Tekun


Melalui kesabaran dan ketekunan, seseorang akan menerima apa yang telah dijanjikanNya. Segala sesuatu yang dijanjikan oleh Tuhan tidak ada kata terlambat walaupun tampaknya seperti terlambat, karena Tuhan memberkati tepat pada waktunya. Pada saat Kaleb menerima janji Tuhan melalui Musa, ia berusia empat puluh tahun, sedangkan janji itu digenapi ketika Kaleb berusia delapan puluh lima tahun. Empat puluh lima tahun bukanlah waktu yang singkat tetapi waktu yang panjang. Meskipun demikian Kaleb tetap sabar dan tekun dalam menantikan janji Tuhan.
Apabila kita melihat perkembangan jaman saat ini, maka kita temukan bahwa segala sesuatu serba instan tanpa melalui proses yang panjang. Demikian dengan kehidupan orang-orang yang mengaku dirinya anak-anak Tuhan. Mereka menginginkan segala sesuatu serba instan khususnya dalam menerima janji Tuhan. Padahal sesuatu yang instan memiliki kualitas yang begitu rendah, karena belum teruji kemampuannya. Oleh karena itu Allah rindu dalam diri umatNya terdapat karakter yang sabar dan tekun dalam menantikan janjiNya.

2. Tidak Undur


Dalam kurun waktu yang cukup panjang Kaleb tidak pernah putus asa atau undur dari Tuhan, tetapi dia tetap sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam melayani Tuhan. Hal ini dapat kita lihat dalam Yosua 14:8, ”. . . . . . . aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.” Namun kenyataannya, berapa banyak orang yang undur dari hadapan Tuhan ketika permohonannya belum dijawab Tuhan, sehingga mereka mulai mengandalkan kekuatannya sendiri demi tercapainya keinginannya. Padahal firman Tuhan berkata, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yeremia 17:5). Dan dalam Habakuk 2:4, dikatakan, ”Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.”
Memang, sepanjang kita menantikan janji Tuhan hidup kita diwarnai dengan berbagai pergumulan, tetapi perlu kita ingat bahwa semuanya itu terjadi atas seijin Tuhan, dengan tujuan supaya kerohanian kita semakin kuat atau dewasa. Dan firmanNya juga menasehatkan kita, “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.” Oleh sebab itu, jangan sampai dalam pikiran kita terlintas untuk mengundurkan diri dari hadapan Tuhan, melainkan biarlah kita tetap pegang janji Tuhan yang berkata, ”Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).

3. Tetap Berjaga-jaga


Ketika seseorang menantikan sesuatu terlalu lama, maka akan muncul kecenderungan adanya rasa jenuh, sehingga orang tersebut mulai berusaha melupakan apa yang dia nantikan. Demikianlah bagi orang yang menantikan janji Tuhan, apabila ia merasa terlalu lama tidak digenapi maka orang tersebut mulai tidak menantikannya atau tidak berjaga-jaga atas kerohaniannya. Dan ketika seseorang mulai tidak berjaga-jaga, maka saat itulah iblis mulai menyerang anak Tuhan. Karena iblis sabar menunggu sampai anak Tuhan mulai lengah. Hal ini dapat kita lihat ketika iblis berusaha mencobai Yesus dan gagal, namun dalam Lukas 14:13 dikatakan, “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.” Walaupun demikian Yesus tidak pernah jatuh dalam pencobaan sebab Ia senantiasa berjaga-jaga supaya hidupnya tetap berkenan di hadapan Bapa. Oleh sebab itu firman Tuhan berkata, ”Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (I Petrus 5:8). Lalu, bagaimana dengan saudara, apakah saudara tetap berjaga-jaga atas kerohanian saudara selama menantikan janji Tuhan ?. Amin.

Sumber: http://bethanygraha.org/

4 Oktober 2013

Berkenan Dan Dipuji Tuhan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”
Ibrani 11:5-6
Berkenaan dengan ayat bacaan di atas maka kita melihat keselamatan daripada Henokh merupakan keselamatan yang sempurna dimana ia diangkat hidup-hidup oleh Tuhan, namun sebelum ia diangkat, ia telah memperoleh kesaksian bahwa ia berkenan kepada Allah. Oleh karena itu, marilah kita mencontoh orang-orang yang mempunyai iman yang sempurna supaya kita mencapai target untuk keselamatan itu. Biarlah Henokh menjadi panutan untuk pertumbuhan iman kita.

Meskipun peristiwa Henokh terjadi dalam perjanjian lama, namun hal ini juga berlaku dalam perjanjian baru khususnya kita yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat. Kalau toh kita mati, maka kita akan dibangkitkan dan diangkat, dan seandainya kedatangan Tuhan yang kedua kali kita masih hidup maka kita akan diangkat hidup-hidup seperti Henokh terangkat, seperti yang tertulis dalam I Tesalonika 4:16-17, ”Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

Tetapi sebelum Henokh terangkat ia mempunyai kesaksian yang hidup, dimana selama hidupnya ia berkenan kepada Allah. Demikianlah dengan kehidupan kita, meskipun kita sudah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat namun dalam hidup kita perlu ada kesaksian yang hidup dan berkenan kepada Allah, karena di luar Kristus tidak ada janji seperti ini.
Saudara, dalam ayat Ibrani 11:6 terdapat kalimat berkenan kepada Allah. Kata berkenan itu sendiri ada hubungannya dengan iman, karena tanpa iman orang tidak akan berkenan kepada Allah. Dan orang yang berkenan kepada Allah mendapatkan upah/penghargaan. Dan lebih tepatnya bahwa orang tersebut dihargai/dipuji oleh Allah. Mungkin hati kita timbul pertanyaan : bukankah yang layak menerima pujian hanya Allah ?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita lihat dalam Kidung Agung  pasal 4, 5 dan 6 dimana dalam pasal tersebut terdapat perikop yang mengungkapkan bagaimana mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan, begitu pula sebaliknya. Bukankah kita adalah mempelai Kristus.

Sebenarnya banyak orang yang dipuji oleh Tuhan seperti yang tertulis dalam Alkitab, namun kali ini kita hanya mengambil beberapa contoh, diantaranya :
Perempuan Kanaan (Matius 15:28)
Pada waktu itu perempuan Kanaan (orang Siropuniki) mengharapkan kesembuahan anaknya kepada Tuhan Yesus, namun ia tidak dianggap; bukan berarti Tuhan tidak sayang kepada manusia. Karena pada waktu itu perempuan tersebut belum waktunya menerima anugerah Allah. Tetapi oleh karena kerendahan hatinya maka perempuan itu mendapat pujian atau penghargaan dari Tuhan sehingga anaknyapun sembuh. Kerendahan hati itu sendiri merupakan produk daripada iman. Perempuan ini mempunyai langkah yang istimewa, dimana ia mempunyai iman yang besar. Firman Tuhan menasehatkan, ”barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 18:4).

Memang untuk rendah hati itu tidak mudah, apalagi kita dalam posisi diberkati atau sukses. Tetapi kalau kita semakin rendah hati maka kita akan semakin diberkati. Oleh karena itu apabila kita ingin diperkenan dan dipuji oleh Allah maka kita harus semakin rendah hati, sebab firman Tuhan menasehatkan, ”Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan” (Amsal 22:4). Namun sebaliknya apabila kita menjadi sombong maka berkat Tuhan akan berhenti dan iman kita menjadi kerdil. Yesus sendiri telah memberikan teladan kepada kita, ” . . . . dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama” (Filipi 2:6-11)

Perwira Kapernaum (Lukas 7:9)


Ketika hamba dari perwira Kapernaum sakit dan hampir mati maka ia mengundang Yesus untuk datang kerumahnya menyembuhkan hambanya. Setelah Yesus dekat rumahnya maka perwira tersebut menyuruh sahabatnya untuk mengatakan kepada Yesus untuk tidak bersusah-susah datang, cukup mengatakan sepatah kata maka hambanya akan sembuh. Perwira itu memposisikan Yesus seperti seorang atasannya, apabila seorang atasan memberikan perintah maka bawahannya harus taat, apapun resikonya. Demikianlah dalam kehidupan kita apabila kita ingin iman kita bertumbuh dan berkenan serta dipuji oleh Allah maka perlu ada ketaatan. Iman yang besar merupakan produk ketaatan. Ketaatan itu tidak mudah, apabila tidak ada dasar kerendahan hati.

Janda Miskin (Lukas 21:1-4)


Tuhan Yesus telah memuji janda miskin yang telah memberikan persembahan dalam rumah ibadah walaupun dia hanya memberikan dua peser uang, tetapi dia memberikan dari segala kekuarangannya, bahkan dia memberikan segala nafkahnya sedangkan orang kaya itu memberikan dari kelimpahannya. Tetapi bukan berarti salah orang kaya memberikan dari segala kelimpahannya, tetapi janda miskin ini lebih baik. Banyak orang memberikan persembahan dengan sembarangan tanpa pengertian yang benar. Suatu ketika ada seorang memberikan persembahan, pada mulanya ia memberikan satu juta, kemudian beberapa hari berikutnya tiga juga, dan hari berikutnya dia memberikan semakin banyak. Tetapi berikutnya diketahui bahwa uang yang dipersembahkan tersebut adalah hasil hutang. Alasannya setelah ia memberikan persembahan akan kembali berlipat kali ganda. Oleh karena pengertiannya yang salah maka janji Tuhan tidak akan pernah digenapi. Hal ini tidak bedanya dengan gambling (judi). Untuk itu perlu kita miliki pemahaman yang benar mengenai persembahan kepada Tuhan. Apabila kita memberikan yang terbaik didasari oleh ketulusan maka hal itu akan berkenan dan dipuji Tuhan. Oleh karena itu, muliakanlah Allah dengan hartamu (Amsal 3:9) tanpa ada motivasi untuk mencari keuntungan diri sendiri.

Maria (Markus 14:6-9)


Saat Maria menuangkan minyak narwastu yang mahal kepada Yesus maka orang yang ada di tempat itu menjadi gusar dan menegor Maria, mereka berkata bahwa tindakannya adalah pemborosan. Tetapi Yesus memuji perempuan itu karena ia melakukan perbuatan  yang baik bagi Yesus. Maria telah mendapat kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi Yesus. Bagaimana dengan kita, apakah kita menggunakan kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi Yesus?
Dari beberapa contoh di atas, marilah kita melangkah untuk hidup berpadanan dengan Injil Kristus agar kita menjadi orang yang berkenan dan dipuji Tuhan, Amin.

Sumber: http://bethanygraha.org

14 September 2013

Bertumbuh dan Berbuah

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat bacaan : Yesaya 5:1-2
Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya  : Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur.
Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur  pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga  di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur;  lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.
Kita sebagai gereja Tuhan telah digambarkan seperti kebun anggur, dan pemilik kebun anggur adalah kekasih kita yaitu Yesus Kristus. Dia sangat mengharapkan kebun anggur itu menghasilkan buah yang lebih baik. Untuk itu, marilah kita melihat keberadaan kita sebagai kebun anggur Tuhan. Sudahkah kita menghasilkan buah anggur yang baik atau belum ?. apabila belum, biarlah dalam kesempatan yang ada kita berusaha untuk menghasilkan buah yang baik. Dan jikalau kita sudah menghasilkan buah yang baik, janganlah berpuas diri tetapi biarlah kita berbuah semakin lebat, sebab inilah kehendak Tuhan. Karena dengan demikian Bapa kita yang disurga dipermuliakan.

Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebagai kebun anggur dalam menghasilkan buah yang baik, yaitu diantaranya :


1. Mencangkul dan membuang batu-batunya.


Berapa banyak kita telah mendengar khotbah tentang hal ini. Tetapi kali ini kita akan membahas lebih lagi sebagai bahan koreksi dalam kehidupan kita, apakah hal-hal yang telah kita terima/dengar sudah menjadi kenyataan dalam kehidupan kita atau belum. Apabila belum, mari kita membaca dalam Injil Lukas 13:7-9, disitu kita akan menemukan hal penting, dimana pengurus akan kebun anggur itu memohon kepada pemiliknya untuk diberi kesempatan untuk mengusahakan supaya pohon anggur itu menghasilkan buah; yaitu dengan cara merawat dan memberi pupuk (makanan rohani) karena sudah tiga tahun masih belum menghasilkan buah, padahal kebun anggur itu seharusnya menghasilkan buah pada musimnya. Mungkin saat ini kita menjadi orang Kristen sudah lima tahun, sepuluh tahun atau lebih tetapi belum menghasilkan buah, maka dalam kesempatan ini kita segera mengambil suatu tindakan untuk dapat menghasilkan buah. Apabila hati kita masih keras, marilah kita cangkul dengan cara merendahkan diri dihadapan Tuhan, dan apabila dalam hati kita masih ada batu penghalang diantaranya sakit hati, kedengkian, kebencian, dendam bersungut-sungut dan lain sebagainya (tentunya yang bukan merupakan kehendak Tuhan). Marilah kita buang jauh-jauh penghalang itu, jangan sampai tetap tinggal dalam hati kita !. Sebab apabila kita sudah bebas dari semua penghalang-penghalang itu maka kita akan melihat hasil yang memuaskan. Ada yang menghasilkan seratus kali lipat, enam puluh kali lipat maupun tiga puluh kali lipat .Oleh sebab itu biarlah dalam kesempatan ini kita akan segera menghasilkan buah yang baik, supaya kita diberkati.


2. Menanami dengan pokok anggur pilihan


Sejak kita percaya Tuhan, dibaptis dan lahir baru, maka sejak itu kita ditentukan memiliki nasib yang baik dan sebagai jaminannya adalah roh Kudus yang telah dimeteraikan dalam kehidupan kita. Terlebih dari itu, kita telah dijadikan sebagai pohon anggur pilihan dan sebagai benih yang sungguh murni (Yeremia 2:21), untuk menghasilkan buah yang baik. Allah memanggil kita bukan hanya sekedar dipanggil tetapi kita telah dijadikan bangsa yang terpilih dan imamat yang rajani sebagai umat kepunyaan Allah sendiri (I Petrus 2:9-10). Dan apabila kita menyadari bahwa diri kita benar-benar berharga di mataNya, maka tidak ada alasan kita berkecil hati atau putus asa dalam menghadapi pergumulan hidup ini karena Ia sanggup membela kita, jikalau kita menghargai akan panggilan itu. Sekali-kali Dia tidak akan membiarkan tergeletak sebab tanganNya menopang kita. Dan apabila persoalan diijinkan datang dalam kehidupan kita maka ketahuilah Dia sedang melatih kita untuk menjadi dewasa, dan untuk membuktikan bahwa kita adalah pohon anggur pilihan.


3. Mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya


Menara jaga sengaja dibangun guna mengawasi pertumbuhan dan keamanan kebun anggur tersebut sampai kebun anggur itu menghasilkan buah. Oleh karena itu kita sebagai orang percaya yang diumpamakan sebagai kebun anggur biarlah kita berjaga-jaga dalam doa dan puasa, supaya firman yang ditaburkan di hati kita memberikan pertumbuhan atas kerohanian kita, sehingga kerohanian kita mengalami kedewasan dan siap untuk menghasilkan buah. Dan melalui menara jagalah kita dapat melihat apakah masih ada penghalang-penghalang pertumbuhan dan berbuahnya pohon anggur (kerohanian kita). Tanpa kita membangun menara jaga dalam pengertian membangun hubungan dengan Tuhan maka sia-sialah segala usaha kita. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 127:1-2, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”



4. Menggali lobang tempat memeras anggur


Pada saat anggur diperas maka keluarlah air anggur yang murni, dan hasil buah anggur itu dapat dinikmati. Demikianlah dalam kehidupan kita, apabila kita sudah mengalami kedewasan rohani maka saat itulah kita dapat mengeluarkan buah-buah yang baik; diantaranya : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Dan hasil buah anggur itu merupakan persembahan yang terbaik dalam kehidupan kita, karena persembahan itu akan diperhitungkan sebagai persembahan khusus dan sama seperti gandum dari tempat pengirikan (Bilangan 18:27). Persembahan disini sesungguhnya dalam bahasa Ibraninya : Penyembahan (pujian). Memang, selama kita menumpang di dalam dunia ini, kita masih tetap mengalami berbagai macam pergumulan, tetapi apabila kita tetap bergantung sepenuhnya kepada Tuhan maka kekuatan yang luar biasa akan tinggal dalam kehidupan kita. Walaupun dalam segala hal kita ditindas, namun tidak terjepit; kita habis akal, namun tidak putus asa; kita dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kita dihempaskan, namun tidak binasa (II Korintus 4:8-9), karena kita sudah ditentukan sebagai pemenang bahkan lebih dari pemenang dalam Kristus. Amin.

Sumber: http://bethanygraha.org/i

7 September 2013

Posisi Hidup Yang Dipulihkan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Wahyu 12:7-9 ”Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu  dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga.
Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”
Sebelum terjadi peperangan, Lucifer adalah malaikat yang cantik (sempurna), tetapi oleh karena kesombongannya maka ia berusaha memberontak dan melawan Allah.
Hal ikwal mengenai rentetan peristiwa jatuhnya manusia ke dalam dosa bermula terjadinya suatu peperangan yang terjadi di Sorga, seperti yang tertulis dalam Wahyu 12:7-9 ”Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu  dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.” Sebelum terjadi peperangan, Lucifer adalah malaikat yang cantik (sempurna), tetapi oleh karena kesombongannya maka ia berusaha memberontak dan melawan Allah.

Apabila kita melihat posisi masing-masing pribadi telah terbagi menjadi tiga bagian yang urutannya sebagai berikut; Allah berada pada langit ketiga, dan iblis berada pada langit kedua, sedangkan manusia berada pada langit pertama. Dan pada saat iblis memberontak maka dia dilempar kebawah yaitu pada langit pertama dimana manusia tinggal, seperti yang tertulis dalam Wahyu 12:10b “ . . . . karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.” Sehingga sebagai akibatya iblis berusaha merusak manusia termasuk segala isinya; hal ini dapat kita lihat pada Wahyu 12:12b, dikatakan “ . . . . celakalah kamu, hai bumi dan laut!  karena Iblis telah turun kepadamu,  dalam geramnya yang dahsyat,  karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.” Dan setelah iblis berhasil menjatuhkan manusia dengan segala tipu dayanya, maka langit menjadi tembaga dan bumi menjadi besi (Ulangan 28:23), dalam pengertian bahwa manusia tidak dapat lagi berhubungan dengan Allah.
Langit I dan langit II telah dikuasai oleh iblis, termasuk manusia juga berada dalam kekuasaan si jahat; sehingga segala sesuatu yang dilakukan manusia berada dalam kendali si jahat, seperti yang tertulis dalam Efesus 2:1-2, ”Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.”
Oleh karena keberadaan manusia dibawah kekuasaan si jahat (iblis) maka manusia dirubah pola pikirnya menjadi salah (gambaran langit menjadi tembaga), sehingga berkat Tuhan tidak dapat dicurahkan pada manusia. Dan beberapa pola pikir yang salah, diantaranya :
Nature View, yaitu manusia dialihkan pandangannya untuk tidak menyembah kepada sang pencipta, tetapi menyembah hasil ciptaanNya yaitu alam semesta termasuk isinya, misalnya menyembah gunung, pohon besar, binatang (shio), laut, maupun matahari.
Human View, yaitu pandangan manusia mulai dialihkan pada ajaran manusia tentang kebaikan yang lebih ditinggikan, sehingga ada falsafah menusia yang bukan dari Tuhan.

Society View, yaitu mempercayai adat-istiadat manusia yang didalamnya terdapat ritual untuk mengadakan penyembahan terhadap setan selaku penguasa bumi.
Politechnic View, yaitu segala sesuatu diukur kebenarannya secara alam, misalnya : menurut hukum alam (matematika), 5+2=7, sedangkan menurut iman Kristen ada sesuatu yang bisa diluar akal manusia, contoh 5 roti + 2 ikan dapat memberi makan lima ribu orang, tidak termasuk wanita dan anak-anak, bahkan lebih dua belas bakul.
Dalam kondisi yang seperti ini, akhirnya Allah mempunyai inisiatif untuk mengembalikan manusia pada posisi yang semula, yaitu dengan memberikan/mengorbankan PutraNya yang tunggal untuk menanggung beban dosa manusia. Dimana dua ribu tahun yang lalu Tuhan Yesus turun ke bumi untuk disalibkan, lalu mati, dan pada hari yang ketiga Yesus telah bangkit sehingga terjadi kemenangan yang besar. Dan setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, seperti firmanNya yang terdapat dalam Yohanes 3:16, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Saudara, melalui kasih Allah yang besar ini juga memiliki tujuan supaya pola pikir atau cara pandang manusia dirubah menjadi God View, yaitu seluruh aspek kehidupan menusia harus berorentasi kepada Tuhan, dan manusia hanya menyembah kepada Tuhan di dalam nama Yesus, karena firmanNya berkata : ”Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23-24). Dan pada akhirnya, langit yang menjadi tembaga mulai terbuka dan berkat Allah tercurah kepada manusia yang percaya kepada Dia. Selain itu, dalam melanjutkan rencana Allah yaitu membawa jiwa-jiwa yang belum diselamatkan, maka Allah memberikan kuasa kepada manusia yang percaya kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Lukas 10:19 ”Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.”

Hal ini sangat berkaitan juga dengan tugas yang harus kita emban sebagai umat tebusan Allah, yaitu : ”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:8). Saat kita percaya kepada Kristus, maka saat itulah Roh Kudus dimeteraikan dalam hidup kita sebagai jaminan bahwa orang tinggal dalam Kristus tetap dalam kekuasaan Tuhan. Untuk itu jangan takut dan gentar terhadap segala sesuatu termasuk tipu daya iblis yang berusaha menjatuhkan kembali, sebab kuasa iblis telah dikalahkan. Oleh sebab itu bersyukurlah senantiasa karena posisi kita telah diubahkan oleh Tuhan, dimana dulunya kita berada dalam kekuasaan iblis, tetapi sekarang berada dalam tangan Tuhan; dan yang dulunya hidup dalam kutuk dosa tetapi sekarang hidup dalam kasih karunia Allah. Amin.

Sumber: http://bethanygraha.org

19 Agustus 2013

Pertahankan Hak Kesulunganmu

Pertahankan Hak Kesulunganmu
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 08 August 2013 00:00
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.”

Kejadian 25:29-34
Memandang ringan atau meremehkan hak kesulungan merupakan tindakan yang bodoh dan berakibat fatal untuk masa depan seseorang. Padahal itu adalah sangat penting sebagai anak sulung untuk menerima hak waris. Oleh karena itu Yakub mengejar hak kesulungan itu dengan segala cara, untuk mendapatkan berkat dari Ishak. Kisah ini merupakan gambaran dalam hidup ini.
Dimana berapa banyak orang meremehkan atau merendahkan hak kesulungan; dalam arti bahwa banyak orang merendahkan atau meremehkan kasih karunia Allah demi semangkok kacang merah yang merupakan gambaran dari kenikmatan atau harta dunia. Firman Tuhan berkata : ”Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (Roma 2:4)

Saudara, dalam Ibrani 12:16 disebutkan bahwa Esau mempunyai nafsu yang rendah sehingga ia menjual hak kesulungannya dengan hal yang fana. Oleh karena sikapnyalah maka Allah membenci Esau tetapi mencintai Yakub, seperti yang tertulis dalam Maleakhi 1:2-3 “ . . . namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Dalam hal ini mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita, “Apakah Allah itu tidak adil sehingga Ia membenci Esau dan mengasihi Yakub padahal Esau adalah saudara kandung Yakub ? (Roma 9:13-14). Pengetian keadilan menurut Allah berbeda dengan pengertian yang dimiliki oleh manusia, sebab itulah orang menganggap bahwa Allah tidak adil. Dalam hal ini marilah kita memahami tentang keadilan menurut pandangan Allah dan bukan pandangan manusia. Jadilah orang yang dikasihi Tuhan dan bukan orang yang dibenci oleh Tuhan.

Dan perlu diketahui bahwa orang yang percaya kepada Yesus dan mengalami kelahiran baru, orang tersebut berhak menerima hak kesulungan, yaitu sebagai ahli waris kerajaan surga sebab ia telah mempunyai visi untuk masuk dalam kerjaan Allah, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:22-23, ”Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.”

Apabila kita mengetahui bagaimana proses seseorang memperoleh hak kesulungan maka orang tersebut tidak akan menganggap rendah atau menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Sebab firman Tuhan telah berkata : ”Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yohanes 6:44). Begitu pula tidak ada seorangpun dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus (Yohanes 14:6). Dari kedua ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada sedikitpun turut campur tangan manusia untuk menerima kasih karunia Allah dan dapat masuk kerajaan Allah. Semuanya itu semata-mata oleh kasih Allah kepada manusia.
Jadi bagaimana seseorang dapat meremehkan atau merendahkan kasih karunia ?. Dan jikalau ada seseorang meremehkan kasih karunia Allah maka orang tersebut berada dalam kebodohannya. Dalam hal yang lain telah terbukti bahwa tidak ada seorangpun dapat mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atau Mesias kecuali Roh Kudus ada di dalam diri orang tersebut, seperti yang tertulis dalam I Korintus 12:3, ”Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.” Bahkan ketika Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup; Yesuspun berkata kepada Petrus, kataNya : “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, malainkan BapaKu yang di sorga (Matius 16:15-19).

Selain kita tidak boleh meremehkan kasih karunia Allah, kita tidak boleh meninggalkan kasih mula-mula, sebab jikalau seseorang meninggalkan kasih mula-mula, orang tersebut dapat dikatakan merendahkan kasih karunia Allah. Bukankah firman Tuhan telah mengingatkan kepada orang-orang yang mulai undur dalam mengiring Tuhan, seperti yang tertulis dalam Wahyu 2:4-5 ”Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” Dan pada Ibrani 10:38-39 juga telah dikatakan, ”Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”

Jadi melalui ayat ini biarlah menjadi peringatan bagi kita yang mulai meninggalkan Tuhan supaya kaki dian atau urapan Allah tidak diambil dari kita. Untuk itu perlu kita ketahui pula bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Matius 22:14). Dan kita termasuk orang-orang yang terpilih seperti firman katakan, ”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (I Petrus 2:9).

Oleh karena itu jangan sia-siakan kesempatan yang telah diberikan kepada kita karena suatu saat tidak ada lagi kesempatan untuk menerima kasih karunia Tuhan sebab kita telah meremehkannya, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:16-17, ”Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.”
Lebih dari semua itu, biarlah roh kita tetap menyala-nyala dalam melayani Tuhan sebab kedatangan Tuhan tidak ditangguhkan lagi. Dan jangan sampai kita setengah-setengah dalam mengerjakan keselamatan yang telah diberikan kepada kita sebab orang yang suam-suam atau setengah-setengah akan dimuntahkan, seperti yang tertulis dalam Wahyu 3:15-16, ”Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification