22 November 2016

Hidupmu Pasti Dipulihkan

Hidupmu Pasti Dipulihkan
 "….Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Korintus 2:9). 
Setiap orang tentunya mempunyai cita-cita atau harapan untuk masa depan, karena hal itu merupakan bagian dari kehidupan manusia. Orang-orang sukses di muka bumi diawali dengan cita-cita yang terpendam di dalam hatinya. Mereka mau melakukan apa saja untuk menggapai cita-citanya. Tapi apa yang terjadi ketika semua rencana dan cita-cita putus ditengah jalan ? apa yang akan kita lakukan selanjutnya, sedangkan kita tidak melihat ada tanda jalan keluar ? Jangan kuatir, sebab Tuhan sedang melakukan sesuatu yang lebih dahsyat dari cita-cita kita sebelumnya. Ia sanggup mengubah kegagalan kita menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya. 
Firman Tuhan berkata: "….Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Korintus 2:9). Kita tidak perlu mereka-reka bagaimana cara Allah akan bekerja, sebab justru apa yang Ia kerjakan itu diluar perkiraan kita sebelumnya. Allah sanggup mengubah seratus delapan puluh derajat kegagalan kita menjadi berkat, tapi dengan syarat : Bagi yang mengasihi Dia !  
Petrus adalah contoh orang yang pernah gagal total. Dari seorang yang berani berjalan di atas air, berani memotong telinga seorang hamba imam besar, bahkan ia satu-satunya murid yang pertama kali berani mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, tiba-tiba berubah menjadi pengecut. Tiga kali ia menyangkali Tuhan. Suatu kegagalan total dalam kehidupannya, tapi oleh kasih karunia Allah maka Petrus mengalami pemulihan secara luar biasa.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Semuanya mudah, meskipun sepertinya tidak ada harapan lagi atau tidak ada masa depan lagi. Tuhan sanggup menciptakan masa depan yang baru bagi anak-anak-Nya. Jangan putus asa sebab masa depanmu sungguh ada dan harapanmu tidak hilang (Amsal 23:18). Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Hidup Dalam Kasih

Hidup Dalam Kasih

 "….ampunilah kami akan kesalahan kami, SEPERTI kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami…." (Mat. 6:12)
Sebagai orang percaya, kita dituntut untuk mempunyai 3 dasar tindakan sebagai ekspresi percaya kita kepada Tuhan: Iman, pengharapan, dan kasih. Tetapi dari ketiganya ini, kasih adalah yang terbesar. Mengapa demikian? Sebab saat kita berada di sorga nanti, iman tidak diperlukan lagi, demikian juga dengan pengharapan. Di sana yang ada adalah kasih. Sebab kasih adalah "bagian esensi dari sifat-Nya", karena itulah Allah "identik" dengan kasih. Lebih jelas lagi dikatakan bahwa Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8, 16).   
Kasih inilah yang menjadi motivasi Allah meyelamatkan manusia: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal….." (Yohanes 3:16). Kasih Allah mampu mengalahkan segala dosa dan maut.
Kita sering diajar tentang kasih baik melalui khotbah di gereja, kaset, maupun buku. Tetapi mengapa sepertinya kasih ini sulit dilakukan oleh banyak orang Kristen? Mengapa lebih mudah menyanyikan lagu "Aku mengasihi Kau, Tuhan" atau "Kukasihi kau dengan kasih Tuhan" daripada melakukannya? Padahal Tuhan menuntut tindakan dan bukan perkataan saja!
Dalam hal ini tentunya kita pernah ditanya : Apakah Anda mengasihi Tuhan ? Dengan mantap kita menjawab: Ya! Firman Tuhan berkata: "Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah", dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya" (1 Yohanes 4:20). Mengasihi Allah dan mengasihi sesama tidak dapat diabaikan. Memisahkan keduanya hanya akan menghasilkan kebohongan belaka. 
Bila kita tidak belajar saling mengasihi selama di bumi, kita belum dianggap layak mengatakan, ”aku mengasihi Tuhan”. Tuhan ingin bukti yang konkrit melalui kehidupan kita, karena kita adalah garam dan terang dunia. Dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita, amin.
Tuhan Yesus juga berkata: "Barangsiapa MEMEGANG perintah-Ku dan MELAKUKANNYA, dialah yang mengasihi Aku…." (Yoh. 14:21). Mengasihi musuh kita adalah perintah-Nya (Mat. 5:44). Mengasihi orang yang berbuat baik kepada kita itu biasa. Tetapi mengasihi orang yang telah menyakiti hati kita itu adalah pekerjaan Roh Kudus yang tinggal di dalam kita. Karena Dialah, maka kita mampu mengasihi musuh kita.
Doa "Bapa kami" adalah contoh yang jelas mengenai perintah Tuhan ini. Perkataan "….ampunilah kami akan kesalahan kami, SEPERTI kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami…." (Mat. 6:12), mengandung pengertian betapa pentingnya kasih akan sesama itu.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

11 November 2016

Nyali Yang Besar

Nyali Yang Besar

"Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu" (Amsal 24:10).
Saudara, bukankah kita sering mendengar pernyataan : Jangan Takut! Jangan kuatir! Jangan gelisah! Dan kita dengan semangat mengaminkan pernyataan tersebut. Hal itu memang tidak salah. Tetapi untuk mewujudkan apa yang kita yakini dibutuhkan nyali yang besar. Sebab keyakinan kita tidak hanya sebatas akal kita, tetapi dibuktikan melalui tindakan nyata. Apalagi keadaan arus dunia semakin lama semakin kuat, dan memungkinkan dapat menyeret anak-anak Tuhan untuk masuk di dalam sistim dunia yang sedang berlangsung, yaitu hidup dalam kefasikan. Untuk itu kita harus mengenal Allah kita dengan benar supaya terjadi pendobrakan dalam paradigma (kerangka berpikir) kita. Selama kita terikat dalam doktrin, pengertian, dan pemikiran lama, kita tidak akan mengenal-Nya dengan sempurna; sementara semangat jaman bergulir begitu cepat.
Allah rindu anak-anak-Nya mengenal-Nya dengan semakin benar dari hari ke hari supaya keberanian dan nyali untuk menghadapi musuh kehidupan - masalah, problem, sakit penyakit, maupun setan - menjadi semakin besar. Salomo berkata: "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu" (Amsal 24:10). Orang percaya yang tawar hati pada masa kesesakan adalah orang yang tidak mengerti kedahsyatan kekuasaan Allahnya. Kemenangan kita menghadapi setiap persoalan kehidupan ditentukan juga oleh nyali kita saat berhadapan dengan masalah-masalah itu. 
Murid-murid Tuhan pernah bernyali kecil saat perahu yang ditumpangi hampir karam karena diterpa badai, seperti yang tertulis di dalam Markus 4:35-41. Meskipun Yesus beserta dengan mereka, tetap saja nyali mereka ciut karena mereka lebih melihat badai daripada melihat Tuhan Yesus. Apakah Yesus menganggap ketakutan mereka normal, karena badai itu memang dahsyat? Tidak! Yesus bahkan menghardik mereka: "Mengapa kamu tidak percaya?" (ayat 40).
Berapa kali Tuhan menghardik ketidakpercayaan kita ? Mengapa naluri daging kita yang cenderung gampang panik mendominasi hidup kita ? Di mana nyali kita menghadapi "musuh-musuh" kita ? Bukalah mata rohani kita untuk melihat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita (Ibrani 13:5). Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

2 November 2016

Tetap Berpegang Pada Perjanjian Tuhan

Tetap Berpegang Pada Perjanjian Tuhan

 "….kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar…." (Filipi 2:12)
Perjanjian adalah persetujuan antara dua orang atau kelompok yang mengikatkan diri pada isi persetujuan itu. Konsep perjanjian antara Allah dengan umat-Nya merupakan salah satu kebenaran yang harus dimengerti semua orang benar. 
Puncak dari segala perjanjian yang Allah buat dengan manusia adalah ketika Allah Bapa mengutus Anak-Nya sebagai perjanjian yang sempurna (Ibrani 7:28). Yesus adalah: "….Pengantara yang dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi" (Ibrani 8:6). Janji Allah melalui nabi Yeremia dengan mengadakan perjanjian baru dimana Allah menaruh hukum-Nya dalam batin dan menuliskan dalam hati manusia telah tergenapi oleh pengorbanan Kristus.
Tidak ada masalah bagi pihak Allah untuk menepati perjanjian-Nya. Dan perlu diketahui jika mereka yang menyangkali hukum Musa saja akan dihukum mati, apalagi mereka yang telah mendengar berita keselamatan dan tawaran perjanjian ini lalu menolaknya, maka hal itu akan dianggap sebagai penghinaan terhadap perjanjian, penajisan terhadap darah perjanjian (Ibrani 10:28, 29). Maka hukuman yang lebih hebat akan menimpa mereka.
Allah juga memberi peringatan serius terhadap setiap orang yang telah menerima perjanjian baru ini lalu mengingkarinya. Orang yang telah menerima perjanjian-Nya dan yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, namun murtad lagi, maka tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah dan menghinaNya di muka umum, maka berakhir dengan pembakaran" (Ibrani 6:4-8). Kita hidup pada zaman perjanjian baru yang melimpah dengan anugerah Allah. Belum pernah terjadi masa yang sedemikian kaya dengan rahmat dan kasih karunia Allah seperti sekarang ini. Sebab itu Paulus memperingatkan: "….kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar…." (Filipi 2:12). Kita harus mempertahankan iman kita menghadapi situasi apapun yang terjadi menimpa kita, sebab iblis mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita supaya kita mengingkari perjanjianNya. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification