21 Mei 2012

RHO: Menghargai Jasa

Menghargai Jasa

http://renungan-harian-online.blogspot.com/ 

Ayat bacaan: 2 Timotius 3:14
=====================
"Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu."

jasaAda banyak orang yang cepat meminta tolong namun kemudian melupakan orang yang sudah berjasa bagi mereka. Pelajaran sejarah bukanlah merupakan pelajaran yang populer di sekolah. Itu menunjukkan ketidakinginan para siswa untuk mengenal pahlawan-pahlawan yang sudah berkorban jiwa sehingga mereka bisa menikmati apa yang ada hari ini. Dalam dunia musik pun sama. Berapa banyak orang yang masih mengenal nama-nama seperti Ismail Marzuki, Mochtar Embut, Ibu Sud dan sebagainya? Padahal mereka inipun merupakan pahlawan di dunia musik yang seharusnya kita kenang, hormati dan hargai. Jika itu masih terlalu tinggi, bagaimana dengan orang tua kita sendiri? Kita masih suka melawan orang tua padahal kita lahir, dibesarkan, disekolahkan oleh mereka, dan tidak jarang mereka harus bekerja mati-matian demi membesarkan kita. Bayangkan betapa hancur perasaan orang tua apabila anaknya bersikap demikian. Di salah sebuah channel tv kabel yang saya tonton, ada seorang anak yang bahkan melempar ayahnya dengan benda-benda berat termasuk benda tajam seperti pisau hanya karena ditegur pulang larut malam. Bukankah ini keterlaluan? Realita seperti ini sudah menjadi hal yang terlihat biasa di tengah masyarakat. Orang tidak lagi menganggap penting untuk mengingat jasa para pahlawan baik bagi bangsa dan negara maupun bagi mereka secara pribadi. Hal seperti ini bukanlah merupakan ciri orang-orang percaya, karena Tuhan sudah mengingatkan kita untuk menghargai mereka yang berjasa.

Kita tidak bisa memungkiri bahwa akan selalu ada banyak orang yang berjasa dalam hidup kita. Apakah itu dalam hal membantu, menasihati, membimbing atau bahkan berkorban untuk kita, memberikan sesuatu bagi kita sehingga kita bisa menjadi siapa diri kita hari ini. Sama halnya dalam kehidupan rohani. Ada orang-orang yang mengingatkan kita bahkan meluangkan waktunya untuk membimbing kita dalam prosesnya sehingga kita bisa menjadi pengikut Kristus yang setia hari ini. Bagi saya pribadi pun demikian. Diawal pertobatan saya masih bingung dengan segala sesuatu. Untunglah ada teman-teman yang begitu berjasa menemani saya ke gereja dan membimbing saya dengan sabar, bahkan menemani saya ketika dibaptis dan membantu saya mengenal Kristus lebih jauh. Pertanyaannya, setelah kita mencapai sukses masih maukah kita ingat kepada mereka? Apakah kita masih menghargai jasa mereka dan mendoakan mereka atau kita malah melupakan bahkan tidak lagi peduli atas diri mereka?

Tuhan tidak pernah ingin anak-anaknya untuk menjadi orang-orang yang tidak tahu berterima kasih, bagai kacang lupa kulit. Tuhan tidak mau anak-anakNya melupakan jasa orang lain. Kita bisa melihat isi surat Paulus kepada Timotius yang menyinggung hal ini. Saat itu dalam tulisannya Paulus tengah menubuatkan datangnya sebuah masa yang sukar. "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (2 Timotius 3:2-4). Seperti apa masa  yang sukar itu? Apakah sukar secara finansial, sulit mencari kerja, bencana alam, bencana kelaparan atau kondisi keamanan yang tidak stabil? Ternyata bukanbukanitu yang disebut Paulus sebagai masa sukar, melainkan sifat manusia yang akan terus semakin jahat, semakin jauh dari kehendak Tuhan. Perhatikanlah rangkaian ayat di atas, bukankah itu yang sedang terjadi hari ini? Dan lihatlah bahwa "tidak tahu berterima kasih" termasuk didalamnya. Manusia cenderung untuk menjadi kacang yang lupa kulit, tidak mengingat apalagi menghargai jasa orang-orang yang telah memberi kontribusi hingga kita menjadi siapa diri kita saat ini. Maka Paulus pun mengingatkan Timotius agar tidak berlaku demikian. "Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu." (2 Timotius 3:14). Tetaplah setia berpegang pada kebenaran yang telah diterima, dan jangan lupa untuk mengingat orang yang telah berjasa kepadanya. Itu pesan Paulus kepada Timotius yang masih muda, dan pesan ini pun sangatlah baik untuk kita pegang baik-baik.

Dalam kesempatan lain penulis Ibrani juga menyampaikan pesan yang sama. "Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka." (Ibrani 13:7). Jangan lupakan orang-orang yang sudah mengorbankan jiwa mereka demi menyampaikan firman Tuhan. Hargai mereka, berterima kasihlah dan contohlah iman mereka yang taat sampai mati. Jangan sia-siakan semua itu. Ingatlah akan jasa mereka, berterima kasihlah dan bertekadlah untuk hidup dengan benar. Itulah yang seharusnya kita lakukan sebagai tanda bahwa kita tidak melupakan mereka.

Terhadap manusia saja kita tidak boleh melupakan jasa atau budi baik mereka, apalagi terhadap Tuhan. Bukankah Tuhan telah begitu baik kepada kita sejak dahulu hingga sekarang? Sudahkah kita bersyukur untuk itu atau kita masih terus menyakiti hatiNya dan melupakan segala kebaikanNya kepada kita? Daud sudah menggugah kita agar jangan pernah melupakan segala kebaikan Tuhan. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:2). Musa juga menyampaikan pesan yang sama. "Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan supaya, apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik serta mendiaminya, dan apabila lembu sapimu dan kambing dombamu bertambah banyak dan emas serta perakmu bertambah banyak, dan segala yang ada padamu bertambah banyak, jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu.." (Ulangan 8:11-14). Bacalah selengkapnya kitab Ulangan 8 yang mengingatkan kita sepenuhnya untuk tidak melupakan kebaikan Tuhan.

Kita tidak akan bisa menjadi orang yang berhasil hari ini tanpa bantuan atau jasa orang lain yang dahulu memberikan sumbangsihnya kepada kita. Orang tua, guru, teman yang peduli, pembimbing rohani dan sebagainya, mereka tentu punya kontribusi atas kesuksesan kita hari ini. Untuk itu kita harus berterimakasih dan tetap mengingat segala yang telah mereka berikan di waktu lalu hingga kita bisa menjadi diri kita hari ini. Selanjutnya jangan pernah lupakan pula kebaikan Tuhan. Jangan lupakan pengorbanan Kristus menanggung bantahan, siksaan hingga disalibkan untuk keselamatan kita. (Ibrani 12:3). Jadilah orang-orang yang selalu menghargai jasa orang lain maupun segala kebaikan Tuhan. Coba ingat-ingat lagi, siapa saja orang yang telah berjasa atas diri anda? Tunjukkanlah kepada mereka bahwa anda sangat bersyukur atas jasa mereka dengan ucapan atau penghargaan tulus secara pribadi. Dan di atas segalanya, tetaplah bersyukur kepada Tuhan yang telah mengasihi kita dengan setia secara luar biasa. Jadilah orang-orang yang tahu berterima kasih dan tidak melupakan segala kebaikan dari orang lain maupun Tuhan.

Jadilah orang yang tahu berterimakasih dan menghargai orang-orang yang berjasa dalam hidup kita

KehadiranNya Melenyapkan Kekuatiran

KehadiranNya Melenyapkan Kekuatiran
Written by Multimedia Graha Bethany   
Friday, 18 May 2012 13:24
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

Ayat Bacaan : Matius 6:25-34
".. Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari..."
Judul perikop dari bacaan di atas mengenai hal kekuatiran. Dan di dalam bacaan tersebut menasehatkan supaya kita tidak kuatir atas kehidupan kita, karena kuatir akan merugikan diri sendiri. Ketika seseorang mulai kuatir maka secara tidak sadar orang tersebut menghambat dirinya untuk mengalami peningkatan atau kemajuan, bahkan keadaannya semakin buruk. Selama saya (Pdt. Abraham Alex T.) melayani Tuhan, saya percaya bahwa kerajaan surga bisa turun ke bumi dan pemeliharaannya sungguh nyata dalam kehidupan saya. Seperti halnya Musa ketika memimpin bani Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian, mereka harus melintasi padang gurun.  Seperti yang kita ketahui bahwa di padang gurun tidak ada air, tumbuh-tumbuhan ataupun hujan.
Tetapi selama 40 tahun di padang gurun mereka tetap dipelihara Tuhan. Makanan disediakan Tuhan berupa mana, dan apabila mereka butuh daging, Tuhan sediakan berupa burung puyuh, demikian pula air juga disediakan Tuhan. Walaupun demikian mereka tidak pernah mengucap syukur kepada Tuhan, justru mereka selalu bersungut-sungut dan kuatir atas hidupnya. Mereka merasa lebih nyaman tinggal di Mesir, padahal di Mesir mereka menjadi budak yang kehilangan harkat dan martabatnya sebagai umat pilihan Tuhan. Ketika mereka berada di padang gurun, kekuatiran dan ketakutan membelenggu hidupnya, meskipun Allah sudah menyatakan mujizatNya sepanjang perjalanan mereka.

Saudara, mungkin kita pernah atau sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada ”di pandang gurun.” Ingatlah bahwa Tuhan tetap beserta dengan kita, dan janganlah kita kuatir atas kehidupan kita, sebab firman Tuhan menasehatkan kita : ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Kalau kita mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya dengan kata lain kita mencari Tuhan atau berdoa maka disitulah kita sedang mengundang sorga untuk turun ke bumi, seperti yang tertulis dalam Matius 6:10, ” datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”
Setiap orang percaya kepada Yesus Kristus, dibaptiskan pasti selamat, sebab di bawah kolong langit tidak ada nama yang memberikan keselamatan kecuali nama Yesus. Sejak kita percaya kepada Yesus Kristus kita boleh mengalami/menikmati kerajaan sorga. Apabila kita taat kepada Tuhan maka Tuhan memelihara kita, oleh sebab itu janganlah kita kuatir.
Apabila Tuhan menunjuk suatu tempat baik di sorga maupun dibumi sebagai tempat kediamanNya maka disitulah ada urapan Allah dan tempat tersebut menjadi makmur, sebab dimana Tuhan hadir maka disitu ada kesejahteraan. Lalu, ”dimana Tuhan hadir ?” di padang gurun, di Israel, di Yerusalem. Saat Daud mempunyai cita-cita membangun bait Allah tetapi dia tidak sampai menyelesaikannya, sehingga yang menyelesaikan adalah Salomo. Dengan demikian Salomo diberkati secara luar biasa, sampai tidak ada raja yang megah dan mulia seperti Salomo. Untuk itu perlu kita mengerti bahwa ketika Tuhan berkenan di tempat dimana Tuhan tinggal maka tempat itu menjadi makmur. Dan saat ini Allah di tengah-tengah kita sebab kita adalah bait Allah (I Korintus 6:19-20).
Kerajaan Allah seperti seorang perempuan mengambil tepung yang diberi ragi. Walaupun ragi itu sedikit tetapi sanggup mengkamirkan seluruh adonan. Demikianlah satu orang dipenuhi Roh Kudus maka semua orang dipenuhi Roh Kudus. Satu orang diselamatkan maka seisi rumah diselamatkan. Begitu pula dengan rumah tangga kita. Apabila seisi rumah kita membuka mezbah bagi Tuhan maka disanalah Tuhan hadir. Hal itu kita kerjakan di bumi tetapi keadaannya sama seperti di sorga. Apabila kita melibatkan Tuhan dan mengandalkan kekuatan Roh Kudus dalam kehidupan kita maka kita akan melakukan perkara yang besar. Dan apa yang menjadi doa Paulus seperti yang tertulis dalam Efesus 3:14-21 akan menjadi kenyataan dalam kehidupan kita.

Kesaksian : Pada tahun 1971 anak saya lahir tetapi saya tidak ada biaya akhirnya saya bawa ke bidan kampung. Dan saat itu saya tidak ada biaya untuk membawa ke dokter, padahal saat itu anak saya lahir dalam kondisi sungsang. Akhirnya setelah dia lahir sempat kekurangan oksigen sehingga mengalami gangguan pada otaknya atau dapat dikatakan anak itu lahir dalam kondisi cacat. Padahal saya ini seorang hamba Tuhan yang sering berkhotbah bahwa anak-anak Tuhan pasti hidupnya diberkati, sedangkan anak saya lahir dalam kondisi cacat. Tetapi dari sinilah Tuhan mengajar saya mengenai perkara-perkara yang luar biasa. Dan sampai usia lima tahun anak saya masih belum bisa bicara, tetapi saat itu timbul pertanyaan, “mengapa anak saya masih belum bisa bicara ?” dan saat itu Tuhan bertanya, “dimanakah alamatKu ?” saya jawab : “ada dalam kerajaan sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa.” Tetapi Tuhan menjawab, “alamatKu ada di dalam dirimu.” Seperti yang firman katakan, “bahwa tubuhmu adalah bait Allah.”
Lalu saya berkata, “Tuhan aku tidak bisa melayaniMu lagi sebab anak saya cacat, karena nanti saya tidak akan menjadi berkat bagi orang lain.” Tetapi Tuhan berkata, “cipta dia.” Lalu saya bertanya kepada Tuhan, “Bagaimana anak yang sudah umur lima tahun bisa dicipta.” Tetapi Tuhan berkata, bukankah aku ada dalam dirimu ?”. Dengan demikian dalam diri telah dibukakan dan mendapat pengertian bahwa di dalam diri kita ada kuasa untuk mencipta. Dan saat itu saya mulai mencipta anak saya dalam doa untuk menjadi normal, walaupun setelah saya berdoa anak saya masih belum sembuh atau pulih, tetapi saya tetap percaya, sehingga dalam tiga bulan anak saya sudah bisa berjalan tetapi saya belum mendoakan dia untuk bicara, dan akhirnya saya berdoa supaya dia bisa bicara.

Saudara, dari sinilah kita akan belajar bagaimana dampak kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Seperti halnya pada waktu bumi dalam keadaan campur baur dan Tuhan hadir maka segalanya menjadi sempurna, demikianlah dalam kehidupan kita apabila Dia hadir dalam kehidupan maka kehidupan kita akan menjadi sempurna. Amin.

6 Mei 2012

Mempertahankan Kemerdekaan

Mempertahankan Kemerdekaan
Written by Multimedia Graha Bethany   
Tuesday, 01 May 2012 14:37
Pdt. Alex Tanuseputra
Sumber: http://iix.bethanygraha.org/
Apabila kita membaca surat Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Galatia, maka kita akan mendapatkan nasehat atau peringatan yang tegas; yang berbunyi : “. . . Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (Galatia 5:1). Oleh sebab itu, kita sebagai orang Kristen biarlah sekali merdeka tetap merdeka (dalam pengertian merdeka secara fisik maupun merdeka secara roh), supaya kedamaian itu tetap ada dalam kehidupan kita untuk selama-lamanya.
Setiap makhluk tentunya membutuhkan kebebasan/kemerdekaan untuk menjalankan kelangsungan hidup dalam dunia ini,  seperti halnya yang dialami bangsa Indonesia dimana  bertahun-tahun berada dalam penjajahan dan tahun 1945 dinyatakan telah merdeka walaupun perlu pembenahan lebih lanjut, dan sejak tahun 1945 sampai sekarang, bangsa Indonesia mengalami banyak tantangan dan perubahan-perubahan. Dengan adanya berbagai tantangan dan perubahan, maka bangsa ini akan dibawa pada suatu kedewasaan, karena semakin lama suatu bangsa itu merdeka maka bangsa itu seharusnya mengalami kedamaian. Tetapi sebaliknya apabila suatu bangsa yang telah merdeka, namun tidak pernah berubah untuk menjadi dewasa, maka negara itu akan tertatih-tatih dalam menjalankan roda kehidupan. Demikian halnya dengan kita, bahwa sejak kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat, maka sejak itulah kita  telah dimerdekakan dari dosa, karena kita telah berlindung di bawah naungan darah Kristus.

Tetapi apabila kita tidak pernah mengalami perubahan untuk menuju pada kedewasaan rohani, maka Kekritenan kita akan tertatih-tatih sehingga kehidupan kita tidak pernah mengalami ketentraman dan kedamaian.
Apabila kita membaca surat Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Galatia, maka kita akan mendapatkan nasehat atau peringatan yang tegas; yang berbunyi : “. . . Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (Galatia 5:1). Oleh sebab itu, kita sebagai orang Kristen biarlah sekali merdeka tetap merdeka (dalam pengertian merdeka secara fisik maupun merdeka secara roh), supaya kedamaian itu tetap ada dalam kehidupan kita untuk selama-lamanya.

Memang untuk mempertahankan kemerdekaan itu tidak mudah, karena kerapkali mengalami berbagai macam gangguan, terutama adanya pemberontakan-pemberontakan yang didasari oleh keinginan untuk mengutamakan diri sendiri. Hal ini terjadi seperti kisah daripada anak yang terhilang, dimana ketika ia ingin menuruti keinginan dagingnya, maka ia harus jauh dari dari bapanya, termasuk jauh dari segala apa yang dipunyai oleh bapanya. Sehingga pada akhirnya anak ini mengalami kesengsaraan yang luar biasa; bahkan hendak makan ampas untuk makanan babi saja ia tidak dapat. Tetapi setelah ia bertobat maka hidupnya dipulihkan kembali. Dari kisah ini ada suatu nasehat, yaitu supaya kita yang sudah dimerdekakan dan menjadi anak-anak Allah, janganlah sekali-kali kita berontak untuk tidak mentaati apa yang sudah menjadi ketetapan daripada firman Tuhan.

Suatu ketika Yesus bertemu dengan orang lumpuh yang sedang berbaring dekat kolam Betesda, orang tersebut mengalami kelumpuhan selama 38 tahun. Sementara itu, ia sedang menantikan goncangan kolam ketika malaikat Tuhan datang untuk menggoncangkan kolam tersebut, sebab pada saat kolam itu goncang dan orang-orang yang sakit masuk ke dalam kolam itu maka segala penyakit mereka akan sembuh. Sedangkan saat itu, tidak ada seorangpun yang membantu orang itu untuk membawa pada kolam itu ketika sedang tergoncang. Pada akhirnya Yesus sendiri yang menyembuhkan orang lumpuh tersebut, tanpa harus masuk ke dalam kolam Betesda yang sedang tergoncang. Dan suatu saat orang yang sudah disembuhkan dari lumpuhnya itu bertemu dengan Yesus di Bait Allah; lalu Yesus berkata kepadanya : ”Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” (Yohanes 5:14) Peringatan ini tidak hanya ditujukan kepada orang lumpuh yang sudah disembuhkan, tetapi peringatan ini juga ditujukan kepada kita.
Karena berapa banyak orang Kristen yang jatuh bangun dalam dosa, mereka tidak mau mempertahankan kemerdekaan yang sudah diberikan melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Dan berapa banyak orang Kristen yang giat untuk hadir dalam acara ibadah pemulihan tetapi mereka tidak mengalami pemulihan; mereka hanya ingin mendapatkan mujizat untuk dirinya, tetapi mereka tidak ada kerinduan untuk bertemu dengan Dia yang membuat mujizat itu. Yesus bertemu dengan orang yang lumpuh selama 38 tahun. Ini merupakan gambaran gereja yang mengalami kelumpuhan. Dan sejak rasul-rasul bergerak ke Asia kecil yaitu Tesalonika, Korintus, Galatia, Itali dan akhirnya sampai ke Roma, maka terjadilah pemulihan yang luar biasa, khususnya di Roma. Roma telah mengalami pemulihan yang luar biasa, bahkan seluruh penduduknya menjadi orang yang percaya kepada Yesus. Mereka mendapatkan berkat secara luar biasa. Tetapi setelah politik masuk dalam gereja, maka gereja mengalami kelumpuhan. Gereja mengalami abad kegelapan selama 1900 tahun. Namun suatu saat muncul Marthin Luter yang merupakan gerakan protestan. Saat itu firman Tuhan tidak boleh dibaca oleh hamba-hamba Tuhan, sehingga gereja mengalami kelumpuhan. Kalau gereja jatuh dalam dosa lagi maka gereja itu pasti mengalami kelumpuhan. Demikian dengan kita yang sudah dimerdekakan; janganlah kita sampai jatuh oleh perkara-perkara jasmani, sebab apabila kita jatuh di dalam perkara-perkara jasmani maka keadaan kita akan semakin buruk dibanding dengan sebelumnya.

Selain kisah orang lumpuh yang disembuhkan; ada kisah lain yang juga merupakan peringatan bagi kita supaya tidak lagi jatuh kedalam dosa. Kisah tersebut menceritakan mengenai perempuan yang berzinah, dimana perempuan itu kedapatan sedang berzinah dan ia harus dirajam dengan batu sampai mati, tetapi oleh karena Yesus ada ditengah-tengah mereka maka Ia menyatakan kasihNya. Pada waktu itu Yesus berkata kepada orang banyak, katanya : orang yang tidak pernah berbuat dosalah yang pertama kali melempari wanita ini. Maksud Tuhan berkata demikian adalah Ia ingin menunjukkan kasihNya yaitu mengampuni orang yang berdosa itu. Setelah Yesus berkata demikian, maka satu persatu diantara mereka pergi meninggalkan perempuan itu dan hanya Yesus yang berada disitu bersama perempuan yang hendak dirajam oleh batu itu. Lalu Yesus berkata kepada perempuan itu, katanya : ”. . . . Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:11b).

Kisah selanjutnya adalah orang buta yang disembuhkan oleh Yesus. Ketika orang buta itu disembuhkan, maka Yesus menasehatkan orang itu, katanya : “jangan masuk ke kampung!” (Markus 8:26). Orang itu diminta untuk tidak kembali ke kampung tersebut, supaya orang itu tidak jatuh dalam dosa kembali, karena kampung tersebut dipenuhi dengan orang-orang yang hidup dalam dosa.
Saudara, melalui beberapa kisah yang sudah kita pelajari, yaitu mengenai orang lumpuh disembuhkan, orang yang berzinah diampuni dosanya dan orang buta dicelikkan matanya, biarlah menjadi peringatan bagi kita supaya kita tetap mempertahankan kemerdekaan yang sudah Tuhan berikan. Karena apabila kita jatuh kembali di dalam dosa, maka keadaan kita akan semakin buruk; seperti yang tertulis dalam Injil Matius 12:43-45, yang berbunyi : “  . . . . . . lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Amin.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification