30 Juni 2013

Mengalir Bersama Roh Kudus

Mengalir Bersama Roh Kudus
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 27 June 2013 15:10
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
“Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci : Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup. Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” (Yohanes 7:38-39)
Saudara, pada ayat bacaan diatas terdapat kata-kata : barangsiapa percaya kepada Yesus, maka di dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup yaitu Roh Kudus, sedangkan Roh Kudus saat itu belum datang karena Yesus belum dimuliakan. Lalu, kapan Yesus dimuliakan ? Yesus dimuliakan setelah melalui proses penyaliban, kemudian dikuburkan dan pada hari yang ketiga Ia dibangkitkan.
Setelah kebangkitanNya, Ia menampakkan diri kepada murid-muridNya selama 40 hari, lalu Ia naik ke sorga untuk dimuliakan. Dan 10 hari setelah Ia naik ke sorga, maka digenapilah apa yang dijanjikanNya yaitu diturunkanNya Roh Kudus sebagai penolong. Sehingga sejak itulah, bagi setiap orang yang mengaku Yesus sebagai juru selamat, bertobat dan dibaptiskan, maka Roh Kudus ada di dalam orang tersebut.
Dan apabila kita ingin supaya aliran-aliran air hidup (Roh Kudus) bermanifestasi dalam kehidupan kita, maka kita harus mengalir bersama Roh Kudus, dalam pengertian bahwa hidup kita harus dipimpin oleh Roh Kudus sebab kita adalah anak Allah (Roma 8:14).

Saudara, untuk dapat tetap mengalir bersama Roh Kudus itu memang tidak mudah, karena pada umumnya manusia cenderung menggunakan kehendak bebasnya untuk menuruti keinginan dagingnya. Namun saat ini kita akan belajar melalui salah satu tokoh Alkitab, yaitu : Abaraham. Ketika Abraham dipanggil Tuhan untuk keluar dari lingkungan kaum keluarganya, dia tidak tahu harus pergi kemana. Tetapi dia bergantung sepenuhnya pada tuntunan Tuhan. Dimana setiap tiba di sebuah kota dia berhenti dan mendirikan mezbah persembahan bagi Tuhan sehingga Tuhan berkenan atas Dia, dan Abraham juga merasakan bagaimana Tuhan hadir dalam hidupnya (artinya Abraham mengikuti aliran Tuhan). Dan akhir dari kehidupan Abraham tidak berhenti hanya sebagai petualang, tetapi menjadi bangsa yang besar bahkan dia disebut sebagai Bapa orang beriman.

Dalam hal mengalir sepenuhnya bersama Roh Kudus itu tidak bisa sekaligus, tetapi melalui beberapa tahap, seperti yang tertulis dalam Yehezkhiel 47:3-5. Dimana pada ayat ini menjelaskan bagaimana aliran sungai tersebut mengalir; pada awalnya memang hanya sampai pada pergelangan kaki, tetapi pada waktu tertentu aliran tersebut semakin naik sampai ke lutut, kemudian naik lagi sampai ke pinggang dan pada akhirnya aliran itu lebih tinggi dari kita, sehingga sanggup menghanyutkan dan membawa orang kemana saja aliran itu mengalir. Demikianlah kehidupan kita yang ingin dipimpin oleh Roh Kudus sepenuhnya, yaitu pada mulanya kita masih bisa melawan aliran itu. Tetapi sejalan dengan pertumbuhan kerohanian kita, maka suatu saat kita tidak dapat menahan atau melawan aliran tersebut, sehingga kita mengikuti apa yang Tuhan kehendaki atas hidup kita. Kemudian, bagaimana dengan Anda ? apakah aliran itu masih pada pergelangan kaki atau sudah mencapai lutut, pinggang, atau kita sudah mulai hanyut di dalamnya ?.

Lalu, apakah dampaknya ketika kita sudah mulai hanyut dalam aliran Roh Kudus ? kita akan melihat suatu perubahan yang luar biasa, karena dalam Yehezkhiel 47:7-12 dijelaskan bahwa aliran itu sanggup mengubah laut asin menjadi tawar, dan kemanapun sungai itu mengalir, maka segala mahkluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak dan sekitar aliran sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habisnya; bahkan tiap bulannya ada lagi buahnya yang baru. Selain buahnya menjadi makanan, daunnyapun dapat menjadi obat. Hal ini berkaitan dengan kehidupan kita yaitu apabila kuasa Roh Kudus itu bekerja dalam kehidupan kita, maka segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Asalkan kita tetap mengikuti kemana Roh Kudus memimpin kita, dan jangan sekali-kali mendukakan, melawan dan terlebih menghujat. Sebab apabila sampai kita menghujat Roh Kudus maka sia-sialah kita hidup, karena tidak ada pengampunan dalam kehidupan kita (Markus 3:29).

Saudara, bukankah keadaan seperti diatas (kehidupan penuh dengan keberhasilan) sangat dirindukan oleh semua orang, khususnya anak-anak Tuhan ?. Dan apabila kita ingin memperoleh  seperti apa yang tertulis dalam Yehezkhiel 47:7-12 maka kita harus semakin mengandalkan pimpinan Roh Kudus sampai kita mencapai kedewasaan penuh. Sebab ketika kita sudah mencapai kedewasaan rohani maka yang muncul dalam hidup kita adalah manusia rohani dan bukan manusia jasmani.
Selain itu kita juga tahu bahwa hidup kita bukan diri kita sendiri lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam diri kita (Galatia 2:20). Dan perlu kita perhatikan pula bahwa perubahan yang luar biasa serta berkat yang melimpah ini tidak hanya ditujukan untuk diri kita saja, tetapi bagi orang lain juga. Karena Tuhan memanggil kita untuk menjalankan misi yang telah dibeban atas kita, seperti yang ditulis dalam Injil Lukas 4:18 “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Dalam arti kata lain bahwa hidup kita harus menjadi berkat bagi orang lain, supaya setiap orang menjadi percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan raja.

Saudara, jikalau saat ini kerohanian kita masih berada pada taraf  “pergelangan kaki”, janganlah kita berhenti. Tetapi biarlah kita semakin sungguh-sungguh dalam mengikut Tuhan dan senantiasa memiliki kerinduan untuk dipimpin oleh Roh Kudus, karena dengan demikian maka kita akan melihat masa depan yang penuh dengan pengharapan. Dan apabila saat-saat ini kita sedang diperhadapkan dengan keadaan dunia yang semakin buruk, maka janganlah kita takut sebab Roh Kudus merupakan jaminan hidup kita. Dia tidak akan membiarkan kita terlantar atau masuk dalam “jerat penangkap burung”, tetapi Dia akan melindungi kita sampai kesudahan alam semesta. Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

26 Juni 2013

Bertemu Dengan Tuhan

Bertemu Dengan Tuhan
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 20 June 2013 15:06
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra.
" . . . . Bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel !" Amos 4:6-12
Segala kebajikan telah diberikan Tuhan kepada bangsa Israel, tetapi mereka justru lari dari hadapan Tuhan, sehingga Tuhan memberi tanda peringatan bagi mereka dengan melepaskan berbagai macam persoalan; baik itu kelaparan, maupun sakit penyakit. Jadi keadaan bangsa Israel pada waktu itu benar-benar sangat  mengerikan, seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk bertahan hidup, apalagi untuk melihat masa depan seperti yang telah dijanjikan oleh Tuhan.
Mungkin dalam diri kita timbul pertanyaan : apakah Tuhan sudah enggan atau bosan terhadap bangsa Israel ? Semua hal itu dilakukan oleh Tuhan karena Ia sangat rindu bertemu dengan bangsa Israel dan mencurahkan segala kasihNya, seperti yang tertulis pada ayat ke 12, yang berbunyi demikian : Sebab itu demikianlah akan Kulakukan kepadamu, hai Israel. -- Oleh karena Aku akan melakukan yang demikian kepadamu, maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel! Saudara, bukankah persoalan demi persoalan sering kita hadapi seperti halnya bangsa Israel, walaupun tidak separah seperti yang dialami oleh bangsa Israel pada waktu itu.
Tetapi itu semua bukti bahwa Tuhan masih sayang kepada kita, namun bukan berarti bahwa setiap orang yang menghadapi masalah itu karena berbuat dosa, sebab suatu saat Tuhan ingin menguji iman kita. Dan apabila saat ini kita sedang menghadapi masalah, maka percayalah bahwa Tuhan rindu bertemu dengan kita. Karena dengan demikian kita rindu untuk mencari Tuhan. Tetapi sebaliknya, ada orang yang tidak punya masalah karena segala sesuatu sudah tercukupi, sehingga orang tersebut meninggalkan Tuhan. Maka posisi orang tersebut sebenarnya terhilang dan sedang dicari Tuhan. Sebagai contoh adalah kisah anak yang terhilang.
Dan anak yang terhilang ini telah mendapat hak waris yang luar biasa karena orang tuanya kaya. Segala sesuatu telah tercukupi, sehingga ia tidak ada masalah. Tetapi ia justru jauh dari bapaknya, sampai suatu saat ia menghadapi masalah dan kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan ia sampai makan makanan babi. Akhirnya ia mencari bapaknya, dan setelah bertemu dengan bapaknya, maka masalahnya selesai, bahkan mendapat sesuatu yang baru dari bapaknya disertai dengan pesta. Lalu, apakah kita ingin mengalami seperti yang dialami oleh anak yang terhilang ini ? tentunya tidak. Untuk itu carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat (Yesaya 55:6). Jadi, yang pasti bahwa Tuhan selalu ingin bertemu dengan umatNya, baik dalam keadaan suka ataupun duka. Masalah memang kadang-kadang membuat kita lelah, tetapi apabila kita bertemu dengan Tuhan maka selesailah persoalan kita. Oleh sebab itu, biarlah kita senantiasa belajar setiap saat untuk bertemu dengan Tuhan. Kita ingat, ketika bangsa Israel berada di Mesir.
Mereka bekerja keras sepanjang hari untuk mendapatkan nafkah, sebab apabila mereka tidak bekerja keras maka mereka tidak akan mendapatkan makan. Keadaan bangsa Israel pada waktu itu benar-benar dimanfaatkan oleh Firaun untuk membangun baik piramida maupun gedung-gedung yang lain. Maka Tuhan menyatakan kerinduanNya terhadap bangsa Israel dengan jalan mengutus Musa untuk membawa bangsa Israel keluar menuju kota Kanaan dengan melalui padang gurun. Dan dipadang gurunlah bangsa Israel dapat bertemu dengan Tuhan, sehingga masalah mereka dapat diselesaikan. Karena Tuhan tidak ingin bangsa Israel hidupnya bergantung dengan segala usahanya. Tetapi apabila mereka harus di padang gurun, mereka senantiasa mendapatkan kelegaan karena setiap hari mereka bertemu dengan Tuhan.
Walaupun di padang gurun tidak ada apa-apa; baik itu makanan atau minuman, tetapi apabila mereka membutuhkan sesuatu, mereka dicukupi oleh Tuhan karena Tuhan sanggup memelihara mereka. Jadi pertemuan dengan Tuhan itu tidak harus dibatasi oleh keadaan yang sedang kita alami, baik suka maupun duka kita harus bertemu dengan Tuhan (Keluaran 40:34-38). Saudara, jika kita membaca kitab Ayub maka kita akan melihat bahwa Ayub mendapatkan segudang masalah, dimana anak-anaknya terkena musibah, segala harta bendanya habis bahkan ia mengalami sakit penyakit.
Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa Ayub mendapatkan masalah yang berat, apakah ia telah berbuat dosa ? Tidak, Tuhan sedang menguji Ayub, dan Tuhan ingin supaya Ayub bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang, seperti yang tertulis dalam Ayub 42:5 : Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.  Dari ayat ini biarlah boleh menjadi pelajaran dalam kehidupan kita yaitu supaya kita bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang saja.
Dan setelah Ayub bertemu dengan Tuhan secara pribadi, maka ia mencabut segala perkataan yang salah yang telah ditujukan kepada Tuhan dan ia bertobat, dan akhirnya segala apa yang dia punya dan terhilang telah dikembalikan oleh Tuhan dua kali lipat. Sedangkan kalau kita bandingkan dengan kehidupan Daud maka kita akan menemukan sedikit berbeda dengan kehidupan Ayub. Dimana sejak kecil Daud pandai dalam menyelesaikan suatu masalah, karena ia senantiasa bertemu dengan Tuhan setiap saat dengan cara setiap hari main kecapi maupun seruling untuk memuji Tuhan. Dan ketika Tuhan hadir, Ia membawa segala kemuliaan dan kekuatanNya. Sehingga ketika ia menghadapi masalah, baik menghadapi singa maupun srigala atau beruang, Daud sanggup mengalahkannya, karena ada urapan dalam dirinya, bahkan masalah seberat apapun ia sanggup mengalahkannya, seperti saat ia berhadapan dengan goliat.
Mungkin kita bertanya : sejauh mana kerinduan hati Daud untuk bertemu dengan Tuhan ? kita akan membaca Mazmur 63:2-3, yang berkata : Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Walaupun demikian, suatu saat Daud mulai tidak mengandalkan Tuhan lagi karena ia sudah merasa kuat, dan ia mulai mengandalkan kekuatannya sendiri. Hal ini tampak ketika ia sedang menghitung pasukannya yang besar.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya ? suatu saat Daud mengalami kekalahan yang sangat besar dalam suatu pertempuran, tetapi pada akhirnya ia bertobat. Dan saat ia tidak memiliki masalah, ia mulai pergi ke padang gurun, bukan untuk mencari masalah, tetapi ia ingin mengingat bagaimana nenek moyangnya bertemu dengan Tuhan dan ditolong Tuhan ketika di padang gurun selama 40 tahun. Dan akhirnya Daud senantiasa rindu bertemu dengan Tuhan setelah mempelajari dari berbagai macam pergumulan yang telah dihadapi, sehingga nama Daud itu disebut orang yang disayangi Tuhan. Lalu, bagaimana dengan kita; apakah kita juga termasuk orang yang senantiasa ingin bertemu dengan Tuhan ? kalau kita senantiasa bertemu dengan Tuhan maka kita berada dalam posisi yang berkemenangan bahkan lebih dari pemenang. Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

16 Juni 2013

Bermegah Dalam Tuhan

Bermegah Dalam Tuhan
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 13 June 2013 16:45
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

II Korintus 10:17-18 ”Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.”

Pada dasarnya dalam hidup ini tidak ada yang dapat kita banggakan, kecuali Tuhan. Untuk itu marilah belajar untuk memahami atau bersikap ketika kita bertemu dengan Tuhan. Tatkala kita bertemu dengan Tuhan, maka kita harus memegahkan Dia, karena Tuhan mengajarkan kepada kita seperti bangsa Israel yang telah dibawa oleh Musa untuk keluar dari tanah Mesir menuju kota Kanaan melalui padang gurun untuk belajar senantiasa memegahkan nama Tuhan. Dalam jumlah yang besar (+ 3 juta orang), mereka telah memegahkan Tuhan, sebab tidak ada lain yang sanggup menolong mereka, baik dalam hal nafkah yang mereka butuhkan maupun jaminan perlindungan.
Oleh karena itu biarlah kita senantiasa memegahkan Tuhan saat bertemu denganNya, karena Tuhan akan memegahkan kita (dalam pengertian bahwa kita akan dipuji Tuhan). Pertemuan kita dengan Tuhan bukan sekedar pertemuan yang biasa dilakukan antara suami dan istri, atau bertemu dengan pejabat, maupun dengan presiden atau raja.
Apabila kita bertemu dengan pejabat saja, kita bersikap yang berbeda, apalagi bertemu dengan Tuhan yang lebih dari pejabat maupun presiden atau raja. Sebab Dia adalah raja diatas segala raja, dan Tuhan di atas segala Tuhan. Untuk itu hormat kita harus melebihi dari segalanya. Mengenai hal ini kita akan belajar bagaimana raja Daud bersikap, saat bertemu dengan Tuhan. Dalam Mazmur 2:11-12 dikatakan : ”Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya !”

Saudara, hidup dalam dunia ini tidak ada yang dapat kita banggakan atau kita megahkan; baik itu kekayaan, harta, kedudukan atau jabatan maupun hal yang lainnya, kecuali Tuhan. Sebab Tuhan memiliki segala sesuatu dan sumber dari segala sesuatu. Firman Tuhan menasehatkan : “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya mejauh dari pada Tuhan !. Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.” (Yeremia 17:5-6). Tetapi berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan, sebab dalam ayat berikutnya berkata : “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN !. Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Yeremia 17:7-8).

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan dalam hal memegahkan atau dimegahkan Tuhan :

1. Dengan Iman

Kita ambil salah satu contoh kisah mengenai perwira di Kapernaum yang hambanya sedang jatuh sakit. Tatkala dia bertemu dengan Yesus, dia memohon supaya Yesus mau menyembuhkan hambanya. Lalu Yesus berkata : ”Aku akan datang menyembuhkannya.”  Dan saat perwira itu mendengar jawaban daripada Yesus, maka ia mengekspresikan ketaatannya dengan berkata : “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” (Matius 8:9).

Saudara, bagaimanakah tanggapan Yesus setelah mendengar pernyataan daripada perwira itu ?. Dalam firman Tuhan dikatakan : ” . . . . heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel.”  (Matius 8:10). Dalam ayat ini telah tersirat adanya suatu pujian dari Yesus yang ditujukan kepada perwira kapernaum mengenai imannya. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah : “seberapa besar iman daripada perwira ini, sehingga Yesus sampai memujinya ?”. Besar atau kecilnya iman seseorang dapat kita lihat melalui seberapa besar ketaatannya terhadap kehendak Tuhan. Sebab iman tanpa perbuatan (yang didalamnya bermuatan ketaatan) maka iman itu adalah mati. Namun, apabila kita bandingkan dengan pengalaman daripada Yunus sangat berbeda. Karena ketaatan Yunus itu timbul setelah mengalami berbagai musibah.
Pada awalnya Yunus menolak perintah Tuhan dengan berbagai alasan yang dikemukakan. Tetapi setelah ia belajar untuk taat maka terjadi sesuatu yang luar biasa, dimana satu kota yang hendak ditunggangbalikkan oleh Tuhan akhirnya diselamatkan oleh Tuhan. Hal ini terbukti bahwa bukan karena besarnya iman yang dimiliki Yunus, tetapi oleh ketaatannya. Untuk itu, apabila kita semakin menurut firman Tuhan, maka semakin besar pula ajaib dan mujizat Tuhan yang akan kita alami. Seperti perwira ini, dia memegahkan Tuhan dengan imannya. Memang, menurut kehendak Tuhan itu tidak mudah, karena kadang-kadang kehendak Tuhan kerapkali bertentangan dengan keinginan daging kita.

2. Dengan Harap

Mengenai harap disini, kita akan belajar dari kisah seorang janda miskin yang memberikan persembahan di rumah Tuhan. Saat itu Yesus sedang duduk dan menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Dan melalui peristiwa itu, maka Yesus memanggil murid-muridNya dan berkata kepada mereka : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Karena orang-orang memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”  (Markus 12:41).

Saudara, apakah artinya (nilai) uang dua peser ?. Seandainya dibelikan makanan, paling tidak hanya dapat satu piring atau satu bungkus makanan, tetapi bukan dua peser atau jumlah yang dapat menarik perhatian daripada Tuhan Yesus, melainkan hati daripada janda miskin inilah yang sanggup menarik hati Tuhan Yesus. Karena dalam hatinya ada suatu pengharapan yang besar, selain iman daripada janda miskin ini.  

3. Dengan Kasih

Wujud daripada kasih ini dapat kita pelari melalui kisah seorang perempuan menuangkan minyak narwastu untuk diatas kepala Yesus. Ketika perempuan ini menuangkan minyak yang mahal ini, maka murid-murid Yesus mulai gusar dan berkata : “untuk apa pemborosan ini ?”. Memang minyak ini sangat mahal, karena nilainya sama dengan upah selama satu tahun bekerja, tetapi dituangkan begitu saja. Hal ini tampaknya sebagai suatu kebodohan, padahal tidak. Karena tindakan ini merupakan bukti kasih yang besar kepada Tuhan, sebagai rasa ucapan syukur atas kasih Tuhan yang tak terbatas nilainya. Sehingga melalui tindakan daripada perempuan ini, maka Yesus memuji atau memegahkan perempuan ini, dengan berkata : sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia (Matius 26:13).

Saudara, melalui beberapa penjelasan di atas biarlah boleh menjadi pelajaran kita; terlebih itu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. maka kita bukan menjadi orang yang memuji diri kita sendiri, melainkan kita yang dipuji Tuhan. Amin. 

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

4 Juni 2013

Perlindungan Atas Keluarga

Perlindungan Atas Keluarga
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 30 May 2013 14:20
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Markus 10:6-9 “Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Sebelum kita membahas ayat bacaan di atas lebih lanjut, maka terlebih dahulu kita melihat kembali mengenai permulaan Allah menciptakan manusia. Pada mulanya Allah menciptakan Adam, lalu Allah memberikan teman hidup kepada Adam sebagai penolong yaitu Hawa, seperti yang tertulis dalam Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman : “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Setelah Allah memberikan seorang penolong kepada Adam, maka terciptalah suasana yang harmonis diantara mereka berdua. Tetapi sayang, oleh karena mereka telah melanggar perintah Allah, maka mereka jatuh dalam dosa. Dan sejak saat itulah mulai terjadi perdebatan diantara mereka, dimana Adam tampak lebih dominan dibanding dengan Hawa.

Keadaan seperti ini bukankah sering kita dapati dalam kehidupan sehari-hari ? dimana banyak terdapat keluarga yang pada awalnya tampak harmonis, tetapi diakhiri dengan pertikaian sampai pada perceraian ? Hal demikian sangat tidak dikehendaki oleh Allah, sebab ketika terjadi pertikaian dalam keluarga kita, maka perlindungan dari Allah itu mulai lepas dan iblis akan masuk dalam kehidupan (rumah tangga) kita. Ada 3 hal penting yang harus kita pahami, supaya perlindungan Allah tetap berlaku dalam kehidupan (rumah tangga) kita :

1. Memiliki Hak Yang Sama

Dalam sejarah dunia yang dimulai dari Adam dan Hawa telah terjadi suatu berdebatan, dimana mereka saling menyalahkan dan merendahkan, terutama pada diri Adam. Seolah-olah Adam lebih dominan dan derajatnya lebih tinggi dibanding dengan Hawa. Memang, seorang laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.” (I Korintus 11:8-10). Tetapi bukan berarti laki-laki bersifat dominan atau lebih tinggi derajatnya dibanding dengan wanita, sebab dalam ayat berikutnya dikatakan : “Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.” Jadi kedua-duanya memiliki hak yang sama dan tidak ada yang lebih dominan diantara mereka. Jikalau diantara mereka saling dominan maka saat itu iblis mulai bekerja untuk memecah belah rumah tangga.

Berapa banyak suami-suami yang bersikap dominan terhadap isterinya, karena merasa bahwa dialah yang memberikan nafkah dalam rumah tangga, sehingga hidupnya mulai sembarangan ? Berapa banyak suami-suami yang tidak mau mendengar nasehat dari isteri, karena dia merasa sebagai kepala rumah tangga ? Saudara, firman Tuhan mengingatkan dengan tegas : “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.” (I Korintus 7:3-4).
Dan didalam I Petrus 3:7 juga dikatakan : “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang”. Begitu pula sebaliknya, sebagai istri harus menghormati suaminya, walaupun posisi istri dalam karirnya lebih tinggi dibanding dengan suami. Karena berapa banyak istri-istri yang menganggap rendah suaminya karena tidak memiliki prestasi yang lebih dari dirinya. Tetapi firman Tuhan menasehatkan : “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, . . . . . ..” (Efesus 5:22-24)

2. Meninggalkan Ibu dan Bapak Untuk Berdampingan Dengan Isteri/Suami

Ada sebuah sejarah yang tampaknya sulit untuk dirubah, karena sejarah ini berlaku secara turun-temurun yaitu mengenai hubungan antara mertua dan manantu selalu ada masalah; baik itu menantu perempuan maupun menantu laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya latar belakang dan pola pikir yang berbeda. Oleh sebab itu firman Tuhan menasehatkan : “sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.” (Markus 7:8). Oleh sebab itu, apabila suami-istri meninggalkan bapak dan ibunya, maka tidak ada kesempatan bagi iblis untuk intervensi dalam kehidupan rumah tangga yang sedang dibangun, sehingga dari situlah berkat Tuhan senantiasa tercurah.

Seandainya kita harus tinggal di rumah yang sederhana, atau rumah kontrakan maupun kost satu ruangan, janganlah kecil hati karena Allah tetap memelihara kita dan Dia akan memberkati kita secara luar biasa, selama kita hidup rukun dan tidak ada pertentangan dengan orang tua. Karena berapa banyak orang tua yang mengutuki anak menantunya atau sebaliknya, sehingga ada kesempatan iblis masuk kehidupan dan pada akhirnya hidup mereka menjadi tidak terlindungi lagi. Dan melalui ayat diatas biarlah boleh menjadi peringatan bagi kita semua untuk berani melangkah dengan iman, bahwa Allah sanggup memelihara kita.

3. Menjadi Satu Kesatuan

Pengkhotbah 4:9-12 “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.”

Suami-istri itu harus tetap menjadi satu, karena ketika mereka menjadi satu maka Tuhan akan hadir ditengah-tengah mereka untuk memberikan perlindungan (Matius 18:19-20). Memang, untuk mempersatukan dua orang yang memiliki latar belakang yang berbeda itu sangat sulit. Tetapi, apabila diantara mereka dapat menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, serta saling memperhatikan bahwa hak mereka adalah sama, terlebih itu mereka harus saling mempercayai serta berharap yang didalamnya terdapat muatan kasih, maka akan terciptalah keluarga yang harmonis. Dalam ayat diataspun terdapat kata-kata “tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” Maksudnya adalah hubungan suami-isteri sama dengan hubungan jemaat dengan Kristus, dimana kita beribadah harus ada muatan iman, pengharapan dan kasih. Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification