21 Agustus 2011

Renungan Harian Online: Petasan dalam sebuah Kemerdekaan

Petasan dalam sebuah Kemerdekaan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: 1 Korintus 10:23
======================
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."


petasan, kemerdekaan, kebebasanMengapa perayaan hari besar harus dirayakan dengan mercon atau petasan? Adakah kepercayaan yang mengajarkan bahwa petasan itu baik? Saya yakin tidak. Saya tidak tahu tradisi itu berawal dari mana, tetapi sepertinya sudah menjadi sebuah kebiasaan apalagi bagi anak-anak kecil bahwa merayakan hari besar itu tidak afdol jika tanpa petasan. Padahal korban sudah banyak berjatuhan. Tidak hanya cacat seumur hidup yang bisa menjadi akibatnya tetapi juga nyawa. Kembang api itu masih lumayan, tetapi petasan, apalagi yang dengan sengaja dilemparkan kepada orang yang sedang lewat atau sengaja ditempatkan di dekat rumah orang, itu tentu saja bukan hal yang baik untuk dilakukan. Kenyataannya kita harus berhadapan dengan hal seperti itu menjelang sebuah perayaan. Meski polisi sudah menyita dan melarang petasan, tetapi faktanya jumlah yang beredar masih saja banyak. Dan lucunya, para orang tua seakan tidak berdaya melarang anaknya, ironisnya membiarkan atau malah ikut-ikutan. Mungkin mereka berpikir, bukankah kita sudah merdeka sehingga kita bebas melakukan apapun? Itu menggambarkan bahwa masih banyak orang yang salah dalam menafsirkan arti sebuah kemerdekaan. Bagi mereka kemerdekaan berarti boleh berbuat seenaknya tanpa batas. Orang dunia boleh saja berpikiran seperti itu, namun bagi orang-orang percaya ada banyak firman Tuhan yang mengingatkan kita akan arti sebuah kemerdekaan dan yang paling penting, bagaimana cara kita menyikapi dan mengisinya.

Yesus telah memerdekakan kita dan telah mengingatkan kita agar mampu menyikapi kemerdekaan itu dengan baik, jangan sampai kita kembali terikat oleh berbagai hal buruk lagi seperti sebelumnya. Dalam surat Galatia pesan itu bisa kita baca "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Yesus sendiri telah menyatakan sendiri bahwa kedatanganNya ke dunia ini membawa kemerdekaan yang sejati bagi kita semua. "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:36). Kita dibebaskan dari berbagai jerat, simpul dan ikatan yang membelenggu kita. Kutuk, dosa dan hal-hal lain yang bisa merintangi kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang kekal telah Dia bayar lunas dan tuntas di atas kayu salib. Kita tidak lagi budak yang tidak jelas masa depannya, tetapi kita menjadi anak-anak Allah yang merdeka. Apa yang harus kita perhatikan adalah bagaimana menjalani hidup dalam kemerdekaan itu dan seperti apa kita harus mengisinya. Alkitab mengingatkan kita agar kita tidak terlena di dalam kebebasan atau kemerdekaan itu dengan melakukan hal-hal yang sia-sia atau bahkan merugikan, baik untuk diri sendiri apalagi terhadap orang lain. Lihatlah apa kata Paulus berikut: "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun." (1 Korintus 10:23). Paulus mengatakan, ya, benar kita telah merdeka dan bebas melakukan segala sesuatu. Tetapi ada batasan-batasan yang harus kita ingat dalam menyikapinya. Apakah kebebasan itu kita isi dengan hal-hal yang berguna atau bermanfaat bagi kita dan orang lain? Apakah kemerdekaan itu kita pakai untuk hal-hal yang membangun atau tidak? Ini penting untuk kita ingat baik-baik karena meski segala sesuatu diperbolehkan, tetapi tidak semua itu berguna dan membangun. Ada hal-hal yang justru akan menjatuhkan kita apabila kita lakukan, meski hal itu dianggap wajar oleh dunia dalam menyikapi arti kemerdekaan. Pikirkanlah, apabila kita melakukan segala sesuatu yang mengganggu, mengacau atau bahkan merugikan orang lain dengan dalih kemerdekaan, bukankah itu malah merusak indahnya kemerdekaan? Jika kita bukan menjadi terang dan garam tetapi menjadi batu sandungan, tidakkah itu buruk? Kemerdekaan adalah sebuah anugerah yang seharusnya kita sikapi dengan baik dan benar, karena jika tidak maka sia-sialah arti sebuah kemerdekaan itu.

Petrus mengatakan "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Ini penting untuk kita perhatikan agar kita jangan sampai ikut-ikutan arus dunia yang terus menyalahgunakan atau menyelewengkan nilai dari kemerdekaan itu untuk terus melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela di mata Tuhan. Kita harus ingat bahwa kita hidup sebagai anak-anak Tuhan dan kita punya panggilan tugas yang penting di muka bumi ini. Oleh karena itu kita harus memperhatikan cara hidup kita sebagai orang merdeka. Kita harus tampil beda dalam menyikapi arti sebuah kemerdekaan yang telah dianugerahkan bagi kita. Paulus juga menggambarkan dengan jelas bagaimana harusnya kita menanggapi kemerdekaan itu. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Jangan memelintir kemerdekaan itu sebagai landasan untuk melakukan dosa, tetapi pakailah itu sebagai landasan untuk mengasihi dan melayani orang lain. Betapa pentingnya pesan-pesan ini kita resapi baik-baik agar sebuah kemerdekaan yang hadir sebagai anugerah itu bisa benar-benar membawa nilai yang berarti dalam hidup kita.

Seperti apa cara kita dalam menyikapi kemerdekaan akan menunjukkan seberapa jauh kita menghargai anugerah yang telah diberikan Tuhan itu. Dalam sebuah contoh mengenai petasan di atas kita bisa memperoleh ilustrasi sederhana akan hal ini. Ya, petasan ada yang menjual. Itu artinya kita bisa bebas membeli sebanyak yang kita mau jika kita punya uang untuk itu. Tetapi apakah hal itu berguna bagi kita atau justru mengganggu orang lain bahkan mencederai diri kita sendiri? Jika itu tidak berguna dan bisa beresiko fatal, untuk apa kita membeli dan bermain dengan itu? Tidakkah lebih baik apabila uang yang ada digunakan untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat? Kita harus ingat bahwa kemerdekaan itu diberikan untuk tujuan-tujuan yang baik sebagai hadiah yang sangat indah dari Tuhan. Syukurilah itu dengan mempergunakannya demi kebaikan, demi sesuatu yang berguna, bermanfaat dan membangun dan bukan mengganggu, merugikan atau menghancurkan orang lain. Jika orang-orang dunia belum mengerti bagaimana menyikapi kemerdekaan dengan benar, marilah kita sebagai anak-anak Tuhan menunjukkan keteladanan untuk itu.

Kemerdekaan seharusnya berguna dan membangun bukan merusak dan merugikan

13 Agustus 2011

Renungan Harian Online: Museum

Museum

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: 1 Samuel 17:37
====================
"TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu."


museumApa yang bisa anda lihat dari sebuah museum? Museum apapun itu biasanya menyimpan memorabilia atau peninggalan-peninggalan masa lalu yang bagi saya selalu mengesankan. Ketika berkunjung ke Swedia beberapa waktu yang lalu saya menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa museum disana. Salah satunya adalah museum ABBA, grup musik legendaris yang sangat terkenal di seluruh dunia. Disana saya bisa melihat sejarah mereka dan mengikuti bagaimana mereka terbentuk, sejarah karir dari masing-masing personlinya dan berbagai memorabilia grup ini seperti baju-baju yang pernah dipakai dalam momen penting, instrumen dan berbagai penghargaan yang mereka terima. Bagi saya itu sangat mengagumkan karena saya bisa melihat semua kebesaran mereka di masa lalu secara langsung dan bisa membayangkan seperti apa masa-masa keemasan grup ini di waktu lalu. Sebuah museum lain yang saya kunjungi berisikan peninggalan-peninggalan sejarah/pra sejarah dari bangsa Swedia, termasuk benda-benda dari masa ketika Viking masih berkuasa. Helm, perisai, perhiasan, hingga gelas dan piring yang mereka pakai ribuan tahun yang lalu. Viking diketahui berkuasa di lautan Eropa sekitar abad ke 9 hingga abad ke 10. Yang jauh lebih tua dari masa Viking pun ada disana, berbagai peninggalan yang berasal dari sekitar 9000 tahun sebelum Masehi. Kita hidup hari ini di abad ke 21, tetapi dari museum-museum ini kita bisa melihat potret dan bukti sejarah kehidupan di masa lalu jauh sebelum jaman kita.

Setiap jaman punya masanya masing-masing. Selalu ada hal-hal yang bisa kita pelajari bahkan kita jadikan pelajaran jika kita mengacu kepada sejarah-sejarah atau peninggalan dari masa lalu. Pernahkah anda berpikir bahwa anda pun sebenarnya punya museum-museum pribadi pula? Ada saat-saat dalam hidup kita yang masih kita ingat dengan baik hingga hari ini. Ini termasuk pula berbagai pengalaman ketika kita mengalami sesuatu yang luar biasa dalam hubungan kita bersama Tuhan. Hari ini saya duduk dan mencoba merenungkan ulang berbagai mukjizat Tuhan yang pernah saya alami sendiri atau saksikan lewat orang lain. Ada begitu banyak kejadian-kejadian luar biasa yang akan selalu berguna untuk diingat, terutama ketika saya sedang mengalami pergumulan-pergumulan dalam hidup. Saya percaya semua orang pasti pernah mengalami saat-saat indah ketika Tuhan mengulurkan tanganNya untuk melakukan keajaiban dalam hidup kita, melepaskan kita dari masalah, menyembuhkan kita atau berbagai mukjizat-mukjizat  lainnya. Tapi kita seringkali melupakan itu semua ketika saat ini kita kembali dilanda masalah. Untuk menghadapi hari-hari yang berat dan sulit, kita sesungguhnya memerlukan sebuah museum pribadi seperti ini, yang penuh berisikan kenangan akan pertolongan Tuhan. Sebuah museum pribadi yang setiap saat bisa kita lihat untuk kembali menguatkan kita di kala lemah atau berbeban berat.

Daud pernah mengungkapkan museum pribadinya sebelum dia berhadapan dengan Goliat. Pada waktu itu tentara Israel pimpinan Saul tengah merasa ketakutan menghadapi provokasi dari Goliat dan rekan-rekannya. Mereka merasa kalah ukuran tubuh, kalah dari segi persenjataan dan sebagainya. Mereka sudah kalah sebelum bertanding. Daud pada masa itu masih belia. Ia bukan seorang tentara, melainkan hanyalah sebagai penggembala domba, sebuah pekerjaan yang sangat rendah di waktu itu. Dibandingkan tentara, tentu pekerjaan Daud tidak ada apa-apanya, apalagi usianya pun masih sangat muda. Tapi lihatlah bagaimana keberanian gembala ternak ini. Ia ternyata jauh lebih berani dibanding tentara yang seharusnya sudah berpengalaman dalam menghadapi peperangan. Tidak kurang dari 40 hari lamanya Goliat menantang Israel, dan selama itu pula tidak satupun dari mereka yang berani menghadapinya. Lalu Daud pun datang, dan sempat disepelekan oleh para tentara termasuk dari abangnya sendiri. Apa sebenarnya yang membuat Daud merasa yakin mampu mengatasi Goliat? Lihatlah apa kata Daud ini: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (1 Samuel 17:34-36). Daud membuka museum pribadinya mengenai betapa hebatnya kuasa penyertaan Tuhan di waktu lalu. Bekerja sebagai gembala kambing domba sepertinya terlihat sepele dan gampang. Tetapi sesungguhnya tidak demikian, karena itu membuatnya harus berhadapan dengan binatang-binatang buas seperti beruang dan singa. Dengan fisik dan tenaganya sendiri, apa yang bisa ia lakukan untuk melawan binatang-binatang buas seperti itu? Tapi Daud mengatakan mampu mengatasi itu berkali-kali. Dan Daud mengetahui dengan jelas bahwa itu bukanlah karena kehebatannya melainkan karena campur tangan Tuhan. Kekuatan Tuhan lah  yang memampukannya untuk bisa menaklukkan hewan-hewan pemangsa yang berukuran jauh lebih besar dari dia. Jika Tuhan sanggup membuatnya menang menghadapi binatang-binatang buas, mengapa tidak untuk menghadapi Goliat? Bagi Daud, Goliat tidak lebih dari singa atau beruang yang sudah pernah ia tundukkan. Singkatnya, Daud belajar dari museum pribadinya bersama Tuhan, dan itu membuatnya yakin dalam menghadapi apapun. "Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." (ay 37).

Dari Daud kita bisa belajar banyak mengenai pentingnya melihat kembali museum pribadi kita. Ketika berhadapan dengan situasi-situasi sulit dalam hidup, kita bisa dikuatkan kembali dengan mengunjungi museum pribadi kita. Saya pun demikian. Ada begitu banyak mukjizat yang pernah saya alami, yang sebagian sudah pernah saya bagikan dalam renungan-renungan terdahulu. Tuhan mampu membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin, Dia sanggup menyembuhkan, Dia sanggup melepaskan, Dia sanggup melakukan pertolongan ajaib yang bisa jadi tidak masuk akal bagi kita karena kekuatan dan kuasaNya tidak terbatas. Jika semua itu pernah saya alami di masa lalu, jika saya sudah menyaksikan sendiri kebesaran kuasa Tuhan yang terjadi pada orang lain, jika dulu Tuhan mau melakukannya untuk saya dan anda, mengapa hari ini tidak? Itu akan selalu bisa memberikan kekuatan bagi kita untuk tegar menghadapi situasi seberat apapun. Kita tidak perlu putus asa dan bisa terus teguh berdiri dengan penuh pengharapan. Mampukah kita berkata seperti Paulus: "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31). Seharusnya mampu, jika kita mau kembali melihat museum pribadi kita bersama Tuhan dan tidak terus menerus terfokus dalam kesulitan-kesulitan yang kita alami.

Pemazmur berkata: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Sangat terbukti, menunjukkan sesuatu yang sudah pernah terjadi berulang kali dan sudah dialami sendiri. Pemazmur tahu bahwa museum pribadinya pun berisikan begitu banyak bukti bagaimana kuasa Allah sanggup menolong dalam kesesakan, bagaimana Allah mampu menjadi tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai solusi atau jawaban dari setiap permasalahan yang kita alami. Alkitab jelas berkata: "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah.." (Maleakhi 3:6). Dan Yesus pun demikian. "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Tetap sama, kemarin, hari ini dan sampai selamanya, tidak berubah. Itu artinya, jika dahulu Tuhan bisa, hari ini pun sama, besok lusa dan sampai kapanpun Dia bisa! Ini perkataan Tuhan yang seharusnya kita ingat, namun ditengah himpitan masalah kita seringkali lupa dan hanya sibuk mengandalkan logika dan kemampuan kita yang terbatas ini untuk mengatasi kesulitan.

Tidak hanya museum pribadi, tapi Alkitab sendiri bisa menjadi sebuah museum yang mampu meneguhkan iman kita. Dalam kitab Roma kita bisa baca "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." (Roma 15:4). Itu dari pengalaman para tokoh Alkitab yang telah membuktikan sendiri bagaimana Tuhan mampu berbuat sesuatu yang jauh lebih tinggi dari nalar kita. Berada dekat dengan Firman Tuhan akan membuat kita bisa melihat pengalaman-pengalaman atau museum hidup dari para tokoh disana. Apabila kita menyadari Tuhan tidak pernah berubah, hal yang sama seperti para tokoh Alkitab pun bisa terjadi pada diri kita. Berkaca dari pengalaman-pengalaman ratusan tokoh Alkitab ini, seharusnya kita tidak perlu khawatir menjalani hidup yang terus semakin sulit dari hari ke hari.

Jika ada diantara teman-teman yang tengah mengalami beban berat pada hari ini, bukalah kembali museum pribadi anda. Lihat kembali satu persatu ketika anda mengalami jamahan Tuhan atau menyaksikan sendiri itu terjadi lewat orang-orang yang anda kenal. Jangan lupa pula untuk terus membaca dan merenungkan Firman Tuhan yang selalu mampu memberi kekuatan bagi kita yang lemah. Dari pada terus menangis memandang masalah, mengapa tidak pindahkan pandangan anda untuk melihat museum pribadi anda masing-masing? Tuhan tetap sama. Dia tidak pernah berubah dari dulu, sekarang dan sampai selamanya. Dan Tuhan pun mengasihi semua anakNya dengan sama. oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir. Sudahkah anda mendirikan dan mengaktifkan museum anda sendiri?

Dahulu Tuhan bisa, sekarangpun Dia bisa

11 Agustus 2011

Renungan Harian Online: Teguh Sekeras Intan

Teguh Sekeras Intan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Yehezkiel 3:8-9a
======================
"Lihat, Aku meneguhkan hatimu melawan mereka yang berkepala batu dan membajakan semangatmu melawan ketegaran hati mereka. Seperti batu intan, yang lebih keras dari pada batu Kuteguhkan hatimu; janganlah takut kepada mereka dan janganlah gentar melihat mukanya, sebab mereka adalah kaum pemberontak."


seteguh intanBerlian adalah salah satu batu permata yang sangat indah yang berasal dari intan setelah melalui proses gosok dan potong  sehingga sering dipergunakan orang untuk momen-momen spesial yang menggambarkan keabadian. Cincin yang bertahtakan berlian untuk pernikahan, siapa yang tidak mau? Tidak saja batu permata ini terlihat sangat indah karena kemampuannya yang bisa mendispersikan cahaya sehingga bisa terlihat berkilauan, tetapi intan juga sangat dikenal karena faktor kekerasannya. Secara kimia intan merupakan bentuk kristal dari karbon. Keistimewaan intan dari sisi kekerasannya sangatlah istimewa. Intan disebut sebagai mineral dengan kekerasan yang paling tinggi di antara yang lain, sehingga sering dipakai sebagai alat pemotong benda-benda yang sangat keras. Ketika yang lain tidak lagi sanggup, maka intanlah satu-satunya alat yang sanggup memotong benda keras ini. Tidak heran jika intan kerap dipakai sebagai mata bor untuk menembus benda-benda dengan tingkat kekerasan tinggi.

Yehezkiel harus menghadapi sebuah bangsa yang memberontak terhadap Allah. Allah tahu bahwa itu bukan sebuah tugas mudah, maka Dia memperlengkapi Yehezkiel dengan hati yang seteguh intan. "Lihat, Aku meneguhkan hatimu melawan mereka yang berkepala batu dan membajakan semangatmu melawan ketegaran hati mereka. Seperti batu intan, yang lebih keras dari pada batu Kuteguhkan hatimu; janganlah takut kepada mereka dan janganlah gentar melihat mukanya, sebab mereka adalah kaum pemberontak." (Yehezkiel 3:8-9a). Intan memang sangatlah istimewa. Sebagai sebuah mineral yang berasal dari substansi karbon yang mengalami tekanan dan panas sangat tinggi pada kerak bumi dan mengalami proses selama jutaan tahun, intan menjadi sangat istimewa. Mulai dari proses terbentuknya, keindahan dan pesonanya, hingga tingkat kesulitan tinggi untuk mendapatkannya membuat intan berharga sangat mahal. Tidak hanya keindahannya, tetapi keistimewaan intan pun bisa tampak dari tingkat kekerasannya. Seperti yang bisa kita baca dalam ayat bacaan di atas, Tuhan sudah mempergunakan permisalan lewat intan ini untuk menganalogikan anugerahnya dalam meneguhkan hati kepada anak-anakNya sejak jauh hari, bahkan ketika mungkin belum ada penelitian yang sanggup membuktikan intan sebagai mineral yang terkeras. Intan bisa memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi yang bisa dijumpai dari alam akibat kerapatan atomnya yang luar biasa padat. Untuk menghadapi bangsa keras kepala yang memberontak, Allah mengatakan memberikan hati sekeras batu intan agar Yehezkiel sanggup melakukan tugas, walau sesulit apapun. Ada kalanya kita kesulitan menembus penghalang-penghalang dalam menunaikan tugas-tugas kita. Orang-orang yang disebutkan pemberontak dan berkepala batu seperti yang ada di masa Yehezkiel masih kita jumpai di sekeliling kita hingga hari ini. Seperti mata bor yang tidak akan sanggup menembus kerasnya sebuah benda tanpa memakai intan, seperti itu pula hati kita apabila tidak memiliki kekerasan setara intan. Alih-alih bertahan, kita malah akan menyerah kalah dengan cepat karena tidak berdaya menembus mereka.

Banyak orang menganggap hati adalah kata lain dari perasaan. Ada juga yang menganggap bahwa adalah pusat emosi semata. Hati adalah pusat diri, pusat dari segala keinginan yang terkuat. Dari hati lahir berbagai kehendak dan keinginan, hati juga dapat memberi gambaran yang lebih besar dari apa yang bahkan tidak bisa dilihat melalui persepsi otak. Dari hati lah kita bisa membuat pilihan-pilihan bijaksana, penuh hikmat, penuh kasih, atau sebaliknya. Betapa penting fungsi hati bagi manusia, dan itu pun ditegaskan di dalam Alkitab dalam banyak kesempatan. Karena itu pula adalah sangat penting bagi kita untuk menjaga hati kita dengan baik. Firman Tuhan berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23)

Betapa banyak diantara kita gagal menjadi anak Allah karena kita tidak memiliki keteguhan hati. Kita seringkali terlalu mudah terbawa arus pergaulan, ikut2an teman dan berubah menjadi "pemberontak", sesuatu yang sangat tidak Allah inginkan dari kita. Dengan begitu cepat kita terpengaruh oleh hal-hal kedagingan yang berpusat kepada kenikmatan duniawi, hal-hal yang mengakibatkan dosa, hanya karena hati kita begitu lemah dan tidak sanggup untuk mengatakan "tidak" kepada segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah. Jika kondisi hati kita seperti ini, akan sanggupkah kita untuk melakukan tugas yang sudah diamanatkan kepada setiap orang percaya? Sebentuk hati yang teguh akan selalu memotivasi kita, mengingatkan kita untuk memberikan yang terbaik dari diri kita bagi kemuliaan Tuhan. Hati yang teguh akan selalu memberi peringatan apabila berbagai bentuk dosa mulai mendekati kita.

Kita tinggal di dalam dunia yang berada dibawah kuasa si jahat seperti yang tertulis di dalam 1 Yohanes 5:19. Itu benar adanya. Setiap saat godaan mengintai kita, setiap saat orang-orang pemberontak dan berkepala batu akan siap membuat kita runtuh. Maka adalah sangat penting bagi anak-anak Allah untuk memiliki hati seteguh intan. Tetaplah jaga dan pelihara diri kita agar tetap memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan, sehingga hati yang teguh sekeras intan seperti yang Dia beri kepada Yehezkiel pun akan diberikan pula kepada kita.

Hati seteguh intan akan membuat kita mampu menembus tantangan yang terkeras sekalipun

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification