24 Juli 2012

RHO: Bekerja dengan Gembira

Bekerja dengan Gembira

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Pengkhotbah 3:22
=======================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"


Bagi teman-teman yang sudah bekerja, apakah anda merasa bahagia dengan pekerjaan anda? Dari orang-orang yang saya kenal, ternyata jumlah yang tidak bahagia jauh lebih banyak ketimbang yang menikmati pekerjaannya dengan gembira. Saya mengenal banyak orang yang bekerja hanya untuk menyambung hidup tanpa adanya passion di dalamnya sama sekali. "Dari pada nggak makan, ya mau nggak mau lah..." kata salah seorang diantaranya. Jika ini yang ada di benak seseorang, bagaimana mungkin mengharapkan hasil yang terbaik dari pekerjaan mereka? Ada juga yang bekerja setengah hati karena merasa itu tidak sesuai dengan hobi atau selera mereka. Ada yang mengeluh beratnya pekerjaan tidak sebanding dengan gaji yang diterima, dan ada banyak lagi alasan-alasan lainnya yang bisa membuat orang bekerja hanya karena terpaksa tanpa disertai dengan hati yang gembira. Saya menjalani beberapa pekerjaan sekaligus, yang terkadang begitu menyita waktu sehingga saya masih harus bekerja hingga larut malam atau bahkan lewat tengah malam. Tapi apakah saya bahagia? Sangat. Saya tahu Tuhan siap memberkati usaha dan jerih payah saya. Saya tahu bahwa inilah 'kail' dan 'kolam' yang telah ia sediakan bagi saya, dan Dia akan memberkati hasil 'pancingan' saya. Jika demikian, mengapa saya harus tidak bahagia? Berat ringan itu relatif, besar kecilnya pendapatan pun demikian. Yang saya tahu adalah ini merupakan garis panggilan saya dalam hidup, dan saya ingin memberi yang terbaik atas segala sesuatu yang saya kerjakan. Tanpa rasa bahagia, saya tidak akan mungkin bisa melakukan itu.

Adalah menarik ketika kita melihat bahwa Pengkotbah sudah menyatakan hal seperti ini yang didasari oleh perenungan, pengalaman dan kesaksiannya sendiri. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Mencintai profesi atau tidak, yang pasti lewat pengalamannya Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam pekerjaannya. Mengapa? Karena itu adalah bagian kita masing-masing. Jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan dari sana? Mungkin pendapatan kita peroleh, tapi bagaimana dengan berbagai emosi atau rasa keterpaksaan yang akan membuat kita berkeluh kesah sepanjang hari, terus merasa tidak puas dan kehilangan damai sejahtera? Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Adakah hal positif yang bisa diperoleh jika kita sulit bersyukur dan hanya bersungut-sungut karena tidak kunjung merasa puas?

Bahagia atau tidak bukanlah tergantung dari kondisi atau situasi yang kita hadapi, melainkan tergantung dari seberapa jauh kita mengijinkan Tuhan untuk ambil bagian dalam hidup kita. Kebahagiaan atau kegembiraan sesungguhnya bukan tergantung dari situasi atau kondisi melainkan berasal dari Tuhan. Di dalam Amsal disebutkan: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau dalam ayat lainnya: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu bagaikan obat yang manjur untuk menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik sambil terus bersukacita. Mensyukuri anugerah Tuhan akan membuat itu bisa terjadi, salah satunya dengan menghargai berkatNya atas pekerjaan yang kita peroleh saat ini. Apakah kita menikmati pekerjaan dengan penuh rasa syukur sebagai sebuah berkat dari Tuhan atau kita terus merasa kurang puas, semua itu tergantung kita. Tuhan sanggup membuat pekerjaan sekecil apapun menjadi emas. Apakah saya berbicara secara sempit mengenai harta kekayaan secara materi saja? Tentu tidak. Pekerjaan sekecil apapun bisa menjadi berkat luar biasa bagi orang lain dan bisa menjadi potret yang indah dari kemuliaan Tuhan. Sebuah pekerjaan bisa menjadi karya monumental kita yang selain akan menjadi buah yang indah dari jerih payah dan kesungguhan kita, tapi itupun akan menjadi saksi nyata kebesaran Tuhan juga menjadi sarana bagi kita untuk memuliakanNya.

Disaat orang berpendapatan lebih besar masih mengeluh, alangkah indahnya jika kita bisa bersyukur dan hidup gembira dengan menikmati pekerjaan kita hari ini. Tuhan pun akan sangat senang apabila kita mensyukuri pekerjaan yang telah Dia sediakan untuk kita sebagai sebuah berkat, dan memakainya sebagai alat untuk memberkati orang lain sekaligus memuliakan Tuhan. Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya, mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, namun saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Kita tidak akan bisa bekerja dengan segenap hati jika kita tidak ada kegembiraan atau gairah sedikitpun dalam melakukannya. Sekali lagi, besar kecilnya pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak, karena kebahagiaan sejati sesungguhnya terletak pada hubungan kita dengan Tuhan. Tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar atau pekerjaan yang mapan. Jika demikian, mengapa kita tidak mencoba memberikan kesempatan pada pekerjaan kita, mulai meneteskan cinta disana, mengucap syukur atas pekerjaan itu kepada Tuhan lalu memberikan yang terbaik dari kita? Jika itu anda lakukan, maka anda akan menyaksikan bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan.

Tanpa hati yang gembira kita tidak akan pernah bisa memberikan yang terbaik

Janganlah Kamu Takut !

Janganlah Kamu Takut !
Written by Multimedia Graha Bethany   
Friday, 20 July 2012 15:06
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)

Manusia telah kehilangan kuasa karena Tuhan melucuti kuasa yang pernah Allah berikan kepada Adam dan Hawa. Hal ini terjadi karena Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. “Pakaian Ilahi” untuk menguasai dunia  dan alam semesta dilucuti Allah sehingga mereka kedapatan telanjang. Ini tanda bahwa Adam dan Hawa tidak ada ‘power’ lagi. Padahal Tuhan memberikan kuasa kepada Adam dan Hawa untuk hidup kekal selamanya di dalam Taman Eden. Maut menjadi sesuatu hal yang menakutkan bagi Adam dan Hawa. Nafkah dari hari ke hari untuk menghidupi, menjadi suatu ketakutan. Bahkan, transisi dari dosa kepada maut di dahului oleh sakit penyakit.
Saat ini, orang mulai takut karena ketelanjangan/dilucuti Allah. Sesuatu yang ilahi itu hilang dan manusia menjadi takut. Tetapi syukur bagi kita, kuasa yang pernah dilucuti dikembalikan oleh penebusan darah Yesus Kristus di kayu salib. Kuasa Roh Kudus yang ada di dalam diri kita, kuasa-Nya tidak terbatas.
Sesuatu yang ilahi sudah ada dalam kita. Tetapi seringkali Roh Allah ini tidak berfungsi karena kita takut. Kalau kita dalam ketakutan, maka itu merupakan lubang bagi iblis untuk masuk dalam hidup kita. Ayub 3:25-26 berkata, “Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." Ayub takut anak-anaknya berbuat dosa sehingga malapetaka menimpa mereka. Walaupun Ayub sempat berdoa, tetapi ketakutan menjadi lubang sehingga anak-anaknya mengalami apa yang ditakutkan tersebut. Demikian juga dengan kekayaan dan harta bendanya. Tuhan tidak memberikan kepada kita roh ketakutan, tetapi Roh Kebangkitkan, Roh Kuasa/Kekuatan, dan Roh Kasih dan Roh Ketertiban.

Mari kita perhatikan satu demi satu kemampuan Roh yang ada dalam kita :

Pertama, Roh Kebangkitan. (Revive)

Saat ini banyak gereja/orang Kristen dan  hamba-hamba Tuhan yang masih hidup dalam ketakutan. Tetapi  oleh karena Tuhan melengkapi dengan Roh Kebangkitan, maka kita bukan menerima karya si iblis, tetapi justru ada kekuatan dari Tuhan. Justru pada waktu dunia tidak ada berkat, di dalam gereja ada kebangkitan sehingga berkat tercurah. Saat kita mengalami tekanan ekonomi, sakit-penyakit, dan tekanan dunia ini, Tuhan menghendaki untuk tidak takut, karena “Roh yang ada dalam diri kita lebih besar dari roh yang ada dalam dunia ini.” (1 Yohanes 4:4). Roh Allah yang membangkitkan sanggup mengubah yang mustahil menjadi tidak mustahil. Jangan beri kesempatan iblis untuk masuk dalam hidup kita. Roh Allah yang akan membuat kita bebas dan mengalami kemenangan. Untuk itu, hormati Roh Allah yang ada di dalam diri kita. Biarkan kuasa kebangkitan ini muncul dalam hidup kita, bahkan untuk gereja Tuhan. Waktunya pekerjaan Roh Allah terjadi dalam diri kita dan gereja Tuhan.
Roh Kebangkitan sifatnya kekal, yaitu berkarya terus-menerus dalam hidup kita. Kalaupun suatu hari, tubuh ini rusak dan mati, Ia akan membangkitkan kita (1 Tesalonika 4:16-17). Biarlah hidup orang Kristen ini ‘revive,” Roh Allah mengalir keluar dan menjadikan kita segar, dan membuat semua menjadi “hidup” kembali.

Kedua, Roh Kekuatan/Kuasa

1. Kekuatan Bertahan.
2 Korintus 4:7-10 berkata, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami.” Dunia menjepit kita agar kita menjadi takut. Tetapi kalau Roh Kudus ada di dalam diri kita, selalu ada jalan keluar dan tidak menjadi putus asa.
Dalam Ulangan 20:1-4 Tuhan mengingatkan bangsa Israel pada waktu keluar dari Mesir, dengan kuasa Allah. Dengan Kuasa Allah bangsa Israel keluar dari Mesir. Si iblis melalui Firaun tetap memburu orang Israel. Tetapi Firaun dan pasukannya dapat dimusnahkan dengan mukjizat Tuhan dan bangsa Israel dapat menyeberang Laut Kolsom dengan selamat. Ini merupakan kemampuan kuasa Roh Kudus yang selalu ada jalan keluarnya, sekalipun di depannya adalah jalan mati.

2. Kekuatan Aktif.

Dalam 1 Korintus 12:7-11 memberikan kepada kita pengertian bahwa Roh Kudus yang ada dalam diri kita bersifat aktif. Roh Kudus ini berfungsi dengan luar biasa. Kuasa itu membuat kita berhikmat dan berpengetahuan. Dia juga memberi iman, menyembuhkan, dan mengadakan mukjizat. Kuasa ini juga bersifat kekal.


Ketiga, Roh Kasih

1 Yohanes 4:18-19 berkata, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita“ Orang takut karena tidak ada kasih. Saat ada pertentangan kita kehilangan kasih, pasti mengalami ketakutan. Orang di dalam kasih tidak ada saling curiga. Demikian juga dengan suami istri, kalau mengasihi dengan sungguh-sungguh, maka tidak akan ada ketakutan. Kalau Roh Kudus bekerja dalam diri seseorang, maka orang itu akan dirubah total oleh Tuhan. Roh Allah memang mempersatukan setiap orang. Kasih ini bersifat eternal/kekal. Sifat yang kekal ini membuat kita hidup kekal selama-lamanya.

Keempat, Roh Ketertiban

Roh Allah yang ada di dalam diri kita membuat kita tertib. Semua naluri kita ingin tertib karena Roh Allah. Kalau kita tidak tertib, membuat kita menjadi gelisah dan takut. Siapa yang dapat membuat seseorang menjadi tertib? Hanya Roh Allah-lah yang dapat membuat orang itu tertib.
Kemurahan yang Tuhan berikan kepada kita sangat luar biasa. Kita serahkan diri kepada Roh Allah dan jangan takut lagi. Amin

Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

9 Juli 2012

Renungan Harian Online: Konsekuensi Akibat Kebandelan

Konsekuensi Akibat Kebandelan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Mazmur 81:9
====================
"Dengarlah hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, jika engkau mau mendengarkan Aku!"


Pernahkah anda merasa menyesal setelah mengalami sesuatu yang buruk karena bandel dan tidak mau mendengarkan nasihat orang tua? Dalam masa pendewasaan, seringkali kita mengalami hal seperti ini. Kebandelan atau ke-keraskepala-an kita kerap membuat kita harus belajar secara keras dari pengalaman pahit, yang biasanya saya sebut dengan learning from the hard way. Padahal kalau saja kita mau sedikit saja patuh, semua itu harusnya tidak perlu kita alami. Saya baru saja menonton sebuah kisah nyata tentang wanita muda dengan satu anak di Inggris yang harus mendekam di penjara di Spanyol selama 5 tahun karena tergiur untung dengan menjadi kurir obat terlarang. Tekanan ekonomi dan pasangan yang menganggur membuatnya terjebak menerima tawaran untuk menjadi kurir dengan imbalan besar. Ibunya sudah memperingatkan dengan tegas agar ia membatalkan niatnya, tapi ia tetap bandel. AKibatnya konsekuensi fatal lah yang harus ia terima. Yang lebih menyakitkan lagi, ia ditangkap ketika sedang mengandung anak kedua. 3 bulan setelah lahir, ia terpaksa harus meminta ibunya menjemput sang bayi di penjara, dan baru 4 tahun berikutnya ia bisa kembali bersatu dengan anak-anaknya. Kebandelan bisa membawa konsekuensi yang tergolong ringan, tapi bisa juga membawa akibat berat seperti kisah nyata ini. Bahkan hal-hal yang jauh lebih fatal pun bisa menjadi konsekuensi yang harus ditanggung karena kebandelan kita sendiri.

Tuhan selalu mengingatkan anak-anakNya jika melenceng keluar jalur. Tapi seringkali kita bandel dan menganggap Tuhan terlalu mengekang. Dan ketika masalah muncul, kitapun tersadar, tapi bisa jadi penyesalan itu sudah terlambat. Kita bisa melihat contoh teguran Tuhan kepada bangsa Israel yang keras kepala dalam banyak kesempatan, salah satunya tercatat di dalam Mazmur 81. Dengan tegas Tuhan berseru: "Dengarlah hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, jika engkau mau mendengarkan Aku!" (Mazmur 81:9). Lihatlah bahwa Tuhan tidak membiarkan umatNya tersesat. Tuhan peduli. Dia memberi peringatan bukan demi kepentinganNya melainkan demi kebaikan kita sendiri. Dengarlah kalau mau, itu kata Tuhan. Apa yang diingatkan Tuhan kepada bangsa Israel pada waktu itu adalah agar bangsa Israel berhenti menyembah allah-allah asing. "Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah asing. Akulah TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir: bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh." (ay 10-11). Patuhkah mereka? Nyatanya tidak. Dan itu bisa kita lihat dalam ayat berikutnya: "Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku." (ay 12). Bangsa Israel tampaknya lupa dan menganggap remeh pengalaman mereka sendiri bahwa adalah Tuhan sendiri yang menuntun mereka keluar dari tanah perbudakan untuk menuju tanah terjanji. Bukannya patuh tapi malah membandel dan menolak Allah apa yang ditulis dalam ayat 12 tadi. Mereka menganggap Tuhan sebagai Pribadi yang egois dan penuntut. Kebandelan itu pun kemudian membuat Tuhan kemudian membiarkan mereka dengan pilihannya! "Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!" (ay 13). Kita tahu selanjutnya bahwa sejarah mencatat bahwa keputusan Israel itu kemudian membuat mereka terpuruk. Dijajah musuh, luluh lantak dibasmi musuh, dan itu sangat berlawanan dari apa yang sebenarnya telah disediakan Tuhan bagi mereka. Seandainya saja mereka mau mendengar, lihatlah apa yang disediakan Tuhan itu. "Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tangan-Ku. Orang-orang yang membenci TUHAN akan tunduk menjilat kepada-Nya, dan itulah nasib mereka untuk selama-lamanya. Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya." (ay 14-17).

Dari satu kisah ini saja kita bisa melihat betapa kebandelan akan membawa dampak buruk bagi kita. Resikonya jelas-jelas nyata, dan bisa jadi pada suatu ketika menjelma menjadi sesuatu yang  fatal. Kita kerap menganggap bahwa sifat keras kepala, membantah dan selalu melawan ketika dilarang juga cepat tersinggung ketika diingatkan itu adalah wajar adanya. Tetapi Tuhan sesungguhnya tidak menginginkan kita menjadi pribadi-pribadi yang keras kepala seperti itu. Sebaliknya, Tuhan ingin kita memiliki hati yang lembut yang siap dibentuk. Tuhan menginginkan ketaatan kita lebih dari apapun. "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu." (Ulangan 10:12-13). Bangsa Israel sudah merasakan sendiri konsekuensi yang harus mereka hadapi akibat kebandelan mereka berulang kali. Dari ilustrasi di atas kita bisa melihat sebuah contoh dimana kebandelan membawa konsekuensi yang sangat fatal. Seharusnya contoh seperti ini bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak lagi mengulangi kesalahan seperti itu. Sebuah larangan memang terlihat seperti membatasi pergerakan kita dan terlihat seolah seperti mengekang. Tetapi itu semua bertujuan baik, agar kita bisa terhindar dari masalah dan penderitaan yang dapat berujung pada kebinasaan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Jika Tuhan masih mau mengingatkan kita meski terkadang keras, bersyukurlah untuk itu. Kita sendiri juga yang rugi jika Tuhan akhirnya membiarkan kita terjatuh dalam banyak masalah akibat kebandelan kita sendiri. Dengarkanlah dan turutilah segera ketika Tuhan mengingatkan. Apakah itu langsung dari Tuhan, lewat hati nurani kita, atau lewat orang tua, saudara atau sahabat yang peduli kepada kita, kotbah, lagu rohani atau lainnya, bersyukurlah dan berterima kasihlah untuk itu. Jangan keraskan hati, langsung menuduh dan bersungut-sungut apalagi melawan, sebab larangan atau peringatan yang baik yang kita terima sesungguhnya bisa mencegah kita dari bencana yang akan kita sesali sendiri kelak.

Tuhan menuntut ketaatan kepadaNya demi kebaikan kita, karenanya jangan membantah

9 (Sembilan) Karunia Roh

9 (Sembilan) Karunia Roh
Written by Multimedia Graha Bethany   
Friday, 29 June 2012 13:48
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”. . . Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.”
Yeremia 18:1-4
Tuhan itu mempunyai hasrat naluri untuk memulihkan kita. Bagaikan bejana tanah liat ditangan seorang penjunan, apabila rusak maka dipulihkan kembali. Tuhan menciptakan bumi ini dalam kondisi gelap dan tidak beraturan maka memberikan terang dan menciptakan hal yang lain sehingga bumi menjadi sempurna. Tuhan itu mempunyai potensi untuk memperbaiki yang rusak.
Manusia telah dirusak oleh iblis, maka Tuhan mempunyai hasrat untuk memperbaiki. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Allah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan Allah yaitu laki-laki dan perempuan, dengan demikian manusia itu pada dasarnya ingin memulihkan dan dipulihkan. Kalau kita memiliki rumah yang rusak maka kita punya hasrat untuk memperbaiki sehingga rumah itu menjadi baik.
Demikian pula yang sakit, dengan hasratnya akan mencari akal supaya bisa sembuh, untuk itu berapa banyak obat yang diciptakan oleh manusia. Walaupun manusia mempunyai potensi/kemampuan tetapi kemampuannya sangat terbatas. Dalam level tertentu manusia mampu, tetapi selebihnya manusia tidak mampu oleh karena rusak akibat dosa. Walaupun kondisi manusia rusak tetapi di dalamnya ada hasrat maupun potensi. Dan potensi itu bisa maksimal apabila orang tersebut lahir baru. Lalu bagaimana seseorang dapat lahir baru ? percaya kepada Kristus (II Korintus 5:17).

Saudara, selain kita memiliki potensi yang luar biasa, kita memiliki hak untuk menerima janji-janji Allah (Roma 8:17), termasuk beberapa karunia yang diberikan oleh Roh Kudus, seperti yang tertulis dalam I Korintus 12:8-11 yaitu diantaranya : Karunia hikmat, karunia pengetahuan, karunia iman, karunia menyembuhkan, karunia mengadakan mujizat, karunia bernubuat, karunia membedakan roh, karunia bahasa roh, karunia menafsirkan bahasa roh. Untuk itu saat ini kita akan mempelajari masing-masing karunia tersebut yang sudah kita terima.

1. Karunia Hikmat
Setiap orang bisa menjadi pandai tetapi apabila tanpa Roh Tuhan/wahyu maka manusia menjadi liar. Dan biasanya kepandaiannya digunakan untuk kejahatan. Oleh sebab itu dunia menjadi kacau. Sedangkan kalau Roh Allah dalam diri kita maka kita akan diberi karunia hikmat dan pengetahuan. Ada orang-orang yang dikatakan miskin oleh karena beberapa faktor yang membuat  mereka miskin, misalnya oleh karena keadaan politik di negara tersebut. Namun mengapa keadaan tersebut masih berlangsung sampai saat ini ? karena mereka tidak memiliki naluri untuk dipulihkan.

2. Karunia Pengetahuan
Karunia pengetahuan itu sangat berkaitan erat dengan karunia hikmat. Karena dengan pengetahuan maka seseorang akan mengalami suatu progress dalam hidupnya. Sebagai contoh : Ketika seseorang melihat rumahnya reot, ia melakukan tindakan untuk memperbaikinya. Sedangkan disisi lain ada orang yang tidak memperbaikinya, sehingga muncul alasan : “karena orang itu tidak mampu untuk membeli barang-barang guna memperbaikinya.” Saudara, yang menjadi pokok permasalahan bukan karena mereka tidak mampu, melainkan mereka tidak memiliki hasrat/potensi untuk mempunyai rumah yang bagus. Saya (Pdt. Alex Tanuseputra) pernah miskin, dimana siang jadi Pendeta sedangkan malam jadi sopir taxi.
Namun bersama Roh Allah, hidup saya dipulihkan. Memang, ada orang yang pandai tetapi keblinger. Kalau Roh Kudus yang memberikan hikmat dan pengetahuan, maka Amsal 3:13-19 berkata bahwa semuanya itu melebihi dari emas, perak maupun kekayaan yang lainnya. Dengan demikian orang menjadi bahagia. Mungkin saat ini kita terkena tekanan ekonomi yang tak kunjang padam, sehingga kita mulai berkata : “sudah takdir atau sudah nasibnya.” Saudara janganlah kita putus asa, sebab apabila kita putus asa maka dalam diri kita tidak ada gambaran atau tidak mengakui adanya potensi untuk memulihkan.

3. Karunia iman
Apabila iman itu merupakan karunia, maka pada dasarnya manusia itu tidak memiliki iman. Tetapi oleh karena mereka percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat maka orang tersebut mendapat karunia iman. Dan iman itu harus mengalami perkembangan. Mulai dari iman yang kecil (ketika mengalami kelahiran baru), selanjutnya iman itu bertumbuh apabila kita melekat senantiasa kepada Tuhan sebagai pokok anggur (Yohanes 15), sampai pada akhirnya iman itu menjadi besar oleh karena kita berani masuk dalam berbagai ujian hidup (Yakobus 1:3). Selain iman itu menjadi besar, dengan berjalannya waktu maka iman itu dikatakan kuat karena telah terbukti bahwa iman tersebut tahan uji (Yakobus 1:12), dan pada akhirnya iman tersebut mencapai iman yang sempurna (Zakharia 2:1-5).
Lalu berikutnya kita akan melihat bagaimana keadaan orang yang tidak beriman yang juga termasuk orang bebal; Mazmur 53:2-4 berkata, ”Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah!" Busuk dan jijik kecurangan mereka, tidak ada yang berbuat baik.
Allah memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia, untuk melihat apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.Mereka semua telah menyimpang, sekaliannya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.” Kalau kita melihat kekacauan maupun kejahatan yang terjadi, semuanya itu dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman. Demikian pula apabila ada orang tidak percaya bahwa Allah sanggup memulihkan maka orang tersebut adalah orang yang bebal. Oleh karena itu, apabila iman itu bukan milik kita tetapi Roh Kuduslah yang memberikan karunia iman, maka jangan sampai iman itu hilang dari kehidupan kita.

4. Karunia kesembuhan
Karunia kesembuhan dalam bahasa aslinya tidak berarti menyembuhkan secara fisik saja tetapi memulihkan di segala aspek kehidupan manusia. Oleh sebab itu tahun ini adalah tahun progress/tahun kemajuan, dimana dalam kehidupan kita ada langkah untuk maju. Walaupun kemajuan itu tidak secara drastis, tetapi pasti. Karena segala sesuatu diawali dari hal yang kecil. Untuk itu janganlah kecil hati, karena Allah sedang berperkara dengan kita untuk melakukan perkara yang lebih besar.


5. Karunia mujizat
Kata mujizat berasal dari bahasa Yunani yaitu dunamos atau kekuatan. Mujizat merupakan kekuatan supra natural yang dapat mengubah suatu keadaan yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia. Roh Kudus itu berkuasa untuk melakukan perkara yang luar biasa. Dan apabila manusia sudah mengalami stagnasi maka Allah akan mengadakan mujizatNya. Walaupun saat ini banyak perusahaan mengalami bangkrut akibat krisis global, tetapi kita sebagai anak-anak Allah tetaplah percaya bahwa Allah akan mengadakan mujizat sehingga kita menjadi berhasil. Dan perlu diketahui bahwa mujizat Allah terjadi tidak hanya pada jaman para nabi-nabi, namun tetap berlaku sampai sekarang. Allah tidak pernah berhenti untuk berpekara dengan manusia, karena Dia adalah Allah yang aktif, kreatif dan inovatif.
Jangan pernah berpikir bagaimana cara Allah menolong saudara, tetapi tetaplah berpegang teguh pada janjiNya, sebab Allah dapat bekerja dengan berbagai macam cara diluar perkiraan manusia. Allah tidak pernah lalai akan setiap janjiNya sebab Dia adalah Allah yang setia, seperti yang tertulis dalam II Petrus 3:9, ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Dan mujizatNya tidak pernah terlambat tetapi tepat pada waktunya.


6. Karunia bernubuat
Bernubuat itu menyatakan hari yang akan datang. Kalau tidak ada nubuat maka saya (Pdt. Alex T.) tidak dapat bertahan, karena pada waktu membangun Bethany Manyar saya telah dinubuatkan oleh hamba Tuhan untuk menyelesaikan Bethany Nginden. Sedangkan Rev. Cindy Jacob bernubuat bahwa meskipun kondisi saya sakit tetapi Tuhan menyatakan bahwa saya dapat menyelesaikan untuk pembangunan Menara Doa Jakarta. Memang secara kasat mata hal itu sangat mustahil, tetapi apabila kita menyakininya maka apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah. Kesaksian : Suatu ketika ada pasang suami istri yang datang kepada saya minta didoakan supaya punya anak. Lalu saya katakan bahwa tahun depan kalian akan punya anak. Dan apa yang terjadi ? satu tahun kemudian mereka mempunyai anak. Hal ini bukanlah suatu kebetulan, karena di dunia ini tidak ada sesuatu terjadi secara kebetulan, namun semunya itu atas kehendak Tuhan.


7. Karunia membedakan roh
I Yohanes 4:1 berkata, ”Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Ayat ini memberi peringatan kepada kita bahwa pada akhir jaman muncul nabi-nabi palsu, dan saat ini kita sedang berjalan di akhir jaman. Tetapi oleh karena kita memiliki karunia untuk membedakan roh maka kita tidak akan terjerumus oleh berbagai macam ajaran sesat. Berapa banyak orang Kristen telah terjerumus oleh berbagai macam ajaran sesat.
Mengapa hal ini bisa terjadi ? karena mereka tidak memiliki kepekaan terhadap suara Tuhan dan bagaimana mereka dapat peka apabila mereka memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Dan berapa banyak pengajar-pengajar sesat juga melakukan mujizat. Sebenarnya mujizat yang mereka lakukan adalah mujizat palsu, dalam pengertian bahwa apa yang mereka lakukan merupakan tipu daya iblis untuk menjatuhkan orang-orang percaya. Untuk itu kita perlu memiliki kepekaan.


8. Karunia Bahasa Roh
”Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia” (I Korintus 14:2). Namun sebagian orang kurang bisa menerima mengenai bahasa roh, mereka berpikir bahwa bahasa roh hanya terjadi pada jaman rasul-rasul yaitu peristiwa pentakosta, padahal karunia ini masih berlangsung hingga saat ini. Bahasa roh merupakan sarana kita untuk berkomunikasi dengan Allah secara rahasia. Selain tak seorangpun mengerti bahasa tersebut, iblis pun tidak mengerti karena semuanya itu merupakan pekerjaan Roh. Dan perlu diingat pula bahwa dengan bahasa roh maka iman kita ditambahkan, seperti yang tertulis dalam I Korintus  14:4, ”Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat..”


9. Karunia menafsirkan bahasa roh
Disamping karunia bahasa roh, Allah juga memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh. Karunia ini untuk mengetahui apa yang menjadi maksud dari Roh untuk disampaikan kepada jemaat, sehingga jemaat menjadi terbangun imannya.

Dengan 9 karunia roh ini maka keadaan anak-anak Tuhan tidak akan tetap dalam posisi yang miskin, bodoh atau terjebak oleh kesukaran. Untuk itu janganlah membatasi Roh Allah yang akan bekerja dalam kehidupan kita melainkan kita memberi kesempatan sebebas-bebasnya supaya kita semua mengalami suatu progress/kemajuan yaitu pemulihan secara sempurna.Amin.
Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification