29 Juli 2013

Menjadi Pelaku Firman Allah

Menjadi Pelaku Firman Allah
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 25 July 2013 14:05
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
”Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. . .” (Yakobus 1:22-24)
Melalui berbagai sarana kita dapat menerima kebenaran firman Allah, baik itu membaca Alkitab, renungan maupun mendengar Firman Allah lewat radio, dan tentunya melalui penyampaian firman dalam setiap kegiatan ibadah di gereja. Dan perlu kita sadari bahwa Firman yang keluar dari mulut Allah akan menjadikan  semuanya baik. Memang keadaan dunia sempat dirusak oleh Lucifer, tetapi karena kuasa Firman Allah maka semesta alam menjadi teratur kembali ; baik itu hari, minggu, bulan maupun tahun menjadi teratur.
Lalu dibumi diciptakan tumbuh-tumbuhan dan dilihatNya semuanya baik. Dan setelah semuanya dilihat baik, maka Tuhan menciptakan manusia untuk ditempatkan pada dunia yang sudah baik dan teratur. Dan seluruh yang ada pada taman itu boleh dimakan oleh manusia karena semuanya baik, tetapi ada satu buah yang tidak boleh dimakan karena apabila dimakan maka akan mengakibatkan tidak baik. Firman Tuhan yang diucapkan selalu membuat segala sesuatu menjadi baik. Kita percaya bahwa Firman Allah yang kita dengar tidak akan kembali dengan sia-sia tetapi akan digenapi. Oleh karena itu firman Tuhan menasehatkan, ”Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.   . . . . . . .” (Yakobus 1:22-24).
Jika kita mendengar Firman Allah yang penuh dengan janji dan melakukannya maka kita pasti akan diberkati. Dan untuk dapat menjadi pelaku firman, diperlukan tindakan iman dalam kehidupan kita. Sebenarnya berkat itu sudah disediakan bagi kita, selanjutnya kita tinggal mengambilnya. Tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah kita mau melangkah untuk mengambilnya atau tidak. Selama kita tidak mau melangkah maka selamanya kita tidak akan mendapatkan berkat yang sudah disediakan bagi kita. Kata melangkah disini memiliki pengertian yaitu melakukan firman Tuhan.
Misalnya kita membantu orang miskin atau orang yang membutuhkan pertolongan, maka Tuhan akan membalasnya berlipatkaliganda. Namun bukan berarti kita berlomba-lomba memberi bantuan kepada setiap orang yang membutuhkan pertolongan dengan tujuan semata-mata untuk mendapatkan berkat yang lebih banyak. Tindakan semacam ini bukankah seperti orang yang sedang “gambling” (judi). Memang apa yang kita tabur itu yang kita tuai, asalkan kita menaburnya dengan tulus iklas. Dan sebaliknya, bagi orang yang mendengar Firman Allah dan tidak melakukan, maka orang tersebut dapat disamakan dengan orang yang bercermin dan segera pergi sehingga ia lupa akan rupanya. Demikian orang yang diberkati tetapi tidak melakukan Firman Allah maka ia tidak akan ingat bahwa dia diberkati oleh Tuhan.
Saudara, selain kita diberkati ketika melakukan kehendak Tuhan; kita disebut orang yang berbahagia, seperti yang tertulis pada ayat selanjutnya (ayat 25), ”Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”  Kata berbahagia itu sangat luas sekali artinya dan tidak dapat digambarkan oleh kata-kata. Selain itu kebahagiaan merupakan klimaks daripada kehidupan. Oleh sebab itu manusia berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan kebahagian. Firman Allah dengan jelas mengatakan bahwa kebahagiaan bisa didapatkan apabila melakukan Firman Allah.
Ada perbedaan antara orang yang melakukan Firman Allah dan yang tidak melakukan. Orang yang mendengar Firman Allah tetapi tidak melakukan sama dengan seorang penonton. Contohnya dalam sebuah pertandingan sepak bola. Pemain sepak bola hanya terdiri 11 orang tetapi penonton jumlahnya sampai mencapai puluhan ribu. Penonton tahu tujuan akhir dari pertandingan sepak bola yaitu mencapai goal, dan bagi penonton yang fanatik tahu bagaimana caranya memasukkan bola tetapi mereka tidak mampu melakukannya karena status mereka adalah penonton dan bukan pemain.
Penonton hanya membicarakan problem tetapi tidak menyelesaikan atau memecahkan problem, sedangkan seorang pemain tidak hanya membicarakan problem tetapi memecahkan problem. Penonton tidak akan pernah mendapatkan hadiah atau piala, tetapi pemainlah yang akan mendapatkan hadiah. Dan gambaran ini dapat kita temukan pada kehidupan orang-orang Farisi, dimana mereka begitu  mengerti hukum-hukum Allah tetapi mereka tidak pernah melakukannya, sehingga mereka terbatas sampai pada pengetahuan saja. Demikian hidup kita janganlah hanya tahu tentang kebenaran tetapi menjadi pelaku kebenaran atau hidup dalam kebenaran. Karena orang yang hidup dalam kebenaran akan dimerdekaan dari segala cengkraman dunia termasuk persoalan yang ada di dalamnya. Orang Kristen yang memiliki tipe seperti “penonton”, apabila pergi ke gereja hanya ingin dipenuhi kebutuhannya baik itu pekerjaan, karir maupun segala usahanya, tetapi semuanya adalah sia-sia karena orang yang ingin bertemu dengan Tuhanlah yang akan dipenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Tuhan merindukan supaya setiap kita menjadi seorang pemain yang terlibat dalam pertandingan dan pada akhirnya akan mendapatkan hadiah atau berkat Tuhan. Keberhasilan memang bukan semata-mata kekuatan pemain saja, tetapi karena mereka mau terlibat dalam pertandingan maka mereka sanggup memecahkan problem dengan kuasa Firman Allah. Sudahkah saat ini kita siap bertanding untuk menerima berkat Tuhan yang sudah disediakan ? Percayalah bahwa apa yang telah difirmankanNya akan digenapi, seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:11 ”demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”
Dan perlu diketahui bahwa selain Allah memberikan janji kepada kita, Dia juga memberi jaminan atas hidup kita, supaya apa yang telah dijanjikanNya itu dapat kita peroleh, seperti yang tertulis dalam Efesus 1:14”Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagi kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”
Saudara, perlu dipahami bahwa sebagai pelaku firman harus berani menerima konsekuensi yang ada, baik itu tantangan dari luar maupun dari dalam. Kadang-kadang kita melakukan sesuatu yang baik sesuai firman Tuhan, justru dimusuhi oleh dunia. Tetapi jangan putus asa, sebab firman Tuhan pun berkata, ”Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya.
Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yohanes 15:19). Dan hal ini dapat kita lihat melalui kehidupan guru kita yaitu Yesus Kristus. Walaupun dia sudah melakukan yang baik; baik itu menyembuhkan mereka dari segala sakit penyakit, membebaskan mereka dari kuasa roh jahat, namun mereka justru berteriak “salibkan Dia”, dan mereka memperlakukan Yesus seperti seorang pencuri, perampok ataupun pembunuh.
Untuk itu apabila guru kita yaitu Yesus Kristus mengalami hal demikian maka kita pun sebagai muridnya mengalami hal-hal yang tidak jauh dari guru kita, itulah yang disebut dengan memikul salib. Walaupun hal ini tampaknya tidak enak tetapi ketahuilah bahwa kita sedang melakukan perkara yang besar.
Melalui beberapa penjelasan di atas biarlah kita semakin sungguh-sungguh memberikan diri untuk menjadi pelaku firman, sebab upah yang besar siap menanti kita. Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

22 Juli 2013

Doa Bapa Kami

Doa Bapa Kami
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 18 July 2013 13:46
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Matius 6:9-13 “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,  datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin)”
Setiap orang Kristen tentunya hafal beberapa ayat yang tertulis diatas atau pada umumnya disebut dengan “Doa Bapa Kami”. Tetapi orang yang hafal belum tentu mengerti isi dari ayat-ayat tersebut. Apabila kita menengok ke belakang mengenai kisah daripada Adam dan Hawa, maka kita tahu bahwa mereka telah diusir oleh Tuhan karena jatuh dalam dosa. Dan sebagai akibatnya, mereka harus bersusah payah untuk mendapatkan nafkahnya.
Dan ketika mereka memiliki anak yaitu Kain dan Habil, telah terjadi peristiwa yang mengerikan, dimana Habel telah dibunuh oleh kakaknya yaitu Kain. Namun rupanya Adam dan Hawa mempunyai anak lagi yaitu Enos. Sementara mereka menjalani roda kehidupan, mereka sangat menderita karena berada di bawah kutuk dosa. Lalu akhirnya Enos mulai memanggil nama Tuhan. Dan sejak itulah kehidupan mereka mulai berubah.
Dari kisah diatas telah mengingatkan kita, supaya kita semakin giat dalam hal berdoa dan memahami makna doa itu sendiri, sebab orang yang berdoa kehidupannya pasti akan berubah. Dan dalam Injil Matius pasal 6:9-13, Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal berdoa. Dan didalam hal berdoa ini, kita akan dibawa pada level tertentu. Ada beberapa level yang akan kita capai saat kita berdoa, diantaranya :

1. Hubungan antara bapa dengan anak (Matius 6:9)

Kalau kita perhatikan kata “Bapa kami”, maka hal ini menunjukkan bahwa kita dibawa pada satu level tertentu yaitu mengenai hubungan antara bapa dengan anak. Sebelumnya level antara bapa dengan anak itu tidak ada, karena manusia telah jatuh dalam dosa. Dan level manusia menjadi begitu rendah, bahkan sampai manusia menyamakan dirinya dengan binatang (horoskop atau sio);. misalnya anjing, babi, kuda, ular dan lain sebagainya. Selain itu, kita semua tahu bahwa babi, anjing, ular dan binatang lainnya tidak dapat menyebut induknya bapa. Demikian halnya manusia yang memiliki level rendah bahkan menyamakan dirinya dengan binatang, maka merekapun tidak dapat menyebut Tuhan dengan sebutan Bapa sebab menusia tidak dapat bergaul dengan Allah.

Tetapi puji syukur dalam nama Tuhan Yesus Kristus, sebab saat ini kita telah lahir baru. Dan orang yang lahir baru, sama dengan kembali pada ciptaan yang menurut peta dan gambar Allah, sehingga posisi kita dipulihkan dan kita dapat bergaul dengan Allah seperti hubungan antara bapa dengan anak. Posisi antara bapa dan anak itu sangat penting, sebab dalam posisi inilah hidup kita mendapatkan jaminan secara langsung dari Tuhan, seperti yang tertulis dalam Injil Lukas 11:9-13.

2. Hubungan manusia dengan sorga (Matius 6:9)

Selain berada dalam posisi antara bapa dengan anak, kita dibawa pada level selanjutnya yaitu hubungan kita dengan sorga. Dan bagaimanakah hubungan kita dengan sorga ?. Mari kita baca di dalam Ibrani 10:19, yang berbunyi “. . . . oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus.” Jadi, oleh karena pengorbanan Yesuslah, kita dapat masuk atau mempunyai hubungan dengan sorga yang merupakan tempat kudus. Dan kalau kita membaca sekilas di dalam Ibrani 9, maka kita akan menemukan judul perikop yaitu tentang adanya tempat kudus di bumi dan di sorga. Lalu dimanakah tempat kudus di bumi ? jawabannya adalah di Tabernakel. Hal ini terjadi ketika bangsa Israel keluar dari Mesir dengan pimpinan Musa. Di dalam Tabernakel ada tempat yang disebut ruang mahasuci, dan tidak semua orang dapat masuk ke dalam kecuali orang Lewi. Dan kita adalah orang Lewi secara rohani, dimana kita dapat masuk ke ruang maha kudus yaitu dalam hadiratNya.

3. Menguduskan nama Tuhan (Matius 6:9)

Di dalam Keluaran  20:7 disebutkan : “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Jadi, jangan sekali-kali kita melupakan akan perintah ini. Tetapi biarlah kita senantiasa menguduskan namaNya, sebab namaNya agung dan mulia. Dan jangan sampai kita berbuat seperti yang biasa orang lakukan, yaitu mereka terlalu mudah menyebut nama Tuhan dengan rasa tidak hormat, bahkan kadang-kadang orang menjadi latah dalam menyebut nama Tuhan. Kita tahu bahwa dibawah kolong langit ini tidak ada nama yang mempunyai kuasa baik di bumi maupun di sorga, kecuali dalam nama Yesus.

4. Kerajaan Allah datang di bumi (Matius 6:10-11)

Apabila kita berdoa maka kita masuk pada level dimana kerajaan Allah datang ke dunia. Semua kekayaan, dan kemampuan sorga ada dalam hidup kita. Oleh sebab itu pada waktu Simon mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, maka Tuhan berkata kepada Simon : “engkau Petrus; diatas batu karang ini aku akan mendirikan jemaatKu dan apa yang kau ikat di bumi akan terikat di sorga dan apa yang kau lepas di bumi akan terlepas di sorga.” Apabila kita menabur di bumi ini, maka Tuhan yang ada di sorga tidak tinggal diam sebab ia akan memberkati kita berlipat kali ganda. Kalau kita tidak berdoa maka kerajaan Allah tidak turun dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu Tuhan mengajar kita dalam hal berdoa supaya hubungan kita dengan sorga tetap berlangsung.

5. Kemurahan (Matius 6:12)

Pengampunan harus selalu mengalir dalam kehidupan kita, sebab Allah kita adalah Allah yang penuh belas kasihan dan pengampunan. Kasih setia dan kemurahanNya tidak terbatas. Dan apabila di dalam diri orang Kristen tidak ada kemurahan dalam pengampunan, maka Bapa kita yang disorga tidak akan mengampuni kita, dan kita tetap berada dalam kutuk dosa.

6. Kelepasan (Matius 6:13)

Karena kalau orang bertobat maka roh jahat akan keluar dari orang tersebut dan mencari tempat yang lain. Dan apabila roh jahat telah mendapati tempat asal usulnya itu bersih tersapu dan kosong, dan tidak ada hubungan karib dengan Allah atau Roh Allah tidak ada di dalamnya, maka roh jahat itu akan membawa tujuh roh jahat yang lain sehingga keadaan orang ini semakin parah. Tetapi apabila kita tetap berdoa maka tak ada kuasa kegelapan yang bisa menyentuh kita karena ada kelepasan dalam kehidupan kita.

7. Kekekalan (Matius 6:13b)

Ketika berdoa dan menjaga hubungan kita dengan Bapa maka kita dibawa pada level yang kekal. Sebab Tuhan adalah yang empunya kerajaan dan kuasa serta kemuliaan sampai selama-lamanya. Dan apabila kita tidak berdoa, maka level kekekalan ini tidak ada pada kehidupan kita. Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

12 Juli 2013

Tetap Percaya

Tetap Percaya
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 11 July 2013 16:11
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
”Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”
Ibrani 10:35-36
Saudara, berapa banyak orang Kristen yang terlalu mudah untuk melepaskan atau undur dari iman percaya mereka oleh karena kedudukan, jabatan, harta kekayaan, jodoh dan lain sebagainya. Dan mereka menganggap bahwa pengorbanan Yesus di atas kayu salib terlalu rendah, sehingga mereka tidak mau mempertahankan kepercayaan mereka. Namun kali ini firman Tuhan menasehatkan untuk tidak undur dari iman kita. Karena apabila kita melakukan dengan tekun maka kita akan menerima upah yang besar. Selain itu, tanpa iman seseorang tidak akan berkenan di hadapan Allah.

Apabila kita meneliti kembali kisah daripada Abraham yang terdapat dalam Kejadian 12, maka kita akan belajar banyak hal mengenai hidup yang percaya kepada Tuhan; yaitu tatkala Abraham dipanggil Tuhan untuk keluar dari sanak saudaranya dan pergi ke suatu negeri yang ditunjukkan Tuhan. Sedangkan negeri yang hendak dituju masih belum diketahui posisinya dimana maupun namanya, tetapi Abraham hanya mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Dia hanya melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Adapun yang melatar belakangi Abraham menjawab “ya Tuhan” (sebagai tanda ketaatannya) adalah ia sungguh meyakini apa yang telah difirmankan Tuhan yaitu ia akan menerima berkat Tuhan yang luar biasa yaitu hari depan yang baik.
Bahkan, jikalau kita melihat perjalanan hidup Abraham maka kita tidak akan pernah hidup dalam ketakutan ataupun kekuatiran, karena sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup (Roma 4:18-19).
Saudara, percaya itu ada dasarnya. Tatkala Tuhan memanggil saya (Pdt. Abraham Alex T.) tahun 1965. Pada waktu itu saya mengikuti ibadah kebangunan rohani, dan hamba Tuhan yang berkhotbah saat itu bernubuat untuk saya, katanya “son serve Me” (anakku layanilah Aku) Lalu apakah respon saya ? saat itu saya tertawa karena tidak percaya, sebab saya berpikir bahwa seorang pedagang tidak mungkin menjadi seorang pendeta. Disamping itu saya masih ragu-ragu dengan profesi pendeta, karena di dalamnya penuh dengan pertengkaran, kedengkian maupun kebencian. Namun bagaimanapun juga Allah tidak berhenti untuk menyatakan kerinduanNya untuk memakai saya sebagai alatNya. Dan beberapa waktu kemudian saya sempat menabrak seorang anak yang hampir mati. Dan saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan kecuali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga anak yang saya tabrak tidak menjadi mati tetapi mengalami mujizat yang luar biasa, dan anak itu menjadi sembuh.
Dan sejak saat itulah saya mulai percaya bahwa saya benar-benar dipanggil Tuhan untuk melayaniNya. Oleh sebab itu, apabila kita dipanggil Tuhan untuk melayaniNya, janganlah kita menunda atau menunggu sampai kita mengalami persoalan yang berat. Karena apabila Tuhan memanggil kita, Ia sudah mempersiapkan kita untuk melakukan perkara-perkara yang besar dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Apabila kita meresponi panggilan Tuhan maka kita akan hidup dalam perlindungan Allah, dan perlindungan Allah itu sungguh sempurna. Bahkan Tuhan akan mengutuk orang yang mengutuk kita dan Dia akan memberkati orang yang memberkati kita. Dibalik kepercayaan ada upah yang besar; untuk itu janganlah ragu terhadap segala janji Tuhan, karena janji Tuhan yang disampaikan disertai dengan sumpah. Dan Allah tidak pernah mengingkari atau lalai terhadap janjiNya sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (II Petrus 3:9).

Perkara besar tidak akan pernah terjadi apabila kita tidak taat dalam perkara yang kecil. Ketika saya (Pdt. Abraham Alex T.) disuruh Tuhan untuk mendirikan gereja di Mojokerto maka saya melakukannya, bahkan sampai segala sesuatu yang kami punyai habis untuk mendirikan beberapa gereja. Dan setelah terbangun 14 gereja, Tuhan menyuruh untuk pergi ke Surabaya, sehingga saya harus mengawali dari nol karena semua harta kami sudah ditabur untuk pembangunan gereja. Tapi hal ini tidak membuat kami putus asa karena Tuhan sudah mempersiapkan hal baik bagi kami. Akhirnya Tuhan menyuruh untuk membangun gereja Bethany Manyar, dan setelah membangun gereja Manyar, saya disuruh untuk mendirikan gereja Nginden sampai pada akhirnya mendirikan Menara Doa Jakarta.

Saudara, segala perkara yang saya lakukan sepanjang perjalanan pelayanan saya diluar kekuatan manusia tetapi semuanya itu bisa terjadi karena yang saya lakukan hanya taat dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Dan saya yakin bahwa Allah sedang mempersiapkan berkat yang luar biasa, termasuk bagi saudara juga. Memang sementara kita melakukan kehendak Allah tidak langsung diberkati, karena kalau lihat perjalanan dari Abraham juga mengalami kesukaran demi kesukaran tetapi dia tidak menemui jalan mati. Sehingga kesukaran itu menjadi mudah bagi Abraham. Abraham juga pernah mengalami kelaparan sehingga ia harus pergi ke Mesir. Abraham juga mengalami persoalan rumah tangga, dimana istrinya mau diambil Firaun, tetapi Tuhan melindungi. Walaupun Abraham mengalami berbagai macam persoalan tetapi ia tetap meyakini bahwa Allah sanggup memelihara dia dan keluarganya. Bahkan dia juga harus berperang melawan raja-raja Timur untuk menolong Lot seperti yang tertulis dalam Kejadian 14. Dan akhirnya peperangan dimenangkan oleh Abraham.

Kehidupan Abraham penuh dengan liku-liku, dan ia sempat mengambil keputusan yang salah, sehingga lahirlah Ismail. Dan supaya ia benar kembali maka ia mengambil keputusan yang tegas untuk menjawa “ya Tuhan” terhadap segala yang diperintahkan Tuhan, termasuk harus menyerahkan anaknya sebagai korban bagi Tuhan. Walaupun pada akhirnya Tuhan menyediakan domba sebagai ganti korban bagi Tuhan. Selain itu Abraham diperintahkn untuk mengusir budaknya yaitu Hagar beserta anaknya. Memang hal ini sempat membuat hati Abraham sebal tetapi karena berani mengambil keputusan yang tegas maka ia berada dalam posisi yang benar dan janji-janji Tuhan digenapi dalam hidupnya (Kejadian 21:8-12). Demikianlah dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk tegas mengusir dosa yang tersembunyi dalam kehidupan kita walaupun sempat membuat kita sebal, tetapi apabila kita melakukannya maka kita yang percaya pada Kristus berhak menerima berkat-berkat Abraham, seperti yang tertulis dalam Galatia 3:29. Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

Imam dan Raja

Imam dan Raja

Written by Multimedia Graha Bethany   
Monday, 08 July 2013 10:10
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
I Petrus 2:9
”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan
Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbutan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil
kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.”


Pada mulanya manusia (Adam dan Hawa) diciptakan dalam kondisi sempurna, yaitu seturut peta dan
teladan Allah (Kejadian 1:26). Manusia memiliki citra diri yang sama dengan imam dan raja. Pada saat itu
manusia bergaul karib dengan Allah sebagai bukti bahwa mereka adalah seorang imam. Dan mereka diberi
kuasa untuk memerintah dan berkuasa atas binatang yang ada di darat, udara dan laut termasuk tumbuh-
tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah seorang raja yang berkuasa. Walaupun Adam dan Hawa diberi wewenang untuk menguasai bumi tetapi mereka tidak lepas daripada keimamannya. Mereka melakukan segala sesuatu atas perintah Tuhan.
Tetapi setelah manusia (Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa, maka citra diri mereka menjadi rusak. Manusia tanpa sadar membanggakan dirinya atas perubahan citra diri yang serba binatang, misalnya : kalajengking, babi, monyet dan lain sebagainya yang disebut dengan Sio atau Horoskop. Citra diri manusia telah jatuh sehingga sama dengan binatang dan tidak memiliki kuasa lagi, padahal manusia seharusnya menguasai binatang. Saat ini kita dapat mengucap syukur, karena citra diri yang serupa dengan peta dan teladan Allah boleh kita miliki kembali setelah lahir baru di dalam Yesus.
Ada tiga hal yang membuat kita disebut sebagai anak raja dan imam :

1. Moral dan Karakter Raja

Karakter memiliki pengaruh yang besar, baik karakter laki-laki maupun perempuan. Kadang-kadang
seorang raja rusak karena istrinya. Jadi, sebagai laki-laki harus memiliki karakter seorang raja dan moral
seorang imam atau hamba Tuhan. Demikian sebagai perempuan harus memiliki karakter seorang permaisuri dan
moral seorang imam atau hamba Tuhan. Karakter seorang raja dan moral seorang imam harus kita pertahankan.
Apabila kita mulai jauh dari karakter dan moral seorang raja dan imam, maka kita akan mengalami kehancuran.
Mungkin saat ini kita dalam keadaan biasa saja, bahkan pas-pasan atau kekurangan, tetapi apabila kita memiliki
karakter dan moral seorang raja maka kita akan melihat keberhasilan yang luar biasa. Untuk dapat memililki
moral dan karakter seorang raja tidak kita dapatkan begitu saja, namun harus ada harga yang harus kita bayar
yaitu dengan jalan mempelajari kebenaran firman Tuhan dan terlebih menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun kerapkali kita gagal untuk mempraktekkan karakter sebagai raja namun apabila kita mau terus
berusaha tentunya dalam pimpinan Roh Kudus maka kita akan mencapainya.

2. Wisdom (Hikmat)

Amsal 3:13
”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh
kepandaian”


Kepandaian memang perlu, khususnya anak-anak kita perlu didorong untuk menimba ilmu sebanyak-
banyaknya supaya mendapat pengetahuan yang tinggi, tetapi jangan sampai kita hanya mengandalkan
kepandaian saja. Firman Tuhan berkata dalam Yeremia 17 bahwa terkutuklah orang yang mengandalkan
kekuatan manusia tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan. Salah satu contoh tokoh Alkitab adalah
Musa. Musa adalah orang yang pandai, karena sejak masih kecil sampai dewasa ia mendapat pendidikan yang
bagus di istana Firaun tetapi tidak punya wahyu. Tetapi setelah Musa dibawa Tuhan ke padang gurun selama 40
tahun sampai ia bertemu dengan Tuhan dan mendapatkan wahyu dari Tuhan. Setelah Musa mendapat wahyu
dari Tuhan dan ditambah dengan kepandaian yang ia miliki, maka ia disebut orang yang berhikmat. Bukti dari
kepandaiannya adalah bahwa ia sanggup membawa dan mengatur kurang lebih tiga juta orang untuk menuju
tanah perjanjian. Dan sebagai bukti bahwa ia mendapat wahyu dari Tuhan adalah ia telah melakukan apa yang
diperintahkan Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir yang disertai dengan tanda ajaib dan
mujizat. Dan perlu kita ketahui bahwa hikmat dari dunia berbeda dengan hikmat dari Tuhan, karena hikmat dari
dunia hanya terbatas pada pengetahuan saja, sedangkan hikmat dari Tuhan mengandung suatu kuasa yang luar
biasa.

3. Kuasa Untuk Mengambil Keputusan

Amsal 13:13
”Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat
kepada perintah, akan menerima balasan.”


Sebagai seorang imam itu pasti taat kepada Tuhan termasuk dalam mengambil keputusan. Kita dapat
mengambil keputusan apabila diperintah Tuhan. Dan jangan sekali-kali kita mengambil keputusan tanpa
diperintah Tuhan walaupun kita berpikir bahwa keputusan yang kita ambil itu akan mendapatkan keuntungan
yang besar. Karena apabila kita tetap mengambil keputusan maka akibatnya akan fatal. Kadang-kadang kita
ragu-ragu dalam mengambil keputusan meskipun mendapat perintah dari Tuhan, karena kita melihat kekuatan
dan kemampuan kita. Tetapi apabila kita berani mengambil keputusan atas perintah Tuhan maka kita akan
melakukan perkara besar bersama Tuhan. Mungkin dalam hati kita timbul pertanyaan, bagaimana kita tahu
mengenai keputusan yang kita ambil adalah perintah dari Tuhan. Hal ini tidak dapat kita lakukan dengan
perasaan kita, karena antara perasaan dan suara Tuhan itu beda tipis, tetapi apabila kita peka akan suara Tuhan
maka kita dapat pastikan bahwa itu adalah suara Tuhan. Dan untuk mempertajam kepekaan kita terhadap suara
Tuhan, jalan satu-satunya adalah membangun hubungan yang intim dengan Tuhan. Berapa banyak orang
beranggapan bahwa mereka telah mendengar suara Tuhan, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak
pernah memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan, sehingga pernyataan ini sangat diragukan. Untuk itu
marilah kita memiliki hati yang senantiasa rindu bersekutu dengan Tuhan agar kita memiliki kepekaan terhadap
suara Tuhan terlebih memiliki kuasa untuk mengambil keputusan. Amin

Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification