14 September 2013

Bertumbuh dan Berbuah

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat bacaan : Yesaya 5:1-2
Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya  : Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur.
Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur  pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga  di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur;  lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.
Kita sebagai gereja Tuhan telah digambarkan seperti kebun anggur, dan pemilik kebun anggur adalah kekasih kita yaitu Yesus Kristus. Dia sangat mengharapkan kebun anggur itu menghasilkan buah yang lebih baik. Untuk itu, marilah kita melihat keberadaan kita sebagai kebun anggur Tuhan. Sudahkah kita menghasilkan buah anggur yang baik atau belum ?. apabila belum, biarlah dalam kesempatan yang ada kita berusaha untuk menghasilkan buah yang baik. Dan jikalau kita sudah menghasilkan buah yang baik, janganlah berpuas diri tetapi biarlah kita berbuah semakin lebat, sebab inilah kehendak Tuhan. Karena dengan demikian Bapa kita yang disurga dipermuliakan.

Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebagai kebun anggur dalam menghasilkan buah yang baik, yaitu diantaranya :


1. Mencangkul dan membuang batu-batunya.


Berapa banyak kita telah mendengar khotbah tentang hal ini. Tetapi kali ini kita akan membahas lebih lagi sebagai bahan koreksi dalam kehidupan kita, apakah hal-hal yang telah kita terima/dengar sudah menjadi kenyataan dalam kehidupan kita atau belum. Apabila belum, mari kita membaca dalam Injil Lukas 13:7-9, disitu kita akan menemukan hal penting, dimana pengurus akan kebun anggur itu memohon kepada pemiliknya untuk diberi kesempatan untuk mengusahakan supaya pohon anggur itu menghasilkan buah; yaitu dengan cara merawat dan memberi pupuk (makanan rohani) karena sudah tiga tahun masih belum menghasilkan buah, padahal kebun anggur itu seharusnya menghasilkan buah pada musimnya. Mungkin saat ini kita menjadi orang Kristen sudah lima tahun, sepuluh tahun atau lebih tetapi belum menghasilkan buah, maka dalam kesempatan ini kita segera mengambil suatu tindakan untuk dapat menghasilkan buah. Apabila hati kita masih keras, marilah kita cangkul dengan cara merendahkan diri dihadapan Tuhan, dan apabila dalam hati kita masih ada batu penghalang diantaranya sakit hati, kedengkian, kebencian, dendam bersungut-sungut dan lain sebagainya (tentunya yang bukan merupakan kehendak Tuhan). Marilah kita buang jauh-jauh penghalang itu, jangan sampai tetap tinggal dalam hati kita !. Sebab apabila kita sudah bebas dari semua penghalang-penghalang itu maka kita akan melihat hasil yang memuaskan. Ada yang menghasilkan seratus kali lipat, enam puluh kali lipat maupun tiga puluh kali lipat .Oleh sebab itu biarlah dalam kesempatan ini kita akan segera menghasilkan buah yang baik, supaya kita diberkati.


2. Menanami dengan pokok anggur pilihan


Sejak kita percaya Tuhan, dibaptis dan lahir baru, maka sejak itu kita ditentukan memiliki nasib yang baik dan sebagai jaminannya adalah roh Kudus yang telah dimeteraikan dalam kehidupan kita. Terlebih dari itu, kita telah dijadikan sebagai pohon anggur pilihan dan sebagai benih yang sungguh murni (Yeremia 2:21), untuk menghasilkan buah yang baik. Allah memanggil kita bukan hanya sekedar dipanggil tetapi kita telah dijadikan bangsa yang terpilih dan imamat yang rajani sebagai umat kepunyaan Allah sendiri (I Petrus 2:9-10). Dan apabila kita menyadari bahwa diri kita benar-benar berharga di mataNya, maka tidak ada alasan kita berkecil hati atau putus asa dalam menghadapi pergumulan hidup ini karena Ia sanggup membela kita, jikalau kita menghargai akan panggilan itu. Sekali-kali Dia tidak akan membiarkan tergeletak sebab tanganNya menopang kita. Dan apabila persoalan diijinkan datang dalam kehidupan kita maka ketahuilah Dia sedang melatih kita untuk menjadi dewasa, dan untuk membuktikan bahwa kita adalah pohon anggur pilihan.


3. Mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya


Menara jaga sengaja dibangun guna mengawasi pertumbuhan dan keamanan kebun anggur tersebut sampai kebun anggur itu menghasilkan buah. Oleh karena itu kita sebagai orang percaya yang diumpamakan sebagai kebun anggur biarlah kita berjaga-jaga dalam doa dan puasa, supaya firman yang ditaburkan di hati kita memberikan pertumbuhan atas kerohanian kita, sehingga kerohanian kita mengalami kedewasan dan siap untuk menghasilkan buah. Dan melalui menara jagalah kita dapat melihat apakah masih ada penghalang-penghalang pertumbuhan dan berbuahnya pohon anggur (kerohanian kita). Tanpa kita membangun menara jaga dalam pengertian membangun hubungan dengan Tuhan maka sia-sialah segala usaha kita. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 127:1-2, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”



4. Menggali lobang tempat memeras anggur


Pada saat anggur diperas maka keluarlah air anggur yang murni, dan hasil buah anggur itu dapat dinikmati. Demikianlah dalam kehidupan kita, apabila kita sudah mengalami kedewasan rohani maka saat itulah kita dapat mengeluarkan buah-buah yang baik; diantaranya : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Dan hasil buah anggur itu merupakan persembahan yang terbaik dalam kehidupan kita, karena persembahan itu akan diperhitungkan sebagai persembahan khusus dan sama seperti gandum dari tempat pengirikan (Bilangan 18:27). Persembahan disini sesungguhnya dalam bahasa Ibraninya : Penyembahan (pujian). Memang, selama kita menumpang di dalam dunia ini, kita masih tetap mengalami berbagai macam pergumulan, tetapi apabila kita tetap bergantung sepenuhnya kepada Tuhan maka kekuatan yang luar biasa akan tinggal dalam kehidupan kita. Walaupun dalam segala hal kita ditindas, namun tidak terjepit; kita habis akal, namun tidak putus asa; kita dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kita dihempaskan, namun tidak binasa (II Korintus 4:8-9), karena kita sudah ditentukan sebagai pemenang bahkan lebih dari pemenang dalam Kristus. Amin.

Sumber: http://bethanygraha.org/i

7 September 2013

Posisi Hidup Yang Dipulihkan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Wahyu 12:7-9 ”Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu  dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga.
Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”
Sebelum terjadi peperangan, Lucifer adalah malaikat yang cantik (sempurna), tetapi oleh karena kesombongannya maka ia berusaha memberontak dan melawan Allah.
Hal ikwal mengenai rentetan peristiwa jatuhnya manusia ke dalam dosa bermula terjadinya suatu peperangan yang terjadi di Sorga, seperti yang tertulis dalam Wahyu 12:7-9 ”Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu  dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.” Sebelum terjadi peperangan, Lucifer adalah malaikat yang cantik (sempurna), tetapi oleh karena kesombongannya maka ia berusaha memberontak dan melawan Allah.

Apabila kita melihat posisi masing-masing pribadi telah terbagi menjadi tiga bagian yang urutannya sebagai berikut; Allah berada pada langit ketiga, dan iblis berada pada langit kedua, sedangkan manusia berada pada langit pertama. Dan pada saat iblis memberontak maka dia dilempar kebawah yaitu pada langit pertama dimana manusia tinggal, seperti yang tertulis dalam Wahyu 12:10b “ . . . . karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.” Sehingga sebagai akibatya iblis berusaha merusak manusia termasuk segala isinya; hal ini dapat kita lihat pada Wahyu 12:12b, dikatakan “ . . . . celakalah kamu, hai bumi dan laut!  karena Iblis telah turun kepadamu,  dalam geramnya yang dahsyat,  karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.” Dan setelah iblis berhasil menjatuhkan manusia dengan segala tipu dayanya, maka langit menjadi tembaga dan bumi menjadi besi (Ulangan 28:23), dalam pengertian bahwa manusia tidak dapat lagi berhubungan dengan Allah.
Langit I dan langit II telah dikuasai oleh iblis, termasuk manusia juga berada dalam kekuasaan si jahat; sehingga segala sesuatu yang dilakukan manusia berada dalam kendali si jahat, seperti yang tertulis dalam Efesus 2:1-2, ”Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.”
Oleh karena keberadaan manusia dibawah kekuasaan si jahat (iblis) maka manusia dirubah pola pikirnya menjadi salah (gambaran langit menjadi tembaga), sehingga berkat Tuhan tidak dapat dicurahkan pada manusia. Dan beberapa pola pikir yang salah, diantaranya :
Nature View, yaitu manusia dialihkan pandangannya untuk tidak menyembah kepada sang pencipta, tetapi menyembah hasil ciptaanNya yaitu alam semesta termasuk isinya, misalnya menyembah gunung, pohon besar, binatang (shio), laut, maupun matahari.
Human View, yaitu pandangan manusia mulai dialihkan pada ajaran manusia tentang kebaikan yang lebih ditinggikan, sehingga ada falsafah menusia yang bukan dari Tuhan.

Society View, yaitu mempercayai adat-istiadat manusia yang didalamnya terdapat ritual untuk mengadakan penyembahan terhadap setan selaku penguasa bumi.
Politechnic View, yaitu segala sesuatu diukur kebenarannya secara alam, misalnya : menurut hukum alam (matematika), 5+2=7, sedangkan menurut iman Kristen ada sesuatu yang bisa diluar akal manusia, contoh 5 roti + 2 ikan dapat memberi makan lima ribu orang, tidak termasuk wanita dan anak-anak, bahkan lebih dua belas bakul.
Dalam kondisi yang seperti ini, akhirnya Allah mempunyai inisiatif untuk mengembalikan manusia pada posisi yang semula, yaitu dengan memberikan/mengorbankan PutraNya yang tunggal untuk menanggung beban dosa manusia. Dimana dua ribu tahun yang lalu Tuhan Yesus turun ke bumi untuk disalibkan, lalu mati, dan pada hari yang ketiga Yesus telah bangkit sehingga terjadi kemenangan yang besar. Dan setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, seperti firmanNya yang terdapat dalam Yohanes 3:16, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Saudara, melalui kasih Allah yang besar ini juga memiliki tujuan supaya pola pikir atau cara pandang manusia dirubah menjadi God View, yaitu seluruh aspek kehidupan menusia harus berorentasi kepada Tuhan, dan manusia hanya menyembah kepada Tuhan di dalam nama Yesus, karena firmanNya berkata : ”Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23-24). Dan pada akhirnya, langit yang menjadi tembaga mulai terbuka dan berkat Allah tercurah kepada manusia yang percaya kepada Dia. Selain itu, dalam melanjutkan rencana Allah yaitu membawa jiwa-jiwa yang belum diselamatkan, maka Allah memberikan kuasa kepada manusia yang percaya kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Lukas 10:19 ”Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.”

Hal ini sangat berkaitan juga dengan tugas yang harus kita emban sebagai umat tebusan Allah, yaitu : ”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:8). Saat kita percaya kepada Kristus, maka saat itulah Roh Kudus dimeteraikan dalam hidup kita sebagai jaminan bahwa orang tinggal dalam Kristus tetap dalam kekuasaan Tuhan. Untuk itu jangan takut dan gentar terhadap segala sesuatu termasuk tipu daya iblis yang berusaha menjatuhkan kembali, sebab kuasa iblis telah dikalahkan. Oleh sebab itu bersyukurlah senantiasa karena posisi kita telah diubahkan oleh Tuhan, dimana dulunya kita berada dalam kekuasaan iblis, tetapi sekarang berada dalam tangan Tuhan; dan yang dulunya hidup dalam kutuk dosa tetapi sekarang hidup dalam kasih karunia Allah. Amin.

Sumber: http://bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification