31 Desember 2011

Renungan Harian Online: Bintang sebagai Tanda Penyertaan Allah

Bintang sebagai Tanda Penyertaan Allah

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Yesaya 40:26
=====================
"Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu..."

bintang tanda penyertaan AllahBeberapa waktu lalu seorang teman datang berkunjung dan menginap di rumah. Pada malam harinya kami duduk berbincang-bincang di teras rumah, dan di langit terlihat begitu banyak bintang bertaburan. Tiba-tiba ia menunjuk ke arah sekelompok bintang dan berkata "Itu rasi orion!" Saya bukan orang yang mengerti astronomi atau ilmu perbintangan, dan saya tidak pernah tahu sebelumnya kalau teman saya itu bisa mengamati rasi bintang. Ia pun terus menunjuk kesana kemari untuk menunjukkan pola-pola bintang lainnya yang ia kenal. Selagi pandangan saya menatap bintang-bintang di langit dan mengikuti penjelasan teman saya itu, saya pun berpikir, betapa Tuhan telah menghias langit dengan begitu indahnya. Dan saya pun kemudian menyadari bahwa sesungguhnya ada pesan yang disampaikan Tuhan setiap malam lewat keberadaan bintang-bintang itu.

Seorang ahli astronomi pernah berkata bahwa apabila kita memiliki mata yang baik maka kita akan bisa melihat 5000 bintang. 5000 rasanya seperti terdengar berlebihan, tapi begitulah katanya. Ada banyak bintang yang tidak terlihat secara kasat mata, dan para ahli pun kemudian mengunakan teleskop untuk bisa menyelidiki dan mengamati lebih jauh lagi tentang bintang-bintang ini. Penelitian para ahli astronomi ini menyimpulkan bahwa ada milyaran galaksi di angkasa raya, dan setiap galaksi ini memiliki milyaran bintang pula. Bisa dibayangkan ada berapa banyak jumlah bintang sebenarnya yang ada di atas sana. Seorang ahli pernah berkata, ada lebih dari 10 bintang di alam semesta ini untuk setiap butir pasir di bumi. Itu sebuah perbandingan yang mencengangkan yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya.

Abraham mungkin tidak tahu kesimpulan ahli ini. Tapi tanpa tahu pun Abraham tentu tercengang ketika mendapatkan janji Tuhan kepadanya yang dihubungkan dengan jumlah bintang. "Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Kejadian 15:5). Perlukah Abraham terlebih dahulu menghitung bintang? Perlukah ia berbantah-bantah dulu karena janji Tuhan itu terdengar aneh dan tidak masuk akal? Tidak. Alkitab mencatat respon Abraham, yang pada masa itu masih bernama Abram. "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (ay 6). Lalu  lihatlah bintang yang menuntun orang-orang Majus dari Timur untuk bertemu dan menyembah bayi Yesus. (Matius 2:1-12). Daud pun berulang kali menuliskan perenungannya sambil melihat ke arah bintang-bintang. Lihatlah salah satunya berbunyi: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Bintang bisa membawa begitu banyak pesan Tuhan kepada kita. Bintang selalu hadir setiap malam, dan kita bisa menyaksikannya ketika langit cerah, berkilauan gemerlap di langit gelap. Di bentangan langit gelap itu Tuhan ternyata berbicara dan menyatakan kehadiranNya kepada kita.

Lihatlah apa bunyi firman Tuhan lewat Yesaya berikut ini. "Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat." (Yesaya 40:26). Ayat ini mengingatkan kita akan kebesaran kuasa Tuhan, yang sanggup menyuruh milyaran bintang-bintang itu keluar tanpa terkecuali. Itu menunjukkan keberadaanNya ditengah kita, itu menunjukkan penyertaanNya kepada kita. Lalu ayat selanjutnya berkata: "Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?" Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (ay 27-29). Seperti halnya Tuhan memperhatikan milyaran bintang di langit, Dia pun memperhatikan milyaran individu yang hidup di bumi. Tidak satupun yang Dia lupakan, tidak satupun yang Dia abaikan. Artinya jelas. Jika Tuhan sanggup menggerakkan segenap penghuni langit untuk keluar satu persatu, Dia pun dapat membawa kita keluar dari gelap menuju kepada terangNya.

Apabila ada di antara anda yang hari ini dicekam kekuatiran menghadapi datangnya tahun yang baru atau tengah ditimpa beban berat, arahkanlah mata ke langit dan lihatlah bahwa di balik bintang-bintang yang anda amati itu ada Tuhan yang bertahta disana. Dia sedang berbicara mengingatkan anda bahwa anda tidaklah sendirian. Dia peduli dan selalu siap untuk membawa anda keluar dari kegelapan menuju kepada terangNya yang damai dan penuh sukacita. Malam ini jika anda melihat bintang-bintang bertaburan dengan gemerlapnya yang indah, bersyukur dan bersukacitalah. Sebab itu tandanya Allah peduli dan mengasihi anda.

"Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya...Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 136:3,9)

24 Desember 2011

Renungan Harian Online: Mencari Alasan

Mencari Alasan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Efesus 5:1
====================
"Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih"


alasanSeorang musisi pernah mengeluh kepada saya karena salah seorang anggota bandnya seringkali mangkir atau datang terlambat. Gara-gara satu orang itu mereka pun terus terkendala dalam latihan mereka. Alasan yang dikemukakan menurutnya selalu saja ada, mulai dari yang klise seperti terjebak macet, sampai yang rasanya konyol seperti ketiduran atau lupa jadwal. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya untuk menumbuhkan band jika ada anggota yang seperti ini di dalamnya. Saya pun berpikir bahwa ada banyak orang yang bersikap seperti itu. Datang terlambat ke kantor, terlambat ke sekolah, terlambat menjemput, itu menjadi ritme banyak orang setiap harinya. Alasan yang dikemukakan pun bisa bermacam ragam. Saking pintarnya mencari alasan, jangan-jangan kita sudah pantas menjadi "profesor alasan". Variatif, kreatif and inovatif, seperti itulah pintarnya kita dalam mereka alasan. Disiplin semakin lama sudah semakin langka. Seandainya kreativitas dalam inovasi itu dipergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat positif dan baik seharusnya negara kita bisa lebih baik lagi. Tapi itulah sebuah sikap yang nyatanya semakin membudaya di kalangan banyak orang. Mencari alasan bisa pintar, tapi untuk berdisiplin dan patuh terhadap peraturan atau jadwal sulitnya bukan main. 

Dengan giatnya "berlatih" dalam soal mencari alasan, kita pun kemudian terbiasa untuk melakukan itu, termasuk dalam hal mematuhi perintah Tuhan. Jika teman saya yang musisi itu saja bisa kesal, dan kita pun akan merasakan hal yang sama jika orang yang berjanji dengan kita "ngaret" seenaknya, tidakkah kita berpikir bahwa Tuhan pun mungkin dibuat kesal dan muak dengan perilaku seperti ini. Kita bisa dengan mudah mengabaikan saat teduh, melupakan berdoa, apalagi meluangkan waktu untuk membaca Alkitab. Alasan bisa sangat banyak dan mudah untuk dikemukakan. Hari ini terlalu capai, banyak pekerjaan, banyak tugas, mengantuk, sibuk dan sebagainya sering menjadi alasan bagi kita untuk mencoret Tuhan dari kegiatan kita sehari-hari. Dalam hal mematuhi perintah Tuhan pun sama. Kita tahu bahwa yang kita lakukan itu salah, tapi kita terus mencari alasan sebagai pembenaran untuk terus melakukannya. Kita berpikir bahwa kita bisa mengelabuhi Tuhan lewat alasan yang kita kemukakan, namun tentu saja itu tidak akan pernah bisa menipu Tuhan. Dia tahu segalaNya, dan jangan lupa bahwa Tuhan pun tegas jika berurusan dengan kepatuhan kita akan firmanNya.

Lihatlah bagaimana contoh manusia berlindung di balik alasan dalam perumpamaan soal talenta. (Matius 25:14-30). Ketika orang yang diberi lima dan dua talenta dengan patuh mengerjakan kewajibannya, hamba dengan satu talenta ternyata begitu malas dan memilih untuk hanya memasukkan uang itu dalam lubang di tanah. (ay 18). Ketika tuannya meminta pertanggungjawaban, lihatlah bagaimana ia berkelit dengan memberi alasan. "Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.  Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" (ay 24-25). Bukan saja mencari alasan, tapi ia pun berani menyalahkan atau mengkambing hitamkan tuannya sendiri. Tuhan sama sekali tidak berkenan dengan sikap seperti ini. Dan lihatlah reaksi sang tuan dalam perumpamaan ini. Si hamba ini dikatakan sebagai "hamba yang jahat dan malas" (ay 26) dan harus menerima konsekuensi dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, dimana yang ada hanya ada ratap dan kertak gigi. (ay 30). Fatal sekali akibatnya jika bermain-main dengan perintah Tuhan, itu jelas bisa kita lihat lewat perumpamaan ini.

Allah tidak suka dengan kecenderungan kita untuk mengabaikan petunjukNya yang sebenarnya sudah jelas tertulis di dalam Alkitab, apalagi dengan adanya Roh Kudus yang terus mengingatkan kita apabila mulai serong dalam berjalan. Paulus mengingatkan hal ini dalam suratnya kepada jemaat Tesalonika. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus." (1 Tesalonika 4:1-2). Disini Paulus mengingatkan kita akan bagaimana kita seharusnya hidup berkenan kepada Tuhan dan bahwa petunjuk-petunjuk itu sudah diberikan kepada kita atas nama Tuhan Yesus. Ini tidak main-main. Melanggarnya akan membawa konsekuensi berat atas diri kita. Lebih lanjut lagi Paulus pun mengingatkan kita agar jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus dan mengabaikan pengajaranNya lalu lebih memilih untuk menuruti kehendak kita pribadi saja. "Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan." (Efesus 4:30).

Oleh sebab itu mari kita dengar dan renungkan nasihat berikut ini. "Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih" (Efesus 5:1). Ini adalah sebuah nasihat yang sudah sepantasnya menjadi sesuatu yang selalu kita ingat baik-baik dalam meniti kehidupan di dunia ini. Remember God is always serious when it comes to our obedience towards His words. Kemalasan kita dalam membaca Alkitab akan membuat kita tidak tahu apa saja perintah dan larangan Tuhan dengan jelas, dan tidak ada satupun alasan yang bisa kita kemukakan untuk itu. Keengganan membangun hubungan dengan Tuhan jelas akan membuat hubungan kita berjarak sangat jauh dari Tuhan, dan itu akan membuat kita tidak peka akan bahaya dosa. Di saat seperti itu kita sama saja dengan mendukakan Roh Kudus Allah yang sebenarnya telah memeteraikan kita untuk menerima anugerah keselamatan. Menjelang hari Natal dan Tahun Baru, marilah kita berbenah lebih serius dalam membangun hubungan dengan Tuhan dan mendalami firmanNya. Ini saatnya bagi kita untuk memperbaharui tekad untuk membaca petunjuk-petunjuk yang telah Dia nyatakan dan menjalani hidup berdasarkan petunjuk-petunjuk itu dengan ketaatan penuh tanpa banyak alasan.

Tidak ada satupun alasan yang bisa memberi keringanan dalam mengabaikan Tuhan

18 Desember 2011

Renungan Harian Online: Marah-Marah

Marah-Marah

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:14
==================
"sabarlah terhadap semua orang."


marah"Ini orang parkir seenak jidatnya saja!" teriak seorang pengemudi yang tidak bisa keluar dari parkiran karena mobilnya terhalang sebuah mobil lain yang parkir seenaknya. Tukang parkir menjadi sasaran empuk karena seharusnya ia melarang mobil itu untuk parkir menutupi mobil lain. Tukang parkir itu pun kemudian kalang kabut mencari pemilik mobil tapi gagal menemukannya. Saya parkir kebetulan tidak jauh dari situ sehingga melihat kejadiannya secara jelas. Sementara si pemilik mobil yang terhalang masih marah-marah sambil membentak tukang parkir, belum juga ada tanda-tanda pengemudi mobil dibelakangnya kembali ke mobilnya. Pernahkah anda melihat hal ini? Rasanya kita sering melihat kejadian seperti ini, atau bahkan mengalaminya sendiri. Tidak hanya soal parkir sembarangan, kitapun kerap kesal melihat orang yang mempergunakan fasilitas umum sesuka hatinya tanpa mempedulikan orang yang mengantri dibelakang mereka. Di saat kita tidak sedang buru-buru saja rasanya sudah kesal, apalagi kalau kita sedang terjepit waktu. Bagaimana dengan orang yang berkendara di jalanan secara ugal-ugalan? Atau orang yang memencet klakson berlebihan di saat macet? Polisi yang menutup jalan seenaknya sehingga kita harus memutar jauh? Ada begitu banyak hal dalam hidup kita yang bisa memancing emosi dengan cepat. Alasan untuk emosi mungkin memang ada, tapi jika kita tidak mengontrolnya cepat maka pada suatu ketika emosi itu menjadi sulit untuk diredam. Akibatnya kita akan mempermalukan diri sendiri, atau yang lebih fatal lagi, melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain yang pada suatu ketika akan kita sesali.

Tuhan sepertinya tahu sulitnya manusia untuk mengontrol kesabarannya. Mengapa saya bisa mengatakan hal ini? Karena baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru kita bisa menemukan pesan Tuhan berulang-ulang agar kita bisa melatih kesabaran kita. Lihatlah sebuah seruan Yakobus berikut ini: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." (Yakobus 1:19). Cepatlah mendengar, bukan cepat membantah, dan lambatlah berkata-kata apalagi marah. Mengapa? Yakobus melanjutkan: "sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:19-20). Jangan gampang tersulut emosi, jangan cepat beradu argumen, tetapi dengarkanlah dahulu apa kata orang, atau cobalah berpikir hal-hal yang positif sebelum kita buru-buru berkomentar.

Berpikir hal-hal yang positif, itu bisa membuat kita tidak mudah terpancing emosi. Dan hal itu pun sudah diingatkan oleh Paulus. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dalam hal meredam emosi, pesan Paulus ini sesungguhnya baik untuk diterapkan. Ketika orang parkir sembarangan menutup mobil kita, itu bisa menjadi saat yang tepat untuk berlatih berpikir positif. Mungkin ia sedang terdesak waktu, ada hal mendesak yang harus segera ia lakukan dan tidak bisa lagi menunggu. Atau kalaupun orang itu memang seenaknya saja, seharusnya kita merasa prihatin karena ia ternyata tidak mengerti tata krama dan bakal mengalami banyak kesulitan karenanya. Itu bentuk-bentuk pemikiran yang bisa mencegah kita dari kemarahan yang tersulut dengan cepat. Dan itulah yang baik untuk dilakukan, karena biar bagaimanapun, apapun alasannya, kemarahan tidaklah mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Ketika kita terbiasa hidup dengan kemarahan, seharusnya kita meninggalkan itu dan menggantikannya dengan kesabaran dalam mengisi hari-hari kita. Kekristenan selalu berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu. Ketika orang di dunia terbiasa cepat emosi bahkan merusak dan membunuh yang tidak sepaham, kita justru dianjurkan untuk bersabar dan mengasihi. Cobalah pikirkan, bukankah Tuhan pun sudah begitu sabar menghadapi kita? Bayangkan apabila sedikit saja salah kita langsung Dia habisi, apa jadinya kita? Tapi Tuhan bukanlah Pribadi yang gampang emosi seperti itu. Dia selalu sabar menghadapi kita, dan selalu menyambut kita dengan penuh sukacita ketika kita datang kepadaNya. Dia berpesta bersama seisi Surga ketika kita bertobat dan memutuskan untuk kembali kepadaNya dengan meninggalkan segala yang buruk. Jika Bapa saja seperti itu, mengapa kita malah menunjukkan sikap yang bertolak belakang, bahkan masih berani mengaku sebagai anakNya? Alkitab memang berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu secara luas. Dalam situasi paling sulit pun kita harus bersabar, apalagi dalam situasi-situasi kecil saja, itu seharusnya tidaklah susah untuk diatasi. Dari cara menangani hal-hal kecil kita bisa mulai melatih kesabaran ini.

Apa sebenarnya yang membuat Tuhan bisa begitu bersabar menghadapi kita yang kerap mengecewakanNya? Jawabannya hanya satu: karena Dia sungguh sangat mengasihi kita. Kasih itu ternyata punya kekuatan besar untuk mentransformasi manusia dan membawa perbedaan nyata ke arah kebaikan secara luas. Dan Firman Tuhan pun sudah menyatakannya. Dalam 1 Korintus 13:4-7 Paulus merinci satu persatu mengenai poin-poin penting yang tercakup dalam kasih. Dan lihatlah bahwa sabar merupakan satu di dalamnya, bahkan disebutkan paling depan. "Kasih itu sabar..." (ay 3). Jadi menerapkan kasih seharusnya bisa membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih sabar. Sebaliknya tanpa adanya kasih, akan sulit bagi kita untuk mengontrol emosi. Cobalah hidup dengan penuh kebencian, maka segala tindakan destruktif, kejam dan tak beradab akan menjadi gaya hidup kita. Lalu perhatikanlah bahwa dengan membiarkan diri kita hidup dipimpin oleh Roh, itupun akan mampu menghasilkan buah-buah Roh dimana salah satunya adalah kesabaran. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Hidup oleh kasih dan dipimpin oleh Roh akan membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang baik seperti yang diharapkan Tuhan.

Selain seruan Yakobus di atas, Paulus pun pernah mengingatkan hal yang sama dalam surat-suratnya. "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2). Serangkaian nasihat sebelum Paulus menutup suratnya kepada jemaat Tesalonika pun berisi pesan agar kita bisa menjadi orang-orang yang sabar. "sabarlah terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:14).

Kita tidak bisa menghindari persinggungan dengan situasi atau orang-orang yang berpotensi membuat kita tersulut amarah. Kapanpun dan dimanapun kita bisa bertemu dengan mereka ini. Kita tidak bisa mengelak selamanya, tapi apa yang bisa kita lakukan adalah merubah paradigma berpikir kita dengan hal-hal positif, dan mengisi hati kita dengan sikap yang mengasihi orang lain. Kedua hal ini akan mampu membuat diri kita teduh, sejuk dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita dan bisa tetap menikmati hari demi hari secara maksimal. Jika anda berhadapan dengan orang-orang sulit atau situasi sulit yang berpotensi mengesalkan anda, andalkanlah Tuhan. Rohnya ada didalam anda, sehingga buah-buah yang dihasilkan Roh itu akan mampu membuat anda memandang situasi atau orang tersebut dengan cara pandang yang berbeda. Dasarkan pandangan dalam kasih dan hiduplah bertumbuh dalam buah-buah Roh, itu akan membuat kita menjadi orang-orang yang jauh lebih sabar dalam segala situasi dan kondisi.

Kemarahan tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah

14 Desember 2011

Renungan Harian Online: Menjadi Buah Bernilai Tinggi

Menjadi Buah Bernilai Tinggi

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Galatia 5:22-23
======================
"Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."


buahBuah durian di Medan bukanlah termasuk buah yang terlalu mahal. Tapi cobalah beli durian di Bandung, maka harganya bisa tiga kali lipat lebih mahal. Ketika saya pergi ke sebuah negara di Skandinavia sekitar 10 tahun lalu, saya pun sempat kaget melihat harga sebutir rambutan (bukan seikat seperti yang dijual di negara kita) bisa mencapai lima puluh ribu rupiah dengan kurs pada waktu itu. Dan rambutan itu sama sekali tidak dalam kondisi baik. Sudah berkerut dan hitam. Tapi tetap saja buah tropis seperti itu bernilai tinggi karena termasuk jenis yang langka untuk diperoleh disana. Harga buah bisa melonjak sangat tinggi karena kelangkaannya di masing-masing daerah atau negara. Kita mungkin tidak terlalu bersemangat ketika melihat rambutan, tapi di luar sana buah itu dianggap berharga karena sulit didapat setiap hari.

Saya ingin menyambung renungan kemarin mengenai buah yang masam. Kemarin kita sudah melihat bagaimana kecewa dan marahnya Tuhan melihat sebagian orang yang tidak kunjung berbuah baik meski Dia sudah memberi segalanya. "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." (Yesaya 5:2). Bayangkan Tuhan sudah memberi kunci Kerajaan Surga, tapi anak-anakNya mengabaikan itu semua dan tidak membawa "buah" atau dampak apapun dalam hidup mereka. Tidaklah heran apabila Tuhan kecewa karenanya. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay 4). Harus bagaimana lagi supaya anak-anak-Ku di dunia ini menyadari jatidirinya? Harusnya mereka menjadi teladan bagi banyak orang, tetapi mengapa malah menjadi batu sandungan? Seperti itulah mungkin kekecewaan Tuhan. Lalu lihatlah bagaimana marahnya Tuhan. "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay 5-6).  Dalam injil Matius, pokok-pokok yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang adan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Dalam Wahyu kita kembali mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini. "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).

Lantas seperti apa seharusnya buah yang dihasilkan? Jika buah-buah yang enak dalam ilustrasi awal di atas bisa berharga sangat tinggi, kita orang-orang percaya mempunyai buah yang jauh lebih berharga lagi. Dan itu tercatat dalam surat Galatia, yang disebut dengan buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Lihatlah buah-buah yang seharusnya dihasilkan. Seperti itulah buah yang diinginkan Tuhan untuk dituai atas hasil usahaNya dalam merawat dan mengasihi kita. Setiap buah menggambarkan aspek demi aspek dari citra Kristus, seperti yang bisa kita lihat dalam keempat Injil. Disana tergambar jelas bagaimana Kristus mendemonstrasikan secara langsung segala kebajikan dari masing-masing buah. Dia ingin menghasilkan semua itu dalam diri kita, dan terpancar melalui cara hidup kita, apakah lewat cara kita bertutur kata, bersikap, berpikir, bertingkah laku dan lain sebagainya.Buah Roh merupakan semua nilai kebajikan yang tidak terbantahkan oleh siapapun. Dan itulah yang diinginkan Tuhan untuk berkembang di dalam diri kita.

Ingatlah apa kata Yesus berikut ini: "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. inggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:1-4). Tinggal di dalam Yesus akan membuat kita bisa berbuah. Tapi jangan lupakan bahwa soal berbuah atau tidak pun tergantung dari keputusan kita pula.

Buah yang ranum, lezat dan langka berharga tinggi di pasaran, tetapi karakter yang serupa dengan Kristus dengan segala buah-buah Roh jauh lebih tinggi harganya. Tinggal di dalamNya akan memampukan kita untuk berbuah. Jika saat ini kita masih belum berbuah, ini saatnya bagi kita untuk memperbaiki segala sesuatu sebelum terlambat. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).  Sesungguhnya dari buahnya lah sebuah pohon itu dikenal. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya. Jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Buah Roh akan memenuhi setiap aspek hidup kita dengan penuh sukacita, dan itu bisa memberkati orang-orang di sekitar kita. Siapkah kita menjadi buah yang ranum, lezat dan bernilai tinggi baik di mata sesama maupun dalam pandangan Tuhan?

Berbuahlah di dalam Kristus dan jadilah berkat buat sesama

11 Desember 2011

Renungan Harian Online: Buah Masam

Buah Masam

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Yesaya 5:4
=======================
"Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?"


buah masamSeringkah anda tertipu dalam membeli buah? Saya termasuk orang yang sulit membedakan mana buah yang isinya baik dan mana yang tidak. Kemarin saya membeli jeruk sekilo dan rasanya kesal ketika keseluruhan jeruk itu rasanya sangat masam dan kecut sehingga tidak bisa dimakan. Dari penampakan kasat mata jeruk itu semuanya terlihat berkulit yang mulus tanpa cacat. Begitu pula ketika anda membuka kulit luarnya dan melihat dagingnya. Anda baru mengetahui bagaimana kualitas jeruk yang anda beli setelah anda memakannya. Kalau cuma satu dua buah mungkin tidak apa-apa, tapi bagaimana jika sebagian besar, atau bahkan seluruhnya tidak bisa dinikmati? Yang lebih parah lagi, bagaimana jika bukan hanya masam, tapi juga busuk di dalamnya?  Ada banyak orang yang tertipu fisik luar buah yang terlihat mulus tak bercacat, namun ternyata tidak bisa dinikmati sama sekali.

Ayat yang diambil sebagai ayat bacaan hari ini berbicara tentang anggur yang asam. Dalam banyak ayat-ayat di Alkitab, pokok anggur kerap menggambarkan sesuatu yang baik. Tetapi ayat bacaan hari ini justru menggambarkan sisi sebaliknya. Dalam Yesaya 5:1-7 yang berjudul Nyanyian tentang kebun anggur "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik.." (ay 2). Dikisahkan tentang sebuah kebun anggur yang ternyata menghasilkan anggur-anggur yang asam. Sang pemilik kebun dengan rajin mengurus kebun dan tentunya berharap usahanya akan menghasilkan pohon berbuah lebat dengan kualitas tinggi. Namun apa yang dihasilkan? Lanjutan ayat 2 di atas berbunyi: "...tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." Bagian ini menggambarkan kiasan mengenai Tuhan si pemilik kebun, dan anak-anakNya yang digambarkan sebagai pohon-pohon anggur. Secara lebih spesifik, ayat-ayat ini berbicara tentang pertobatan yang menghasilkan buah. Ketika kita bertobat menerima Yesus, seharusnya kita menjadi sebuah ciptaan baru yang terus tumbuh dan berbuah subur, lebat dengan kualitas yang baik. Namun dalam perjalanannya, ada banyak dari kita yang ternyata kembali pada dosa-dosa atau kebiasaan lama yang buruk, atau malah berbuat dosa-dosa baru lagi. Seringkali orang sibuk mematut diri agar terlihat indah dari luar, tetapi kita tidak memperhatikan kondisi hatinya. Ada yang dari luar tampak baik, namun ternyata hatinya jahat. Dari luar terlihat alim, tetapi kondisi di dalamnya sifatnya compang camping. Setelah bertobat dan menerima Kristus bukannya berbuat kasih, namun malah bikin ulah, menipu, jahat dan sebagainya. Ketika anak-anak Tuhan bertingkah laku seperti ini, mereka bukannya menjadi berkat tetapi sebaliknya menjadi batu sandungan dimana-mana. Seperti itulah buah-buah anggur asam itu. Lihatlah betapa ironisnya, ketika "Sang Pemilik Kebun" begitu setia dan rajin memelihara "kebun"Nya dengan penuh kasih dan perhatian, tapi ternyata bukan buah yang baik yang dihasilkan pohon-pohon tersebut, melainkan buah yang asam. Maka bisa dimaklumi jika "Pemilik kebun" pun kecewa. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay 4). Tidakkah anda akan merasakan hal yang sama apabila anda sudah berusaha merawat dan memupuk sebuah pohon namun hasilnya justru buruk? Sia-sia semua usaha yang kita lakukan. Dan itu pasti terasa menyedihkan dan mengesalkan. Jika buah-buahnya buruk saja kita sudah kecewa, apalagi kalau pohon itu tidak kunjung berbuah. Apa yang kemudian terjadi bagi pohon-pohon dengan buah-buah asam ini? Kita baca ayat selanjutnya: "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay 5-6).  Konsekuensi yang dihadapi oleh pohon-pohon berbuah anggur yang asam sungguh tidak main-main. Dalam injil Matius, pokok-pokok yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang adan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Dalam Wahyu kita kembali mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini. "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).

Kemarahan Allah ini tentu saja sangat wajar. Bagaimana tidak, Dia sudah memberi segala yang terbaik untuk kita, bahkan Dia rela mengorbankan AnakNya yang tunggal demi keselamatan kita. Tapi kita tetap saja lebih memilih untuk mengikuti kesenangan dunia. Dia sudah menunjukkan segala jalanNya lewat Alkitab, tapi kita tidak mau membacanya. Tuhan sudah menganugerahkan Roh Kudus untuk membimbing kita, tapi kita terus saja mengotori diri kita sehingga Roh Kudus tidak suka berada di dalamnya. Jika kita bersikap demikian, tidaklah mengherankan apabila kita menjadi buah-buah yang masam, dan akibatnya kita harus siap menanggung murka Allah. Konsekuensi menjadi pohon anggur dengan buah yang asam sangatlah serius, kalau tidak bisa dibilang mengerikan. Maka ketika kita sudah bertobat, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa kita mampu menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. (Matius 3:8). Tuhan mengharapkan hidup anda untuk menghasilkan buah-buah yang manis, yang enak dinikmati. Artinya, kita harus mampu menjadi berkat bagi orang lain. Sebuah buah yang manis dan enak tentu dirindukan oleh semua orang. Kita harus hidup berbuah, jangan sampai berakhir sebagai pohon yang tidak menghasilkan buah sama sekali. Dan yang lebih penting lagi, kita perlu menghasilkan buah yang baik, manis, segar dan bermanfaat bagi orang lain. Sebuah keberhasilan menjadi anak-anak Allah yang mendapat hak waris di Kerajaan Surga bukanlah dilihat dari penampilan luar semata, namun yang ditentukan dari seberapa baik buah-buah baik yang anda hasilkan.

Jangan menghasilkan anggur asam, jadilah pohon anggur yang menghasilkan buah subur, manis dan bermanfaat bagi orang lain

1 Desember 2011

Renungan Harian Online: Terhubung Dengan Tuhan

Terhubung Dengan Tuhan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Efesus 2:18
====================
"karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa."


terhubungSaya masih sempat merasakan susahnya berkomunikasi orang yang berada di kota berbeda, apalagi di luar negeri. Sarana komunikasi satu-satunya adalah melalui surat yang dikirim lewat pos atau telepon. Belakangan ada pager yang mempermudah kontak antara kita dengan orang lain, lalu handphone atau mobile phone muncul sehingga kita bisa saling berhubungan meski tengah berada di luar rumah, dan text messaging atau sms memungkinkan kita untuk bisa bertukar cerita dengan tarif yang sangat murah. Hari ini para pengguna BlackBerry tentu sudah merasakan keuntungan dengan menggunakan BBM atau BlackBerry Messenger. Surat bisa dikirim via email yang akan sampai di tujuan dalam hitungan detik. Yahoo messenger dan fasilitas chatting lainnya pun membantu kita dalam berkomunikasi. Bahkan kita bisa berkomunikasi sambil melihat lawan bicara kita dengan menggunakan fasilitas internet. Teknologi semakin berkembang membuat komunikasi pun menjadi semakin mudah. Kita tidak perlu bingung lagi untuk menghubungi teman atau keluarga yang berada di belahan dunia lain, karena selain kita bisa dengan mudah menghubungi mereka, biaya yang harus dikeluarkan juga sangat minim bahkan bisa gratis.

Dalam hal hubungan kita dengan Tuhan pun demikian. Dalam Perjanjian Lama kita melihat bahwa manusia butuh perantaraan nabi-nabi yang dipilih Tuhan untuk berhubungan denganNya. Manusia tidak bisa secara langsung melakukan itu akibat dosa yang memutus hubungan antara kita dengan tahta Tuhan yang kudus. Thanks to Jesus, hari ini kita bisa datang berbicara kepada Tuhan dengan mudah, kapan saja dan dimana saja. Kita bisa masuk menghampiri tahtaNya dan berhubungan denganNya setiap waktu. Tuhan Yesus sudah memulihkan hubungan kita yang terputus dari Tuhan akibat dosa sehingga kita tidak perlu lagi harus melalui perantaraan nabi dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Kita tidak perlu mengantri, memasuki gedung-gedung tertentu, atau mempersiapkan segala sesuatu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Kita tidak perlu dijadwal terlebih dahulu untuk melakukan itu. Kita bisa secara langsung menumpahkan isi hati kita, memuji dan menyembahNya, mendengar suaraNya, merasakan hadiratNya yang begitu damai atau memohon pertolongan kapanpun dan dimanapun kita berada. Kita tidak memerlukan perantaraan orang lain untuk menyampaikan suara hati kita. Dan yang lebih luar biasa lagi, Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. Kapan saja kita membuka hubungan dengan Tuhan, Dia akan selalu berkenan untuk dihampiri. Bukankah itu indah?

Tanpa Kristus kita tidak akan pernah bisa mengalami semua kemudahan ini. Paulus mengerti benar akan hal itu dan itu bisa kita lihat lewat apa yang ia katakan: "karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:18). Karena Tuhanlah kita semua, baik orang-orang Israel secara rohani maupun yang berada diluar, oleh Roh Allah yang satu, dapat mendekati Bapa. Hubungan kita yang telah terputus akibat dosa telah kembali tersambung lewat darah Kristus. Tepat ketika Yesus menyerahkan nyawaNya di kayu salib, sesuatu terjadi di Bait suci. "Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah." (Markus 13:38). Itulah pertanda bahwa tidak lagi ada sekat yang membentang antara kita dengan Tuhan. Itulah yang disinggung oleh Paulus. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (Efesus 2:13). Artinya, semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk selamat dan berhubungan secara langsung kepada Bapa melalui Roh Kudus oleh karena Kristus, dengan perantaraan Kristus. Lebih lanjut Paulus mengatakan "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (3:12). Setiap saat, kapan dan dimana saja, kita bisa berhubungan dengan Tuhan. Ini adalah anugerah yang terlalu besar untuk kita abaikan.

Melalui Kristus, semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan hadirat Tuhan secara langsung. Tuhan selalu menyambut siapapun dengan tangan terbuka tanpa memandang siapa kita, kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan dahulu atau latar belakang apapun. Dia siap menyucikan kita kembali agar bisa dengan penuh keberanian memasuki tahta kudusNya. Apa yang perlu kita perbuat adalah mengakui dosa-dosa kita dengan melakukan pertobatan secara total dan menyeluruh, karena sesungguhnya yang memisahkan kita dari Tuhan tidak lain adalah dosa-dosa kita. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Sebuah syarat lain tentu saja dengan percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6).  Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita pun akan dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16).

"TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:8). Dan kedekatan itu sudah menjadi begitu nyata melalui hubungan tanpa hambatan/batas yang telah dimungkinkan lewat darah Kristus. "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:17). Kalau begitu semuanya tinggal tergantung kita. Apakah kita mau memanfaatkan anugerah sebesar ini atau menyia-nyiakannya, apakah ita mau masuk atau masih memilih untuk berada di luar. Yang pasti, pintu sudah dibuka, dan pintu itu terbuka untuk semua orang tanpa terkecuali. Melalui Yesus, kita bisa menghampiri tahta kudusNya kapanpun dan dimanapun. Selama kita mau, tidak ada tempat atau waktu dimana kita tidak bisa menemuiNya. Isn't it great?

Tidak ada pembatas lagi untuk berhubungan dengan Tuhan. Kapanpun dan dimanapun kita bisa.

Renungan Harian Online: Serius Menepati Janji

Serius Menepati Janji

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Matius 5:37
==================
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."


serius berjanjiAda beberapa teman saya yang mudah berkata ya atau berjanji, tetapi mereka jarang menepatinya. Misalnya berkata "Ok, besok saya datang..", atau "segera malam ini saya kirim", tapi ternyata tidak. Banyak orang yang begitu mudah memberi janji atau berkata ya dan kita menganggap mereka serius dengan janjinya, padahal itu mereka anggap hanya sebagai basa basi saja. Melihat sifat mereka, saya pun akhirnya tahu menempatkan diri dengan tidak menganggap serius janji-janji mereka, karena apabila saya meletakkan standar yang saya inginkan mengenai menepati janji, saya tentu akan kecewa dan akan sulit berteman dengan mereka.

Sebuah janji bagi saya merupakan hal yang penting. Jika saya sudah berkata ya, maka saya harus melakukannya apapun resikonya. Namun bagi banyak orang janji punya tingkatan. Ada yang harus, ada yang kalau sempat, ada pula yang basa basi saja. Ada banyak orang pula yang bahkan bersembunyi di belakang nama Tuhan. Kalau mereka tidak melakukan, itu adalah karena Tuhan yang tidak mengijinkan, padahal sebenarnya merekalah yang malas. Ada banyak alasan orang berkata ya dengan cepat tanpa berpikir harus melakukannya. Misalnya karena segan, tidak mau membuat orang lain kecewa, atau alasan lainnya, kita bisa melakukan basa basi atau "lips-service" dengan membuat sebuah janji. Soal ditepati atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Toh alasan bisa dicari belakangan. Kita menganggap itu wajar dan biasa-biasa saja, namun sifat seperti ini sangatlah tidak dianjurkan dalam Alkitab. Perilaku ingkar janji ini tidak berbeda jauh dengan berbohong. Dan akan hal ini Yesus berkata tegas: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37)."Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than that comes from the evil one." Ini merupakan hal serius yang harus kita sadari.

Yesus mengatakan hal ini dalam konteks menasihati kita untuk tidak bersumpah, yang didasarkan dari 10 Perintah Allah: "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu" (Keluaran 20:16). Kenyataannya, manusia terkadang begitu beraninya bersumpah demi segala sesuatu, bahkan demi Tuhan untuk menutupi  kebohongan. Ini jelas-jelas melanggar firman Tuhan. Tuhan sangat tidak suka jika kita melakukan ini, bahkan dikatakan jijik dengan sikap/kebiasaan seperti ini seperti apa yang dikatakan Daud: "Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." (Mazmur 5:7). Dari ayat ini kita melihat bahwa penipu disamakan dengan pembunuh. Berlebihankah? Saya rasa tidak, karena penipu, orang yang bersaksi dusta, orang yang ingkar janji bisa membunuh harapan, kepercayaan orang, bahkan karakter orang lain. Salomo di kemudian hari mengingatkan lebih lanjut: "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar." (Amsal 19:5). Dan pada suatu ketika, orang-orang pembohong tidak akan luput dari hukuman. Begitu seseorang berbohong, maka Tuhan pun akan menjadi lawannya. (Yehezkiel 13:9).

Kita harus membiasakan diri untuk menepati dan menganggap serius sebuah janji, sekecil apapun hal yang dijanjikan itu. Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk meyakinkan orang lain. Kita harus mampu menjalani kehidupan yang bisa mendatangkan kepercayaan orang pada diri kita lewat kesetiaan kita dalam menepati janji atau menseriusi kata persetujuan yang kita berikan, dan itu akan jauh lebih terpercaya dibanding berusaha memperoleh kepercayaan lewat sumpah. Demikian pula dengan nazar, yang merupakan janji kita terhadap Tuhan ketika memohon sesuatu. Jangan pernah menunda atau lupa membayar nazar, karena itu juga akan menjadi sebuah kebohongan yang sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan. "Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu." (Pengkotbah 5:4). Seperti apa yang diajarkan Yesus, hendaklah kita mau menghormati janji dan senantiasa menepatinya. Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakan tidak. Selebihnya merupakan kebohongan yang datang dari iblis. Jangan bilang ya jika anda tidak serius apalagi dengan memakainya sebagai basa basi saja. Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh, like you really mean it. Jangan biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apapun. Seperti kata sebuah pepatah bahasa Inggris, "Never make a promise you can't keep", hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar tidak membuka peluang bagi iblis untuk mengacak-acak hidup kita. Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati tidak saja mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita, tapi juga merupakan sebuah dosa menjijikkan di hadapan Tuhan.

Take each promise seriously and make sure you'll keep it

19 November 2011

Renungan Harian Online: Peduli Terhadap Hewan

Peduli Terhadap Hewan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Kejadian 1:28
======================
"Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."


peduli satwa, kelestarian lingkunganSalah satu channel tv yang saya sukai adalah Animal Planet. Di sana saya bisa melihat banyak acara tentang orang-orang yang menjalani panggilan hidupnya untuk menjaga kelestarian hewan. Ada acara tentang dokter hewan yang sampai pergi ke Afrika untuk mengobati hewan-hewan disana, ada yang tugasnya menangkap ular yang masuk ke rumah warga untuk dikembalikan ke alamnya, ada polisi satwa yang menangkap orang-orang yang menyiksa atau memperlakukan hewan piaraannya secara buruk dan lain sebagainya. Sementara manusia cenderung bertambah egois atau bahkan kejam terhadap sesamanya, di saluran ini saya melihat sosok-sosok manusia yang menunjukkan kasihnya kepada hewan. Pada kenyataannya di Indonesia saja kita sering melihat orang memperlakukan hewan piaraannya dengan kejam. Ada anjing yang diikat diluar sepanjang hidupnya, terkena panas terik dan hujan begitu saja, ada yang tidak diberi makan, dibiarkan ketika diserang kutu dan sebagainya. Tuhan mengasihi manusia secara istimewa, itu benar. Tetapi bukan berarti bahwa Tuhan tidak mengasihi hewan dan tumbuhan yang notabene merupakan ciptaanNya juga. Manusia merusak lingkungan, menebang pohon sembarangan, merusak habitat hewan bahkan memburu mereka termasuk hewan-hewan langka di dalamnya tanpa merasa bersalah. Padahal ini pun sebenarnya sudah melanggar Firman Tuhan, karena sejak semula Tuhan sudah mengingatkan tugas kita dalam menjaga kelestarian alam beserta isinya.

Sejak di awal penciptaan, Tuhan telah berpesan langsung kepada kita akan hal ini. Lihatlah ayat dalam kitab Kejadian berikut. "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Menaklukkan dan berkuasa disini bukan dimaksudkan bahwa kita bisa seenaknya mengeksploitasi isi bumi tanpa memikirkan kelangsungan hidup atau kelestariannya, tapi justru sebaliknya, kepada kita disematkan sebuah tanggung jawab secara penuh untuk mengurus dan melestarikan segala yang ada di muka bumi ini, termasuk pula di dalamnya berbagai spesies atau jenis hewan yang hidup di bumi terutama yang langka. Mengapa demikian? Sebab Tuhan telah menciptakan segalanya itu bukan sekedar baik saja, tetapi dikatakan "sungguh amat baik." "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik." (ay 31). Jika Tuhan telah menciptakan segala sesuatu dengan amat sangat baik, dan Dia sudah berpesan agar kita menjaganya dengan baik, bagaimana kita bisa tega memperlakukan alam beserta tumbuhan dan hewan di dalamnya dengan buruk?

Mari kita lihat ayat berikut ini. "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?" (Matius 6:26) lalu ayat ini: "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu." (10:29). Kedua ayat ini memang berbicara untuk mengingatkan kita bahwa kita tidak perlu takut karena kita semua berada dalam pemeliharaan Tuhan yang penuh kasih. Tetapi perhatikanlah kembali kedua ayat tadi dengan baik, maka kita akan mendapatkan bagaimana Tuhan pun masih meluangkan waktu untuk menjaga kelangsungan hidup burung-burung kecil yang harganya tentu jauh di bawah kita. Ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Tuhan bagi hewan-hewan yang bagi manusia mungkin dianggap tidak berguna, atau bahkan hanya dijadikan sasaran tembak demi kesenangan sendiri.

Orang-orang yang menghabiskan waktunya demi kehidupan satwa di saluran televisi tadi menunjukkan dedikasi tinggi dengan kasih yang tinggi pula. Ini pun sejalan dengan Firman Tuhan yang berkata dengan tegas: "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Korintus 16:14). Disamping itu, ingatlah selalu bahwa "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Apa yang mereka lakukan sejalan dengan ayat-ayat di atas. Jika kita melakukan segala sesuatu dalam kasih dan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan maka kita tidak akan tergoda untuk mengeksploitasi sumber-sumber alam, tumbuhan dan hewan seenaknya. Kasih yang ada dalam hati kita dan komitmen untuk berbuat yang terbaik untuk Tuhan akan membuat kita mendedikasikan pekerjaan kita untuk kebaikan. Ingatlah bahwa kelestarian dan kelangsungan hidup satwa menjadi tanggungjawab kita. Ada banyak spesies yang terancam punah, ada begitu banyak hewan yang saat ini terancam kelangsungan hidupnya. Hendaknya kita menjadi pribadi-pribadi yang peduli, karena Tuhan telah menugaskan kita semua untuk melestarikan ciptaan-ciptaanNya di muka bumi ini.

Tuhan menugaskan kita untuk menjaga kelestarian alam beserta tumbuhan dan hewan di dalamnya. Kepada mereka pun kita bisa menunjukkan kasih juga

14 November 2011

Renungan Harian Online: Tekun dalam Berdoa

Tekun dalam Berdoa

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Lukas 18:1
====================
"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu."


tekun berdoaKegigihan merupakan sebuah faktor yang sangat menentukan keberhasilan kita dalam menjalani sesuatu. Itu sudah sering terbukti merupakan penentu kesuksesan yang bahkan terkadang lebih dari ilmu atau modal yang kita miliki. Saya selalu kagum melihat kegigihan anak kecil yang meminta sesuatu kepada orang tuanya. Mereka bisa begitu bersemangat tanpa kenal lelah terus berusaha agar permintaan mereka dikabulkan oleh ayah dan ibunya. Benar, belum tentu apa yang mereka minta itu baik, tetapi setidaknya kita bisa belajar dari kegigihan mereka, karena seiring pertumbuhan orang menjadi semakin dewasa, seringkali kegigihan menjadi menurun pula secara signifikan.

Dalam menghadapi masalah, seberapa besar kesabaran kita untuk berharap pada Tuhan? Seringkali ketidaksabaran ini menjadi penghalang terbesar bagi kita untuk menikmati janji-janji Tuhan. Betapa seringnya kita hanya mencoba sebentar, hanya berdoa selama beberapa waktu, tetapi kemudian kita pun cepat merasa kecewa dan berhenti berdoa. Kita mau Tuhan menjawab dengan instan sesuai waktu yang kita inginkan, jika tidak maka secepat itu pula kita meninggalkan Tuhan. Sebagian orang lalu akan segera mencari alternatif-alternatif lain akibat merasa kecewa kepada Tuhan. Atau tidak jarang pula orang terlebih dahulu mencoba segala sesuatu dan baru mencari Tuhan sebagai palang pintu terakhir, atau ada pula yang menganggap doa sebagai sesuatu yang sekedar "nothing to loose." "Ya dicoba saja, tidak ada salahnya.." seperti itu pikiran mereka, tetapi tidak ada keyakinan sedikitpun bahwa Tuhan mendengar dan bisa menjawab doa mereka. Yang sering menjadi akar permasalahan, selain tidak yakin, mereka pun sulit menerima kenyataan bahwa waktunya Tuhan yang terbaik, untuk menyediakan segala yang terbaik bagi kita. Waktu yang terbaik yang kita anggap benar hanyalah berpusat pada pandangan kita pribadi, bukan lagi waktunya Tuhan. Tidak jarang pula orang malah hanya menganggap doa seperti mengirim paket permintaan semata. Ada perlu baru berdoa, jika semua berjalan sesuai keinginan, maka doa pun tidak dibutuhkan lagi. Padahal doa merupakan sarana bagi kita untuk berhubungan dengan Tuhan. Semakin rajin kita berdoa, hubungan kita akan semakin dekat, kita pun akan semakin peka terhadap suaraNya.

Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan yang sangat menarik mengenai pentignnya sebuah ketekunan dalam berdoa seperti yang bisa kita baca dalam Lukas 18:1-8. Mengambil perumpamaan tentang seorang janda, sosok yang lemah dan sering digambarkan sebagai figur yang tertindas dan diperlakukan tidak adil di dalam Alkitab, dan seorang hakim yang lalim. Demikian bunyi ayat pembuka perikop ini. "Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." (Lukas 18:1). Dalam kisah ini, si janda diceritakan terus memohon kepada hakim lalim agar haknya dibela. (ay 3). Sementara si hakim bukanlah orang yang takut akan Tuhan, dan sikapnya arogan dan lalim, tidak menghormati siapapun. Sesuai dengan gambaran pribadi si hakim, sudah tentu ia menolak permohonan janda ini. Tapi lihatlah janda itu tidak jemu-jemu mendatanginya dan memohon. Dengan gigih janda itu berjuang. Kegigihan menunjukkan bahwa ia masih menaruh harapan agar permohonannya dikabulkan, karena tidak ada orang yang akan gigih jika mereka tidak punya harapan sama sekali. Lalu pada akhirnya sang hakim yang lalim pun luluh dan membenarkan si janda. Dan Yesus pun berkata, "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!" (ay 6). Jika hakim yang lalim saja bisa luluh terhadap permohonan tidak jemu-jemu, dan pada akhirnya mau mengabulkan permintaan si janda, bagaimana mungkin Tuhan yang begitu penuh kasih setia tidak mendengarkan seruan kita? "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (ay 7). Tuhan yang penuh kasih dan adil akan selalu membenarkan anak-anakNya yang siang dan malam berseru kepadaNya dengan tidak jemu-jemu! Dia akan selalu memperhatikan setiap anakNya yang terus datang dengan kerinduan dan kasih untuk berbicara dan mendengar suaraNya tanpa henti, tanpa terpengaruh hal apapun. Dia tidak akan pernah mengulur-ulur waktu untuk menolong kita, Dia tidak akan pernah berbahagia melihat kita menderita.

Janji Tuhan akan selalu ditepati, itu pasti. Yang jadi masalah seringkali kita memandang hanya berdasarkan apa yang terbaik menurut kita sendiri saja, bukan kepada apa yang terbaik menurut Tuhan. "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir." (Pengkotbah 3:11). Apa yang Tuhan Yesus ajarkan lewat perumpamaan tadi begitu jelas, memberi sebuah perumpamaan untuk menegaskan, bahwa kita seharusnya selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Yesus mengajarkan bagaimana besarnya kuasa doa, bagaimana kita sebagai anak-anak Allah sebaiknya terus berdoa siang dan malam dengan tekun tanpa jemu-jemu, bagaimana hendaknya kita tetap hidup dalam pengharapan dan tidak putus asa. Paulus dalam beberapa kesempatan menunjuk pada doa yang terus dilakukan siang dan malam dengan sungguh-sungguh. Salah satu contoh adalah ketika Paulus menyatakan betapa ia terus berdoa siang dan malam dalam kerinduan untuk bertemu dengan para jemaat di Tesalonika dan melayani mereka. "Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu." (1 Tesalonika 3:10). Lihatlah bagaimana ketekunan dan kesungguhan Paulus dalam mendoakan jemaat disana. Ini menjadi gambaran sebuah kegigihan dan ketekunan dalam doa yang disertai pengharapan yang berakar pada iman yang percaya sepenuhnya pada Tuhan.

Tetapi ingatlah bahwa apa yang dimaksud dengan berdoa dengan tidak jemu-jemu atau doa yang dipanjatkan terus menerus siang dan malam bukanlah berarti doa harus terus kita ulang-ulang atau bertele-tele. Hal berdoa diajarkan dengan jelas oleh Yesus sendiri dalam Matius 6:5-15. Bukan karena banyaknya kata-kata, keindahan rangkaian kata dalam doa, tapi doa yang disertai iman lah yang penting. Bukan pula doa yang hanya dilakukan karena ada permintaan dan kebutuhan, menjadikan doa sebagai paket permintaan, tapi dasarkan doa sebagai sarana bagi kita untuk membina keintiman hubungan dengan Tuhan. Sejauh mana kita mampu bergantung dan mau mengandalkan Tuhan akan terukur atau terlihat dari kesetiaan kita dalam berdoa. Dalam Roma kita diingatkan agar senantiasa "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12). Bertekun dalam doa, tidak jemu-jemu, siang dan malam, tidak akan pernah sia-sia. Ada kalanya jawaban Tuhan tidak akan segera datang. Mungkin waktunya belum tepat, mungkin Tuhan ingin menguji keteguhan dan ketekunan kita, tapi pada saatnya, Tuhan akan menolong dan memberkati kita sesuai janji-janjiNya. Itu adalah sebuah kebenaran yang sifatnya pasti. Karena itu, hindarilah ketidaksabaran yang bisa mengarahkan kita kepada rupa-rupa kesesatan ketika kita memilih untuk mencari alternatif atau jalan pintas yang bisa membinasakan. Adalah jauh lebih penting untuk membina hubungan karib dengan Tuhan, dan sarana untuk itu adalah melalui doa. Oleh sebab itu tetaplah bertekunlah berdoa tanpa jemu-jemu. "Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia." (Ibrani 10:23).

Kegigihan atau ketekunan merupakan faktor penting yang membawa kesuksesan

4 November 2011

Renungan Harian Online: Cuma Ikut-ikutan

Cuma Ikut-ikutan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Amsal 1:10
====================
"Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut"


ikut-ikutanAda banyak orang yang tadinya baik-baik tetapi kemudian terjerumus ke dalam berbagai bentuk kejahatan karena ikut-ikutan temannya. Mereka terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang buruk dan ikut terseret ke dalam kesesatan. Kita sering mendengar orang-orang yang ketika di tangkap mengaku bahwa mereka hanya ikut-ikutan saja. Tetapi sayangnya seringkali justru mereka inilah yang lebih sering tertangkap dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum ketimbang orang-orang yang memang dengan sengaja menjerumuskan atau otak yang merencanakan sejak semula. Maka kita kerap mendengar orang yang menjadi rusak karena pergaulan yang salah. Tadinya orang itu hidup baik, namun ketika masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang salah mereka terjerumus ikut-ikutan masuk ke dalam dosa. Awalnya mungkin bisa berkata tidak, namun lambat laun apa yang kita ketahui sebagai dosa itu akan mulai terlihat biasa-biasa saja, lalu kita pun mulai memberi toleransi. Yang terjadi selanjutnya, orang yang tadinya baik bisa berubah menjadi sosok baru yang tidak lagi peka terhadap dosa.

Hal seperti ini sering terjadi dalam hidup kita. Hidup di dunia yang penuh dengan keinginan-keinginan daging yang dikejar oleh orang-orang yang tidak takut akan Tuhan tidaklah mudah. Mereka ada di sekitar kita, terus menawarkan sesuatu yang sepintas terlihat menyenangkan, nikmat dan indah, namun ada banyak kejahatan di mata Tuhan yang mengintip di baliknya. Jika tidak mawas diri maka kita pun bisa terjerumus ke dalamnya, lalu lupa akibat atau konsekuensi yang harus kita tanggung ketika dosa-dosa itu menguasai kita. Sebuah lingkungan pertemanan yang tidak sehat seringkali menjerumuskan orang ke dalam dosa. Konsekuensinya kelak harus kita tanggung, dan penyesalan biasanya datang terlambat. Apakah ini berarti kita tidak boleh membuka diri seluas-luasnya untuk berteman dengan banyak orang? Tentu saja bukan demikian. Kita tidak dilarang untuk berteman dengan orang lain, hanya saja kita harus memperhatikan benar dengan siapa kita menjalin hubungan pertemanan karena tidak peduli sekuat apapun iman kita, ketika kita terus menerus memberi toleransi akan dosa maka cepat atau lambat kita bisa terpengaruh lalu menuruti bujukan-bujukan mereka.

Sejak dahulu kala Salomo sudah mengingatkan akan hal ini. "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut." (Amsal 1:10). Ini sebuah pesan yang sangat penting. Salomo dengan hikmatnya sudah bisa melihat kecenderungan manusia yang gampang termakan bujukan untuk berbuat dosa. Orang-orang berdosa akan selalu mencari orang lain untuk mengikuti gaya hidup mereka yang salah. Dan kita kerap menuruti mereka dengan didasari banyak alasan. Takut dianggap ketinggalan jaman alias kampungan atau kuno, gengsi atau segan jika menolak, takut dikucilkan dari pergaulan dan sebagainya bisa menjadi awal kejatuhan kita.

Dalam begitu banyak ayat Firman Tuhan telah mengingatkan betapa berbahayanya bermain-main dengan dosa. Mungkin semua berawal dengan sederhana lewat keinginan-keinginan daging yang ditawarkan oleh orang-orang berdosa. Mungkin awalnya hanya coba-coba, mungkin hanya ingin tahu dan alasan lainnya, tetapi ingatlah bahwa meski terlihat sepele hal seperti ini bisa menjadi awal hadirnya masalah. Yakobus menyampaikan gambaran betapa berbahayanya ketika kita mulai bertoleransi dengan dosa. "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Berawal hanya dari keinginan, kemudian ketika dibuahi itu akanmelahirkan dosa. Dan ketika dosa menjadi matang dalam diri kita maka itu akan berujung pada maut. Ini adalah hal yang sangat serius yang harus kita perhatikan mengingat kita hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang yang siap menyesatkan kita. Mereka akan terus menawarkan banyak kenikmatan yang sangat dirindukan oleh daging kita. Itulah sebabnya kita benar-benar harus berhati-hati dalam lingkungan pergaulan kita. Adalah baik apabila kita bisa menjadi pengaruh yang baik di tengah lingkungan yang buruk, membawa mereka masuk dalam pertobatan dan berbalik dari jalan-jalan yang jahat, tetapi kita harus berhati-hati agar jangan sampai bukannya menjadi terang dan garam tetapi malah kita yang terseret arus kejahatan.

Seperti apa saja bentuknya keinginan-keinginan yang bisa berbuah dosa dan melahirkan maut itu? Paulus sudah merincinya. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a). Dan terhadap pelaku dari semua itu tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. (ay 21b). Lihatlah poin-poin keinginan yang bisa melahirkan maut itu. Bukankah itu bukan lagi hal yang asing bagi kita hari ini? Dimana-mana ada potensi penyesatan, dan apabila tidak hati-hati maka kita pun akan terjerumus kedalamnya.

Alkitab telah mengingatkan kita agar berhati-hati dalam bergaul. "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Kita harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada siapa kita bergaul. Kita memang tidak boleh memusuhi mereka, namun kita wajib berhati-hati agar jangan termakan bujukan mereka lalu masuk ke dalam jerat dosa. Perhatikanlah hikmat Salomo kemudian berkata:  "..mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri" (Amsal 1:18). Peran kita adalah untuk menyadarkan dan menyelamatkan mereka dari kebinasaan bukannya malah ikut-ikutan masuk ke dalamnya. Kita harusnya contoh atau keteladanan bukannya malah dengan mudah terbujuk untuk ikut-ikutan. Firman Tuhan pun mengingatkan "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Segala perbuatan dosa sesungguhnya berasal dari Iblis. Dan Yesus pun sudah hadir ke dunia atas kebesaran kasih Allah pada diri kita untuk membayar lunas semua itu. Alkitab menyatakan demikian: "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." (1 Yohanes 3:8). Dosa-dosa memang bisa dikemas dengan indah dan penuh kenikmatan, tetapi apa yang sesaat itu sama sekali tidak sebanding dengan akibat yang harus kita tanggung selamanya kelak. Hari ini marilah kita sama-sama mawas diri memperhatikan pergaulan kita dan terlebih lagi menjaga diri kita agar tidak termakan bujuk rayu mereka yang berdosa. Ikut-ikutan tidak akan pernah cukup menjadi alasan untuk mengelak dari konsekuensi yang harus kita tanggung kelak ketika kita terjerumus masuk ke dalam jebakan dosa.

Berikan pengaruh yang baik dalam lingkungan bukan sebaliknya malah ikut-ikutan menjadi jahat

30 Oktober 2011

Renungan Harian Online: Tahayul

Tahayul

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: 1 Timotius 4:7
====================
"Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah."


tahayulAnda suka punya gigi ompong? Hampir pasti orang akan tertawa minimal tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tetapi hari ini teman saya bercerita bahwa anaknya malah bangga dengan gigi ompongnya. Bagaimana bisa? Itu karena dia mengatakan kepada anaknya bahwa ompong itu tanda menjadi dewasa, semata-mata agar anaknya tidak sedih ketika gigi susunya harus dicabut. Ternyata apa yang ia ajarkan itu membuat anaknya bangga. Si anak pun bercerita dengan bangga kepada teman-temannya bahwa ia sudah ompong, dan kata mamanya itu artinya ia sudah dewasa. Maka keesokan harinya datanglah salah seorang temannya yang tinggal dekat, dengan bangga pula memamerkan gigi ompongnya. Beberapa teman yang belum pun kemudian mereka tertawakan, karena dianggap masih kecil sebab giginya belum ada yang copot. Saya tertawa mendengar ceritanya, membayangkan anak-anak itu sibuk memamerkan keompongannya dan menganggap bahwa diri mereka sudah dewasa. Dan saya pun berpikir, hal yang sama dalam bentuk berbeda seringkali membuat kita tertipu. Betapa banyaknya tahayul atau kepercayaan-kepercayaan yang kita anggap benar padahal itu malah menjauhkan kita dari ajaran Allah yang sebenarnya.

Ada begitu banyak bentuk-bentuk kepercayaan turun temurun atau ajaran-ajaran yang dipercaya dunia yang sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Tuhan seperti yang tertulis di dalam Alkitab. Dan seringkali itu semua menyesatkan kita, membuat antara mana yang benar dan tidak menjadi kabur atau semu terlihat di mata kita. Tidak jarang diantara orang-orang yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya ternyata masih mempertahankan kepercayaan-kepercayaan turun temurun yang bahkan bertentangan. Dan banyak orang mengelompokkannya ke dalam adat istiadat untuk menunjukkan pemisahan antara agama dan budaya. Tidak jarang pula semua ini dikemas dalam bentuk-bentuk yang terlihat seolah ilmiah atau bahkan mirip dengan ajaran Kristus. Pertanyaannya, bagaimana jika apa yang dipercaya itu ternyata jelas-jelas bertentangan dengan Firman Tuhan? Yang jelas, Tuhan sudah mengatakan bahwa kita tidak bisa menghamba kepada dua hal yang berbeda. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Secara khusus ayat ini memang menuju kepada peringatan untuk tidak terikat kepada harta kekayaan duniawi, tetapi jika kita baca keseluruhan ayat ini, maka kita bisa melihat bahwa inti dari segalanya adalah peringatan untuk tidak menduakan Tuhan dengan apapun. Ketika Yesus dicobai iblis di padang gurun, satu sentakan keras Yesus berbunyi: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (Matius 4:10).

Paulus pun mengingatkan hal yang sama. "Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7). Ada hubungan erat antara menjauhi tahayul dan dongeng-dongeng yang dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "irrevent legends (profane and impure and godless fictions, mere grandmothers' tales) and silly myths" dengan melatih diri beribadah. Beribadah bukanlah berbicara secara sempit mengenai pergi ke gereja atau berdoa saja, tetapi aspek yang lebih luas tercakup disana. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Itulah bentuk ibadah sejati, ketika kita mempersembahkan hidup kita sepenuhnya sebagai sebuah persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Sebuah ibadah yang sejati bukanlah hanya mengenai kerajinan kita rutin beribadah tiap minggu, meski itu tidak salah, tetapi lebih jauh lagi menyangkut bagaimana kita mengerti kebenaran Firman Tuhan dan mengaplikasikannya dalam setiap sendi hidup kita. Masalahnya, bagaimana mungkin kita bisa melakukan itu kalau kita masih saja kabur dengan kebenaran-kebenaran Firman Tuhan, tidak bisa membedakan mana yang benar dan tidak? Dan pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita bisa membedakan itu semua jika kita tidak tahu pasti apa saja yang dikatakan Tuhan? Alkitab berisi petunjuk lengkap mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan. Disana ada perintah, larangan, peringatan, janji-janji Tuhan, apa yang harus dilakukan dan harus dihindari, ada solusi atas berbagai permasalahan dan bagaimana seharusnya kita menghadapinya. Firman itu hidup dan punya kuasa. "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Kita akan luput dari semua ini apabila kita terus mengabaikan pentingnya membaca Alkitab dan membiarkan Tuhan berbicara banyak kepada kita lewat itu.

Ada hubungan antara menjauhi tahayul dengan melatih diri untuk beribadah. Kita harus tahu terlebih dahulu apa yang dikatakan Tuhan mengenai kebenaran dan melakukannya secara nyata dalam hidup kita. Itulah yang bisa membuat kita menjauhi berbagai kepercayaan atau pengajaran yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Jika kita tidak tahu, bagaimana mungkin kita menjauhkan diri? Kitapun akan terus disesatkan semakin jauh lagi dan lagi. Apalagi berbagai ajaran yang menyesatkan akan terus ada, dan Yesus sudah mengingatkan kita terlebih dahulu untuk waspada. "Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu." (Matius 24:24-25).

Berbagai tahayul ini seringkali terlihat bertujuan baik. Jika tidak, maka kita tidak akan terpengaruh olehnya. Di luar kelihatan baik, tapi di dalam menghancurkan dan membawa manusia pada kebinasaan. Pengaruh ini bukan hanya marak terjadi di jaman sekarang seperti tawaran-tawaran okultisme dan sebagainya yang bisa dengan mudah membanjiri berbagai media, tapi jauh sebelumnya sudah pula menimpa jemaat Galatia. Kita bisa melihat bagaimana Paulus pun menegur mereka. "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus." (Galatia 1:6-7). Anak teman saya yang masih kecil beserta sahabat-sahabatnya menganggap benar bahwa mereka sudah dewasa jika bergigi ompong, namun kita tahu bahwa itu tidak benar. Seperti itu pula kita bisa tersesat jika tidak mengetahui kebenaran. Kita tidak akan pernah tahu apa yang benar dan salah jika kita tidak pernah mau meluangkan waktu untuk membaca berbagai suara Tuhan yang sudah dituliskan di dalam Alkitab. Kita harus mulai mendisplinkan diri untuk menyediakan waktu-waktu khusus untuk itu agar kita bisa membedakan dengan baik apa yang benar dan mana yang tidak, mana yang tahayul atau dongeng dan mana yang berasal dari Tuhan. Jangan biarkan Alkitab anda terus berdebu tanpa disentuh, mulailah gali kebenaran Firman Tuhan sekarang juga dan jadilah pelaku-pelakunya dalam kehidupan nyata.

Tanpa mengetahui kebenaran Firman Tuhan kita akan gampang disesatkan berbagai tahayul, dongeng atau pengajaran-pengajaran sesat

22 Oktober 2011

Renungan harian online: Roh Kudus Sang Penyambung Lidah

Roh Kudus Sang Penyambung Lidah

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Roma 8:26
====================
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."


Roh Kudus Penyambung LidahMasalah bisa menyerang kapan saja dan dimana saja, bahkan bisa hadir pada saat yang tidak disangka-sangka.Reaksi akan hal itu bisa beraneka ragam. Ada yang kehilangan kontrol atas emosinya, kemudian meledak kemana-mana sehingga orang-orang di sekitar kita yang tidak bersalah menjadi korbannya, ada yang meratapi nasib tak kunjung henti, ada yang terus mengisinya dengan keluh kesah dan sebagainya. Ada kalanya pula masalah itu hadir sedemikian sulitnya sehingga membuat kita tidak mampu berkata-kata lagi. Untuk berdoa pun bisa bingung, karena beban berat itu membuat kita sulit merangkainya dalam bentuk perkataan. Seperti yang kita lihat kemarin, ternyata Daud pun pernah mengalaminya. "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat." (Mazmur 39:3).Kita tahu bahwa Tuhan sanggup, kita tahu kuasa Tuhan itu sungguh besar, namun kita tidak tahu bagaimana menyampaikannya karena kita sudah tidak lagi bisa berkata-kata. Atau kita tahu Tuhan itu Maha Tahu, tapi kita merasa kurang lengkap jika kita tidak mengatakannya. Ini seringkali jadi permasalahan banyak orang, terutama yang tengah ditimbuni beberapa persoalan berat sekaligus seperti teman saya tadi. Lidah serasa kelu, kita tidak lagi bisa berpikir jernih dan mulai gelisah bahkan stres. Sesungguhnya Tuhan mengerti mengenai hal ini, dan Dia pun telah menyediakan solusi yang bisa membantu kita dalam menghadapi persoalan, terutama persoalan berat yang membuat kita tidak lagi bisa menyampaikannya.

Apakah ada "alat bantu" yang disediakan Tuhan untuk itu? Jawabannya ada. Tuhan tahu bahwa ada masa dimana kita tidak lagi bisa berkata-kata, maka Tuhan telah menganugerahkan Roh Kudus untuk kita lewat Kristus. Ada sosok Roh Kudus yang diberikan Tuhan sebagai Penolong seperti yang dijanjikan Yesus sendiri. "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yohanes 14:16-17). Roh Kudus inilah yang akan berperan sebagai Penolong atau Pembimbing dalam kehidupan kita yang sulit ini. Urusan menolong bukan cuma terbatas dari sisi membantu kita untuk membedakan mana yang baik dan buruk atau benar dan salah, tapi juga termasuk menolong kita yang mengalami kesulitan untuk menyampaikan permasalahan kita ke hadapan Allah. Sekali lagi, Tuhan tahu persis bahwa terkadang kita bisa bagai terikat lidahnya ketika tertimpa beban berat dan menjadikan kita tidak lagi tahu harus bilang apa. Disaat-saat seperti itulah kita bisa mengandalkan Roh Kudus. Roh kita dengan perantaraan Roh Kudus mampu menyampaikan itu kepada Tuhan. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26). Dalam versi English AMP dikatakan "So too the [Holy] Spirit comes to our aid and bears us up in our weakness; for we do not know what prayer to offer nor how to offer it worthily as we ought, but the Spirit Himself goes to meet our supplication and pleads in our behalf with unspeakable yearnings and groanings too deep for utterance." Karunia Roh ini merupakan sebuah sarana yang ampuh untuk membantu kita dalam segala hal, terutama dalam keadaan dimana kita tidak lagi bisa berpikir jernih ketika ditimpa berbagai kesulitan. Karena itulah sangat penting bagi kita untuk menjaga diri kita agar senantiasa menjadi bait Allah yang kudus sehingga Roh Kudus berkenan tinggal diam di dalam kita. Firman Tuhan berkata "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" (1 Korintus 6:19).

Roh Kudus selalu siap untuk menjadi "Penyambung lidah" kita untuk menyampaikan berbagai persoalan yang tidak lagi bisa kita katakan. Memiliki hubungan dengan Tuhan melalui Roh sungguh sangat penting. Dan semua itu telah dikaruniakan Tuhan kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus, dan telah dijanjikan untuk menyertai kita untuk selama-lamanya seperti yang dinyatakan Kristus dalam Yohanes 14:16 tersebut. Inilah senjata ampuh yang akan bisa mengatasi timbunan permasalahan yang tidak lagi bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Selain daripada itu, adalah penting pula bagi kita untuk terus mengucap syukur. Firman Tuhan berkata: "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Semua permohonan kita baik yang terkatakan maupun tidak hendaklah disertai dengan ucapan syukur. Apakah kita dalam keadaan baik atau buruk, tetaplah biasakan diri kita untuk mengucap syukur dan tidak terjebak dalam keluh kesah berkepanjangan. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Ini bukanlah hal yang bisa dicapai dalam sekejap saja, oleh karena itu kita harus sering-sering melatih diri untuk tetap bersyukur terlepas dari apapun situasi yang tengah kita hadapi saat ini.

Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah miliki iman yang percaya penuh kepada Tuhan dalam berdoa. Tanpa iman maka sia-sia pula semua doa permohonan kita. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:23-24).

Permasalahan bisa hadir dalam kehidupan kita kapanpun dan dimanapun. Ada kalanya kita kesulitan untuk dapat menyampaikannya dengan kata-kata ketika beban-beban berat itu seakan mengunci mulut kita. Dalam menghadapi situasi seperti itu, ingatlah bahwa Sang Penolong, Roh Kudus telah dikaruniakan untuk menyertai dan tinggal di dalam kita untuk selama-lamanya. Dia selalu siap untuk menjadi "Penyambung lidah" kita. Berdoalah dalam Roh, naikkanlah doa disertai ucapan syukur dan miliki iman yang percaya bahwa tidak ada satupun hal yang mustahil bagi Tuhan. Sesungguhnya Tuhan berkuasa lebih dari apapun, Dia tahu, mengerti dan peduli dengan keadaan kita. Apa yang diberikan dan dijanjikan Tuhan sesungguhnya sangat lengkap. Dia membantu kita dalam menyampaikan keluhan yang tidak terkatakan, Dia akan selalu membimbing dan menguatkan kita dalam menghadapi permasalahan apapun dan Dia siap untuk melepaskan kita dari itu semua. Masalah boleh sedemikian berat dan bertimbun, kita bisa merasa kesulitan untuk mengungkapkan dalam doa, namun jangan pernah lupa bahwa ada Roh Kudus ada di dalam diri anda dan selalu rindu untuk membantu kita.

Roh Kudus siap menjadi "Penyambung lidah" bagi kita yang tidak lagi sanggup berkata-kata

14 Oktober 2011

Renungan harian online: Delegasikan

Delegasikan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Keluaran 18:18
=======================
"Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja."


delegasikanRentang waktu perhari sama bagi semua orang, yaitu 24 jam dengan kecepatan berjalannya waktu yang sama pula. Sementara kita yang sibuk sering mengeluhkan kurangnya waktu yang bisa dipakai untuk bekerja, beraktivitas, istirahat dan sebagainya, ada orang-orang yang mampu sukses memimpin beberapa tugas sekaligus atau berdiri di atas beberapa profesi, sembari sukses pula membina rumah tangganya. Bagaimana rahasianya mereka sanggup melakukan itu? Kita kalang kabut dan kelabakan dalam menyelesaikan tugas-tugas kita, sementara sebagian orang itu masih bisa tersenyum bahagia meski tanggung jawab yang mereka jalani jauh lebih banyak dan besar. Seringkali kuncinya terletak pada kemampuan kita memanajemen waktu. Orang-orang yang sukses menjalani beberapa profesi sekaligus dan disamping itu malah masih sanggup melayani rata-rata memberikan kunci yang sama. Kemampuan manajerial waktu tidaklah kalah pentingnya dibanding memanajemen perusahaan atau orang dalam pekerjaan kita sehari-hari. Tentu anda lebih tahu apa yang anda harus lakukan untuk itu, karena ada banyak cara yang bisa dilakukan dan caranya tentu bisa berbeda-beda dalam setiap kasus, tergantung kebutuhan, kapabilitas atau kemampuan masing-masing. Salah satu kesalahan yang sering kita lakukan, kita cenderung ingin menyelesaikan semuanya sendirian. Kita tidak bisa melakukan itu terus menerus dan kemudian mengabaikan tugas-tugas lainnya. Ada banyak orang yang tidak memikirkan keseimbangan dalam menjalani hari, hanya mementingkan satu hal lalu mengabaikan yang lainnya. Keluarga tidak lagi diperhatikan, anak-anak dianggap mengganggu pekerjaan dan akibatnya kita melihat ada banyak anak-anak yang kurang perhatian karena ayah juga ibunya hanya sibuk bekerja. Keluarga menjadi berantakan, jauh dari Tuhan, dan pada suatu ketika nanti situasi sudah sulit untuk diperbaiki. Padahal jika kita mau, mungkin kita bisa mencari jalan dengan mendelegasikan beberapa tugas kepada orang lain.

Mendelegasikan. Itu merupakan salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan penggunaan waktu. Kita bisa belajar tentang hal ini dari Musa. Musa dipilih Allah secara langsung untuk sebuah tugas besar yang sangat berat. Membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan ditunjuk untuk menuntun mereka mencapai tanah terjanji yang telah dijanjikan Tuhan kepada Abraham. Itu sama sekali tidak mudah. Bagi sebagian orang bisa jadi terlihat mengerikan. Dalam proses itu Musa menjadi penyambung lidah Tuhan untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk Tuhan kepada bangsa yang ia pimpin, sementara jumlah bangsa yang harus ia pimpin tidaklah kecil. Mengingat job desk yang berat itu, agaknya Musa terlalu fokus kepada penunjukan Tuhan atas dirinya, sehingga ia langsung terjun mengurus segalanya sendirian dan lupa akan pentingnya sebuah struktur yang lebih efektif dalam melayani. Ia tidak terpikir untuk mendelegasikan atau menyusun struktur kepengurusan agar bisa lebih efektif dan mau menyelesaikan semuanya sendirian, all by himself. "Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang." (Keluaran 18:13). Musa bertindak sendirian menjadi hakim mengatasi perselisihan yang terjadi di antara sesama orang Israel yang memang hobi berseteru dan ribut. Kapan selesainya kalau seperti ini terus? Dalam ayat tersebut kita membaca bahwa Musa seharian duduk mengadili berbagai masalah yang dialami bangsa Israel yang tidak ada habisnya. Yitro, mertua Musa prihatin melihat menantunya dan tahu bahwa apa yang dilakukan Musa itu tidaklah efektif. Dia pun menanyakan "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?" (ay 14). Musa pun menyatakan bahwa sebagai yang ditunjuk Tuhan, ia harus memberitahukan ketetapan dan keputusan Allah kepada masing-masing orang. Dan Yitro merasa kasihan melihat menantunya harus bekerja sendirian menghadapi segalanya. "Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja." (ay 18). Yitro mengatakan bahwa bekerja sendirian seperti itu dalam mengelola masalah bangsa Israel yang begitu banyak adalah tidak baik. (ay 17). Lalu Yitro pun memberi masukan kepada Musa, memberi usulan agar Musa bisa memakai strategi yang lebih baik, menyusun struktur kepemimpinan yang akan bisa membantu Musa dalam menyelesaikan setiap permasalahan secara lebih cepat, efektif dan efisien. "Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya." (ay 21-22). Sungguh menarik melihat usulan Yitro agar Musa membentuk kelompok-kelompok yang bertingkat dengan pemimpin masing-masing. Ini akan jauh lebih mempermudah Musa dalam menjalankan perintah Tuhan. Ini gambaran struktur kepemimpinan terawal yang dicatat dalam Alkitab. Musa adalah pribadi yang rendah hati dan mau menerima masukan. Ia tidak menolak dan mendengarkan nasihat mertuanya. "Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya." (ay 24). Yitro pun bisa melihat langsung bagaimana menantunya memperbaiki sistem pelayanannya dengan melibatkan orang-orang yang cakap sebagai rekan sekerja sebelum ia pulang kembali ke negerinya. (ay 27).

Dalam salah satu doa Musa kemudian, ia meminta Tuhan memberi hikmat kepadanya untuk mampu menghitung hari-hari. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12) Musa menyadari pentingnya meminta hikmat agar ia bisa membagi dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin, dan kita pun bisa melakukan hal yang sama. Yang penting adalah menyadari terlebih dahulu bahwa kita tidak akan sanggup mengerjakan semuanya sendirian. Kita perlu menyiasati banyak hal agar bisa memanfaatkan waktu secara optimal. Itu tidak mudah, tetapi itu harus kita lakukan agar hasil yang diperoleh bisa lebih baik lagi dalam banyak hal. Seperti kemarin, kita sudah melihat bahwa Paulus mengingatkan kita untuk mempergunakan waktu yang ada sebaik-baiknya, karena sesungguhnya hari-hari yang kita lalui ini adalah jahat. (Efesus 5:16). Kemampuan memanajemen waktu akan sangat berkaitan erat dengan kemampuan kita mendelegasikan tugas-tugas. Kita tidak akan bisa menyelesaikan semuanya sendirian, dan disaat yang sama meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga dan untuk melayani Tuhan. Delegasikan sejauh mana yang bisa anda lakukan. Tanpa itu kita tidak akan bisa mengalami peningkatan. Waktu terbatas, tapi bukan berarti tidak cukup. Kita terbatas, tetapi bukan berarti kita harus jalan di tempat. Bersama Tuhan, milikilah hikmat untuk bisa menyusun jadwal perencanaan yang baik. Manajemen waktu merupakan sebuah hal yang penting untuk kita lakukan jika kita mau mempergunakan waktu seefektif dan seefesien mungkin.

Kemampuan mendelegasikan termasuk strategi terbaik dalam manajemen waktu

7 Oktober 2011

Renungan harian online: Menjadi Orang Yang Cakap

Menjadi Orang Yang Cakap

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
 Ayat bacaan: Amsal 22:29
===================
"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina."


menjadi orang yang cakapMelihat istri memasak menjadi sebuah hiburan tersendiri buat saya. Saya melihat bagaimana ia meracik berbagai bahan untuk kemudian tampil menjadi makanan yang lezat. Tidak jarang saya membantunya dalam urusan potong memotong atau iris mengiris, lalu terkagum-kagum melihat hasil potongan atau irisan saya tampil sebagai hidangan nikmat di meja makan. Bayangkan seandainya anda memakan telur mentah, atau memasukkan garam sesendok teh langsung ke mulut, tentu rasanya tidak akan enak. Gula yang manis pun tidak akan enak anda rasa apabila anda memakannya langsung sesendok penuh. Tetapi racikan bahan-bahan dasar itu ketika diolah dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang tidak saja lezat rasanya tetapi juga bermanfaat bagi tubuh kita.

Melanjutkan renungan kemarin mengenai pentingnya untuk mencari tahu atau mengenali talenta-talenta yang sudah disediakan Tuhan dalam hidup kita, hari ini saya ingin mengajak anda untuk menyadari bahwa anda tidak akan bisa berbuat banyak tanpa terlebih dahulu mengolah talenta atau keahlian-keahlian khusus yang telah Dia anugerahkan dalam hidup anda. Talenta seringkali bagaikan "raw material" alias bahan mentah yang perlu terlebih dahulu diasah untuk bisa menciptakan sebuah potensi luar biasa untuk keluar dari diri anda. Jika anda tidak tahu apa yang ada pada diri anda, bagaimana anda bisa mengasahnya? Itulah sebabnya kita perlu terlebih dahulu memeriksa dengan seksama apa sebenarnya yang telah Tuhan sediakan bagi kita, dan tentunya berdoa untuk mengetahui apa yang menjadi rencana Tuhan sesungguhnya untuk kita masing-masing. Setiap orang punya panggilannya sendiri dan yang terbaik tentunya menjalani hidup segaris dengan rencana Tuhan sejak semula bagi kita. Tuhan telah menyediakan talenta-talenta tersendiri bagi kita, dan itu harus kita asah, latih atau bentuk terus agar bisa menjadi kekuatan bagi kita untuk mencapai sukses. Mengetahui, mengasah, mengembangkan dan mempergunakan potensi yang ada untuk mencapai kesuksesan dan di dalamnya memuliakan Tuhan. Itu intinya.

Tuhan tidak pernah menginginkan anak-anakNya untuk menjadi orang yang suka bekerja setengah-setengah. Jika anda terus mengasah potensi yang ada dalam diri anda, mengasah keterampilan, bakat atau kemampuan-kemampuan khusus dalam diri anda dan dengan sungguh-sungguh mempergunakannya, maka anda akan tampil menjadi orang-orang yang cakap di bidangnya. Itulah yang Tuhan inginkan. Tuhan ingin kita menjadi orang-orang yang cakap di bidang masing-masing. Tuhan suka bekerja lewat kesungguhan dan keseriusan kita, bukan memanjakan kita secara instan. Itu tidak mendidik dan tidak bagus buat kita. Tuhan senang memberkati kita lewat kesungguhan atau keuletan kita dalam bekerja. Bahkan Tuhan ingin kita bisa menjadi contoh dan teladan bagi orang lain lewat segala sesuatu yang kita lakukan, dimana kemuliaanNya akan tercermin terang dan jelas disana.

Salomo mengajukan sebuah kalimat penting mengenai hal ini dalam bentuk pertanyaan kepada kita. "Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." (Amsal 22:29). Perhatikan kata "cakap". Bukan hanya sekedar bekerja saja, tetapi dilengkapi dengan kata "cakap". Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "dilligent and skillful", alias "rajin dan ahli." Itulah yang dimaksudkan lewat kata "cakap", dan itu seharusnya menjadi gambaran dari orang-orang percaya. Bukan setengah-setengah, bukan asal jadi dan bukan pula pas-pasan. Memberi yang terbaik dalam pekerjaan, usaha, atau belajar dan sebagainya, itu merupakan sebuah keharusan. Disana tercakup hal mengetahui potensi dalam diri kita, lalu mengolah, mengasah dan mempergunakannya dengan baik, untuk tujuan baik. Inilah gambaran orang-orang yang cakap, dan mereka yang cakap tentu akan berdiri di posisi tinggi dan terhormat. 

Tuhan memandang penting akan sejauh mana kita mengetahui apa yang telah Dia berikan pada kita. Tuhan menghargai usaha keras yang dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh. Dia siap memberkati kita yang selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk terus meningkat naik lebih tinggi lagi. Ini sesuai dengan apa yang dijanjikan Tuhan pula. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia." (Ulangan 28:13). Tuhan menjanjikan keberhasilan, bukan kegagalan. Tuhan menjanjikan masa depan yang gemilang bukan yang buruk. Kita didesain sebagai kepala bukan ekor, dimaksudkan untuk terus naik dan bukan turun. Ini akan kita peroleh jika kita mau mendengarkan perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia. Mencari tahu apa yang ada pada diri kita, bekerja secara serius dan sungguh-sungguh, itu pun merupakan bagian dari melakukan perintah Tuhan dengan setia, dan itu akan membuat kita memperoleh keberhasilan demi keberhasilan dalam karir, keluarga, pelayanan atau dalam apapun yang sedang kita lakukan.

Seperti yang telah kita lihat kemarin, perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30) menggambarkan dengan jelas bahwa Tuhan telah memberikan kita keistimewaan-keistimewaan tersendiri. Semua itu ia titipkan kepada kita agar kita bisa melakukan pekerjaan kita dengan sebaik-baiknya, dan bukan untuk bekerja asal jadi. Semua itu merupakan bekal yang sangat besar gunanya bagi kita untuk dipergunakan demi kebaikan kita dan kemuliaan Tuhan. Dan ingatlah bahwa semua itu pada suatu ketika haruslah kita pertanggungjawabkan. Banyak tidaknya talenta yang telah Dia titipkan bukan masalah sama sekali. Berapapun yang dipercayakan Tuhan kepada kita merupakan hal yang patut kita syukuri, dan kita harus sadar pula bahwa itu semua sudah lebih dari cukup untuk membuat kita bisa berhasil dalam setiap apa yang kita kerjakan. Perhatikan rangkaian berikut ini: Tuhan ingin kita sukses, Tuhan memberikan bekal buat kita untuk itu, dan Tuhan siap memberkati pekerjaan kita. Bukankah itu merupakan sebuah kesatuan yang luar biasa indahnya? Dengan bekerja serius maka berarti kita menghargai Tuhan, sebaliknya bagaimana mungkin kita mengaku sebagai orang yang bersyukur apabila kita tidak mau serius dalam bekerja? Menjadi cakap itu artinya kita memuliakanNya, tetapi bagaimana kita mengaku mengasihi Tuhan kalau kita terlalu malas untuk mengasah dan mengolah potensi diri kita, atau bahkan tidak tahu apa yang kita miliki sama sekali?

Selanjutnya ingatlah bahwa Tuhan pun sudah menegaskan kita agar bekerja serius seperti melakukannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Tuhan memandang penting arti sebuah keseriusan dari diri kita. Jika kita melakukannya dengan sebaik mungkin dan memuliakan Tuhan di dalamnya, tentu Tuhan pun tidak akan sungkan-sungkan untuk memberkati kita tepat seperti apa yang Dia rindukan. Bayangkan betapa senangnya Tuhan apabila melihat anak-anakNya menjadi orang-orang yang berpengaruh dalam bidangnya masing-masing, menjadi teladan bagi pekerja lain, serta rajin, jujur dan setia dalam setiap yang dikerjakan. Orang tua kita saja akan merasa sangat bangga, apalagi Bapa kita di Surga. Cari tahu terlebih dahulu potensi apa yang kita miliki, lalu mengasah dan mengolahnya, dan pergunakan dengan baik, untuk tujuan baik. Jangan lupa pula untuk mencari tahu apa rencana Tuhan sesungguhnya atas diri kita masing-masing dan mendoakan setiap langkah agar seturut kehendak Tuhan. Ini akan membuat anda tampil sebagai orang yang dikatakan cakap, dan disanalah anda akan menggenapi posisi anda yang sesungguhnya seperti yang diinginkan Tuhan.

Perhatikanlah performance anda saat ini. Sudahkah anda memberikan yang terbaik dalam pekerjaan atau studi anda? Sudahkah anda melakukan yang terbaik bagi keluarga anda? Pedulikah anda akan kecakapan, maukah anda terus melatih diri agar menjadi lebih cakap lagi? Ketahuilah bahwa Tuhan akan selalu siap memperbesar kapasitas dari orang-orang yang cakap di bidangnya masing-masing. Keberhasilan merupakan bagian dari kehidupan anak-anak Tuhan, dan itu akan bisa dicapai apabila kita mau menghargai segala talenta yang diberikan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan mempergunakannya dengan baik dalam pekerjaan kita. Ada masa depan yang indah penuh dengan keberhasilan bagi kita semua, dan itu semua akan bisa dicapai apabila kita mau mempergunakan talenta-talenta dari Tuhan yang sudah terasah dengan baik untuk kemuliaanNya.

Jadilah orang cakap yang akan menempati posisi terhormat di bidang kita masing-masing

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification