21 Desember 2015

Kompromi Membawa Petaka

Kompromi Membawa Petaka

Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? 
(2 Korintus 6:14)

Dalam dunia bisnis maupun politik kita mengenal apa yang disebut dengan kompromi. Dalam situasi tertentu kompromi dapat menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Lantas dapatkah kompromi diterapkan dalam dunia kekristenan ? Saya rasa sulit sekali menemukan keuntungan dalam dunia kompromi bagi kekristenan. Bahkan sebaliknya, kompromi hanya akan menghasilkan petaka. Tetapi masih saja ditemukan orang-orang Kristen yang berusaha mendirikan doktrin baru dengan menggabungkan beberapa unsur dunia ke dalam konteks kebenaran. Mungkinkah gelap dan terang dapat bersatu (2 Korintus 6:14) ? Itulah sepenggal kalimat yang kebenarannya tidak dapat diragukan lagi.
Misalnya, kita lihat contoh Yusuf yang tinggal di dalam rumah Potifar. Yusuf yang setiap hari kadang berduaan dengan istri Potifar bukannya tidak sadar akan bahaya yang dapat mengancam kemurnian hatinya. Bagaimana tidak? Setiap hari istri Potifar menggodanya. Perlukah Yusuf melakukan kompromi ? Seandainya Yusuf berkompromi terhadap dosa maka ia akan mendapatkan hadiah-hadiah dari istri Potifar. Ketika ujian terhadap hati nuraninya itu tiba, dimana istri Potifar memaksanya untuk tidur dengannya, maka ia hanya mempunyai satu pilihan yaitu melarikan diri.
Sejarah akan berubah apabila Yusuf mengambil sikap kompromi. Yusuf tidak akan dapat mencapai mimpi yang Tuhan berikan. Yusuf akan menjadi pecundang sepanjang masa. Tetapi justru karena sikapnya yang tidak mengenal kompromi itu, ia terhindar dari petaka. Dan akhirnya Yusuf dapat mencapai mimpinya yaitu menjadi orang nomor dua di Mesir. Walaupun prosesnya begitu panjanga tetapi komitmen untuk hidup dalam kebenaran telah dipegang teguh.
Waspadalah, karena dari kompromi yang kecil akan berkembang menjadi kompromi yang besar. Jadi ambillah sikap anti kompromi terhadap dosa, supaya kita tidak menyesal di kemudian hari.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Menuju Kanaan

Menuju Kanaan

Sekarang yang penting adalah berdiri sebagai pemenang yang memegang janji-janji Allah. Kita harus membuktikan bahwa hidup di dalam Kristus itu penuh dengan pengalaman nyata dan indah.  Raihlah Kanaan dan nikmati keindahan negerinya.
Saudara, perjalanan bangsa Israel merupakan gambaran perjalanan hidup kita meraih janji-janji Allah. Janji-janji Allah bisa surga, kesembuhan, kecukupan, pertolongan, kekuatan, dan kemuliaan. Sebagaimana orang Israel banyak yang gugur di padang gurun, begitu juga dengan orang Kristen. Perjalanan bangsa itu amat berat bukan karena panasnya padang gurun atau banyaknya rintangan, tetapi yang menjadi masalah adalah keraguan, ketidakpercayaan, ketidaksabaran, dan ketidaksetiaan bangsa itu mengikuti perintah Tuhan. Saya yakin apabila bangsa itu mengikuti perintah Tuhan dengan segenap hati, maka perjalanan mereka akan terasa ringan.
Alkitab berisi ribuan janji Allah. Tetapi coba hitung dengan jari Anda, berapa yang telah digenapi dalam hidup Anda. Kadang kita kurang berani meyakini janji Allah tersebut. Kadang kita terlalu “rohani” sampai-sampai mau mengklaim atas janji Allah itu kita tidak berani. Misalnya saja kesembuhan. Kita sudah cukup lama memegang keyakinan bahwa sakit adalah cara Allah menjadikan kita kudus dan semakin berkenan kepada-Nya. Apakah itu benar? Tidak! Tetapi saya percaya kalau sakit bisa dijadikan Allah untuk memuliakan nama-Nya. Bagaimana caranya? Bisa Anda menerima kesembuhan. Yesus kerap kali menyembuhkan orang sakit pada masa pelayanan-Nya. Kalau sakit adalah kehendak Allah, maka seharusnya Yesus tidak perlu melakukan kesembuhan-kesembuhan pada masa Ia hidup di bumi. Begitu kan logikanya? Tetapi yang benar, kesembuhan adalah kehendak Allah untuk Anda. Ini adalah janji Allah untuk memberikan kita tubuh yang sehat supaya kita dapat melayani-Nya.
Begitu juga kalau Anda hidup selalu dalam kekurangan. Kita mempunyai Bapa yang kaya raya, masakan Ia tidak mencukupi kebutuhan kita? Dan kalau kita selalu kekurangan di mana ketidakberesannya? Masalahnya terkadang ada pada kita yang kurang mengerti akan firman Tuhan. Dia adalah Yehova Jireh – Allah yang mencukupi. Sebagaimana Dia mencukupi kebutuhan bangsa Israel di padang gurun, Dia juga akan mencukupi kebutuhan Anda.
Sekarang yang penting adalah berdiri sebagai pemenang yang memegang janji-janji Allah. Kita harus membuktikan bahwa hidup di dalam Kristus itu penuh dengan pengalaman nyata dan indah.  Raihlah Kanaan dan nikmati keindahan negerinya.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

9 Desember 2015

Iman yang Diuji

Iman yang Diuji

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. . . . .” (Yakobus 1:2-4).
Saudara, iman Abraham tidak hanya diuji ketika ia harus menyerahkan Ishak sebagai korban, tetapi pertama kali Allah memanggil Abraham, itupun sudah termasuk ujian. Sebab Allah berkata, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” (Kejadian 12:1). Abraham harus pergi meninggalkan sanak saudaranya dan pergi ke suatu tempat yang ia tidak ketahui. Namun ia taat dan imannya terbukti teguh.
Setelah Ishak, anak yang dijanjikan oleh Allah itu dilahirkan, ujian terhadap imannya datang lagi. Perhatikan bahwa ujian ini terjadi setelah Ismael diusir dari rumahnya. Dengan demikian Abraham hanya mempunyai satu pengharapan melalui Ishak supaya janji Allah digenapi dalam hidupnya. Tetapi kini Allah memintanya untuk mengorbankan anak satu-satunya tersebut.
Kali ini Abraham dengan setia mengikuti perintah Tuhan. Persoalannya sebenarnya tidak semudah itu. Apakah di benak Abraham tidak timbul bermacam-macam pikiran ? Apakah di dalam pikiran Abraham tidak ada saling adu argumentasi ? Oh itu pasti terjadi. Tetapi oleh ketaatannya Abraham layak disebut ‘sahabat Allah’ sebab ia akhirnya taat mengikuti perintah Tuhan. Meskipun perjalanan menuju tempat pengorbanan yang Tuhan perintahkan itu harus ditempuh selama 3 hari perjalanan. Namun selama 3 hari itu ia harus bertahan pada pendiriannya untuk taat kepada suara Tuhan. Dan ia berhasil!
Kita disebut dengan keturunan Abraham secara rohani. Dan itu berarti Abraham mewariskan iman kepada kita. Dalam hidup ini ada kalanya Allah menguji kita seperti Abraham, meskipun ujian tersebut tidak seberat yang dialami oleh Abraham. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita setia pada suara Tuhan ataukah kita mengabaikan suara Tuhan ? Yakobus berkata dalam suratnya, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. . . . .” (Yakobus 1:2-4).
Cepat atau lambat ujian itu pasti datang. Tetapi orang yang setia akan dengar-dengaran terhadap suara Tuhan dan mentaatinya.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

1 Desember 2015

Bertekunlah Di Dalam DIA!

Bertekunlah Di Dalam DIA!

Roma 5:3-4
"Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan."
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus selalu baru dan mengalir setiap hari. Untuk itu perhatikan dengan seksama bagaimana hidup kita! Sebab saat ini kita sedang masuk ke dalam era akhir zaman. Pengaruh dunia sekuler demikian maraknya, belum lagi tantangan dan persoalan yang kita hadapi, sehingga tatkala kita lengah, maka hal itu bisa saja menggeser iman kita,  apalagi jika kita tidak bersungguh-sungguh. Jangan menjadi terlena tetapi waspadalah, jangan sampai terbawa oleh arus dunia. Tanda-tanda akhir zaman sudah mulai digenapi. Allah berkehendak supaya hidup kita berkenan kepada-Nya, bukan untuk suatu masa tertentu tetapi untuk seterusnya. Lalu bagaimana supaya kita berkenan? Salah satu kuncinya adalah bertekun di dalam Dia. Bertekun itu artinya rajin dan setia untuk terus hidup didalam firman-Nya dan mengerjakan firman-Nya setiap saat,dan hidup mengandalkan Tuhan.
Ada banyak alasan mengapa kita harus bertekun? Karena selama  kita menumpang di dunia ini, kita masih bertemu dengan masalah dan tantangan baik besar maupun kecil, dari yang mudah sampai dengan yang sukar.  Dan kalau kita diijinkan untuk menghadapi masalah, bahkan masuk ke dalam kesengsaraan, maka hal ini dimaksudkan supaya kita bertekun di dalam Dia, sebab ketekunan itu akan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan kepada Allah (Roma 5:3-4). Dan apabila ketekunan itu menjadi buah yang matang, hal itu akan menghantar kita kepada kesempurnaan. Karenanya iman yang kita miliki harus kita dikerjakan dan dibangun dengan penuh ketekunan .
Kita harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada iman kita kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri  ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada dengan berlimpah-limpah,  maka kita akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalan kita kepada Yesus Kristus (2 Petrus 1:5-8). Pada akhirnya ketekunan kita sebagai orang-orang kudus-Nya akan menghantar kita masuk ke Yerusalem baru.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Iman Mengalahkan Dunia

Iman Mengalahkan Dunia

 “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai  iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung  ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu” (Matius 17:20)
Suatu ketika Tuhan Yesus  sedang  mengajar murid-murid-Nya, pada kesempatan itu ia sampaikan tentang iman sebesar biji sesawi. Biji sesawi itu sangat kecil dibandingkan dengan biji-bijian dari sayuran lainnya. Ia memberikan perumpamaan kepada para murid: “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai  iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung  ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu” (Matius 17:20). Ia menyampaikan tentang kekuatan dan kedahsyatan iman apabila hal itu dimiliki oleh setiap orang percaya. 
Hal ini disampaikan-Nya karena disadari bahwa orang percaya akan menghadapi tantangan yang cukup berat. Tuhan Yesus mengingatkan setiap orang percaya untuk tetap teguh dan kuat, karena kita adalah anak-anak Allah. Allah mau atsmosfir keilahian melingkupi hidup setiap orang percaya; Allah mau karakter Kristus nampak dalam kehidupan kita sehari-hari, kebenaran menjadi barisan depan dan kemuliaan Tuhan menjadi barisan belakang (Yesaya 58:8); Allah mau kasih-Nya begitu nyata pada anak-anak-Nya supaya nyata bahwa kita adalah anak-anak Allah; dan Allah mau supaya kita menguasai dunia, bukannya dikuasai oleh dunia, sebab firman-Nya  semua yang lahir dari Allah mengalahkan dunia (1 Yohanes 5:4). 
Lalu dengan apa orang percaya mengalahkan dunia? Jawabannya adalah dengan iman. Iman itu adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Iman itu sebuah kekuatan mahadahsyat yang Tuhan taruh dalam setiap hati orang percaya. Sekarang tinggal kita mau mengaktifkannya atau tidak, mau bertindak atau tidak. Sebab iman tanpa  tindakan adalah iman yang mati. Karena itu pada saat mengajar Ia menekankan walaupun iman itu sebesar biji sesawi, tetapi jika diaktifkan sangat dahsyat ledakannya. Jadi penuhi hati kita dengan kasih dan kebenaran-Nya, sebab iman itu muncul dan aktif pada saat kita hidup di dalam kebenaran dan menyatakan kasih Allah sepanjang hari. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang  percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? (1 Yohanes 5:5).
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Indahnya Pengampunan Allah

Indahnya Pengampunan Allah

Sekalipun  dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi  putih seperti bulu domba” (Yesaya 1:18).
Ketika sebuah pengadilan mulai menjatuhkan vonis hukuman mati kepada terdakwa yang telah melakukan kejahatan besar. Maka orang tersebut tidak memiliki harapan atas masa depannya karena kematian telah menantinya, walaupun hati kecilnya ada secuil harapan. Dan tatkala pengharapannya terkabul dapat dipastikan orang yang mendapatkan kebebasan  akan bersukacita.
Demikian juga dengan kita, sebelum mengenal Yesus Kristus, kita seperti orang yang berada di dalam rumah tahanan, bahkan juga seperti orang yang sakit kusta yang berada dalam pengasingan, dan kondisinya sangat menjijikkan. Sebelum bertobat kita adalah orang yang sedang terbelenggu oleh dosa, dan tidak mungkin bisa bebas karenanya, tetapi karena begitu besar kasih Allah, Ia datang  ke dunia, menderita dan mati di atas kayu salib, untuk menebus dosa-dosa kita, dan Allah  katakan: “Sekalipun  dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi  putih seperti bulu domba” (Yesaya 1:18).
Bahkan kepada  setiap orang yang menerima-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Sungguh indahnya pengampunan yang diberikan Tuhan   kepada kita. Ia menebus kita bukan dengan darah domba tetapi dengan darah-Nya sendiri. Lebih daripada itu kita juga diizinkan untuk mengenal Allah dan hidup bersekutu dengan-Nya, ini adalah puncak dari indahnya pengampunan Tuhan. Allah mau supaya kita tetap kokoh dan terus menjaga predikat yang Tuhan berikan kepada kita, jangan mau digeser atau beranjak dari predikat kita, sebab dunia hari-hari ini sedang tenggelam dengan segala keinginannya, tetapi kita haruslah hidup di dalam indahnya pengampunan Allah dengan tidak menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan kepada kita. Waktu terus berjalan dan dunia cepat berubah, tetapi Tuhan kita Yesus Kristus tidak pernah berubah dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya. Pengampunan-Nya sangat indah, melebihi harta benda yang kita miliki, melebihi kedudukan dan jabatan yang sedang kita duduki, sebab sia-sialah orang memiliki segala sesuatu di dunia ini tetapi tidak mendapatkan pengampunan-Nya, sebaliknya berbahagialah sekalian orang yang hidup di dalam pengampunan-Nya.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

FirmanNya Berkuasa

FirmanNya Berkuasa

Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2 Timotius 3:15).
Saudara, perlu kita ingat atau ketahui bahwa di dalam FirmanNya ada kuasa yang tak terbatas ! Kalau kita menganggap bahwa Alkitab yang kita baca itu tidak lebih dari sebuah buku biasa, maka hal ini merupakan kesalahan besar. Alkitab telah terbukti mengubah hidup jutaan bahkan milyaran manusia dari berbagai kalangan, termasuk saudara dan saya. Masih banyak lagi manusia yang telah diubahkan oleh perkataan firman Tuhan, baik melalui perkataan maupun tulisan. 
Timotius adalah contoh manusia lainnya yang hidupnya telah dibentuk oleh firman Tuhan. Paulus berkata kepada Timotius, “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2 Timotius 3:15).
Siapakah yang paling bertanggung jawab dalam kehidupan Timotius? Alkitab menyebutkan ibunya (2 Timotius 1:5). Bertahan-tahun Timotius dibentuk oleh firman Tuhan, dan akhirnya ia menjadi pemuda yang gagah perkasa di dalam Kristus. Firman itu telah membawanya kepada hidup yang kekal dan hidup yang berkemenangan.
Lalu bagaimana dengan orang tua zaman sekarang? Jangankan mau mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya, menegur saja mungkin jarang dilakukan, sebab jadwalnya padat! Jadi jangan disalahkan kepada anak muda bila akhirnya mereka terjerumus dalam kenakalan yang menjurus pada kriminalitas. Lebih parah lagi jiwa mereka terhilang, sebab mereka mengalami apa yang dinamakan dengan krisis firman Tuhan. Tidak ada yang mengajarkan firman Tuhan kepada mereka. 
Saudara, kita harus punya keyakinan bahwa firman Tuhan itu amat berkuasa. Sejak dini, ajarkan firman Tuhan ini kepada anak-anak kita, meskipun kelihatannya mereka tidak mengerti, tetapi saya yakin roh mereka dapat mencerna firman Tuhan. Niscaya anak-anak kita akan bertumbuh menjadi pahlawan-pahlawan Kerajaan Allah yang menjadi kebanggaan Allah Bapa di surga. Untuk itu janganlah tunda-tunda waktunya, sebab tidak ada kesempatan yang kedua ! amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification