29 Maret 2015

Melakukan Perkara Besar Bersama Allah

Ayat Bacaan : Yesaya 54:1-17

"...Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi...."
Latar belakang kitab Yesaya 54 menceritakan bahwa bangsa Israel pada waktu itu telah berada di Babel sampai pada generasi yang ke tiga dan ke empat. Dalam keadaan yang demikianlah benar-benar membuat mereka sudah tidak memiliki harapan lagi untuk melepaskan diri dari Babel. Harapan mereka telah habis, karena mereka sudah tidak menemukan jalan untuk kembali ke Yerusalem. Dalam keadaan yang seperti inilah Yesaya menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa Israel. Dan perlu kita ketahui bahwa kitab Yesaya memberikan nubuatan yang begitu jelas tentang kedatangan Mesias di tengah-tengah dunia ini. Dan saat ini kita akan meneliti beberapa yang terkandung di dalam Yesaya 54. Pada ayat yang pertama, disitu telah dikatakan : “Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! . . .” Kalau kita melihat dari segi tata bahasa maupun pemilihan kata, disini mengandung nilai sastra yang cukup tinggi.
Arti daripada kata mandul dalam adat istiadat Israel yaitu orang yang paling terkutuk atau termasuk manusia yang sungguh-sungguh ditinggalkan oleh Tuhan. Jadi orang yang mandul itu sangat mustahil untuk mempunyai anak, karena sudah tertutup kesempatannya untuk mempunyai anak. Tetapi dalam ayat pertama Tuhan ingin menyatakan bahwa Tuhan mampu membuat jalan diluar dugaan manusia. Itulah yang ingin disampaikan ditengah-tengah masyarakat Israel yang ada di Babel, karena mereka merasa bahwa tidak ada tanda-tanda maupun kekuatan untuk keluar dari Babel. Apabila Tuhan sudah menyatakan bahwa Ia mampu membuat jalan diluar dugaan manusia, maka pernyataan inilah yang harus menjadi suatu landasan kepercayaan umat Allah. (Salah satu contoh orang yang mandul adalah Sarah. Ketika Sarah usianya sudah lanjut, ada seorang hamba Allah yang berkata bahwa ia akan mempunyai seorang anak.
Tetapi Sarah justru menertawakan akan hal itu, karena hal ini adalah sesuatu yang mustahil. Jika manusia menganggap bahwa hal itu mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil). Oleh sebab itu, apabila firman Allah disampaikan seperti yang dilakukan oleh Yesaya terhadap bangsa Israel maka perlu adanya suatu sikap yaitu sikap iman. Yang dimaksud dengan sikap iman adalah sikap seperti yang tertulis dalam ayat yang ke dua yaitu : “Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; . . . .” artinya : apabila sudah dijanjikan Tuhan akan mendapat banyak anak, tentu saja kamar rumah yang akan kita buat tidak hanya satu karena hal ini tidak sesuai dengan apa yang kita dapatkan, namun perlu ada suatu sikap dalam diri kita yaitu membuat kamar yang lebih banyak (membentangkan kemah kita). Jadi apa yang kita imani harus disertai sebuah sikap, (seperti halnya dalam pertumbuhan Gereja Bethany Indonesia yang pada mulanya diawali hanya tujuh orang dalam tempat yang cukup sederhana. Tetapi karena adanya suatu sikap iman yang landasi oleh visi yang diberikan oleh Tuhan, maka gereja Bethany mulai berkembang dengan dibangunnya Gereja di Manyar yang disertai dengan munculnya cabang-cabang Bethany di beberapa kota. Namun pertumbuhan dan perkembangan tidak berhenti sampai di sini, karena Allah mempunyai rencana yang luar biasa. Sehingga mengembang lagi dengan dibangunnya Gereja Bethany Nginden seiring dengan bertumbuhnya cabang-cabang Bethany di seluruh plosok tanah air dan juga luar negeri).
Hal ini bisa terjadi sebagai tanda penggenapan apa yang tertulis dalam ayat ketiga yaitu : “Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, . . . .” Jadi, pada ayat kedua dan ketiga ada suatu hubungan yang paralel, tetapi harus disikapi dengan suatu tindakan. Arti kata lain mengembang yaitu meningkat, menyebar, melebar. Dan kita percaya bahwa apa yang kita kerjakan tidak akan mengecil, karena apabila kita mengklaim janji Allah maka hal itu akan terjadi dalam kehidupan kita yaitu kita akan semakin berkembang. Kekristenan bukanlah sebuah agama yang hanya berbicara sekedar moral atau etika dan kitab sucinya adalah benar-benar firman Allah dan bukan rekayasa manusia. Kita tahu bahwa didalam firman Tuhan telah tersirat bahwa bukan manusia yang membicarakan Tuhan tetapi Tuhanlah yang membicarakan manusia, sehingga apa yang telah terjadi dalam kehidupan ini telah dituangkan dalam Alkitab, misalnya dalam beberapa ayat dikatakan : “pada mulanya . . . . “ Jadi segala sesuatu diawali oleh Allah, sehingga dapat kita katakan bahwa Allah yang menjadi tokoh. Karena Allah yang menjadi tokoh maka segala janjinya disini pasti digenapi. Jadi, Allah yang menghendaki untuk memakai kita dan bukan kita yang menghendaki untuk memilih Tuhan. Dalam ayat 4-6 merupakan jaminan Allah.
Pada ayat yang keempat disana terdapat kata-kata : “jangan malu !” Lalu mengapa ditegaskan supaya jangan malu ?. Kita tidak boleh malu karena kita termasuk orang yang berpegang pada janji Allah, dan orang yang berpegang pada janji Allah tidak akan dipermalukan. Sehingga dalam hal inilah Tuhan ingin menyatakan bahwa Ia tidak pernah goyah akan segala janjiNya, seperti yang tertulis dalam ayat 7-10. Setelah Allah menyatakan bahwa janjiNya tidak akan goyah. Ia mengerjakan sesuatu yang luar biasa ditengah-tengah umatNya yang sedang morat-marit dan sudah tidak mempunyai pendirian akibat tekanan hidup yang berlangsung cukup lama ketika berada di Babel. Dan tindakan Allah selanjutnya adalah Ia ingin menyatakan diriNya sebagai pembela yang dahsyat, seperti yang tertuang dalam ayat 15-17. Bukankah kondisi seperti ini pernah kita alami atau sedang kita alami, tetapi ketahuilah bahwa Allah tidak pernah lalai akan janjiNya. Karena setiap firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan kembali dengan sia-sia. Oleh sebab itu janganlah kita kecil hati, sebab Allah kita adalah Allah yang dahsyat. Dia sanggup memulihkan keadaan kita, sehingga membuat bangsa-bangsa menjadi kagum dengan apa yang sedang dikerjakan Allah dalam kehidupan kita, namun sebaliknya apabila kita kecil hati maka kita tidak akan pernah melihat karya Allah yang besar. Apapun kondisi kita saat ini, yakinlah bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu atas kehidupan kita untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

10 Maret 2015

Tanda Murid Kristus

Ayat Bacaan: Yohanes 13:31-38

Dari ayat bacaan di atas, Yesus membagikan tentang arti seorang murid atau orang Kristen. Pada waktu itu Yesus sedang berkumpul bersama dengan murid-murid-Nya. Dia menceritakan tentang apa yang terjadi dengan diri-Nya, bahwa Dia akan dibawa sampai di golgota dan di salibkan. Yesus pada waktu itu berkata, bahwa salah satu dari murid-Nya akan menjadi pengkhianat. Tiba-tiba Yudas dengan diam-diam meninggalkan Yesus. Pada waktu Yudas pergi, Yesus berkata, "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.” (Yohanes 13:31).
Sesudah itu, Yesus juga memberikan perintah baru dalam Yohanes 13:34 dan 35. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Saat itu muncul Petrus yang menyatakan mau setia kepada Yesus, tetapi Yesus berkata, "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Yohanes 13:38). Melalui peristiwa dalam ayat bacaan di atas, Yesus ingin memberikan suatu rangkuman khusus, yaitu tentang tanda murid Kristus. Ada tiga tanda murid Kristus yang dapat kita temui, diantaranya :

1. Rindu senantiasa memuliakan Allah

Yohanes 13:31 merupakan teladan Yesus kepada kita. Padahal Yesus pada waktu itu akan disalib, tetapi Dia berkata bahwa Dia akan dipermuliakan. Ini terjadi, sebab di atas kayu salib, Yesus mengalahkan setan, menjadi tebusan bagi umat manusia dan jembatan antara Allah dan manusia. Allah dipermuliakan di dalam Yesus. Di atas kayu salib Yesus menampakkan siapa Allah itu, yaitu kasih, kesetiaan, dan anugerah Allah. Lalu bagaimana kita bisa mempermuliakan Allah? Setiap kali kita menampakan kasih dan kemurahan Allah kepada dunia, kita sedang mempermuliakan Dia. Kalau kita dipercayakan sesuatu oleh Tuhan, maka kita harus menampakkan kasih Allah kepada orang lain.
Ada empat hal yang perlu kita ketahui tentang ini, pertama, Tuhan bisa memakai orang lain menjadi alat-Nya untuk menolong kita. Kedua, Tuhan juga bisa memakai orang lain menjadi alat Tuhan untuk memproses kita. Tetapi sering kali kita menganggap bahwa orang itu adalah musuh kita. Musuh kita bukanlah darah dan daging, tetapi penghulu, penguasa dan roh jahat di udara. Seandainya itu dianggap musuh, bukankah Tuhan berkata : kasihilah musuhmu !. Ketiga, kita bisa dipakai menjadi alat uji untuk orang lain. Keempat, Tuhan bisa memakai kita sebagai jawaban doa bagi orang lain. Pertanyaan bagi kita saat ini adalah apakah kita sibuk mempermuliakan Tuhan atau mempermuliakan diri sendiri? Untuk itu, biarlah kita memiliki ketetapan hati untuk tetap mempermuliakan nama Tuhan, dengan segala resiko. Tetapi percayalah apa yang kita lakukan semuanya diperhitungkan oleh Tuhan.

2. Memiliki kasih

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34,35) Dunia tahu bahwa kita orang Kristen atau bukan, yaitu dari kasih kita. Saat ini dunia kering akan kasih. Yesus sendiri memberikan perintah baru, yaitu kasih. Ini berarti, kalau kita tidak ada kasih, maka kita bukan seorang Kristen. Untuk itu biarlah kasih itu mewarnai kehidupan kita atau dengan kata lain menjadi gaya hidup kita sehari-hari. Karena tanpa kasih maka semua yang kita perjuangkan dan kita miliki dalam hidup ini adalah sia-sia, selain itu kasih berlangsung hingga kekal selama-lamanya. Kita bisa hidup hingga saat ini dan menikmati segala berkat Tuhan bahkan memperoleh kehidupan yang kekal semuanya itu oleh kasih Allah.
Dan wujud kasih itu sendiri seperti yang tertulis dalam I Korintus 13:4-7, ”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” Yang menjadi pertanyaan adalah sudahkah kita hidup dalam kasih ? apabila sudah maka pertahankan dan tingkatkan lagi, apabila belum, biarlah saat ini juga kita mulai belajar melangkah hidup dalam kasih, karena kita tidak tahu kapan kita harus menghadap Dia untuk mempertanggungjawabkan kesempatan yang sudah Tuhan berikan.

3. Tetap setia kepada Allah

Dalam beberapa peristiwa selama Petrus mengikut Yesus, Petrus berulang kali menyatakan kesetiaannya kepada Yesus. Memang mudah untuk berjanji, tetapi melakukannya susah. Inilah Petrus. Yang Tuhan mau dalam hidup kita adalah bukan hanya menyatakan janji kita kepada Tuhan, tetapi juga melakukan. Dengan segala masalah yang kita hadapi, kita harus tetap dapat melakukan Firman Tuhan. “Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Yohanes 13:38). Hari-hari ini kita akan dihadapkan dengan suatu kondisi yang memaksa kita untuk tidak setia kepada Tuhan. Entah itu suatu pergumulan dalam hidup maupun suatu kondisi yang nyaman.
Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan berdoalah.” Tuhan memberi kesempatan untuk kita untuk tetap intim dengan Dia. Bagian kita adalah menunjukkan diri sebagai murid Kristus atau orang Kristen yang baik. Dan bagian Tuhan adalah menyelesaikannya. Kalau Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita? Semua akan ada jalan keluar dan diselesaikan-Nya dengan baik. Wahyu 17:14 berkata, “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia." Dalam dalam kita wahyu 2:10 juga dikatakan : “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

1 Maret 2015

Tiga Sosok Pribadi Dalam Injil Lukas

Ayat Bacaan: Lukas 15:11-32

Dalam ayat bacaan di atas dijelaskan tentang kisah anak yang terhilang. Dan dalam perikop ini merupakan suatu cerita pendek yang sangat luar biasa. Bahkan Charles Dicken pun pernah berkata bahwa “Kisah anak terhilang ini adalah cerita pendek terbaik yang pernah ada.” Karena semua bagian hidup manusia ada dalam peristiwa ini. Untuk itu mari kita lihat dari tiga sosok yang terdapat dalam peristiwa Anak yang terhilang ini. Sosok pertama, “Anak Terhilang (bungsu)”, sosok kedua, “Anak Sulung”, dan sosok ketiga, “Bapa.” Saudara, dalam tradisi Yahudi, kalau sebuah keluarga memiliki dua anak, maka anak pertama dan anak kedua mendapatkan bagian yang berbeda. Anak pertama mendapatkan 2/3 dari semua harta ayahnya, sedangkan anak kedua hanya mendapat 1/3 saja. Biasanya warisan tersebut dibagikan setelah sang ayah meninggal dunia. Tetapi waktu itu ayahnya, yang belum mati, telah membagikan hartanya kepada anak-anaknya (Lukas 15:12).
Setelah sibungsu mendapatkan bagiannya ia pergi jauh meninggalkan rumah terutama ayah dan saudaranya, sementara ia berada di perantauan ia menjual hartanya dan berfoya-foya, namun setelah hartanya habis, ia mengalami penderitaan yang luar biasa, sampai ia makan saja sulit karena tidak ada yang dimakan karena tidak punya uang, setelah merasa betapa menderitanya jauh dari sang Bapa, ia bertobat dan berniat untuk kembali kepada bapanya dengan rela menjadi seorang upahan (Lukas 15:18). Ada suatu perubahan total yang terjadi pada anak bungsu ini. Ketika anak bungsu kembali ke rumah bapanya dan bersedia menjadi pegawai di rumah bapanya, maka sang bapa menerima kembali kehadiran anak ini bukan sebagai pegawai melainkan tetap menjadi seorang anak. Bahkan kembalinya anak bungsu ini diadakan pesta yang luar biasa karena bapanya merasa anaknya yang hilang telah kembali atau anaknya yang mati telah hidup kembali.
Melalui kejadian ini si Sulung, saudaranya, tidak bersukacita melainkan menjadi sangat marah karena perlakuan Bapanya terhadap adiknya (Lukas 15:28). Bapanya adalah figur seorang bapa yang baik, kaya dan penuh belas kasihan (Lukas 15:20,22). Mari kita lihat satu persatu sosok tersebut:

Pertama, Anak Bungsu (Lukas 15:11).

Baik si Bungsu dan si Sulung, mereka hidup dalam kelimpahan. Tetapi ada beberapa langkah yang membuat si Bungsu ini menjauh dari Bapanya, yaitu: langkah pertama, sikap tidak puas. Sikap ini adalah sikap ingin mendapatkan sesuatu yang lain padahal semuanya tercukupi. Langkah kedua, ia ingin bebas, karena di rumah Bapanya banyak aturan. Dari dua langkah ini, si Bungsu mengalami kehancuran dalam hidupnya. Untuk itu jangan mau diperdaya iblis. Tetapi puji Tuhan, si Bungsu ini tidak memikirkan hal-hal yang telah dilakukannya, tetapi dia berpikir bagaimana di bisa bangkit kembali kepada Bapanya. Untuk itu mari kita lihat langkah-langkah si bungsu kembali kepada Bapanya: langkah pertama, menyadari (Lukas 15:17), langkah kedua, bangkit (Lukas 15:18), dan langkah ketiga, kembali kepada Bapanya. Si Bungsu berubah dari give me menjadi make me. Dari menuntut menjadi memberikan diri. Bapanya mengampuni kesalahan si Bungsu ini. Dari sini kita belajar bahwa yang harus kita pikirkan adalah bukan bagaimana kita jatuh, tetapi bagaimana kita kembali dan mendekat kepada Bapa. Karena selama kita diberi kesempatan untuk bertobat itu merupakan anugerah, karena suatu saat kita tidak menemukan kesempatan yang sama. Untuk itu jangan sia-siakan kesempatan yang ada dan janganlah meninggalkan kasih karunia Allah.

Kedua, Anak Sulung (Lukas 15:25)

Anak sulung ini memiliki karakter yang sangat spesifik yang tidak baik. Lukas 15:28 berkata, “Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.” Karakter yang buruk dari si Sulung yang buruk adalah: Pertama, ada roh kemarahan karena cemburu terhadap adiknya. Ia protes kepada Bapanya. Kemarahan ini dilakukan karena dia tidak tahu bersyukur atas keadaanya sekarang ini. Hal ini bukan terjadi pada level jemaat saja, tetapi juga kepada pelayan Tuhan. Cemburu terhadap orang yang dipakai lebih dari kita. Sebenarnya semua yang Bapa punya, si Sulung punya juga. Untuk itu belajarlah untuk tidak cemburu kepada yang lain, tetapi syukurilah apa yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Jangan cemburu kepada orang di luar Kristus yang justru mendapatkan kekayaan luar biasa walaupun dengan jalan yang tidak baik. Jangan menginginkan langkah-langkah mereka.
Kedua, merasa lebih baik dari orang lain dan menjelekkan orang lain. Lukas 15:29 merupakan keangkuhan dari si Sulung dan Lukas 15:30, si Sulung membandingkan dirinya dengan adiknya dan sekaligus menjelekkannya. Kita tidak dipanggil untuk menjadi hakim dan menilai satu dengan yang lain. Kita masuk dalam persektuan orang percaya untuk mempersiapkan diri kita dihakimi oleh Tuhan. Berhentilah untuk menghakimi orang lain karena kita juga bisa salah seperti orang yang kita hakimi. Yang penting adalah kita mau menyerahkan diri kita, apapun kata orang tentang kita, tetapi Tuhan mengganggap layak, itu cukup bagi kita. Ketiga, ia memiliki salah pengertian tentang kasih karunia. Bapanya memiliki kasih karunia. Menurut kacamata anak Sulung, seharusnya kasih karunia itu diberikan lebih banyak kepadanya. (Baca: Matius 20:1-16 perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur tentang kasih karunia Tuhan). Tuhan memberikan kasih karunia kepada kita menurut kehendak-Nya dan kasih karunia Tuhan yang sudah diberikan kepada kita, pasti dilanjutkan-nya untuk seterusnya dan selama-lamanya.

Ketiga, Bapa.

Bapa penuh dengan kasih. Kasih Bapa ini, tidak seperti yang kita bayangkan. Sedemikian dalamnya kasih Bapa, saat anaknya pergi menjauh, Ia tidak melarang. Ia memberikan kehendak bebas kepada kita. Bukan karena Allah ingin kita celaka, tetapi oleh karena kasih-Nya yang sangat dalam. Demikian juga Tuhan menghendaki agar kita datang kepadaNya, bukan karena dipaksa dan diancam, tetapi datang dengan kasih. Dia tidak menolak orang-orang yang bertobat dari perbuatannya yang telah menyakitiNya. Dengan tangan terbuka Dia membuka pintu pengampunan bagi mereka yang mau berbalik padaNya. Dia tidak mengingat lagi segala pelanggaran kita. Oleh karena itu janganlah sia-siakan kesempatan yang ada, selama kita masih bernafas marilah kita memberikan diri untuk dipakai sebagai alatnya. Saudara, kalau kita kembali pada kisah diatas dimana pada waktu melihat anaknya kembali, sang Bapa berlari menjemputnya. Ini merupakan kasih Bapa kepada anak-Nya. Tuhan menganggap kesalahan anak-Nya sudah terhapus. Lalu, saat ia melihat anak itu bertobat, maka diadakan suatu pemulihan yang dilakukan secara besar-besaran. Amin
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification