26 Februari 2012

Hormat, Setia dan Rindu Kepada Roh Kudus

Hormat, Setia dan Rindu Kepada Roh Kudus PDF Print E-mail
Written by Multimedia Graha Bethany   
Friday, 24 February 2012 09:19
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat Bacaan: 2 Petrus 1:5-8

Yesus pernah bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Hal ini ditanya oleh Yesus sebanyak tiga kali agar Petrus mengasihi Tuhan tidak hanya berdasarkan doktrin saja. Semua agama juga mengasihi allahnya. Lebih dari itu, Allah menjadi manusia dan Ia mati dan bangkit, naik ke Sorga dan saat ini Roh Kudus datang sejak hari Pentakosta. Kita percaya saat ini bahwa Roh Kudus hadir di tengah-tengah kita.
Tuhan menginginkan bukan hanya kita mengasihi Tuhan, tetapi juga agar kita selalu rindu akan Tuhan. Kasih tanpa kerinduan sama dengan iman tanpa perbuatan atau harap tanpa ketekunan. Petrus mengerti bahwa ia harus tetap rindu kepada Tuhan, untuk itu Petrus mengajarkan dari mana pondasi kita mengasihi Tuhan.

Pertama, Menghormati Roh Kudus
Pengertian tentang Kerajaan Allah adalah setiap Roh Kudus ada, maka di sana ada Kerajaan Allah. Demikian sekarang, dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Yesus, Roh Allah hadir. Mengenai kehadiran Roh Allah tidak cukup sekedar diketahui tetapi kita harus menghormatiNya. Sebagai gambarannya adalah bangsa Israel, dimana saat bangsa Israel menghormati kehadiran Roh Allah maka mereka semua diberkati dan berhasil, tetapi sebaliknya, pada saat mereka tidak menghormati maka mereka mengalami musibah. Daud percaya bahwa dalam Tabut Perjanjian ada Allah, tetapi ketika dia tidak menghormatinya, maka musibah terjadi. Sedangkan Obed Edom tahu menghormati Roh Kudus sehingga hidupnya beserta seluruh isi keluarganya dalam waktu singkat (tiga bulan) diberkati oleh Tuhan. Oleh karena itu jangan sekali-kali kita mengabaikan kehadiran Roh Allah di tengah-tengah kehidupan kita, tetapi biarlah kita menghormatinya sebab Dia adalah pribadi yang lembut.

Kedua, Setia kepada Roh Kudus
Selanjutnya, kita menghormati Roh Kudus saja tidak cukup, karena kita mengikut Tuhan bukan satu atau dua hari saja. Untuk itu, kita perlu setia kepada Roh Kudus. Memang terkadang kita labil dan lemah, tetapi kita percaya bahwa walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia. Dia tetap mencintai kita. Sebab itu, dalam cengkeraman Roh Kudus kita harus tetap setia kepada Roh Kudus agar kita dapat menguasai diri. Sebab dengan penguasaan diri, harapan kita bisa terpenuhi. Orang berharap adalah untuk waktu jangka panjang, dan ketika seseorang berharap, maka diperlukan kesabaran, ketekunan terlebih itu adalah kesetiaan. Tuhan ingin kita berlaku setia kepadaNya, sebab kesetiaan akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa dari Tuhan. Firman Tuhanpun menasehatkan, ”Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong” (Amsal  19:22)
Memang umur dibatasi oleh akhir hayat kita. Kalau kita setia kepada Dia, maka Dia terus memimpin dan membimbing kita. Namun apabila kita tidak setia, maka harapan kita tidak terpenuhi. Selain itu, dengan pengalaman kesetiaan itu, kita menjadi saleh dan suci. Kita percaya bahwa orang yang suci yang pantas mengatakan “aku cinta Tuhan.” Kalau kita hidup dalam kebenaran, maka kita pasti juga dicintai Tuhan.

Ketiga, Selalu Rindu kepada Roh Kudus
Orang yang mengasihi Tuhan dan dicintai Tuhan, ia akan menghormati, setia dan selalu rindu kepada Roh Kudus. Dengan ketiga poin di atas akan mewujudkan “kasih.”
1 Korintus 13:13 dan 14:1 berkata, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.” “Iman” adalah menghormati Roh, “harap” adalah setia kepada Roh Kudus dan “kasih” adalah kerinduan kepada Roh Kudus.
Orang yang mengasihi dan dikasihi Tuhan akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa dari Tuhan. 1 Korintus 2:9 berkata, “Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Demikian juga, Amsal berkata, orang yang tidak punya wahyu akan menjadi liar atau terhukum.
Pada saat kita tidak bisa berbuat apa-apa, maka Roh Kudus yang kita kasihi dan mengasihi kita akan memberikan kita hikmat. Orang yang mengasihi dan dikasihi Tuhan selalu mendapat pikiran Tuhan. Kalau berbicara tentang pikiran Tuhan, maka kita tidak dapat menilainya dengan logika kita sehingga terlihat aneh. Abraham dalam perjalanan hidupnya menghadapi tantangan dan rintangan, tetapi selalu ada jalan keluar bagi dia. Demikian juga dengan tokoh-tokoh lain dalam Alkitab. Tanpa pikiran Tuhan, kita tidak mampu menghadapi dunia ini.

Mazmur 127:1-2 berkata, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”
Tuhan sangat rindu kepada kita (Baca: Mazmur 139:6-12). Roh Kudus sudah manunggal dengan kehidupan kita sehingga kemanapun kita pergi, Dia selalu berada dalam hidup kita. Tetapi seringkali kita tidak hormat, setia, dan rindu kepada Roh Kudus. (Baca: Kidung Agung 5:2-8). Tuhan datang dengan mengetuk pintu, tetapi sang kekasih tidak menanggapinya. Tiba-tiba dia sadar, lalu membuka pintu, ternyata Tuhan sudah pergi. Kekasih ini lalu mencari Tuhan, tetapi tidak menemuinya. Artinya, kesabaran Tuhan ada batasnya. Kalau Roh Kudus sudah meninggalkan gereja Tuhan, maka sekalipun kita menjerit mencarinya, maka tidak akan menemukannya.
Oleh karena itu dalam kidung agung dituliskan “-- Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.” (Kidung Agung 8:6-7) Amin

http://iix.bethanygraha.org

19 Februari 2012

Renungan Harian Online: Service Excellence

Service Excellence

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
 Ayat bacaan: Kejadian 18:6
=======================
"Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!"


service excellenceHari ini saya masih ingin bercerita mengenai pengalaman saya dalam berlibur ke pulau Penang beberapa waktu lalu. Pada suatu malam saya dan istri pergi ke sebuah gerai pujasera dengan banyak stal makanan berjejer di sekeliling tempat. Setelah kami kenyang makan, ternyata ada sebuah lagi pojok makanan yang kembali menarik perhatian istri saya. Lalu kami pun menuju kesana. Penjualnya adalah seorang bapak tua yang ternyata sangat menyenangi pekerjaannya. Dia dengan bersemangat menerangkan makanan yang dijualnya. Apa saja isinya, bumbunya, sampai rasanya. Ia bahkan memberi kami kesempatan untuk mencicipinya tanpa kami minta terlebih dahulu. Semangatnya menjual membuat kami kemudian memesan satu untuk dibungkus pulang. Kembali dengan bersemangat ia menyarankan kami untuk memakannya ditempat karena menurutnya akan jauh lebih nikmat untuk dimakan langsung ketimbang dibungkus dan dibawa ke hotel. Kami yang sudah kenyang pun kemudian menghabiskan sepiring berdua sambil ditemani oleh si bapak penjual yang terus bercerita macam-macam dengan ramahnya. Setelah selesai ia masih memberi diskon harga tanpa diminta. Untuk teman harga spesial, katanya sambil tertawa. Padahal kami baru saja mengenalnya kurang dari setengah jam. Bapak tua ini menunjukkan sebuah service excellence, going extra mile, yang semakin lama semakin jarang kita temui dalam bisnis modern terutama di negara ini.

Ada banyak strategi penjualan yang menawarkan berbagai kemudahan dan potongan harga. Tetapi banyak sekali diantaranya memiliki motivasi tersembunyi atau jebakan dibalik tawaran itu. Tidaklah heran jika kita mendapati begitu banyak keluhan tentang pelayanan atau penipuan di kolom surat pembaca setiap harinya. Jenis keluhan yang muncul di koran itu begitu beragam, mulai dari pelayanan purna jual yang buruk, merasa tertipu, dikasari dan sebagainya. Persaingan antar produsen pun berlangsung sengit bahkan cenderung kasar. Persaingan tidak lagi cukup berbicara mengenai mutu dan harga, tapi harus pula ke dalam zona pelayanan. Sebaik-baiknya sebuah produk, jika tidak didasari dengan pelayanan yang baik lama kelamaan akan ditinggalkan oleh pelanggannya. Kesigapan, kecepatan pelayanan, keramahan dan kepedulian dalam menangani konsumen menjadi hal mutlak yang harus diperhatikan oleh penjual sebagai salah satu bagian penting dari pelayanan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Costumer Service  yang siaga 24 jam dan cakap dalam menangani keluhan konsumen menjadi sesuatu yang wajib untuk dimiliki perusahaan-perusahaan besar hari ini. Pelayanan yang cepat, ramah dan cakap akan mampu memberikan perbedaan signifikan dari keberhasilan sebuah perusahaan dalam memasarkan produknya. Bapak tua itu bukan direktur perusahaan, ia hanya penjual makanan pinggir jalan. Tetapi "service excellence" yang diberikannya ternyata berkesan sangat baik bagi konsumen seperti saya. Dan saya pun belajar dari dirinya akan pentingnya memperhatikan sebuah pelayanan ekstra yang akan memberikan perbedaan signifikan dari keberhasilan menjual.

Sejak jaman dahulu sebenarnya Alkitab sudah menekankan akan pentingnya memberi pelayanan yang baik, setidaknya sejak jaman Abraham seperti yang bisa kita baca dalam Kejadian 18. Mari kita lihat bagaimana reaksi Abraham ketika mendapat kunjungan 3 "orang" di kala ia sedang duduk lelah kepanasan di depan kemahnya. Mendapat kunjungan 3 Sosok istimewa seperti itu, kita melihat gambaran kesigapan Abraham dalam memberi pelayanan yang terbaik bagi mereka. "Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini." (Kejadian 18:4-5a). Abraham tengah melepas lelah ditengah teriknya matahari. Tapi ia tetap menunjukkan kesigapan dalam melayani. He showed one excellent service. Tidak cuma sekedar kata, tapi lihatlah ayat selanjutnya, bagaimana Abraham dengan cekatan langsung bergerak meminta Sara untuk menyediakan yang terbaik dengan secepat mungkin. "Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!" (ay 6). Sementara Sara menyediakan roti, Abraham pun kemudian bergegas menyediakan yang lainnya. "Lalu berlarilah Abraham kepada lembu sapinya, ia mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya dan memberikannya kepada seorang bujangnya, lalu orang ini segera mengolahnya. Kemudian diambilnya dadih dan susu serta anak lembu yang telah diolah itu, lalu dihidangkannya di depan orang-orang itu; dan ia berdiri di dekat mereka di bawah pohon itu, sedang mereka makan." (ay 7-8). Ini menunjukkan sebuah service excellence.

Kisah ini menunjukkan bagaimana kesigapan Abraham dalam melakukan pelayanan yang terbaik bagi tamunya. Ia memberikan bentuk respon yang sangat cepat lebih dari apa yang diharapkan. Kita tahu usia Abraham sudah lanjut pada saat itu, dan ia tengah lelah kepanasan. Jika ia bergerak lambat sekalipun mungkin kita bisa mengerti. Jika ia hanya menyuruh bujangnya atau berteriak saja kepada istrinya pun kita tentu maklum. Tapi tidaklah demikian halnya dengan Abraham. Meski ia sudah lanjut usia, Abraham ternyata masih berpikir pentingnya bersikap gesit dalam memberikan pelayanan terbaik. Tidak heran jika Abraham menjadi orang yang berhasil dan diberkati dengan memiliki gaya hidup seperti ini.

Apa yang ditunjukkan oleh Abraham sesungguhnya harus kita adopsi hari ini, apalagi di tengah dunia yang semakin mementingkan kecepatan seperti sekarang. Sikap seperti ini perlu dimiliki oleh kita semua, termasuk dalam pekerjaan kita. Dan kita melakukan itu bukan saja untuk memberi sebuah pelayanan yang berbeda kepada konsumen, tetapi terlebih untuk Tuhan. Yesus pun mengingatkan kita akan hal ini. "Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil." (Matius 5:41). Berikan yang terbaik bukan hanya sebagai kewajiban tetapi terlebih karena kita mengasihi Tuhan dan ingin memuliakan Tuhan lewat segala sesuatu yang kita kerjakan. Konsep seperti ini akan mampu memberi perbedaan signifikan yang mengarah kepada keberhasilan. Jangan pernah puas untuk memberi "performance" standar sesuai kewajiban, tapi mari kita melangkah memasuki mil kedua sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan yang tidak pernah habis-habisnya memberkati kita.

Berikan service excellence dan muliakan Tuhan didalamnya

11 Februari 2012

Renungan Harian Online: Membuang-buang Sisa Makanan

Membuang-buang Sisa Makanan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Yohanes 6:12
====================
"Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang."


membuang sisa makananIstri saya pernah mendapatkan pelajaran yang cukup keras dari ibunya sewaktu kecil karena suka membuang-buang makanan. Namanya anak-anak, ia mengambil banyak tetapi hanya memakan sedikit, sehingga yang terbuang cukup banyak. Pada suatu kali ibunya menghukumnya dengan menyuruh menghabiskan semua yang ada di piring tanpa sisa. Meski kenyang, dengan menangis ia pun menghabiskan semuanya seperti yang diperintahkan. Sejak saat itu ia tidak lagi mengambil banyak, hanya secukupnya saja. Dan itu masih ia lakukan hingga hari ini, karena pelajaran atau hukuman itu membekas di hatinya. Pelajaran yang cukup keras memang, tetapi itu untuk kebaikan. Bayangkan ada banyak orang yang menderita kelaparan, busung lapar bahkan hingga menemui ajalnya, sementara kita malah membuang-buang makanan karena merasa berhak. Toh uang saya yang keluar, toh saya yang beli, lantas kenapa harus repot? Sesungguhnya perilaku ini tidaklah baik. Meski memang uang kita yang membeli, tetapi kita tidak boleh membuang-buang makanan. Mengapa? Karena makanan merupakan berkat Tuhan, dan membuang makanan itu sama artinya dengan membuang berkat Tuhan.

Di dalam Alkitab kita bisa menemukan dalam beberapa kesempatan bahwa Tuhan sendiri tidak suka perilaku membuang-buang makanan ini. Dalam perjalanan bangsa Israel dari Mesir menuju Kanaan lewat pimpinan Musa misalnya. Dua kali Tuhan mengabulkan permintaan bangsa Israel akan makanan dalam Keluaran 16:1-36. Dalam dua kali kesempatan ketika Tuhan menurunkan roti dan burung puyuh, dua kali pula Tuhan berpesan agar mereka mengambil secukupnya sesuai kebutuhan dan tidak membuang-buang sisanya, yaitu pada ayat 4: "Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak." dan ayat berikut: "Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa...Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya." (ay 16,18).  Tuhan tidak suka jika berkatNya kita buang sia-sia. Disaat orang lain ada yang membutuhkan, ada yang mati kelaparan, bagaimana mungkin kita tega membuang makanan tanpa sedikitpun terpikir akan nasib mereka? Jika itu kita lakukan, bagaimana kita bisa menjadi terang dan garam, dan bagaimana kita bisa mengaku mengenal dan menjadi anak Tuhan?

Kita bisa melihat contoh lain mengenai ketidaksukaan Tuhan terhadap membuang-buang berkatNya dalam hal ini membuang-buang sisa makanan dalam kisah Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan. Yang harus diberi makan pada saat itu bukan hanya puluhan, bukan ratusan tetapi ribuan orang. Lima ribu orang, belum termasuk wanita dan anak-anak. Itu tercatat jelas di dalam Injil. Apa yang dipergunakan Yesus pada saat itu tidak lain adalah sisa makanan yang ada pada seorang anak, yaitu lima roti dan dua ikan. Itulah yang kemudian mampu mengenyangkan ribuan orang dan masih bersisa. Berkat yang berkelimpahan yang dijanjikan Tuhan itu Dia berikan, dan itu bisa kita lihat kembali pada kisah ini seperti halnya kepada bangsa Israel di jaman Musa di atas. Tapi lihatlah apa kata Yesus mengenai makanan sisa ini. "Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." (Yohanes 6:12). Begitu pentingnya pesan ini, sehingga keempat Penulis Injil menuliskan hal tersebut. Selain lewat Injil Yohanes diatas, hal tersebut juga ditulis dalam Matius 14:20, Markus 6:43 dan Lukas 9:17.

Membuang-buang sisa makanan itu sama artinya dengan tidak menghargai Sang Pemberinya. Itu sama saja dengan menyia-nyiakan atau menyepelekan berkat Tuhan.Untuk disimpan sendiri saja sudah salah, apalagi jika kita buang-buang. Tidakkah kita seharusnya sedih  melihat begitu banyaknya gelandangan yang kelaparan, orang terlantar dan anak-anak yang menderita kekurangan makanan bahkan hingga mati di berbagai tempat, termasuk di sekitar kita? Ketika kita menghamburkan uang untuk membeli sesuatu yang hanya kita buang sia-sia dalam waktu singkat atau hidup dalam limpahan kemewahan berlebihan tanpa peduli akan nasib mereka yang tengah meratap dalam kekurangan, tidakkah itu berarti bahwa kita sama sekali tidak mencerminkan pribadi Tuhan? Dan itu sama saja dengan melanggar perintahNya. Kita bisa berpikir bahwa itu hak kita, karena uang yang kita pakai kita anggap adalah hasil jerih payah kita bekerja. Tetapi jangan lupa bahwa semua itu pun berasal dari Tuhan yang memberkati lewat kerja keras kita. Intinya, kita tidak boleh lupa bahwa kita diberkati untuk memberkati. "...hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat." (1 Petrus 3:9). Tuhan tidak ingin anak-anakNya menjadi tamak, egois dan serakah atas berkatNya. Tuhan ingin melihat kita menjadi saluran berkat bagi orang lain. Tuhan ingin lewat kita semakin banyak pula orang yang akan memuliakan Tuhan. Dan itu tidak akan pernah bisa apabila kita masih bersifat egois dan tidak peka terhadap sesama kita. Firman Tuhan juga berkata: "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Ini adalah sesuatu yang harus pula benar-benar kita camkan.

Ketika kita berdoa meminta Tuhan memberkati usaha kita dan memberi kelimpahan buat kita, ingatlah bahwa ada kewajiban yang harus kita lakukan disana. Apakah kita sudah menghargai berkat Tuhan secara benar dan menjalankan kewajiban kita sebagaimana yang Tuhan inginkan? Ingatlah bahwa semua yang kita miliki bukanlah atas hasil jerih payah kita semata, tetapi itu merupakan berkat yang indah dari Tuhan. Kita semua punya hak untuk memakai uang yang kita peroleh dari pekerjaan kita, tetapi Tuhan mengingatkan kita untuk memakai secukupnya dan tidak melupakan orang lain yang pada saat yang sama. Tuhan tidak pernah terbatas untuk melimpahkan berkatNya bagi kita, jadi tidak ada yang perlu kita takutkan. Kita harus terus melatih diri kita hingga kita bisa merasakan kebahagiaan ketika kita memberi, sampai firman Tuhan berikut ini bisa tertanam di dalam diri kita: "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). Kita bisa mulai dari yang kecil seperti tidak membuang-buang sisa makanan untuk belajar bersyukur dan menghargai berkat dari Tuhan.

Membuang-buang sisa makanan sama dengan membuang berkat Tuhan

4 Februari 2012

Renungan Harian Online: Menyatakan Kasih Kepada Tuhan

Menyatakan Kasih Kepada Tuhan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Mazmur 104:24
==================
"Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu."


menyatakan kasih kepada TuhanBulan Februari adalah salah satu bulan favorit saya. Di bulan ini kita akan merayakan hari kasih sayang, dan seperti banyak orang, saya merasakan bulan yang penuh dengan cinta. Love is in the air. Jika anda pergi ke pusat-pusat perbelanjaan atau restoran, maka anda akan menemukan berbagai hiasan yang melambangkan cinta. Serba merah, serba pink dengan logo hati yang bertebaran. Orang pun akan sibuk menyiapkan hadiah khusus buat orang-orang yang mereka cintai, mempersiapkan makan malam spesial dengan lilin yang akan terasa sangat romantis bersama pasangan masing-masing. Apakah Februari harus dijadikan satu-satunya bulan yang dijadikan bulan sepesial untuk cinta kasih? Tentu saja tidak. Alangkah baiknya jika kita bisa menjadikan setiap bulan seperti halnya bulan Februari, membuat orang-orang di sekitar kita merasakan kasih yang besar dari kita. Tetapi berbagai kesibukan pekerjaan dan kegiatan-kegiatan lain seringkali menyita waktu kita dan membuat kita tidak cukup waktu untuk berbagi kasih dan kebahagiaan dengan orang-orang yang kita kasihi dan juga kepada orang lain. Setidaknya dalam setahun ada sebuah momen khusus yang bisa kita pakai untuk menyatakan kasih kepada orang-orang terdekat kita.

Ketika kita bersiap untuk memberikan sesuatu yang istimewa kepada kekasih, pasangan atau orang-orang yang kita cintai, apakah kita ingat untuk memberikan apresiasi kasih kita kepada Tuhan juga? Banyak orang yang lupa untuk itu. Padahal seandainya kita mau sedikit lebih merenungkan dan memperhatikan, kita sesungguhnya berjumpa dengan kasih Allah yang total setiap hari dalam banyak hal. Kesehatan yang masih kita rasakan, kesempatan yang masih diberikan, berbagai pertolongan dalam kesesakan, itu merupakan bentuk kasih Allah kepada kita. Udara yang bisa kita hirup dengan gratis, organ-organ tubuh yang berfungsi normal, akal budi, pikiran dan lain-lain, itupun merupakan bentuk kasihNya. Tuhan sangat mengasihi kita, begitu mengasihi hingga Dia pun rela mengorbankan AnakNya yang tunggal demi kita. (Yohanes 3:16). Bagaimana dengan pemandangan yang indah? Bunga-bunga yang berwarna warni dan harum, padang rumput yang hijau, langit biru, awan, bahkan matahari, bulan dan bintang-bintang, semua itu pun seakan menjadi surat cinta tersendiri dari Tuhan kepada manusia.

Pemazmur agaknya mengambil waktu sepanjang hari dari pagi sampai malam untuk mengagumi kasih Tuhan lewat penciptaan alam semesta beserta isinya ini seperti yang bisa kita lihat dalam Mazmur 104. Disana ia menggambarkan keindahan alam ciptaan Tuhan secara sangat puitis sebagai ungkapan kekagumannya. Bacalah Mazmur 104 secara utuh dan anda akan dibawa oleh penulisnya untuk merasakan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang setiap saat bisa kita nikmati ini. Dan Pemazmur pun berkata, "Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu." (Mazmur 104:24). Karena itulah ia mengingatkan jiwanya agar senantiasa memuji Tuhan. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar!" (ay 1). Dan tidak lupa pula ia mengingatkan kita untuk tetap menyukakan hati Tuhan, karena apa yang telah Dia berikan kepada kita sesungguhnya sangatlah indah. "Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!" (Mazmur 104:31).

Alam semesta yang indah merupakan buah tangan Tuhan yang sungguh menunjukkan bukti ke-Ilahian Tuhan yang bisa kita nikmati secara kasat mata. Paulus pun menyinggung hal itu. "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih." (Roma 1:20). Jika banyak orang yang meragukan eksistensi Tuhan, sesungguhnya lewat seisi dunia ini kita bisa menyaksikan sendiri bahwa Tuhan memang ada, dan Dia memang mengasihi kita secara begitu mendalam.

Jika demikian, apa yang bisa kita berikan kepadaNya sebagai balasan atas segala kebaikanNya? Perhatikan ayat berikut ini. "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8). Atas semua keindahan luar biasa sebagai bukti ke-Ilahian Tuhan dan segala kebaikan lainnya yang Dia berikan kepada kita, apa yang diminta Tuhan sebenarnya sangatlah sederhana. Berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapanNya. Itulah yang bisa menyukakan hati Tuhan, membuatNya bersukacita atas kita. Betapa sedihnya Tuhan apabila kita menolak melakukan ini setelah Dia memberikan begitu banyak kebaikan sebagai bukti kasihNya setiap hari kepada kita. Bulan Februari adalah bulan yang spesial untuk menyatakan cinta dan kasih kita kepada orang-orang terdekat yang kita cintai. Itu sangatlah baik. Tetapi jangan lupakan pula untuk datang kepada Tuhan dan menyatakan kasih kita secara langsung. Tuhan akan sangat senang jika kita datang kepadanya tidak hanya membawa daftar permintaan atau permohonan, tetapi untuk mengucap syukur dan menyatakan bahwa kita menyadari kasihNya yang begitu besar kepada kita, dan menyampaikan kasih kita pula kepadaNya lewat keadilan, kesetiaan dan sebentuk hidup yang selalu rendah hati. Manfaatkanlah momen spesial di bulan kasih ini untuk menyatakan kasih kita bukan hanya kepada orang-orang yang dicintai, tetapi juga kepada Tuhan.

Tuhan menyatakan kasihNya setiap hari, apakah kita sudah menyatakan kasih kita kepadaNya?

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification