30 Juli 2015

Membangun Yerusalem

Ayat bacaan : Zakharia 2:1-13

Kitab Zakharia pasal dua merupakan sebagian dari serangkaian penglihatan yang Tuhan berikan kepada Nabi Zakharia. Zakharia (artinya: "Tuhan mengingat") adalah seorang nabi muda yang mendapatkan satu seri penglihatan dari Tuhan. Penglihatan-penglihatan ini menyampaikan berita Mesianik, berita tentang Kristus yang akan memerintah, berita tentang kedatangan-Nya yang kedua kali, dan berita tentang Kerajaan Seribu Tahun yang penuh dengan kemuliaan-Nya. Nabi ini dipakai Tuhan untuk membangkitkan kembali semangat orang-orang yang berhenti membangun Yerusalem, karena ancaman, tekanan, dan intimidasi. Yerusalem berbicara tentang Kerajaan Allah dan juga tentang kehidupan rohani kita. Allah memerintahkan kepada kita untuk membangun kembali Yerusalem. Tuhan menghendaki kita membangun kembali kehidupan rohani, juga rumah tangga kita.
Inilah kabar baik bagi kita! Janganlah membiarkan Yerusalem atau kehidupan rohani kita menjadi reruntuhan. Untuk itu kita harus sadar bahwa diri kita bukan miliki kita sendiri melainkan milik Allah, seperti yang tertulis dalam I Korintus 6:20, ”Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu !” Barangsiapa menjalankan hidup ini asal-asalan tanpa memperhatikan hukum Allah, maksudnya tidak hidup selaras dengan kebenaran firman Allah, maka sebenarnya kita tidak menghargai kebaikan Tuhan yang telah memberikan seluruh apa yang Dia miliki bahkan nyawaNya. Kitab ini menceritakan bahwa ada malaikat yang memegang tali ukuran (Zakharia 2:1). Untuk melakukan pembangunan, syarat pertama yang harus dilakukan oleh seorang ahli bangunan adalah melakukan pengukuran. Ayat ini berbicara tentang persiapan pembangunan oleh malaikat Allah.
Maksudnya adalah malaikat yang akan mengukur hidup kita, kesetiaan kita, iman, pengharapan dan kasih kita kepada Tuhan. Berarti, Ia akan membangun hidup kita kembali. Dalam Mazmur 147:2a dikatakan: "Tuhan membangun Yerusalem…..", berarti Tuhan akan membangun hidup kita. Kalau saat ini malaikat Tuhan sedang mengukur kita melalui gesekan-gesekan, baik itu dengan anak, istri, saudara, mertua, kerabat, teman kerja, rekan pelayanan atau yang lainnya, percayalah ini merupakan suatu pertanda baik. Semuanya itu merupakan suatu pertanda bahwa Allah sedang membangun kehidupan rohani kita. Saudara, begitu kita menjadi anak Tuhan, maka kita akan diukur oleh banyak orang. Orang-orang akan menilai penampilan, kesetiaan, dan ketekunan kita mengikut Yesus Kristus, karena kita adalah surat yang terbuka, seperti yang tertulis dalam II Korintus 3:2-3, ”Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.” Berita selanjutnya adalah, “……Berlarilah, katakanlah kepada orang muda yang di sana itu, demikian: Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka oleh karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya” (Zakharia 2:4).
Kota Yerusalem yang dibangun itu ternyata dikatakan seperti padang terbuka - padang yang luas, karena terlalu banyaknya manusia dan hewan. Kelimpahan akan terjadi di Yerusalem, sampai tidak muat ! Semua itu terjadi oleh karena karya Allah yang besar. Dengan demikian apakah kita meragukan pemeliharaanNya yang sempurna ?. Perlu kita ketahui bahwa Allah tidak pernah lalai akan janjiNya, sebab firmanNya berkata : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (II Petrus 3:9). Dan setiap firman yang keluar dari mulutNya tidak akan kembali dengan sia-sia, tetapi akan terlaksana seperti yang diperintahkanNya. Berikutnya, apabila seperti padang terbuka, maka Yerusalem adalah kota tanpa tembok. Tapi tembok perlindungan disediakan Tuhan, karena Allah sendiri yang menjadi tembok berapi di sekeliling kota itu (Zakharia 2:5). Kemuliaan Allah sendiri yang akan memagari Yerusalem. Inilah yang dimaksud dengan berita menggembirakan itu, bahwa hadirat Tuhan akan memagari hidup kita. Yesus Kristus adalah kemuliaan kita ! Hal ini menunjukkan bahwa Allah ada dipihak kita, dan apabila Allah dipihak kita maka siapakah yang dapat melawan kita ? jawabannya : TIDAK ADA.
Kekuatan Allah janganlah diukur dengan kekuatan yang ada dalam dunia ini, karena tidak ada apa-apanya dengan kekuatan Allah. Karena segala sesuatu terjadi berada di bawah kendali Tuhan. Dan apabila kita mengandalkan apa yang ada dalam dunia ini kita akan menjadi terkutuk. Gereja juga tidak boleh dibatasi dengan tembok. Kalau gereja dengan tembok, maka jumlahnya akan terbatas. Maksudnya kita tidak boleh terpaku hanya oleh ruang lingkup atau golongan maupun kelompok kita saja, melainkan kita harus memiliki konsep supaya umat Tuhan yang terus bertambah tanpa dibatasi oleh tembok. Bukan berarti bila tanpa tembok Tuhan tidak menjaga umat-Nya, justru sebaliknya Tuhan akan menjaga kota tanpa tembok itu dengan malaikat yang berapi, penuh dengan kemuliaan Allah. Roh Kudus seperti api dan juga Ia adalah kemuliaan Allah yang akan memenuhi hidup kita. Firman Tuhan berkata : “Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion, sebab sesungguhnya aku datang dan diam di tengah-tengahmu, demikianlah firman Tuhan; dan banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada Tuhan pada waktu itu dan menjadi umat-Ku dan Aku akan diam di tengah-tengahmu.” (Zakharia 2:10-11a). Izinkan Tuhan membangun hidup kita!
Janganlah kita membatasinya, sebab Tuhan kita tidak terbatas dan Dia mempunyai rencana yang besar atas masing-masing kehidupan kita. Orang yang tidak menyadari bahwa di dalam dirinya ada rencana Allah yang besar maka orang tersebut tergolong orang yang sangat malang. Oleh sebab itu berilah dirimu untuk digarap oleh Tuhan sesuai dengan rancanganNya semula yaitu menjadi manusia yang sempurna seperti Allah yang adalah sempurna, dan hal ini tidak berlebihan karena Dia sendiri yang berkata di dalam Matius 5:48, ”Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

16 Juli 2015

Tetap Menantikan Tuhan

Ayat bacaan : Mazmur 40:2-4

Istilah menanti-nantikan Tuhan adalah suatu rangkaian daripada ibadah. Contoh yang sederhana misalnya, doa kita belum dijawab oleh Tuhan, maka kita menanti-nantikan jawabannya, atau misalnya kita belum diurapi maka kita menantikan urapan Roh Kudus. Orang yang menanti-nantikan Tuhan pasti cepat atau lambat akan menerima jawaban dari Tuhan, asalkan kita menantikannya dengan sabar dan setia. Dalam menanti-nantikan Tuhan tidak hanya sekedar saat kita membutuhkan pertolonganNya, tetapi kita menanti-nantikan Tuhan juga terhadap kedatanganNya yang kedua kali.
Dalam hal penantian kedatangan Tuhan tidak hanya dilakukan oleh kita saja, tetapi dilakukan juga oleh bangsa-bangsa lain, khususnya bangsa Israel. Namun ada perbedaan antara kita dengan bangsa Israel. Dimana bangsa Israel saat ini sedang menantikan kedatangan Mesias, padahal Mesias sudah datang ke dunia ini dua ribu tahun yang lalu yaitu Yesus Kristus. Mereka benar-benar tidak tahu bahwa Mesias sudah datang, dan Ia akan datang kembali untuk menjadi hakim yang adil. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah mati, apakah mereka termasuk orang yang menantikan Tuhan ? ya. Sebab dalam I Tesalonika 4:16 dikatakan : “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit. ” Hal ini menunjukkan bahwa sementara sangkakala Allah belum berbunyi, maka orang yang sudah mati berada dalam penantian. Dan jikalau orang yang sudah mati akan dibangkitkan pada saat sangkakala Allah berbunyi, lalu bagaimana dengan orang yang masih hidup ?.
Bagi orang yang masih hidup akan diangkat hidup-hidup seperti Henokh dan Elia. Dari pernyataan ini mungkin kita bisa berkata : “ini adalah janji khayalan.” Tetapi perlu kita ketahui bahwa segala sesuatu yang difirmankanNya pasti akan digenapi. Selain itu sejarah membuktikan bahwa mereka yaitu Henokh dan Elia telah diangkat hidup-hidup. Memang, untuk menggapai iman seperti ini sangat sukar, tetapi kita harus percaya bahwa kuasaNya tidak berubah sampai selama-lamanya. Dalam hal penantian, gereja diumpamakan sebagai istri, sedangkan Kristus diibaratkan sebagai kepala atau suami. Antara suami dan istri tentunya saling menantikan untuk dapat senantiasa bergaul. Demikianlah hubungan kita dengan Tuhan. Tidak hanya kita yang menantikan Tuhan, tetapi Tuhan juga yang menanti-nantikan kita. Bagaimanakah semangat Tuhan dalam menantikan kita ? semangat Tuhan dalam menantikan kita itu seperti sebuah kisah yang terdapat dalam Lukas 15:20 “. . . . . Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” Dari sini kita tahu bahwa orang yang saling menanti-nantikan itu memiliki muatan kangen atau kerinduan yang kuat, selain ada muatan kasih.
Demikian halnya dengan ibadah; bahwa ibadah itu harus ada muatan kerinduan. Dan untuk lebih jauh lagi, kita melihat kerinduan Allah terhadap kita tidak sekedar ingin bertemu, tetapi lebih dari itu Ia ingin kita berada dimana Ia berada seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:3 “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” Jadi menanti-nantikan Tuhan pada setiap jam, menit bahkan detik merupakan sesuatu yang indah sekali, tetapi menanti-nantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali itu, kita perlu melihat peta jaman. Didalam Injil Matius 24:32, dikatakan : ““Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” Apa yang dimaksud dengan “tariklah dari perumpamaan pohon ara ?”. Untuk dapat mengetahui maksud dari ayat ini, maka kita harus tahu sejarah dari Israel. Di mana klimaks daripada Israel hanya sampai pada jaman Salomo.
Setelah Salomo negara itu hancur, maka raja Nebukadnesar menguasainya, kemudian Darius, Alexandri, dan sampai pada akhirnya bangsa Roma yang masuk, sehingga Israel tidak punya negara lagi. Dan ketika Tuhan Yesus berada di dunia, murid-muridNya sempat bertanya : “apakah Engkau akan memulihkan kerajaan Israel pada waktu ini ?”. Lalu Yesus menjawab : ”tidak perlu engkau tahu”. Jadi kerajaan Israel tidak dibangun pada waktu Tuhan Yesus ada di dunia, sebab apabila kerajaan Israel dibangun atau dipulihkan pada jaman Tuhan Yesus, maka kita tidak ada kesempatan untuk mendapat kasih karuniaNya. Dan sementara Israel belum dipulihkan Injil tetap diberitakan baik di Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan sampai ke ujung bumi, karena hal ini merupakan Amanat Agung Tuhan Yesus. Israel dipulihkan oleh Tuhan justru pada dua ribu tahun kemudian yaitu tahun 1948, dimana negara Israel mulai muncul dengan klimaks kesukaran yang luar biasa pada waktu di Jerman. Ketika itu enam juta orang Israel dibantai, dimasukkan gas, dibunuh, ditembak. Setelah kejadian itu berlangsung, maka Tuhan mulai memulihkan keadaan Israel.
Pada tahun 1948 yang lalu tunas (Israel) ini telah muncul, sebagai gambaran pohon ara yang sudah ditebang, dan kini mulai bersemi dan berkembang. Dan apabila saat ini kita sedang mendengar deru perang, bencana alam, gempa bumi, kelaparan dan kejadian-kejadian yang menghebohkan, maka perlu kita ketahui bahwa semuanya itu merupakan awal dari penderitaan menjelang zaman baru, tetapi bagi mereka yang tetap bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat, dan setelah Injil Kerajaan Allah sudah diberitakan di seluruh dunia dan menjadi kesaksian bagi bangsa, maka barulah tiba kesudahannya (Matius 24:6-14) Oleh sebab itu janganlah kita undur dari iman kita karena kita termasuk orang yang akan masuk dalam kehidupan yang kekal. Marilah kita senantiasa menanti-nantikan Tuhan, karena orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. Amin
Sumber: http://www.bethanygraha.org

11 Juli 2015

Ingat Tiga Hal Penting !

Ayat bacaan : ”Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Kisah Rasul 1:10-11
Dalam pembacaan firman Tuhan di atas, maka kita akan menemukan hal-hal penting atas peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, diantaranya :

1. Dia Pergi Menyediakan Tempat Bagi Kita

Ketika Yesus terangkat ke sorga, Dia telah berjanji akan menyediakan tempat bagi kita. Itulah yang akan diperbuat oleh Tuhan saat Dia pergi, seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:1-3, ” . . . Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”
Hal ini sudah dijanjikan 2000 tahun yang lalu. Kelihatannya janji ini sia-sia karena cukup lama, tetapi kalau kita membaca II Petrus 3:8-9, maka kita akan tahu bahwa 1000 tahun sama dengan 1 hari Tuhan. Kita percaya bahwa Dia akan kembali menjemput kita semua. Inilah pengharapan yang belum kita nikmati untuk saat ini, tetapi suatu saat akan kita nikmati. Tempat yang disediakan oleh Tuhan adalah tempat yang baik. Seperti gambaran dari pada Adam dan Hawa dimana mereka disediakan tempat yang baik tetapi mereka terusir keluar karena dosa yang telah mereka perbuat. Eden adalah gambaran surga itu sendiri.

2. Dia Pergi Supaya Roh Kudus Itu Turun

Untuk Menyertai Kita Pada saat Yesus terangkat ke sorga, Ia tidak meninggalkan umatnya sendirian, tetapi Dia mengirim Roh Kudus untuk menolong kita, seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:16-17a, ”Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” Penyertaan Tuhan itu meterai (Mazmur 139:6-12). Penyertaan Tuhan dalam wujud Roh Kudus telah dimeteraikan dalam kehidupan kita. Ia sebagai penolong, penghibur dan kekuatan kita, bahkan sampai kedunia orang mati Dia tetap beserta kita.
Secara tubuh kita menjadi lemah tetapi Roh Tuhan itu menyertai kita sampai di dunia orang mati. Kalau kita membaca II Raja-raja 13:14a, maka kita akan menemukan sebuah kisah yang membuktikan penyertaan Tuhan yaitu kisah daripada Elisa. Dimana saat itu Elisa sakit dan akhirnya mati. Memang tubuh ini harus mati, sebab yang ditebus adalah roh dan jiwa kita, sedangkan tubuh ini masih terjual oleh dosa. Demikian yang dialami oleh Elisa, walaupun Elisa penuh kuasa untuk melakukan mujizat, tetapi dia sakit dan mati (ayat 20-21). Meskipun Elisa sudah mati, bahkan menjadi tulang belulang, tetapi Roh Allah tetap menyertainya. Hal ini dibuktikan ketika suatu saat ada orang meninggal dan hendak dikuburkan tetapi mereka bertemu dengan gerombolan orang Moab yang kerap kali merampok maka mayat tersebut dicampakan pada kuburan Elisa tetapi mayat tersebut terkena tulang Elisa maka orang mati itu bangkit kembali. Hal ini bukan berarti kita percaya akan mistik, tetapi ini semua membuktikan bagaimana Roh Allah tetap menyertai orang yang percaya kepada Yesus. Dan perlu kita ketahui bahwa penyertaan Roh Allah sampai ke dunia orang mati tidak hanya dialami oleh Elisa, tetapi kita alami juga karena kita percaya kepada Tuhan Yesus. Tuhan itu menyertai kita dimanapun kita berada. Tuhan pergi ke surga supaya Roh penolong itu menyertai kita semua.

3. Tuhan Yesus Datang Kembali

Mengenai kedatangan Yesus yang kedua kali tidak seorangpun tahu kecuali Bapa, seperti yang tertulis dalam Matius 24:29-36 ”. . . Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.” Walaupun tak seorangpun tahu kapan kedatangan Tuhan yang kedua, tetapi tanda-tanda kedatangan Tuhan ada. Bangsa Israel tercerai berai, seolah-olah dihukum Tuhan. Tetapi 1948 mulai berkumpul, ribuan tahun tercerai berai dan dijajah. Sejak jaman Roma nasib bangsa itu tidak menentu. Firman mengatakan kalau pohon ara itu mulai bertunas maka musim panas sudah dekat.
Ayat 34 dikatakan bahwa angkatan ini tidak akan lenyap kalau semuanya belum terjadi. Langit akan berlalu tetapi perkataan Tuhan tidak akan berlalu. Bangsa Israel sudah bangkit, hal ini menandakan waktu kedatangan Tuhan sudah dekat. Dalam kitab Yehezkhiel dikatakan bahwa Yesus akan turun di bukit Zaitun dan bukit Zaitun akan terbelah. Secara manusia hal itu mustahil, tetapi bagi Tuhan tidak mustahil. Saudara berbagai tanda-tanda telah dinyatakan bahwa Yesus akan segera datang. Baik itu terjadinya perang, gempa bumi, peristiwa-peristiwa perubahan alam yang tidak lazim, dan banyak tanda-tanda lainnya. Apakah hal itu kita anggap sebagai sesuatu yang wajar ? sehingga kita tidak berjaga-jaga atas kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.
Memang, mengenai waktu kedatanganNya tidak disampaikan secara rinci (hari, tanggal dan tahun). Oleh karena itu kita harus berjaga-jaga sebab kedatangan Tuhan tidak disangkakan, seperti yang tertulis dalam I Tesalonika 5:1-11. Saudara, kita tidak hidup dalam kegelapan tetapi dalam terang Allah, karena Roh Allah memimpin kita. Meskipun persoalan banyak tetapi Allah sekali-kali tidak akan meninggalkan kita, Dia membuat kita tetap bertahan. Penderitaan yang sedang kita hadapi tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima dari Tuhan. Kalau kita kena persoalan biarlah kita tetap bersukacita, baik itu persoalan rumah tangga, ekonomi dan lain sebagainya hendaknya kita harus tetap bersukacita, dengan hati yang menyembah yang disertai ucapan syukur. Tidak seperti bangsa Israel yang senantiasa bersungut-sungut mespkipun mengalami banyak mujizat. Dengan demikian marilah kita terus mendandani manusia batin kita menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kali. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

6 Juli 2015

Menjadi Hamba Allah

Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat, maka dia disebut pula sebagai hamba Allah, dan sebagai hamba Allah tentunya memiliki beberapa kriteria sebagai berikut, diantaranya :

1. Mengerti peringatan-peringatan Tuhan

Tidak semua orang mau menerima sebuah peringatan walaupun demi kebaikannya. Ada banyak alasan mengapa seseorang tidak mau diperingatkan, alasannya : karena merasa nyaman, menyangkut harga diri dan lain sebagainya, bahkan hal ini sudah mendarah daging dalam hidupnya. Memang, ketika seseorang keluar dari kebiasaan itu tidak mudah apalagi kita sudah dibelenggu oleh kebiasaan tersebut. Keadaan seperti ini tidak terjadi hanya pada orang-orang awam saja, termasuk orang-orang yang terlibat dalam kegiatan rohani (rohaniawan) contoh kisah Tuhan Yesus pada waktu membersihkan bait Allah (Yohanes 2:14-22). Mereka melakukan kegiatan jual beli di bait suci sebenarnya mereka tahu bahwa hal itu tidak patut, namun karena apa yang dilakukan itu menghasilkan keuntungan, mereka tidak peduli meskipun hal tersebut melukai hati Allah.
Oleh karena itu ketika Tuhan Yesus datang dan melihat bait suci digunakan sebagai tempat yang tidak semestinya maka Dia marah besar; semua meja dan berbagai fasilitas yang digunakan untuk kegiatan tersebut dijungkir balikkan. Saudara, untuk mengerti peringatan Tuhan dibutuhkan suatu kepekaan, sedangkan kepekaan dibangun melalui pendekatan (doa). Sebagai contoh, kita tidak dapat memahami orang lain apabila kita tidak pernah berkomunikasi dengan orang tersebut, untuk itu yang biasanya memahami perasaan seseorang adalah seorang sahabat karena mereka senantiasa berkomunikasi, baik itu mencurahkan isi hati maupun menyampaikan gagasan atau ide yang ada dalam dirinya. Dengan demikian maka lambat laun orang tersebut mulai peka apa yang menjadi kemauan atau jalan pikiran daripada sahabatnya. Begitu pula kita terhadap Tuhan; bagaimana mungkin kita dapat mengerti apa yang menjadi kemauan dan peringatan-peringatannya kalau kita jarang atau bahkan tidak pernah berkomunikasi dengan Tuhan.
Seandainya sering atau bahkan senantiasa berkomunikasi tetapi berapa banyak anak Tuhan mendominasi dalam berdialog atau berdoa kepada Tuhan. Maksudnya, orang tersebut lebih banyak berbicara yang isinya hanya berbagai tuntutan atau permintaan kepada Tuhan. Meskipun meminta kepada Tuhan itu sah-sah saja, tetapi apabila itu hanya untuk kepentingan diri sendiri maka hal tersebut tidak pantas karena Tuhan juga punya keinginan atas kehidupan kita yaitu mengerti peringatan-peringatannya. Kebanyakan seseorang ingin Tuhan memahami akan dirinya namun tidak pernah mau berusaha untuk memahami Tuhan. Untuk itu kita sebagai anak-anak Tuhan marilah memiliki kepekaan supaya dapat mengerti peringatan Tuhan. Dengan demikian kita akan semakin dewasa dan bijaksana.

2. Mau diajar ketetapan-ketetapan Tuhan

Saudara, apa yang telah menjadi ketetapan Tuhan biarlah menjadi konsumsi bagi jiwa kita (Mazmur 1). Namun hal ini tidak mudah kita lakukan. Kita lebih suka mengkonsumsi atau menerima informasi yang tidak kaitnya dengan pertumbuhan jiwa kita, justru yang kita konsumsi adalah hal-hal yang bisa merusak jiwa kita. Karena firman Tuhan berkata : Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17). Hal ini bukan berarti kita tidak boleh memperoleh informasi dari luar, namun yang perlu kita perhatikan adalah porsinya. Apabila kita keluar dari ketetapan maka kita berdosa (hamartia). Namun hal ini dipandang sepele oleh banyak orang, padahal ini yang menentukan keadaan masa depan kita. Memang, sementara kita diajar ketetapan-ketetapan Tuhan tidak mendatangkan sukacita melainkan dukacita, tetapi setelah itu akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Kalau kita ingin bebas dari ketetapan-ketetapan Tuhan maka kita akan disebut sebagai anak-anak gampang, yaitu anak Tuhan yang mudah diombang-ambingkan oleh keadaan dunia yang semakin hari semakin tidak menentu. Bukankah kita tahu bahwa dunia ini sedang menuju kehancuran tetapi kalau kita mau diajar dengan ketetapan Tuhan maka kita akan selamat. Karena ketetapan Tuhanlah yang akan membawa kita hidup dalam kesempurnaan, dan itulah yang dikehendaki oleh Bapa di surga. Seperti yang tertulis dalam Matius 5:48, ”Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
Memang, untuk menjadi sempurna itu mustahil, tetapi ingat apa yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Allah. Dari kesemuanya ini pemazmur pun mengungkapan bahwa ketetapan Tuhan menjadi kesukaan dalam hidupnya, seperti yang tertulis dalam Mazmur 119:16, ”Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan.” Saudara, kalau kita enggan diajar oleh ketetapan-ketetapan Tuhan maka secara tidak sadar dunia ini yang dikuasai oleh iblis akan memberikan ketetapan-ketetapan untuk dipatuhi, sehingga pada akhirnya akan menyeret kita dan dibawa kepada kebinasaan dan kita terpisah dengan Allah selama-lamanya.

3. Mendapat kekuatan dari Tuhan

Saudara, kekuatan ini akan kita dapatkan ketika senantiasa menanti-nantikan Tuhan, seperti yang tertulis dalam Yesaya 40:31, ”tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Kekuatan disini tidak dapat kita pahami secara mistik seperti kalau kita melihat sebuah film-film yang menunjukkan suatu kekuatan yang biasanya ditampilkan berupa cahaya, api, asap dan lain sebagainya. Melainkan kekuatan ini merupakan suatu kemampuan untuk menyikapi segala situasi dunia ini. Hal ini tidak lepas dari sikap kita dalam meresponi peringatan maupun ketetapanNya.
Sebagai contoh : apabila kita dekat dengan pembesar (Lurah, Camat, Walikota, Gubernur bahkan Presiden) maka kita memiliki kekuatan (power) yang besar walaupun secara fisik tubuh kita kecil. Demikian kehidupan kita yang penuh keterbatasan, tetapi apabila kita bersama Tuhan maka kita akan melakukan perkara-perkara yang besar. Dan seseorang yang tidak mau menerima peringatan dan ketetapan Tuhan, ciri-cirinya adalah mengandalkan kekuatan manusia atau diri sendiri, padahal firman Tuhan berkata dengan tegas, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (Yeremia 17:5), tetapi ”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (Yeremia 17:7). Oleh sebab itu berbahagialah setiap kita yang menjalani hidup ini dengan mengandalkan kekuatan Tuhan karena disitulah kita akan memperoleh kemenangan demi kemenangan sehingga kita disebut sebagai umat lebih daripada pemenang. Dengan demikian, jadilah hamba Tuhan yang berkenan kepadaNya, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification