29 Oktober 2016

Jangan Takut!

Jangan Takut!

"……Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang…." (Kejadian 3:10)
Siapakah diantara manusia yang tidak pernah mengalami rasa takut ?. Tentunya semua orang mengalami perasaan seperti itu walaupun dalam kasus yang berbeda-beda. Dan ketakutan adalah teman manusia yang paling lama, sekaligus yang paling akrab. Sedangkan dalam bahasa Ibrani kata takut menggunakan kata yare yang pertama kali digunakan ketika Adam dan Hawa berdosa: "……Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang…." (Kejadian 3:10). Inilah cikal bakal dari ketakutan! Dosa menimbulkan ketakutan. Ketakutan ini akan terus berlanjut menghinggapi anak cucu mereka. 
Dalam perkembangan selanjutnya, ketakutan yang berlebihan dan tidak rasional dikenal dengan sebutan "phobia". Ketakutan jenis ini memang "keterlaluan" karena tidak rasional. Berapa banyak orang mengalami ketakutan yang berlebihan tanpa sebab yang jelas; bahkan sampai seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini terjadi karena orang tersebut tidak berani menghadapi kenyataan hidup. Bukankah hidup ini adalah perjuangan, oleh karena itu perjuangkanlah hidupmu sebagai laskar yang ofensif, sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
Obat untuk ketakutan tidak akan kita temukan di apotik maupun toko obat manapun. Bagi orang dunia, ketakutan diatasi dengan berbagai terapi psikologis. Terapi seperti demikian memang perlu tapi tidak menjamin keberhasilan 100%. Lebih tepat kalau dikatakan bahwa terapi hanyalah mengurangi ketakutan. Lalu apakah obat yang paling mujarab ? Obat yang mujarab adalah ketika berada di pihak Tuhan dan menjadikanNya sebagai penguasa Tunggal dalam kehidupan kita.
Ketakutan apakah yang sedang kita hadapi saat ini? Tidak cukupkah bila lebih dari 300 kali Tuhan berkata dalam Alkitab: Jangan takut!? Apakah tidak cukup janji-Nya itu? Katakan pada diri sendiri dengan suara keras: Allah beserta dengan aku dan tidak ada alasan bagiku untuk takut ! amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

20 Oktober 2016

Jalan Tuhan

Jalan Tuhan

”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Matius 7:13-14)
Berapa banyak jalan yang ditawarkan oleh dunia untuk mencapai kebahagiaan; baik hidup di dunia maupun kehidupan yang mendatang. Padahal jalan yang ditawarkan oleh dunia menuju kebinasaan, tetapi jalan yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus menuju hidup kekal bersama Dia. Mungkin timbul pertanyaan, “jalan seperti apakah yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus ?” Mari kita lihat di dalam Matius 7:13-14, ”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
Sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan. maksudnya hidup kita harus berpadanan dengan kebenaran firman Tuhan. Sebab dalam 1 Yohanes 2:6 dikatakan, “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” Karena Tuhan rindu kita hidup sesuai dengan rancangan Allah semula yaitu hidup serupa dan segambar dengan Allah. Memang hal ini mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil selama kita mau dan rela berjalan melalui pintu dan jalan yang sudah ditawarkan oleh Tuhan Yesus. Karena orang Kristen yang sejati adalah orang yang hidup seperti Kristus hidup, dan orang seperti inilah yang dikatakan telah mengalami kelahiran baru. Perbedaannya besar sekali antara orang Kristen dengan orang yang sudah lahir baru.
Orang yang sudah lahir baru pastilah orang Kristen, tetapi orang yang mengaku Kristen belum tentu telah dilahirkan kembali. Jangan heran bila gereja masih berisi orang-orang Kristen tapi tanpa Kristus, artinya mereka memang beragama tetapi tidak berTuhan. Memang, sementara kita berjalan melalui jalan yang Tuhan tawarkan dibutuhkan perjuangan maupun pengorbanan, dan tidak sedikit kita meneteskan air mata; tetapi semuanya itu diperhitungkan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, berdirilah teguh dan jangan goyah, sebab apa yang kita perjuangkan tidak akan sia-sia. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

15 Oktober 2016

Dia Adalah Bapa Kita

Dia Adalah Bapa Kita

"….anak Allah. Oleh Roh kita berseru: "Ya Abba, Ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah" (Roma 8:15,16). 
Berbicara tentang janji Allah, kita tidak bisa melepaskannya dengan janji perlindungan-Nya. Banyak orang Kristen mengaburkan janji ini. Seolah-olah janji ini hanyalah bersifat semu dan tidak nyata. Mereka hanya mengelu-elukan janji hidup kekal yang Allah berikan kepada setiap orang percaya. Padahal janji hidup kekal sama nyatanya dengan janji perlindungan-Nya. Alkitab melukiskan hubungan antara gereja dan Tuhan seperti anak dan Ayah (Bapa). Hubungan ini sangat tepat dan mewakili hubungan yang sebenarnya, karena kita telah menerima Roh yang menjadikan kita: "….anak Allah. Oleh Roh kita berseru: "Ya Abba, Ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah" (Roma 8:15,16). Konsep bahwa Allah adalah Bapa kita seringkali dikaburkan dengan perlakuan buruk beberapa ayah kita di bumi. Mereka tidak menjadi figur ayah yang baik.
Mereka tidak menjadi teladan bagi anak-anaknya. Mereka mengecewakan dan melukai hati banyak anak-anak. Akibatnya, panggilan "ayah" tidak ada kesan manis lagi. Tidak ada kemesraan lagi saat kita menyebut "ayah". Tetapi jangan kecewa, Allah telah mengangkat kita menjadi anak-Nya dan menyayangi kita lagi, melebihi kasih sayang yang dapat diberikan ayah manapun di bumi ini. Selain itu dalam Alkitab juga digambarkan bahwa Allah itu juga berfungsi sebagai ibu juga. Seperti yang tertulis dalam 66:13 : "Seperti seorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu…..". Posisi sebagai ibu melengkapi jabatan Allah sebagai Sahabat, Gembala, Kawan, Kepala Gereja, Bapa, dan sebagainya. 
Saudara, Yesus pernah menyampaikan pengajaran perihal kekuatiran (Matius 6:25-34). Dimana burung-burung di udara Allah pelihara dan bunga bakung di ladang Allah dandani dengan indah, bukankah anak-anak-Nya akan diperlakukan melebihi mereka ? Bapa sadar bahwa kita adalah anak-anak-Nya, tetapi apakah kita sadar bahwa Dia adalah Bapa kita ? oleh sebab itu tanamkan di dalam loh hati kita bahwa kita adalah anak Allah. Nikmati kasih sayang-Nya sebagai Bapa kita ! amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Membangun Bait Allah

Membangun Bait Allah

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah 1  k  dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (1 Korintus 3:16)
Saudara, kalau kita melihat kisah pembangunan Bait Allah yang kedua, hal itu berawal dari kerinduan bangsa Israel setelah hampir 70 tahun dalam masa pembuangan di Babel. Secara perlahan-lahan orang-orang buangan tersebut kembali ke Yerusalem untuk mempersiapkan pembangunan Bait Allah kedua. Dalam kitab Ezra ditulis kisah peristiwa-peristiwa yang terjadi seputar persiapan dan pembangunan Bait Allah kedua dan pemulihan rakyat Yehuda di Yerusalem. Antusias mereka untuk membangun Bait Allah tidak dapat disaingi oleh bangsa manapun di muka bumi ini. Semangat mereka yang menggebu-gebu untuk mendirikan rumah bagi Allah membawa hasil dengan diberinya kesempatan bagi mereka untuk mendirikan Bait Allah di Yerusalem. Mengapa Bait Allah begitu penting? Ada orang mengatakan bahwa Bait Allah  diibaratkan dengan "belahan jiwa" bangsa Israel. Disamping itu, orang Yahudi memiliki cara unik dalam mengkhususkan sesuatu bagi Tuhan. Mereka beranggapan, sama seperti tuan rumah yang memiliki seluruh rumah, tuan rumah berhak memilih sebuah kamar bagi dirinya. Tetapi lebih dari pada itu, Bait Allah berkaitan dengan kehadiran Allah atau dengan kata lain sebagai tempat Allah bertemu dengan umat-Nya. 
Karena itulah, mereka berduyun-duyun datang ke Yerusalem untuk mendirikan Bait Allah kedua sebab yang pertama sudah dihancurkan Nebukadnesar. Bait Allah itu akhirnya selesei dibangun pada tahun 515 SM (Ezra 6:15). Dalam Perjanjian Baru, pengertian Bait Allah bukan sekedar bangunan yang dibuat oleh tangan manusia, tetapi sebuah bangunan rohani, dimana Yesus menjadi batu penjuru. Bait Allah adalah jemaat Allah, orang-orang percaya (1 Korintus 3:16). Prinsip Bait Allah dalam Perjanjian Lama, tidak berbeda dengan Bait Allah rohani. Bila kehadiran Allah dinyatakan dalam Bait Allah, maka pada zaman sekarang, kita adalah tempat kemuliaan Allah dinyatakan. Kita adalah tempat pencurahan kasih Allah. Kita adalah tempat pencurahan anugerah Allah. Kita adalah tempat pencurahan rahmat Allah. Kita adalah Bait Allah…..kita adalah Rumah Allah….kita adalah Kediaman Allah ! Oleh sebab itu, milikilah antusias yang tinggi untuk membangun bait Allah yaitu kehidupan rohani kita. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification