31 Oktober 2013

Ketaatan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”
Markus 14:35-36
Peristiwa yang sedang terjadi seperti yang tertulis dalam ayat bacaan di atas merupakan wujud ketaatan Yesus Kristus. Meskipun Yesus tahu bahwa setelah penderitaan bahkan sampai pada kematian di atas kayu salib akan ada kemenangan besar, tetapi secara manusia pada waktu itu Ia sempat mengatakan “kalau bisa cawan ini berlalu dari padaKu.” Cawan ini merupakan hal yang menakutkan namun Dia tetap taat untuk melakukannya. Kata taat memang sangat mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang mau untuk melakukannya. Untuk dapat taat itu sebenarnya mudah, yaitu menerima tugas dan menjalankan.
Tetapi masalahnya tidak semudah itu karena sementara menerima tugas, bisa muncul adanya suatu konflik yang bertentangan dengan kemauan dan pemikiran diri sendiri sehingga dengan demikian mulai muncul keraguan dan rasa bimbang, dan akhirnya mulai mencoba menghindar untuk melakukan tugas yang Tuhan berikan. Meskipun kita terhalang dengan perasaan bimbang, takut, cemas ataupun gagal tetapi apabila kita taat maka kemenangan demi kemenangan akan kita peroleh.
Oleh sebab itu, kita harus berbahagia karena memiliki pemimpin yang sempurna yaitu Yesus Kristus yang senantiasa menuntun bahkan kadang memaksa kita untuk tetap mentaati segala apa yang telah menjadi ketetapanNya, sekalipun kita tidak suka dengan tugas tersebut.
Tuhan memberikan suatu pengajaran mengenai ketaatan yang disampaikan melalui rasul Paulus kepada muridnya yaitu Timotius. Diantaranya : pengajaran mengenai teladan seorang prajurit, olahragawan maupun petani. Dan kali ini kita akan mempelajari satu persatu mengenai hal ketaatan seperti yang telah disebutkan :

1. Teladan Seorang Prajurit (Taat dan Setia)


Dalam II Timoitus 2:3-4 dikatakan, ”Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”
Yang dituntut pada pribadi seorang prajurit selain ketaatan adalah kesetiaan. Dan kalau kita perhatikan mengenai prajurit, maka dapat kita ketahui bahwa prajurit merupakan komunitas yang sangat tangguh dan loyal. Satu institusi yang dipenuhi oleh pribadi-pribadi yang sangat luar biasa; baik di Indonesia maupun diseluruh negara. Masia Felly, dalam The Art of The War (seni berperang); menyatakan : ”sepertinya tidak ada profesi yang lain yang melebihi profesi seorang prajurit dalam hal pengorbanan maupun pengabdiannya terhadap bangsa dan negara.” Menurut pandangan secara umum bahwa yang paling penting dalam profesi prajurit itu adalah seseorang yang bertubuh kekar dan melakukan latihan fisik secara intensif. Seorang prajurit harus trampil dan cakap dalam  hal strategi perang. Semuanya itu memang penting, tetapi yang dibutuhkan oleh seorang prajurit yang sejati adalah kesetiaan. Taat dan setia ini sangat penting.

Kesaksian : Dalam usia yang sudah lanjut ini, secara manusia saya (Pdt. Alex T.) menjalankan pelayanan sangat lelah, tetapi Tuhan menghendaki tetap berkiprah dalam pelayanan termasuk membangun menara doa Jakarta. Meskipun kadang-kadang muncul rasa bimbang, takut, tetapi Tuhan tetap ingin saya untuk maju terus melayani Dia.
Melalui rasul Paulus, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk taat dan setia, meskipun kita menghadapi hal yang susah. Seperti halnya Yesus saat menghadapi kematianNya, dimana Dia tetap taat dan setia. Dalam suratnya, rasul Paulus berkata :”Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia”(II Timotius 2:11)

2. Teladan Seorang Olahragawan (Taat dan Tekun)  


Dalam II Timotius 2:5 dikatakan, ” Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” Sebagai seorang olahragawan dituntut untuk tekun. Progress atau target utama yang diharapkan dari seorang olahragawan adalah mahkota (Piala). Pada jaman Romawi hadiah/penghargaan berupa daun palem yang dirangkai untuk menjadi mahkota. Rasul Paulus pernah mengatakan bahwa hidup ini adalah pertandingan, dan setiap orang harus mengambil bagian dalam pertandingan tersebut. Untuk dapat memenangkan pertandingan tersebut, maka diperlukan ketekunaan berlatih, kemudian bertanding sesuai dengan peraturan-peraturan olahraga. Saudara, kalau bertanding tidak boleh ada keinginan untuk menjegal, iri hati, cemburu, atau hal-hal yang tidak sportif. Kita berusaha melakukan pekerjaan Tuhan yang terbaik atau terdepan demi kemuliaan namaNya, bahkan kita ”menyeret” teman-teman yang masih ketinggalan untuk sama-sama maju.
Sejak gereja Bethany Nginden terbangun, maka muncul gereja-gereja besar lainnya. Contohnya di Semarang yaitu gereja yang digembalakan oleh Pdt. Petrus Agung, di Solo digembalakan oleh Pdt. Obaja, dan di Jakarta digembalakan oleh Pdt. Jacob Nahuway dan lainnya, dimana gereja mereka rata-rata berkapasitas diatas sepuluh ribu jemaat. Untuk dapat mencapai semua itu perlu ketekunan tidak hanya satu atau dua jam tetapi harus dilakukan selama bertahun-tahun. Untuk itu jangan kecil hati saat kita menghadapi berbagai tantangan hidup, atau bahkan kita kadang-kadang jatuh, tetapi percayalah apabila kita tetap terus berjuang maka kemenangan akan kita peroleh. Apa arti ketekunan ? artinya yaitu ulet dan tidak pernah putus asa. Kalau kita putus asa maka kita tidak akan dapat memperoleh apa yang akan kita capai.

3. Teladan Seorang Petani (Taat dan Sabar)


Dalam II Timotius 2:6 dikatakan, ”Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” Petani itu ada ciri khasnya, tidak peduli menabur sedikit atau banyak, tetapi dia harus sabar untuk menunggu waktu menuai. Seorang petani tidak ada yang dapat mempercepat atau memperlambat waktu menuai. Kalau seseorang menabur tentu ada waktunya untuk menuai. Jarak waktu itu, Tuhanlah yang menentukan. Suatu saat gereja ini menabur seribu sepeda motor buat hamba-hamba Tuhan di pedesaan untuk dapat melayani.
Memang, kadang-kadang kita menabur disertai dengan tetesan air mata, seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:5-6 ”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” Namun semua yang kita lakukan tidak sia-sia tetapi membawa hasil yang tidak terkatakan.

Memang ada kalanya kita mengalami pergumulan seperti Tuhan Yesus yaitu menghadapi cawan. Kita mengharapkan kalau bisa semua itu berlalu dari kita. Tetapi Tuhan memberikan contoh bahwa ketaatan itu harus disertai dengan sikap setia, tekun maupun sabar. Apabila hal itu ada dalam pikiran kita dan dibantu oleh kuasa Roh Kudus maka kita akan mengalami suatu kemenangan yang besar. Seandainya Tuhan Yesus gagal dalam ketaatan maka kemenangan itu tidak akan pernah dialami. Oleh sebab itu, dari beberapa teladan yang kita kita pelajari marilah kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup kita senantiasa berkemanangan. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org/

Mencapai Kesempurnaan

Pdt. Alex Tanuseputra

I Korintus 6:19-20 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Saudara perlu kita sadari bahwa tubuh kita adalah bait Allah dan Roh Kudus ada dalam diri kita. Dan bukan hanya itu saja, harus kita sadari pula bahwa kita telah dibeli dan harganya lunas dibayar. Jadi kita tidak berhak melakukan segala sesuatu menurut kemauan diri sendiri melain kita harus menjalankan kehidupan kita atas pimpinan Roh Kudus.
Bahkan tidak ada seorangpun dapat mengaku Yesus adalah Tuhan kalau tidak dibantu oleh Roh Kudus. Kalau Roh Kudus sudah ada dalam kita maka kita akan menjabarkan atau mengeluarkan wajah Kristus tampak dalam kehidupan kita sehari-hari, karena dengan demikian maka saudara disebut Kristen. Ketika Roh Kudus ada dalam diri kita maka terjadi kelahiran baru, yang lama sudah berlalu dan yang lalu sudah ada. Kehidupan Kristus adalah hidupan kita. Maka saat kita percaya Yesus dan dibaptiskan biarlah senantiasa memuliakan Tuhan. Memang dalam diri kita banyak kelemahan tetapi Tuhan akan menyempurnakan. Untuk mencapai kesempurnaan memang harus melalui beberapa tahapan, dan semuanya itu harus dalam pimpinan Roh Kudus.
Di dalam gereja kita terdapat beberapa dimensi, diantaranya :

1.    Bait Allah ( I Korintus 3 : 16 - 17 )


Langkah awal menjadi bait Allah ketika seseorang bertobat, dibaptiskan telah masuk dalam dimensi yang pertama yaitu menjadi bait Roh Kudus. Dan sejak Roh Kudus ada dalam diri kita, maka tubuh kita menjadi bait Allah. Tuhan pernah bertanya kepada saya, kataNya : “where my address ?” saya jawab : ”Tuhan itu ada di sebelah kanan Allah Bapa,” tetapi Dia diam saja. Dan suatu saat Dia berkata : ”aku di dalam kamu,” saat itu saya shock dan dipenuhi Roh Kudus. Sejak itu saya berdoa untuk anak saya yang cacat selama 6 tahun. Roh Kudus ada di dalam saya, pikiran Tuhan ada di dalam saya. Lalu saya menggunakan pikiran, perasaan dan kehendakNya. Anak yang 6 tahun itu saya ucapkan : ”jalan,” dan dalam waktu 3 bulan anak saya mulai berjalan, selanjutnya saya ucapkan: “bicara,” lalu dalam waktu 6 bulan dia mulai bisa bicara, namun tidak cukup sampai disitu, karena saya berdoa terus sehingga saat ini anak saya menjadi sempurna. Oleh karena itu apabila Roh Kudus ada di dalam saudara, maka apa yang kau pikirkan dan bayangkan akan terjadi karena Roh Kudus. Penyertaan Tuhan dijamin oleh Roh Kudus yang mencengkeram kita semua. Meskipun ada berbeda-beda berkat yang kita terima tetapi kita semua sudah selamat di dalam Tuhan Yesus.

2.    Domba ( Mazmur 23 : 1 - 6 )


Yang menulis Mazmur 23 ini adalah Daud sendiri. Saudara harus tahu bahwa Daud mengalami berbagai persoalan, tetapi Daud tetap cinta Tuhan, bahkan sampai disebutkan Yesus anak Daud. Dia juga berkata tentang kunci Daud. Bahkan di kitab Wahyu juga disebut bahwa Daud dipuji Tuhan walau Daud banyak kesalahan, walaupun demikian dia punya hati yang selalu mengandalkan Tuhan. Setiap menghadapi permasalahan dia bertobat, dan Tuhan memberikan kasih karunia. “Siapa yang percaya bahwa Dia gembala yang baik ?” pengakuan saudara dihormati Tuhan. Daud tahu persis bahwa perlindungan, pimpinan, pemeliharaan Allah sungguh luar biasa. Hal ini tidak hanya berlaku bagi Daud saja tetapi bagi mereka yang hidupnya mengandalkan Tuhan. Dan hidup mengandalkan Tuhan bukan saja dalam menghadapi pergumulan tetapi dalam keadaan diberkatipun kita harus mengandalkan Tuhan. Sebab Dia adalah sumber kehidupan kita.

3.    Anak ( Roma 8 : 16 - 17 )

 
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa kalau kita anak maka kita adalah ahli waris, tetapi ada kata-kata : “kalau kita menderita bersama Dia,” maksudnya yaitu kedagingan kita harus dimatikan. Kalau daging dimatikan maka roh itu muncul. Dalam hal ini berlaku baik orang miskin atau diberkati bahkan kaya rayapun daging ini harus dimatikan, karena dengan demikian maka orang itu bisa menerima dan menanam, karena mereka adalah ahli waris dari Tuhan. Ada kisah anak sulung dan anak bungsu. Anak bungsu terhilang sehingga ayahnya mengharapkan dia kembali, dan anak tersebut akhirnya kembali setelah mengalami kelaparan dan kesusahan yang luar biasa. Ketika anak bungsu itu kembali, ayahnya tidak membuangnya tetapi ayahnya menerima kembali. Ayahnya berikan cincin baru, jubah baru, dan kasut yang baru. Bapaknya telah mengharapkan anak itu kembali, tetapi setelah anak bungsu kembali justru anak sulung tidak bisa terima sehingga anak sulung tidak mau masuk dalam pesta kesukaan, ia menolak. Anak sulung tidak ada pengharapan. Demikian dengan kehidupan kita yang penuh dengan kesalahan, tetapi kalau kita mau bertobat maka Bapa kita akan memberikan “cincin yang baru, jubah yang baru dan kasut yang baru pula”. Kalau anak menyerang bapak itu memang ada, apalagi bapaknya membagi waris itu tidak sama maka anaknya bisa menyerang bapaknya. Tetapi seorang bapak tidak ada yang menyerang anaknya sendiri, demikian Tuhan tetap mengasihi kita sebagai anak-anakNya dan memberikan hak warisNya bagi mereka yang mau bertobat.

4.    Tunangan ( II Korintus 11 : 1 - 2 )


Saya boleh menjadi sahabat yang mempertunangkan gereja ini pada Tuhan sebagai perawan yang suci. Saya pernah didoakan oleh Suzette Hattingh, lalu saya jatuh, dalam roh saya melihat sesuatu, tetapi tidak bisa dijelaskan. Tetapi saya melihat diri saya seperti wanita yang dikasihi tunangan. Tuhan itu sangat mengasihi kita seperti tunangan. Dan kasihnya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan apapun karena kasihNya sungguh murni. Tidak ada kasih seperti kasihNya yang diberikan kepada mereka yang mengasihi Dia. Tuhan senantiasa rindu untuk melimpahkan kasihNya kepada kita semua yang merindukan Dia.

5.    Mempelai ( Efesus 5 : 32 )


Pada akhirnya kita akan menjadi mempelai wanita dan Kristus sebagai mempelai pria maksudnya adalah hubungan Kristus dengan jemaat. Dengan demikian apa yang tidak pernah kita lihat, tidak pernah kita dengar bahkan tidak pernah timbul dalam hati kita sudah disediakan bagi kita yang terus tetap setia sampai kedatanganNya kedua kali, Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org/

6 Oktober 2013

Menanti Janji Tuhan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.
Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”
Habakuk 2:1-3
Seiring dengan berjalannya waktu, kasih dan berkat Tuhan telah dinyatakan satu persatu dalam kehidupan saya (Pdt. Alex), khususnya dalam pelayanan yang dipercayakan Tuhan. Dan hal ini tentunya juga dialami oleh jemaat. Apabila kita tengok kembali sejarah perjalanan Gereja Bethany Indonesia maka kita akan melihat karya Tuhan yang begitu luar biasa.
Ketika gereja Bethany masih beribadah di “awning” dengan tenda besinya, tanpa AC maupun fasilitas yang memadai kami tetap memegang janji Tuhan seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:12 yang berkata, ”. . Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. . . .”  Dan ayat ini kami gantungkan di tembok supaya semua orang membacanya seperti ayat bacaan di atas. Berselang tiga bulan kemudian, kami mendapat ayat firman Tuhan dalam Yohanes 15:7 yang berbunyi, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”

Apabila berbicara mengenal sukses, hal ini bukan saja berorientasi pada hal materi saja, tetapi yang utama adalah hal rohani. Memang dalam hal menanti itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan melainkankan menjemukan. Namun dalam masa penantian tersebut ada suatu pembelajaran dalam kehidupan kita untuk semakin berakar dan bertumbuh untuk menjadi dewasa. Dengan demikian ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam menantikan janji Tuhan, diantaranya :

1. Tetap Sabar Dan Tekun


Melalui kesabaran dan ketekunan, seseorang akan menerima apa yang telah dijanjikanNya. Segala sesuatu yang dijanjikan oleh Tuhan tidak ada kata terlambat walaupun tampaknya seperti terlambat, karena Tuhan memberkati tepat pada waktunya. Pada saat Kaleb menerima janji Tuhan melalui Musa, ia berusia empat puluh tahun, sedangkan janji itu digenapi ketika Kaleb berusia delapan puluh lima tahun. Empat puluh lima tahun bukanlah waktu yang singkat tetapi waktu yang panjang. Meskipun demikian Kaleb tetap sabar dan tekun dalam menantikan janji Tuhan.
Apabila kita melihat perkembangan jaman saat ini, maka kita temukan bahwa segala sesuatu serba instan tanpa melalui proses yang panjang. Demikian dengan kehidupan orang-orang yang mengaku dirinya anak-anak Tuhan. Mereka menginginkan segala sesuatu serba instan khususnya dalam menerima janji Tuhan. Padahal sesuatu yang instan memiliki kualitas yang begitu rendah, karena belum teruji kemampuannya. Oleh karena itu Allah rindu dalam diri umatNya terdapat karakter yang sabar dan tekun dalam menantikan janjiNya.

2. Tidak Undur


Dalam kurun waktu yang cukup panjang Kaleb tidak pernah putus asa atau undur dari Tuhan, tetapi dia tetap sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam melayani Tuhan. Hal ini dapat kita lihat dalam Yosua 14:8, ”. . . . . . . aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.” Namun kenyataannya, berapa banyak orang yang undur dari hadapan Tuhan ketika permohonannya belum dijawab Tuhan, sehingga mereka mulai mengandalkan kekuatannya sendiri demi tercapainya keinginannya. Padahal firman Tuhan berkata, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yeremia 17:5). Dan dalam Habakuk 2:4, dikatakan, ”Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.”
Memang, sepanjang kita menantikan janji Tuhan hidup kita diwarnai dengan berbagai pergumulan, tetapi perlu kita ingat bahwa semuanya itu terjadi atas seijin Tuhan, dengan tujuan supaya kerohanian kita semakin kuat atau dewasa. Dan firmanNya juga menasehatkan kita, “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.” Oleh sebab itu, jangan sampai dalam pikiran kita terlintas untuk mengundurkan diri dari hadapan Tuhan, melainkan biarlah kita tetap pegang janji Tuhan yang berkata, ”Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).

3. Tetap Berjaga-jaga


Ketika seseorang menantikan sesuatu terlalu lama, maka akan muncul kecenderungan adanya rasa jenuh, sehingga orang tersebut mulai berusaha melupakan apa yang dia nantikan. Demikianlah bagi orang yang menantikan janji Tuhan, apabila ia merasa terlalu lama tidak digenapi maka orang tersebut mulai tidak menantikannya atau tidak berjaga-jaga atas kerohaniannya. Dan ketika seseorang mulai tidak berjaga-jaga, maka saat itulah iblis mulai menyerang anak Tuhan. Karena iblis sabar menunggu sampai anak Tuhan mulai lengah. Hal ini dapat kita lihat ketika iblis berusaha mencobai Yesus dan gagal, namun dalam Lukas 14:13 dikatakan, “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.” Walaupun demikian Yesus tidak pernah jatuh dalam pencobaan sebab Ia senantiasa berjaga-jaga supaya hidupnya tetap berkenan di hadapan Bapa. Oleh sebab itu firman Tuhan berkata, ”Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (I Petrus 5:8). Lalu, bagaimana dengan saudara, apakah saudara tetap berjaga-jaga atas kerohanian saudara selama menantikan janji Tuhan ?. Amin.

Sumber: http://bethanygraha.org/

4 Oktober 2013

Berkenan Dan Dipuji Tuhan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”
Ibrani 11:5-6
Berkenaan dengan ayat bacaan di atas maka kita melihat keselamatan daripada Henokh merupakan keselamatan yang sempurna dimana ia diangkat hidup-hidup oleh Tuhan, namun sebelum ia diangkat, ia telah memperoleh kesaksian bahwa ia berkenan kepada Allah. Oleh karena itu, marilah kita mencontoh orang-orang yang mempunyai iman yang sempurna supaya kita mencapai target untuk keselamatan itu. Biarlah Henokh menjadi panutan untuk pertumbuhan iman kita.

Meskipun peristiwa Henokh terjadi dalam perjanjian lama, namun hal ini juga berlaku dalam perjanjian baru khususnya kita yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat. Kalau toh kita mati, maka kita akan dibangkitkan dan diangkat, dan seandainya kedatangan Tuhan yang kedua kali kita masih hidup maka kita akan diangkat hidup-hidup seperti Henokh terangkat, seperti yang tertulis dalam I Tesalonika 4:16-17, ”Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

Tetapi sebelum Henokh terangkat ia mempunyai kesaksian yang hidup, dimana selama hidupnya ia berkenan kepada Allah. Demikianlah dengan kehidupan kita, meskipun kita sudah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat namun dalam hidup kita perlu ada kesaksian yang hidup dan berkenan kepada Allah, karena di luar Kristus tidak ada janji seperti ini.
Saudara, dalam ayat Ibrani 11:6 terdapat kalimat berkenan kepada Allah. Kata berkenan itu sendiri ada hubungannya dengan iman, karena tanpa iman orang tidak akan berkenan kepada Allah. Dan orang yang berkenan kepada Allah mendapatkan upah/penghargaan. Dan lebih tepatnya bahwa orang tersebut dihargai/dipuji oleh Allah. Mungkin hati kita timbul pertanyaan : bukankah yang layak menerima pujian hanya Allah ?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita lihat dalam Kidung Agung  pasal 4, 5 dan 6 dimana dalam pasal tersebut terdapat perikop yang mengungkapkan bagaimana mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan, begitu pula sebaliknya. Bukankah kita adalah mempelai Kristus.

Sebenarnya banyak orang yang dipuji oleh Tuhan seperti yang tertulis dalam Alkitab, namun kali ini kita hanya mengambil beberapa contoh, diantaranya :
Perempuan Kanaan (Matius 15:28)
Pada waktu itu perempuan Kanaan (orang Siropuniki) mengharapkan kesembuahan anaknya kepada Tuhan Yesus, namun ia tidak dianggap; bukan berarti Tuhan tidak sayang kepada manusia. Karena pada waktu itu perempuan tersebut belum waktunya menerima anugerah Allah. Tetapi oleh karena kerendahan hatinya maka perempuan itu mendapat pujian atau penghargaan dari Tuhan sehingga anaknyapun sembuh. Kerendahan hati itu sendiri merupakan produk daripada iman. Perempuan ini mempunyai langkah yang istimewa, dimana ia mempunyai iman yang besar. Firman Tuhan menasehatkan, ”barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 18:4).

Memang untuk rendah hati itu tidak mudah, apalagi kita dalam posisi diberkati atau sukses. Tetapi kalau kita semakin rendah hati maka kita akan semakin diberkati. Oleh karena itu apabila kita ingin diperkenan dan dipuji oleh Allah maka kita harus semakin rendah hati, sebab firman Tuhan menasehatkan, ”Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan” (Amsal 22:4). Namun sebaliknya apabila kita menjadi sombong maka berkat Tuhan akan berhenti dan iman kita menjadi kerdil. Yesus sendiri telah memberikan teladan kepada kita, ” . . . . dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama” (Filipi 2:6-11)

Perwira Kapernaum (Lukas 7:9)


Ketika hamba dari perwira Kapernaum sakit dan hampir mati maka ia mengundang Yesus untuk datang kerumahnya menyembuhkan hambanya. Setelah Yesus dekat rumahnya maka perwira tersebut menyuruh sahabatnya untuk mengatakan kepada Yesus untuk tidak bersusah-susah datang, cukup mengatakan sepatah kata maka hambanya akan sembuh. Perwira itu memposisikan Yesus seperti seorang atasannya, apabila seorang atasan memberikan perintah maka bawahannya harus taat, apapun resikonya. Demikianlah dalam kehidupan kita apabila kita ingin iman kita bertumbuh dan berkenan serta dipuji oleh Allah maka perlu ada ketaatan. Iman yang besar merupakan produk ketaatan. Ketaatan itu tidak mudah, apabila tidak ada dasar kerendahan hati.

Janda Miskin (Lukas 21:1-4)


Tuhan Yesus telah memuji janda miskin yang telah memberikan persembahan dalam rumah ibadah walaupun dia hanya memberikan dua peser uang, tetapi dia memberikan dari segala kekuarangannya, bahkan dia memberikan segala nafkahnya sedangkan orang kaya itu memberikan dari kelimpahannya. Tetapi bukan berarti salah orang kaya memberikan dari segala kelimpahannya, tetapi janda miskin ini lebih baik. Banyak orang memberikan persembahan dengan sembarangan tanpa pengertian yang benar. Suatu ketika ada seorang memberikan persembahan, pada mulanya ia memberikan satu juta, kemudian beberapa hari berikutnya tiga juga, dan hari berikutnya dia memberikan semakin banyak. Tetapi berikutnya diketahui bahwa uang yang dipersembahkan tersebut adalah hasil hutang. Alasannya setelah ia memberikan persembahan akan kembali berlipat kali ganda. Oleh karena pengertiannya yang salah maka janji Tuhan tidak akan pernah digenapi. Hal ini tidak bedanya dengan gambling (judi). Untuk itu perlu kita miliki pemahaman yang benar mengenai persembahan kepada Tuhan. Apabila kita memberikan yang terbaik didasari oleh ketulusan maka hal itu akan berkenan dan dipuji Tuhan. Oleh karena itu, muliakanlah Allah dengan hartamu (Amsal 3:9) tanpa ada motivasi untuk mencari keuntungan diri sendiri.

Maria (Markus 14:6-9)


Saat Maria menuangkan minyak narwastu yang mahal kepada Yesus maka orang yang ada di tempat itu menjadi gusar dan menegor Maria, mereka berkata bahwa tindakannya adalah pemborosan. Tetapi Yesus memuji perempuan itu karena ia melakukan perbuatan  yang baik bagi Yesus. Maria telah mendapat kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi Yesus. Bagaimana dengan kita, apakah kita menggunakan kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi Yesus?
Dari beberapa contoh di atas, marilah kita melangkah untuk hidup berpadanan dengan Injil Kristus agar kita menjadi orang yang berkenan dan dipuji Tuhan, Amin.

Sumber: http://bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification