30 Juni 2011

Renungan Harian Online: Gembira dalam Bekerja

Gembira dalam Bekerja

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Pengkhotbah 3:22
=======================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"


senang dalam bekerjaTerus bergonta-ganti pekerjaan dilakukan oleh banyak orang, termasuk salah seorang yang tinggal tidak jauh dari rumah saya. Ketika sebagian orang kesulitan mencari satu pekerjaan saja, ia terus keluar masuk dari perusahaan yang satu ke yang lain. Ia juga mencoba membuka usaha, mulai dari fotokopi, berjualan pakaian, sepatu dan sebagainya, tetapi lucunya lagi tidak satupun yang bisa membuatnya betah. Seorang teman lainnya juga sama. Ia sudah mempunyai satu anak, sudah menjadi dosen yang mapan, lalu menjadi wartawan juga, tetapi kemudian ia meninggalkan semua itu untuk kembali bersekolah di negara yang rasanya jarang menjadi destinasi banyak pelajar, meninggalkan anak dan karirnya, justru di usianya yang sudah paruh baya. Mengapa mereka demikian? Jawaban keduanya sama: mereka tidak merasa bahagia dengan pekerjaannya. Sementara pengukur bahagia berbeda-beda bagi setiap orang, merekapun memiliki alasan beragam atas ketidak-bahagiaannya. Pendapatannya tidak cukup seperti harapan, bosan, merasa tidak berkembang dan lain-lain, itu bisa menjadi alasan bagi orang untuk tidak bahagia terhadap karir atau usahanya. Sebagian lagi mungkin beranggapan bahwa pekerjaannya terlalu rendah, kurang bonafit atau malah merasa salah profesi. Saya tersenyum melihat seorang tukang bangunan yang bekerja hanya beberapa langkah dari rumah saya. Ia terus tersenyum dalam bekerja, ia sangat ramah dan bersahabat, dan sangat ringan tangan dalam membantu. Apa yang ia katakan pada suatu kali menunjukkan perbedaan pola pikir dan pandangan dari kedua teman saya tadi. "Saya memang cuma tukang bangunan pak, tetapi saya menikmati pekerjaan saya. Badan kotor, tangan kotor, tetapi rumah yang berdiri ini akan menjadi sebuah hasil karya saya yang tetap akan bisa saya banggakan kelak." katanya sambil terus tersenyum. Bagi saya itu mengagumkan, terutama ketika hari-hari ini semakin banyak orang yang sulit untuk bersyukur dan senang terhadap pekerjaannya.

Adalah menarik jika melihat bahwa Pengkotbah sudah menyatakan hal seperti ini lewat perenungan, pengalaman dan kesaksiannya sendiri. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Mencintai profesi atau tidak, Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam pekerjaannya. Mengapa? Karena itu adalah bagian kita masing-masing. Jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan? Emosi? Terus merasa tidak puas dan kehilangan damai sejahtera? Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Apakah baik apabila kita sulit bersyukur dan hanya bersungut-sungut tidak pernah merasa puas?

Seperti yang sudah saya singgung kemarin, soal bahagia atau tidak bukanlah tergantung dari kondisi atau situasi yang kita hadapi, melainkan tergantung dari seberapa jauh kita mengijinkan Tuhan untuk ambil bagian dalam hidup kita. Kebahagiaan atau kegembiraan berasal dari Tuhan dan bukan dari keadaan. Amsal mengatakan bahwa "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau lihatlah ayat lain: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik. Dan rasa syukur kita dalam menikmati anugerah Tuhan akan membuat itu bisa terjadi. Apakah kita menikmati pekerjaan dengan penuh rasa syukur sebagai sebuah berkat dari Tuhan atau kita terus merasa kurang puas, itu tergantung kita. Tuhan sanggup membuat pekerjaan sekecil apapun menjadi emas. Saya tidak berbicara mengenai kekayaan materi saja karena itu sangatlah sempit, tetapi seperti kata buruh bangunan tadi, ia sangat menikmati karya "monumental"nya sebagai hasi kerja keras dan kesungguhannya. Dan ia akan terus membuat karya-karya monumental lainnya yang pasti juga akan sangat ia nikmati.

Kita bisa belajar dari buruh bangunan ini dalam hal memandang sebuah pekerjaan dari sudut pandang yang baik. Buruh tidaklah dibayar besar. Tenaga yang ia keluarkan setiap hari membangun rumah tidak kecil, dan pendapatannya mungkin jauh dibawah orang-orang kantoran yang relatif mengeluarkan tenaga lebih kecil darinya. Tetapi ia tidak berkecil hati, ia tidak merasa rendah. Sebaliknya ia sangat menikmati pekerjaannya dan merasa bahagia dengan itu. Disaat orang berpendapatan lebih besar masih mengeluh, ia bisa berbahagia dan bersyukur. Alangkah indahnya dunia ini apabila kita bisa menikmati pekerjaan yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita sebagai berkatNya yang luar biasa.

Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya, mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, namun saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23), dan alangkah sulitnya untuk bekerja dengan segenap hati jika kita tidak memiliki hati yang gembira dalam melakukannya. Tinggi rendah pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak, karena saya sudah menyampaikan langsung bagaimana pandangan dari seorang pekerja yang bagi sebagian orang dianggap rendah, namun ia tetap bahagia dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya, tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar. Jika demikian, mengapa kita tidak mencoba memberikan setitik cinta pada pekerjaan kita, apapun itu, mengucap syukur atas pekerjaan itu kepada Tuhan, memberikan yang terbaik dari kita, dan melihat bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan? Mari belajar dari sang buruh bangunan bagaimana agar kita bisa bersyukur dan menikmati pekerjaan kita bersama Tuhan.

Syukuri pekerjaan yang diberikan Tuhan, muliakan Dia didalamnya

Renungan Harian Online: Mendidik Anak yang Berakhlak Baik

Mendidik Anak yang Berakhlak Baik

Sumber:http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Mazmur 119:9
===================
"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu."


mendidik anakAnak yang berbakti kepada orang tua, jauh dari kejahatan, tahu sopan santun, hidup jujur sejak kecil, serius dalam bekerja dan takut akan Tuhan. Siapa yang tidak ingin mempunyai anak dengan karakter seperti ini? Semua orang tua, siapapun mereka tentu mendambakan anak yang bisa menjadi teladan bagi orang lain. Itulah sebabnya meski orang tuanya mungkin hanya lulusan sekolah tingkat rendah, mereka akan berusaha sedaya upaya mereka untuk menyekolahkan anak setinggi mungkin. Kalau perlu harta benda, sawah atau hewan ternak pun dijual demi masa depan anaknya. Ironisnya ada banyak orang tua yang berpikir bahwa sekolah setinggi mungkin adalah satu-satunya jawaban agar anaknya bisa menjadi orang sukses. Kekayaan secara materi seringkali dijadikan satu-satunya tujuan yang dianggap bisa membawa kebahagiaan. Dan yang juga tidak kalah ironis, ada banyak orang tua yang berpikir bahwa mereka tetap bisa berlaku seenaknya dan dalam waktu yang sama berharap anaknya bisa menjadi anak yang baik. Apa sebenarnya yang bisa membuat seorang anak tumbuh menjadi teladan dalam tingkah lakunya yang bersih?

Firman Tuhan hari ini memberi sebuah jawaban yang sangat sederhana dan singkat. "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu." (Mazmur 119:9). Sekolah setinggi mungkin tentu saja tidak salah, bahkan bagus. Tetapi apalah gunanya segala ilmu tanpa dibarengi dengan sebuah sikap takut akan Tuhan, menjauhi kejahatan dan taat kepada perintah Tuhan? Orang yang pintar tetapi tidak memiliki rasa takut atau hormat akan Tuhan malah bisa berbahaya. Kekayaan pun sudah terbukti tidak menjadi jaminan bahwa seseorang akan berbahagia. Meski ada banyak hal penting yang bisa membuka jalan kesuksesan bagi anak-anak kita, perhatikanlah bahwa Alkitab sudah berkata ada hal yang jauh lebih penting, dan itu adalah dengan menjaga anak untuk bertumbuh sesuai dengan, atau senantiasa dalam Firman Tuhan.

Alkitab memberikan sebuah contoh yang bisa menjadi pelajaran bagi kita, yaitu Timotius. Timotius adalah seorang anak muda yang diberi kepercayaan besar oleh Paulus sejak masa mudanya. Paulus tentu melihat kualitas dalam diri anak muda bernama Timotius ini. Dan itu bukanlah sembarangan. Bagaimana Timotius bisa bertumbuh menjadi seorang pemuda berakhlak baik seperti itu? Alkitab mencatat bahwa semua itu merupakan hasil didikan turun temurun dari neneknya. "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu." (2 Timotius 1:5). Neneknya merupakan orang beriman yang membesarkan ibunya dengan sangat baik, lalu iman yang teguh itu pun turun kepada Timotius. Bayangkan apabila sang nenek tidak menjadi teladan dan tidak mengajarkan hidup benar kepada sang ibu, Timotius pun tentu bukan seperti sosok yang dikenal orang percaya hingga hari ini. Tongkat estafet iman turun temurun dalam bentuk pengajaran untuk hidup benar hingga sampai kepada Timotius yang sudah bersinar sejak masa mudanya. Ini bisa menjadi sebuah contoh bahwa orang muda yang dibimbing sejak semula dengan Firman Tuhan akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang bersih hidupnya, yang tentu saja akan berbeda dari kebanyakan pemuda seusianya, dan itu tepat seperti apa yang dikatakan dalam ayat bacaan hari ini yang diambil dalam kitab Mazmur.

Paulus berpesan kepada Timotius: "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12). Ini sebuah pesan penting yang sesungguhnya baik untuk diindahkan oleh anak-anak muda seperti kita. Ternyata sejak muda pun kita sudah diminta untuk bisa menjadi teladan, baik dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian. Firman Tuhan, kata ayat Mazmur di atas, adalah jawaban agar kita bisa menjadi sosok seperti yang diinginkan Tuhan itu. Menjadi teladan merupakan keharusan bagi orang-orang percaya sejak masih muda hingga memasuki masa tua. Orang tua tetap harus menjadi teladan, agar ia bisa mewariskan iman yang takut akan Tuhan kepada anak-anak mereka. Dari Lois ke Eunike kemudian ke Timotius, itu sudah terbukti, kepada kita pun sama. Perhatikanlah ayat berikut: "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 6:6-9). Rangkaian ayat tersebut dengan jelas menyatakan bahwa orang tua harus mampu mengajarkan anak-anak mereka secara kontinu, terus menerus, berkesinambungan, tetapi itu belumlah cukup tanpa menjadi teladan pula terhadap apa yang diajarkan. Artinya, selain cakap mengajar, orang tua pun harus mampu menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya. Dalam surat Efesus, Paulus pun menyerukan hal yang sama. "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4).

Memiliki anak yang berakhlak baik, hidup bersih, takut akan Tuhan adalah dambaan setiap orang tua. Masalahnya, apakah kita sebagai orang tua sudah memiliki wawasan yang benar dalam mendidik mereka? Apakah kita sudah memberi perhatian yang cukup kepada mereka ketika mereka dalam pertumbuhan? Bukan hanya kebutuhan fisik dan kepintaran yang penting, tetapi terlebih kebutuhan mereka akan Firman Tuhan. Itulah yang akan membuat mereka tetap terjaga dari segala hal negatif di dunia ini, dan itu akan sangat bermanfaat dalam jangka panjang. Jika kita sebagai orang tua melakukan apa yang diingatkan oleh Firman Tuhan hari ini, kelak di kemudian hari kita juga yang akan senang melihat anak-anak kita tumbuh menjadi teladan dalam hal hidup bersih, baik dan benar bagi orang lain, dan alangkah bahagianya jika kita melihat hal tersebut kemudian diwariskan kepada cucu kita. Mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari itu penting. Memberi kesempatan mereka untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya itu penting. Tetapi jangan lupakan untuk membesarkan mereka dalam Firman Tuhan, karena itulah yang terutama akan menjaga mereka dari hal-hal buruk yang tidak kita inginkan. Itu akan menjadi sebuah warisan yang sangat berharga bagi mereka.

Lebih dari segalanya, didiklah anak-anak sejak dini dalam Firman Tuhan

18 Juni 2011

Renungan Harian Online: Menyadari Kebaikan Tuhan

Menyadari Kebaikan Tuhan

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Mazmur 34:9
=====================
"Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"



"Seharusnya negara ini sudah tutup buku.." kata ayah saya barusan lewat telepon. Ucapan itu ia katakan melihat kondisi negara yang sudah carut marut tidak jelas seperti sekarang ini. Bayangkan sebuah rumah yang penuh dengan ribuan tikus-tikus menggerogoti semua perabot, menghabiskan semua makanan dan menghancurkan rumah. Tidak akan ada rumah yang bisa bertahan dalam keadaan seperti itu. Ini sebuah analogi yang sangat menarik, karena kondisi negara kita memang sudah seperti itu akhir-akhir ini. Koruptor ada dimana-mana, dalam jenjang pemerintahan, perkantoran sampai perorangan. Orang tidak lagi peduli dengan sesamanya, dengan kondisi bangsanya sendiri. Mereka hanya peduli terhadap dirinya sendiri dan tanpa hati sanggup merugikan orang lain. Lembaga-lembaga pemerintahan tidak lagi malu untuk korupsi, mereka menunjukkan terang-terangan perbuatan mereka, dan lembaga-lembaga keadilan pun tidak berfungsi, malah ikut berpesta pora seperti tikus-tikus lainnya. Melihat keadaan seperti itulah maka ayah saya berkata bahwa seharusnya tidak ada negara yang bisa bertahan hidup di dalam situasi separah itu. "Tetapi lihatlah bahwa kita masih tetap bisa berusaha meski memilih untuk hidup benar." katanya. Dan itu pun memang benar. Secara logika tidak ada lagi harapan hidup di negara yang penuh tikus kelaparan, yang siap menghancurkan semuanya demi kepentingan mereka pribadi. Tetapi meski sulit, kita tetap bisa berjalan, bekerja dan berusaha. Kita tetap masih bisa hidup meski tidak ikut-ikutan menjadi tikus seperti para koruptor yang hati nuraninya sudah hilang entah kemana. Jelas, itu semua karena campur tangan Tuhan yang tetap melindungi umatNya, dan masih membuat negara ini bisa tetap berdiri lewat doa anak-anakNya. Kondisi tidak kondusif, tetapi kita masih baik-baik saja, itu adalah bukti nyata dari kebaikan Tuhan.

Seringkali kita hanya memperhatikan kesulitan sehingga lupa kepada kebaikan Tuhan. Kita terus mengeluh terhadap situasi sulit, hanya fokus pada itu dan lupa mengarahkan pandangan kepada Tuhan, melupakan segala kebaikan dan penyertaanNya yang sebenarnya masih bisa kita rasakan. Itulah yang disadari oleh Daud, raja Israel yang sama seperti kita juga, sama-sama manusia dengan pergumulan-pergumulannya sendiri. Meski terus menerus berada dalam situasi sulit, Daud tidak melupakan kebaikan Tuhan yang pernah ada dalam hidupnya, bahkan masih merasakannya meski sedang berada dalam situasi sulit. Mazmur 34 ia tulis bukan ketika ia sedang dalam keadaan baik. Tapi lihatlah apa yang ia katakan: "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8). Taste and see. Itu melibatkan dua panca indera yang bisa merasakan sesuatu secara nyata, bukan hanya sebatas wacana atau impian saja. Dan itu memang bisa kita pakai untuk merasakan betapa baiknya Tuhan itu. Sepanjang Mazmur 34 kita bisa melihat bagaimana mata Daud memandang kebaikan Tuhan. Disaat kita mencari Tuhan, Dia menjawab dan melepaskan dari ketakutan (ay 4), ketika kita berseru Dia mendengar dan menyelamatkan kita (ay 7,18), Tuhan berjanji tidak akan membiarkan orang-orang yang hormat kepadaNya berkekurangan (ay 10-11), Dia dekat dengan orang-orang yang patah hati dan remuk jiwanya (ay 19), Dia membebaskan jiwa hamba-hambaNya, dan membebaskan orang yang berlindung kepadaNya dari hukuman. (ay 23). Semua ini merupakan bukti kebaikan Tuhan yang begitu nyata yang seharusnya kita sadari walau dalam situasi atau kondisi apapun kita hari ini.

Kebaikan Tuhan seringkali menguap karena kita terlalu fokus terhadap permasalahan-permasalahan hidup, situasi, kondisi sekitar kita dan kesulitan-kesulitan yang kita dapati. Saatnya bagi kita untuk mengambil waktu sejenak, merenungkan, meresapi, mengecap dan merasakan kebaikan Tuhan yang sesungguhnya tetap ada menyertai kita dalam kondisi seperti apapun. Seperti apapun situasinya, percayalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan anak-anakNya sendirian. Kebaikan dan kasih Tuhan itu nyata dalam segala kondisi. Kecap dan lihatlah, alamilah langsung kebaikan Tuhan.

Tuhan tetap ada dengan kasih dan kebaikanNya ditengah segala kondisi

9 Juni 2011

Renungan Harian Online: Di Belakang Layar

Di Belakang Layar

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Matius 6:6b
=====================
"...Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."


dibelakang layarDalam setiap event musik yang saya liput, saya selalu melihat orang-orang dibelakang kontrol panel untuk merekam atau mengatur suara ampli yang keluar dari panggung. Mereka sudah bertugas sebelum acara dimulai, sejak para musisi mengadakan sound check, bertugas sepanjang para musisi beraksi di pentas dan masih harus menggulung kabel-kabel dan membereskan peralatan setelah acara selesai. Penonton biasanya melupakan mereka dan lebih tertarik untuk menyaksikan atraksi para artis yang tampil. Padahal tanpa petugas-petugsa sound man ini acara tidak akan bisa terlaksana, setidaknya tidak akan bisa maksimal. Karena itulah saya selalu menyempatkan diri untuk berbincang-bincang bersama mereka sebelum dan sesudah acara, agar mereka tahu ada yang peduli dan berterimakasih kepada mereka. Salah seorang dari soundman ini pernah dengan rendah hati berkata kepada saya bahwa ia tidak membutuhkan apresiasi dari penonton. "Yang penting acara berjalan sukses, soundnya enak di dengar, itu sudah cukup bagi saya." katanya. Sebuah kerendahan hati yang mengagumkan ini saya peroleh justru di tengah keriuhan pentas musik.

Ada banyak orang-orang di belakang layar yang pekerjaannya sangat penting demi kesuksesan sebuah acara. Pekerjaan terbaik mereka seringkali tidak diperhatikan orang, bahkan justru orang lain yang mendapat kredit atas usaha mereka. Jarang sekali ada orang yang menghargai atau mengucapkan terimakasih kepada mereka. Bahkan artis di panggung pun jarang menyapa mereka dari depan, kecuali jika mike atau hal-hal lain mengalami gangguan. Dalam banyak hal di kehidupan ini pun kita kerap menemukan hal yang sama. Mungkin kita pun berada pada posisi seperti soundman yang kering pujian, tidak dilihat orang, sementara kita sudah melakukan yang terbaik semampu kita. Ada banyak orang yang kemudian jadi kehilangan gairah atau semangat karena merasa tidak dihargai sepantasnya, tetapi meski sedikit jumlahnya, ada pribadi-pribadi rendah hati seperti soundman yang saya ajak berbincang-bincang tadi. Kerendahan hatinya yang mengagumkan inilah sebenarnya yang harus kita teladani. Bukannya kita tidak diperbolehkan mendapat penghormatan atau apresiasi dari orang lain, tetapi janganlah kita menjadi gila hormat dan mendasarkan segala-galanya demi memperoleh pujian dari orang lain. Pada kenyataannya kebanyakan orang bahkan berusaha untuk menonjolkan dirinya setinggi mungkin, kalau perlu show off atau over reacting untuk memperoleh itu semua. Tuhan tidak menginginkan kita menjadi seperti itu. Bekerja sungguh-sungguh atau sebaik-baiknya dengan kerendahan hati tanpa menuntut pujian dari manusia, itulah yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan.

Saya ingin mengangkat serangkaian pesan Kristus dalam Matius 6 untuk hari ini. Dalam pasal ke 6 ini tercatat bagaimana pesan Kristus untuk diamalkan para murid-muridNya, termasuk kita hari ini. Yesus berkata bahwa kita harus mau memberi (ay 1-4), berdoa (5-6) dan berpuasa (16-18). Perhatikanlah bahwa semua ini bukanlah bertujuan untuk memperoleh pujian dan pengharagaan dari manusia, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Dalam hal memberi sedekah, Yesus berkata: "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (ay 1-2). Tetapi, "Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 4). Lalu dalam hal berdoa, Yesus berkata: "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (ay 5) Apa yang harus kita lakukan adalah seperti ini: "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 6). Selanjutnya dalam hal berpuasa, dikatakan: "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (ay 16). Apa yang harus kita lakukan? "Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 17-18). Perhatikanlah bahwa dalam ketiga hal ini kita diajarkan untuk melakukannya tanpa perlu diketahui orang lain, dan ketiganya berkata sama, "Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 4,6 dan 18).

Sifat dasar manusia memang menginginkan penghargaan, pujian dan ucapan terimakasih atas usaha baik, jerih payah atau kerja keras yang kita keluarkan. Tidak ada yang salah dengan kata-kata yang menguatkan, memberi semangat atau penghargaan memang, selama itu tidak berlebihan dan tidak menjadi dasar kita untuk melakukan yang terbaik. Ingatlah ada atau tidak ada penghargaan dari manusia, Tuhan tetap memperhatikan itu. Kita harus mulai mengganti arah tujuan kita bukan untuk diri sendiri lagi tetapi untuk orang lain, dan ketika kita melayani Tuhan di belakang layar, tanpa perlu ditunjukkan kepada orang lain, maka Tuhan akan melihat dan membalasNya dengan berlimpah-limpah.

Tuhan akan selalu melihat dan membalas ketulusan anak-anakNya dalam memberi yang terbaik

3 Juni 2011

Renungan Harian Online: Kumbang Pembombardir

Kumbang Pembombardir

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Ayub 12:10
===================
"Dia mengatur hidup segala makhluk yang ada; Dia berkuasa atas nyawa setiap manusia." (BIS)


kumbang pembombardirAda sebuah binatang yang sangat unik hingga dianggap oleh sebagian peneliti sebagai serangga dengan pertahanan paling unik di dunia. Nama serangga ini adalah kumbang pembombardir, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan Bombardier Beetle. Seperti halnya kumbang lainnya, ukurannya relatif kecil jika dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya pada umumnya. Tetapi lihatlah sistem pertahanannya yang luar biasa anehnya. Ketika terancam, kumbang ini akan menyemprotkan musuhnya dengan campuran panas yang mengandung bahan kimia yang mampu membakar kulit. Dua zat kimia, hydroquinone dan hydrogen peroxide diproduksi dan disimpan di dalam kumbang-kumbang ini secara terpisah di ujung perutnya. Ketika kedua bahan kimia ini dicampur maka terjadilah reaksi kimia yang berbahaya. Musuhnya akan mendengar suara letusan bagai meriam di balik awan racun campuran bahan kimia tersebut, dengan suhu yang bisa mencapai 100 derajat Celcius. Dan yang lebih hebat lagi, kumbang ini mampu mengarahkan tembakan cairan beracun ini tepat menuju sasaran. Tembakannya pun punya kecepatan yang luar biasa. Dengan kemampuan ini, kumbang yang kecil terbukti mampu membunuh atau setidaknya melukai predator yang mengancam hidup mereka, bahkan yang berukuran jauh di atasnya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification