22 Juni 2014

Janji Tuhan Pasti Digenapi

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
”Nantikanlah Tuhan ! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu ! Ya, nantikanlah Tuhan.”
(Mazmur 27:14)
Firman Tuhan penuh dengan janji-janji yang akan dinyatakan dalam kehidupan kita, salah satunya janjiNya : ”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Matius 7:7). Dan janji-janjiNya itu pasti akan digenapi, asalkan kita bersedia untuk senantiasa menantikan Tuhan. Lalu, “mengapa kita harus menantikan Tuhan ?” firman Tuhan menasehatkan : ”tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:31). Selain itu ada suatu nasehat seperti yang tertulis dalam Yosua 1:9 : ” . . . kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”

Saudara, beberapa nasehat yang tertulis pada ayat-ayat tersebut bukan hanya sekedar untuk menghibur hati kita, tetapi untuk diterapkan dalam kehidupan kita, karena apabila nasehat ini kita lakukan maka ada suatu dampak yang besar terjadi dalam kehidupan kita. Dan untuk melakukan hal ini diperlukan suatu keberanian dalam diri kita, karena di dalamnya ada harga yang harus kita bayar; baik ketekunan, kesabaran maupun kesetiaan. Dari ketiga hal ini kerapkali kita abaikan sehingga kadang-kadang muncul dalam benak kita : “mengapa Tuhan belum memberi jawaban atau mendengar doaku?”. Dan pada akhirnya kita beranggapan bahwa Tuhan terlalu lambat untuk menolong kita.

Lalu, apa yang menyebabkan Dia lambat-lambat untuk memberi jawaban atas apa yang kita minta? Yang menyebabkan jawaban itu tertunda adalah : kita berada dalam posisi yang tidak benar dihadapan Tuhan. Karena sebenarnya bukan kita yang menunggu jawaban dari Tuhan melainkan Tuhanlah yang menunggu kita untuk bertobat dan mengerti pikiranNya. Tuhan ingin adanya satu persepsi, dimana pikiran Kristus dan pikiran kita adalah sama yaitu pikiran rohani bukan duniawi. Manusia duniawi tidak bisa menerima pikiran Allah. Untuk mempersamakan pikiran kita terhadap pikiran Kristus, maka kita harus melekat kepada Tuhan dan mau diajar oleh Tuhan sampai pikiran Kristus benar-benar kita miliki. Paulus berkata “karena aku memiliki pikiran Kristus maka segala kuasa Allah mengalir keluar.” Pada waktu Yunus tidak sepikir dengan pikiran Tuhan dan dia lari dari Tuhan, maka ia mengalami musibah. Tetapi setelah bertobat dan berjalan sesuai dengan pikiran Tuhan maka diselamatkanlah seluruh kota Niniwe dan terjadilah kebangunan rohani yang luar biasa. Dan untuk memahami hal ini tidak mudah, oleh karena itu kita harus senantiasa membangun hubungan dengan Kristus.

Salah satu contoh tokoh Alkitab yang tidak sabar menunggu janji Tuhan adalah Abraham. Abraham telah menerima janji Allah, dimana dia akan menjadi bapak yang mempunyai banyak keturunan, namun sampai usia lanjut dia masih belum mendapatkan janji itu, dan akhirnya dia melakukan tindakan yang salah. Abraham mengambil Hagar menjadi gundik untuk membantu janji Tuhan yang akan dipenuhi. Kelemahan Abraham dan istrinya telah menimbulkan terjadinya suatu masalah rumah tangga karena tidak sabar menunggu. Mengapa Abraham harus menunggu begitu lama ? Abraham menunggu begitu lama karena Allah menunggu sampai rahim sarah ”mati”, sehingga Abraham mengerti janji Allah. Karena selama rahim sarah masih memungkinkan punya anak yang merupakan kemampuan manusia maka Abraham tetap belum mengerti tentang janji Tuhan.

Karena dengan ketidak sabaran daripada Abraham dalam menunggu janji Tuhan maka muncullah Ismael. Dan akibatnya dari keluarga ini ada permusuhan terus menerus. Oleh sebab itu nantikanlah Tuhan dengan sabar dan mengoreksi diri sendiri, karena apabila kita melakukan tindakan yang salah maka semuanya akan menjadi salah. Pada waktu Abraham menerima janji Tuhan dia tetap berusaha menggunakan kekuatannya sendiri, padahal janji Tuhan itu Ya dan Amin. Lamanya jawaban Tuhan disebabkan karena Abraham berusaha membantu Tuhan dengan cara mengambil Hagar untuk menjadi gundiknya supaya mendapatkan keturunan.

Mungkin saat ini kita sedang menunggu janji Tuhan begitu lama, tetapi jangan kuatir karena Allah sedang menunggu sampai kemampuan kita ”mati” sehingga kita berkata “Tuhan, aku tidak mampu”. Tetapi bukan berarti kita tidak boleh menggunakan kemampuan yang telah diberikan Tuhan kepada kita; maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus melibatkan dan mengandalkan Tuhan, karena Dia adalah sumber dari segala sesuatu, termasuk kemampuan kita. Dan apabila saat ini segala usaha kita mengalami kegagalan, maka jangan panik tetapi berdiam dirilah dihadapan Tuhan karena Allah akan memberi pengertian kepada kita apa yang menjadi maksud dan kehendakNya; selain itu Tuhan tidak pernah lalai akan janjiNya seperti yang tertulis dalam II Petrus 3:9 ”Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”

Saudara, kalau kita keturunan Abraham maka kita memiliki hak waris. Allah berjanji bahwa kita mendapat hak waris dan hak waris itu sudah syah karena yang memberikan warisan itu sudah mati. Dalam Ibrani 9 dikatakan : “warisan itu syah kalau yang memberi warisan itu sudah mati.” Yesus sudah mati selain Dia telah bangkit, oleh karena itu kita berhak mendapat warisan. Tetapi mengapa sampai saat ini kita masih menunggu atau belum diberkati, karena kita belum mencapai akil balig atau dewasa, seperti yang tertulis dalam Galatia 4:1 ”. . . . selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu.”
Kalau seseorang belum dewasa diberi warisan maka bisa terjadi seperti kisah anak yang terhilang. Sebelum orang mencapai akil balig maka harus ada walinya. Perwalian dan penguasaan sampai pada saatnya ditentukan oleh bapaknya. Sebenarnya kita mempunyai hak tetapi tidak bisa menikmati karena masih dalam pengawasan. Jawaban Tuhan tergantung keberadaan kita, karena semakin kita mengerti kehendak Allah maka doa kita akan semakin cepat didengar oleh Tuhan.

Pertumbuhan rohani tidak tergantung oleh waktu, karena Tuhan katakan, ”yang dahulu menjadi terkemudian dan yang terkemudian bisa menjadi yang terdahulu.” Asal kita beribadah dan berdoa sungguh-sungguh serta berjalan dalam kebenaran, maka kita akan digolongkan orang yang sudah akil balig, sehingga kita layak untuk diberkati. Daripada kita jatuh dalam dosa maka Tuhan tunggu sampai kita mencapai akil balig. Oleh karena itu jangan putus asa apabila harus menunggu apa yang sudah dijanjikanNya kepada kita. Amin.Sumber: http://www.bethanygraha.org

15 Juni 2014

Dia Tidak Pernah Terlelap

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Mazmur 37:5, “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.”
Semua orang tentunnya pernah berkeluh kesah atas keadaan yang ada. Hal ini perlu kita sadari bahwa dunia ini penuh dengan onak dan duri, sehingga setiap manusia tidak terlepas dari berbagai pergumulan; baik besar maupun kecil. Dan persoalan itu datang tidak memandang bulu; baik orang kaya, orang miskin, tua maupun muda, orang percaya maupun orang belum percaya, yang pasti persoalan itu selalu ada.
Walaupun kita sama-sama harus menghadapi pergumulan dalam hidup, namun yang membedakan antara orang percaya dengan orang yang belum percaya yaitu ketika mereka menyelesaikan suatu persoalan. Kalau orang diluar Tuhan, mereka menyelesaikan dengan kekuatannya sendiri atau mengandalkan kuasa kegelapan, tetapi anak-anak Tuhan segala sesuatu diserahkan kepada Tuhan, seperti yang tertulis dalam Mazmur 37:5, “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” Oleh karena itu kita perlu menyadari bahwa tanpa Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Dan kali ini kita akan belajar tentang nyanyian pengajaran dari bani korah ketika berada dalam pergumulan, khususnya yang terdapat dalam Mazmur 44:24 “Terjagalah ! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan ?Bangunlah ! Janganlah membuang kami terus-menerus !”

Nyanyian pengajaran dari bani Korah ini seolah-olah menyatakan bahwa Tuhan itu bisa tertidur sehingga harus dibangunkan, namun sebenarnya bukan demikian, sebab dalam Mazmur 121:4 telah dikatakan : ”Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.”  Jadi sesungguhnya pernyataan ini memberikan suatu isyarat bahwa kita harus senantiasa berseru (berdoa) kepada Tuhan. Dan makna yang lebih dalam lagi adalah kita harus senantiasa membangun hubungan yang intim dengan Tuhan. Sedangkan untuk dapat melihat contoh yang lebih nyata lagi adalah kisah tentang angin ribut yang diredahkan. Seperti yang tertulis dalam Matius 8:23-27 “..”. Pada perikop ini telah diceritakan bahwa saat Yesus naik perahu bersama murid-muridNya sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sedangkan Yesus tertidur diburitan. Lalu murid-muridNya segera membangunkanNya.
Walaupun pada cerita ini ada kata tidur, tetapi bukan berarti Yesus terlelap dalam tidur, karena walaupun fisikNya tidur tetapi hatiNya tidak pernah tertidur. Saat itu Yesus tidak langsung bangun untuk menghardik topan tersebut, tetapi Ia menantikan reaksi daripada murid-muridNya. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat rindu murid-muridNya membangun suatu hubungan atau komunikasi dengan Dia. Demikianlah kerinduan hati Tuhan terhadap kita yaitu kita harus selalu membangun hubungan dengan Tuhan, supaya doa menjadi suatu gaya hidup orang-orang yang percaya pada Kristus.
Dan selanjutnya dari kedua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam Kitab Mazmur dan Injil Matius telah memberikan pengajaran yaitu ketika kita sedang diterpa badai persoalan biarlah kita “membangunkan” Dia. Janganlah panik atau mengandalkan kekuatan diri kita sendiri, sebab apabila kita mengandalkan kekuatan kita sendiri maka kita akan terkutuk (Yeremia 17:5). Dan perlu kita ketahui pula bahwa Allah tidak pernah membuang kita terus menerus asalkan kita berserah sepenuhnya kepada Tuhan, sebab dalam Mazmur  55:23 dikatakan : ”Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.”
Saudara, selain kita yang “membangunkan” Tuhan, Diapun juga rindu untuk membangunkan kita. Dalam pengertian bahwa Dia sangat rindu bersekutu dengan kita. Seperti halnya kisah cinta yang tertulis dalam Kidung Agung 5:2-8. Kisah yang terdapat dalam Kidung Agung sangatlah indah. Dimana ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Dan saat itu sang pria (Soleman) ingin sekali bertemu dengan kekasihnya (Sulamit). Namun sayang, Sulamit enggan untuk menemui Soleman karena ia sudah berada di pembaringan dan siap untuk tidur.
Sehingga Soleman terus menerus mengetok pintu rumah Sulamit dengan harapan Sulamit mau membukakan pintu dan Soleman bisa bertemu dengannya. Dan pada akhirnya Soleman meninggalkannya karena Sulamit tidak mau membukakannya. Peristiwa ini sungguh mengingatkan kita pada Kitab Wahyu 3:20, dimana disana dikatakan bahwa Yesus mengetok pintu hati kita dengan harapan supaya kita membukakannya dan Dia dapat masuk untuk berfellowship (bersekutu) dengan kita. Tetapi kenyataannya, kerapkali kita tetap menutup pintu hati kita dan enggan membukanya karena kita dalam posisi comfort zone (zona nyaman), sehingga kita tidak ada fellowship dengan Tuhan.

Saudara, kisah antara Soleman dan Sulamit ini juga terjadi dalam kehidupan saya (Pdt. Alex). Dimana terjaga dari tidur pada waktu malam. Pada awalnya saya tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Namun pada akhirnya, saya mulai mengerti bahwa Tuhan sedang membangunkan saya dan Dia merindukan saya untuk tetap terjaga, supaya Dia dapat bercakap-cakap dengan saya. Bahkan sampai tidak terasa kalau saya telah bercakap-cakap dengan Tuhan cukup lama (01.00 – 04.00 WIB). Tuhan sangat ingin bergaul dengan kita. Dan apa yang dikatakan pada kidung agung juga terjadi pada waktu Yesus bersama murid-muridNya naik perahu. Walaupun Dia tidur tetapi hatinya bangun.

Oleh karena itu, apakah yang membuat hati kita gentar dalam menghadapi kehidupan ini; walaupun seribu rebah di sisi kiri dan sepuluh ribu rebah di sisi kanan kita, maka percayalah bahwa Yesus tetap beserta dengan kita. Mazmur Daud mengungkapkan tentang bagaimana pertolongan Tuhan terhadap orang-orang pilihanNya, seperti yang tertulis dalam Mazmur 3:6 “Aku membaringkan diri, lalu tidur, aku bangun, sebab Tuhan menopang aku” Hal ini membuktikan bahwa Allah adalah tempat perlindungan kita dan kubuh pertahanan kita. Dan dalam ayat tersebut ada kata “bangun”, yang menunjukkan bahwa Allah masih memberikan kesempatan kepada kita yang sungguh-sungguh berharap kepadaNya.
Bahkan dalam Mazmur 127:1-2 telah ditegaskan bahwa “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya, jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu yang bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah, sebab Ia memberikannnya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur.”  Hal ini bukan berarti mengajar kita untuk menjadi pemalas, tetapi menunjukkan bahwa Allah sangat rindu untuk turut bekerja dalam kehidupan kita untuk mendatangkan kebaikan. Dan pada ayat lain juga dikatakan “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya” (Amsal 10:22). Dan sebagai akhir kata, biarlah kita segera membangunkanNya, dan janganlah kita enggan saat dibangunkan olehNya. Amin. Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification