19 Agustus 2013

Pertahankan Hak Kesulunganmu

Pertahankan Hak Kesulunganmu
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 08 August 2013 00:00
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“ . . . . . . . Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.”

Kejadian 25:29-34
Memandang ringan atau meremehkan hak kesulungan merupakan tindakan yang bodoh dan berakibat fatal untuk masa depan seseorang. Padahal itu adalah sangat penting sebagai anak sulung untuk menerima hak waris. Oleh karena itu Yakub mengejar hak kesulungan itu dengan segala cara, untuk mendapatkan berkat dari Ishak. Kisah ini merupakan gambaran dalam hidup ini.
Dimana berapa banyak orang meremehkan atau merendahkan hak kesulungan; dalam arti bahwa banyak orang merendahkan atau meremehkan kasih karunia Allah demi semangkok kacang merah yang merupakan gambaran dari kenikmatan atau harta dunia. Firman Tuhan berkata : ”Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (Roma 2:4)

Saudara, dalam Ibrani 12:16 disebutkan bahwa Esau mempunyai nafsu yang rendah sehingga ia menjual hak kesulungannya dengan hal yang fana. Oleh karena sikapnyalah maka Allah membenci Esau tetapi mencintai Yakub, seperti yang tertulis dalam Maleakhi 1:2-3 “ . . . namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Dalam hal ini mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita, “Apakah Allah itu tidak adil sehingga Ia membenci Esau dan mengasihi Yakub padahal Esau adalah saudara kandung Yakub ? (Roma 9:13-14). Pengetian keadilan menurut Allah berbeda dengan pengertian yang dimiliki oleh manusia, sebab itulah orang menganggap bahwa Allah tidak adil. Dalam hal ini marilah kita memahami tentang keadilan menurut pandangan Allah dan bukan pandangan manusia. Jadilah orang yang dikasihi Tuhan dan bukan orang yang dibenci oleh Tuhan.

Dan perlu diketahui bahwa orang yang percaya kepada Yesus dan mengalami kelahiran baru, orang tersebut berhak menerima hak kesulungan, yaitu sebagai ahli waris kerajaan surga sebab ia telah mempunyai visi untuk masuk dalam kerjaan Allah, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:22-23, ”Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.”

Apabila kita mengetahui bagaimana proses seseorang memperoleh hak kesulungan maka orang tersebut tidak akan menganggap rendah atau menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Sebab firman Tuhan telah berkata : ”Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yohanes 6:44). Begitu pula tidak ada seorangpun dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus (Yohanes 14:6). Dari kedua ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada sedikitpun turut campur tangan manusia untuk menerima kasih karunia Allah dan dapat masuk kerajaan Allah. Semuanya itu semata-mata oleh kasih Allah kepada manusia.
Jadi bagaimana seseorang dapat meremehkan atau merendahkan kasih karunia ?. Dan jikalau ada seseorang meremehkan kasih karunia Allah maka orang tersebut berada dalam kebodohannya. Dalam hal yang lain telah terbukti bahwa tidak ada seorangpun dapat mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atau Mesias kecuali Roh Kudus ada di dalam diri orang tersebut, seperti yang tertulis dalam I Korintus 12:3, ”Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.” Bahkan ketika Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup; Yesuspun berkata kepada Petrus, kataNya : “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, malainkan BapaKu yang di sorga (Matius 16:15-19).

Selain kita tidak boleh meremehkan kasih karunia Allah, kita tidak boleh meninggalkan kasih mula-mula, sebab jikalau seseorang meninggalkan kasih mula-mula, orang tersebut dapat dikatakan merendahkan kasih karunia Allah. Bukankah firman Tuhan telah mengingatkan kepada orang-orang yang mulai undur dalam mengiring Tuhan, seperti yang tertulis dalam Wahyu 2:4-5 ”Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” Dan pada Ibrani 10:38-39 juga telah dikatakan, ”Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”

Jadi melalui ayat ini biarlah menjadi peringatan bagi kita yang mulai meninggalkan Tuhan supaya kaki dian atau urapan Allah tidak diambil dari kita. Untuk itu perlu kita ketahui pula bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Matius 22:14). Dan kita termasuk orang-orang yang terpilih seperti firman katakan, ”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (I Petrus 2:9).

Oleh karena itu jangan sia-siakan kesempatan yang telah diberikan kepada kita karena suatu saat tidak ada lagi kesempatan untuk menerima kasih karunia Tuhan sebab kita telah meremehkannya, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:16-17, ”Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.”
Lebih dari semua itu, biarlah roh kita tetap menyala-nyala dalam melayani Tuhan sebab kedatangan Tuhan tidak ditangguhkan lagi. Dan jangan sampai kita setengah-setengah dalam mengerjakan keselamatan yang telah diberikan kepada kita sebab orang yang suam-suam atau setengah-setengah akan dimuntahkan, seperti yang tertulis dalam Wahyu 3:15-16, ”Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

Mata Yang Tertuju Pada Yesus

Mata Yang Tertuju Pada Yesus
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 01 August 2013 09:56
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

I Korintus 10:1-4 “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.

Ditengah-tengah keadaan jaman yang semakin buruk, kita temukan banyak orang-orang yang mulai menyimpang dari norma-norma kehidupan yang sebagai mana mestinya harus mereka lakukan. Dan banyak orang mulai kehilangan akal sehat, semata-mata hanya oleh karena materi. Dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang di luar Tuhan, tetapi beberapa anak Tuhanpun juga melakukan hal yang sama dengan apa yang mereka lakukan. Untuk itu marilah kita renungkan ayat bacaan diatas sebagai landasan kita untuk hidup berpadanan dengan Injil Kristus dan mata yang tertuju kepada Yesus.

Pada ayat bacaan di atas sangat berkaitan dengan peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan (Mesir) untuk menuju tanah perjanjian yaitu Kanaan. Sepanjang perjalanan Allah telah menyatakan perlindunganNya atas mereka, sehingga bangsa Israel dengan mata kepala mereka sendiri telah melihat bahwa Allah sangat memperhatikan mereka. Dan bukti penyertaan Allah diwarnai tanda khusus yang berupa tiang awan pada siang hari, selain supaya mereka tidak mengalami panas terik yang begitu menyengat, dan tiang api pada malam hari yang memberi kehangatan (Keluaran 13:20-22).

Pada kalimat berikut terdapat kata-kata “dibawah perlindungan awan dan melintasi laut” yang digambarkan sebagai baptisan. Karena hal ini merupakan gambaran kelahiran baru yaitu dengan keluarnya mereka dari perbudakan (tanah Mesir), maka mereka harus mengalami peristiwa tersebut. Lalu, sejauh mana pentingnya kita harus mengalami kelahiran baru ? jawabannya ada di dalam Yohanes 3:5-7 : Jawab Yesus : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.”

Dahulu mereka telah diperbudak yaitu dibawah kekuasaan Firaun, tetapi setelah dibebaskan maka mereka dipimpin oleh Allah sendiri. Walaupun dalam berbagai sisi mereka diperhadapkan dengan kondisi yang tidak menguntungkan yaitu baik dikejar-kejar oleh tentara Mesir dan dihadapan mereka terhalang oleh laut Kolsom, tetapi Allah menyatakan kuasaNya sehingga mereka dapat keluar dari kematian dengan melintasi laut kolsom yang terbelah menjadi dataran yang kering, sedangkan pasukan Mesir yang mengejar bangsa Israel harus mengalami kematian karena ditelan oleh laut Kolsom. Dan sejak saat itulah orang Israel disebut sebagai anak-anak Allah. Meskipun mereka harus masuk daerah padang pasir, tetapi mereka tetap digembalakan oleh Allah melalui perantaraan Musa. Dan suatu saat Musa diperintahkan untuk membuat bait Allah (Tabernakel), sebab Allah ingin bergaul lebih dekat lagi dengan umatNya (Keluaran 40:34-38).

Saudara, dalam kisah perjalanan bangsa Israel, Allah senantiasa menyatakan mujizat dan penyertaanNya sebagai bukti kasihNya terhadap bangsa Israel, selain Allah rindu supaya mata bangsa Israel hanya tertuju kepada Dia. Namun kenyataannya, dalam perjalanan hidup dan ibadah bangsa Israel pada waktu itu telah mengalami perubahan. Mereka tidak mencari Allah setiap hari, tetapi pandangan mereka cuma terfokus pada berkat-berkatNya saja (hal-hal jasmani). Misalnya apabila mereka tidak ada makanan maka mereka bersungut-sungut. Bahkan mereka sampai membuat patung lembu emas untuk disembah. Mereka tidak menyembah Allah secara langsung, sehingga ditengah perjalanan mereka banyak yang mati. Mengapa mereka sampai mengalami hal yang mengerikan ? Karena mata mereka tidak tertuju pada Allah maupun mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, melainkan mereka hanya mencari berkatNya saja (I Korintus 10:3-5).

Ternyata keadaan seperti ini tidak hanya terjadi pada jaman Musa saja, tetapi jaman Tuhan Yesuspun hal ini juga terjadi, dimana banyak orang berbondong-bondong mengikut Yesus karena dapat makan sampai kenyang, seperti yang tertulis dalam Yohanes 6:25-26 “Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang (Yesus memberi makan lima ribu orang). Saudara, apakah keadaan seperti itu hanya terjadi pada jaman Musa atau pada jaman Tuhan Yesus ? Tidak !. Hal ini juga terjadi pada jaman sekarang, dimana banyak orang Kristen pergi gereja bukan untuk mencari Tuhan, tetapi yang mereka cari adalah berkat-berkatNya saja.
Bukankah firman Tuhan mengatakan : “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Jadi hal utama yang perlu kita cari adalah si pemberi berkat, dan bukan berkatNya saja. Dan apabila hal ini dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita, maka apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia : semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (I Korintus 2:9). Selain itu Allah juga menasehatkan kepada kita, seperti yang tertulis dalam Yohanes 6:27-29 : “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya. Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah? Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”

Saudara, beberapa gambaran dan nasehat di atas bertujuan supaya pandangan kita hanya tertuju pada Yesus, walaupun secara kasat mata kita tidak melihat tiang awan maupun tiang api, tetapi dengan iman kita telah memandang Allah dan perlindunganNya setiap hari. Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa mengarahkan pandangan kita hanya kepada Yesus, karena keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, dan di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kisah Rasul 4:12). Amin

Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification