26 Oktober 2012

Mempergunakan Kesempatan Yang Ada

Mempergunakan Kesempatan Yang Ada


Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 25 October 2012 18:13
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang.” (1 Korintus 16:9)

Sebuah kesempatan tidak akan terjadi untuk kedua kalinya, walaupun ada kesempatan yang lain. Namun untuk kesempatan yang sama tidak akan terulang kembali. Dan setiap orang pasti mendapatkan kesempatan dalam hidupnya untuk melakukan perkara-perkara yang berarti, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, namun yang terutama adalah untuk Tuhan.
Sebab setiap manusia yang lahir dalam dunia ini bukan secara kebetulan, tetapi oleh karena rencana dan kehendak Tuhan yang luar biasa. Salah satu contoh tokoh Alkitab yang mendapat kesempatan dari Tuhan untuk melakukan perkara yang besar dan penting adalah Paulus. Pada mulanya Paulus adalah orang yang seharusnya mendapat murka Allah, karena dia telah menganiaya umat Tuhan. Namun oleh karena kasih Allah, maka Paulus mendapat kesempatan dari Allah untuk bertobat dan masuk dalam rencana Allah yang besar. Lalu, bagaimanakah respon Paulus terhadap kesempatan yang ia terima dari Tuhan ? Paulus meresponi dengan sungguh-sungguh, karena ia menganggap bahwa kesempatan ini merupakan sesuatu yang sangat berharga. Bahkan ia sempat berkata : “apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Filipi 3:7-8). Dari pernyataan Paulus ini menunjukkan bahwa ia merasa sangat beruntung, karena mendapat kesempatan untuk dapat menerima Kristus sebagai Tuhan dan raja, dan ia menganggap bahwa hal ini merupakan segala-galanya bagi dia. Lalu, bagaimanakah dengan kita ? apkah kita juga meresponi dengan sungguh-sungguh atas kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita, atau sebaliknya ?

Saudara, kalau kita perhatikan berapa banyak orang Kristen kurang antusias terhadap kesempatan yang Tuhan berikan untuk melakukan perkara yang besar dan penting, bahkan justru banyak yang merasa bahwa diri mereka tidak berharga atau bahkan mereka mensia-siakan kesempatan yang Tuhan berikan hanya untuk mengejar kesenangan duniawi. Hal ini terjadi karena didasari latar belakang mereka yang menganggap bahwa kesempatan yang Tuhan tidak menguntungkan (secara materi). Apabila seseorang sudah merasakan hal yang demikian, berarti orang tersebut tidak menghargai kesempatan yang telah diberikan oleh Allah untuk melakukan perkara yang besar bersama Dia. Memang, setiap orang tidak lepas dari permasalahan, baik itu orang beriman maupun orang-orang yang tidak beriman.
Lagipula firman Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa hidup kita akan mulus senantiasa, tetapi firman Tuhan berjanji bahwa setiap orang yang bergantung kepada Tuhan akan mendapatkan kekuatan, sehingga mereka sanggup menyelesaikan persoalan yang ada.
Kalau kita melihat sejarah daripada Yehezkiel, maka kita akan mendapatkan suatu pelajaran yang berharga dalam hidupnya yaitu ketika dia berada dalam keadaan terbuang. Banyak hal yang menekan pribadi Yehezkiel yang masih muda. Seolah-olah seperti awan tebal yang terbuat dari tembaga dan tidak dapat ditembus, dan seolah-olah tidak ada kesempatan untuk melakukan sesuatu, yaitu kemerdekaan bagi bangsa Israel. Tetapi puji Tuhan, Yehezkiel memiliki suatu pengalaman dengan Tuhan, sehingga ia bisa menembus tantangan itu. Setiap kesempatan demi demi kesempatan yang telah Tuhan berikan tidak ia sia-siakan, melainkan ia pergunakan dengan sebaik-baiknya tanpa melewatkan satu kesempatan.

Saudara, ada beberapa hal yang membuat Yehezkiel berhasil dalam melakukan pekerjaan yang besar dan penting. Dan keberhasilan itu telah didasari oleh suatu respon yang sungguh-sungguh terhadap kesempatan yang Tuhan berikan. Dan beberapa hal yang dimaksud adalah :

1. Visi.

Yehezkiel memiliki visi yang kuat untuk membebaskan bangsanya. Memang, terkadang keadaan secara fisik bisa menghalangi orang untuk mencapai visi, tetapi Efesus 1:13-14 berkata, “Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” Yang berarti Roh Kudus memberikan jaminan kepada kita untuk mencapai visi tersebut. Oleh karena itu jangan sampai kita memadamkan, mendukakan atau bahkan menghujat Roh Kudus.

2. Mendengar Firman Tuhan.

“Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau." (Yehezkiel 2:1) Artinya, Yehezkhiel telah siap mendengar perintah Tuhan. Apabila seseorang sudah mendapat visi, maka Tuhan tidak memberikan mimpi saja, tetapi Dia juga memberi Firman. Dan perlu kita ingat, bahwa langkah-langkah kita bukan lagi langkah keinginan manusia, tetapi langkah yang dikehendaki/ditentukan oleh Tuhan (1 Korintus 2:9-11). Memang, perintah Tuhan terkadang tidak mungkin dapat untuk dilakukan dengan kekuatan manusia, tetapi bagi orang yang memiliki Roh Kudus pasti mengerti pikiran Allah. Selanjutnya, dia akan mendapat hikmat dari Tuhan untuk sanggup melakukan perintahNya.

3. Melakukan perintah Tuhan tepat pada sasarannya.

Yehezkhiel 2:3 berbunyi, “Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga.” Terkadang kita diperintahkan kepada sesuatu yang bertentangan dengan diri kita, tetapi justru itulah yang tepat pada sasarannya. Hal semacam inilah terkadang membuat manusia enggan atau tidak mau meresponi akan kesempatan yang Tuhan berikan walaupun kesempatan tersebut berujung pada suatu keberhasilan.

4. Terus Melangkah (Yehezkiel 2:6-7).

Kalau kita masuk dalam suatu sasaran, kita seringkali patah semangat karena melihat kondisi dan situasi sekeliling kita, tetapi biarlah kita tetap memegang janji Tuhan, serta tetap percaya bahwa dengan kemampuan yang Tuhan berikan, kita akan terus melangkah untuk melakukan kehendakNya walaupun berada di tengah-tengah onak dan duri, sebab Tuhan memberikan kuasa untuk mengalahkannya.
Melalui penjelasan di atas, biarlah kita menjadi lebih bijaksana dalam mempergunakan waktu yang ada, sebab kesempatan tidak bisa diulang kembali. Dan apabila kita benar-benar mempergunakan kesempatan yang Tuhan berikan, maka kita tidak akan mengalami kekecewaan melainkan kita akan memperoleh kebahagiaan. Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

24 Oktober 2012

Tumpukan Batu dan Dosa

Tumpukan Batu dan Dosa

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Mikha 7:19
==================
"Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."


Renovasi sebuah jembatan memerlukan banyak batu-batu berukuran besar. Karena itu batu-batu besar itu pun membuat jalan terganggu untuk waktu yang cukup lama. Setiap hari saya melewatinya dan melihat batu-batu itu menumpuk disana, dan saya pun berpikir bahwa seringkali baik disadari atau tidak dosa kita bisa begitu banyak sehingga akhirnya menggunung seperti tumpukan batu-batu itu. Batu yang berukuran besar dengan banyak sisi yang tajam, bisa melukai atau bahkan mengakhiri nyawa orang. Ironisnya, banyak orang yang lebih suka untuk mengangkat batu-batu berat tersebut dalam perjalanan hidupnya ketimbang membuangnya jauh-jauh dan hidup sebagai orang yang bebas. Maksud saya, sudah tahu dosa, masih juga terus dilakukan. Padahal dengan bertobat, menerima hidup baru, dipulihkan dan hidup dengan damai penuh kasih, itu jelas jauh lebih "ringan" dan akan membawa kita menuju keselamatan.

Ijinkan saya melanjutkan renungan terdahulu mengenai pengampunan Tuhan atas dosa-dosa kita. Apa yang terjadi pada jaman Mikha sungguh mengerikan. Dosa sudah begitu parah mencemari manusia sehingga jika anda baca maka anda bisa bergidik atas situasi saat itu. Tapi uniknya, dalam kitab ini pula kita diingatkan akan kebaikan dan kasih Tuhan yang luar biasa. "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut." (Mikha 7:18-19). Begitulah kasih Tuhan. Dosa-dosa yang membuat kita seharusnya berakhir dalam kematian kekal penuh siksaan semua sudah dibayar lunas oleh Kristus sendiri. Itu adalah wujud kasih Tuhan yang begitu besar pada kita. Ketika kita sudah diselamatkan, tidakkah keterlaluan jika kita malah memilih untuk terus menimbun dosa-dosa besar dan terus mengangkutnya dari masa ke masa dalam hidup kita, atau bahkan terus menambah beban sendiri dengan batu-batu besar yang baru?  Kasih setia Tuhan terus tercurah, Dia menyayangi kita, dan siap untuk melemparkan dosa-dosa kita yang besar itu jauh ke dalam tubir laut.

Jika kita menyadari betapa besar kasih Tuhan, seharusnya kita pun segera bertobat. Dan pertobatan kita akan segera berbuah pengampunan. Tidak hanya diampuni, tapi Tuhan juga berjanji untuk tidak lagi mengingat dosa kita. "..sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (Yeremia 31:34). Dalam kesempatan lain, Daud pun menyadari hal itu. Mari kita lihat kutipan dari Mazmur 103. "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103: 8-13). Seperti itulah besarnya kasih Tuhan dan kerinduanNya agar kita tidak harus berakhir dengan siksaan kekal.

Sudah saatnya bagi kita untuk meninggalkan batu-batu besar yang penuh sisi-sisi tajam. Bertobatlah, agar Tuhan segera melemparkan batu-batu itu jauh ke dalam tubir laut, kemudian tidak lagi mengingat dosa masa lalu kita. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat, dan Tuhan rindu untuk segera melemparkan semua itu sejauh-jauhnya. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia adalah sahabat dari orang berdosa (Lukas 7:34). Dia datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Itu luar biasa. Tuhan siap kapan saja untuk membuang tumpukan batu dosa kita sejauh mungkin dengan cepat dan tidak lagi mengingatnya. Semua itu tergantung kita, oleh karenanya ambil keputusan sekarang juga.

Tidak sulit bagi Tuhan untuk mengangkut tumpukan batu dosa kita dan membuangnya jauh-jauh, yang sulit adalah kesediaan kita untuk berbalik padaNya

Berharga Dimata Tuhan

Berharga Dimata Tuhan


Written by Multimedia Graha Bethany   
Saturday, 20 October 2012 10:12
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Ayat Bacaan : I Petrus 1:3-8

1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, 1:4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.
1:5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. 1:6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. 1:7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
1:8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan

Berapa banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa dirinya sangat berharga di mata Tuhan, sehingga mereka tidak dapat menghargai rahmatNya yang besar yang telah dilimpahkan pada kita. Dimana Dia telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati supaya kita menerima suatu yang tidak binasa yang tersimpan di surga. Dengan demikian kita mendapat perlindungan yang luar biasa dari Tuhan karena kita memiliki nilai yang cukup tinggi dihadapanNya.
Namun kenyataannya banyak orang yang melecehkan nilai kehidupan yang telah dikaruniakan Tuhan. Mereka menyamakan nilai kehidupan manusia seperti nilai kehidupan binatang yaitu melalui kepercayaannya terhadap horoskop maupun sio. Tetapi bagi kita yang telah mengalami kelahiran baru harus mengubah pola pikir kita, bahwa kita adalah ciptaan yang paling sempurna dan berharga diantara semua ciptaanNya.

Tetapi kalau kita perhatikan faktanya seperti yang biasa kita lihat melalui media masa, baik itu media elektronik maupun media cetak, maka kita akan melihat bahwa manusia seolah-olah tidak memiliki nilai lagi, karena manusia sekarang terlalu mudah untuk menghilangkan nyawa sesamanya. Contohnya : hanya masalah rasa cemburu yang tidak beralasan, mereka tega membunuh temannya sendiri, atau karena diejek oleh temannya dan merasa dirinya dilecehkan maka ia tega membunuh orang yang mengejeknya. Dan masih banyak peristiwa lain semacam itu masih berlangsung hingga saat ini.

Dari contoh-contoh diatas telah menunjukkan bahwa pada akhir zaman citra diri manusia semakin merosot, tetapi sebagai umat pilihan Tuhan harus tetap menyadari bahwa diri kita adalah manusia yang berharga oleh karena kuasa Yesus. Di dalam I Korintus 6:20 telah dikatakan : “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”

Karena kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar yaitu dengan darah Kristus, maka kita berkenan menghadap tahta Allah. Selain itu, Tuhan juga memberikan meterai atas hidup kita yaitu RohNya yang kudus. Apabila kita sudah menyandang sebagai orang yang sudah ditebus dan dimeteraikan dengan RohNya yang kudus, maka jangan sekali-kali kita melecehkan akan karunia Allah. Seperti hal yang  telah kita ketahui, ketika Yesus datang ke bait Allah. Disana banyak orang yang mengadakan transaksi jual-beli dan aktifitas lainnya yang tidak selayaknya dilakukan di bait Allah.
Dan sebagai akibat tindakan orang banyak tersebut, maka Tuhan menjadi marah. Semua barang-barang yang ada disana dijungkir balikkan. Dan ketika peristiwa itu terjadi maka murid-murid Tuhan teringat dengan apa yang telah dikatakan firman Tuhan yaitu “cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku” (Yohanes 2:17).

Selain itu, kita harus tahu bahwa keberadaan Roh Allah bukan sekedar pribadi Allah, tetapi memiliki nilai yang sangat mahal. Seperti yang tercantum dalam II Korintus 4:7 yang berbunyi : “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” Oleh sebab itu, kita tidak punya alasan untuk bersungut-sunggut, atau kecil hati terhadap apa yang sedang kita alami saat ini. Karena didalam diri kita sebenarnya ada kekuatan yang luar biasa yang membuat kita mampu untuk menghadapi pergumulan hidup.
Tetapi seringkali kali kita kurang menyadari bahwa kekuatan itu masih berlangsung sampai hari ini.  Dan saat ini firman Tuhan mengingatkan kepada kita sekali lagi bahwa : kita adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.” (I Petrus 2:9)

Berdasarkan ayat diatas, yang menyebutkan bahwa kita adalah imam dan raja. Dalam sejarah Alkitab kita ketahui bahwa imam itu dilindungi oleh Tuhan secara khusus yaitu melalui perantaraan malaikatNya. Misalnya : ketika Elisa dikepung oleh ribuan musuh, ia tidak takut sama sekali karena Elisa telah melihat ribuan malaikat sedang membentengi dia; sedangkan Gehazi yaitu hamba Elisa merasa sangat ketakutan. Tetapi pada akhirnya Elisa berdoa supaya Gehazi melihat seperti yang Elisa lihat. Selain seorang imam mendapat perlindungan dari Tuhan, rajapun juga mendapat perlindungan dari Tuhan.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah : Mengapa Allah begitu memperhatikan kita sedemikian rupa ? Jawabannya adalah : karena kita adalah biji mata Allah.  Seperti yang diungkapkan oleh raja  Daud dalam Mazmur 17:8 “Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu”

Mengapa Daud mengungkapkan hal ini dalam doanya ? Karena ia mengerti bahwa dia biji mata Allah sangat berharga dimata Tuhan. Dan apa akibatnya jika ada orang mengusik umat pilihan Tuhan ? mereka akan berurusan dengan Tuhan. Karena didalam Zakharia 2:8b disebutkan bahwa “siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mataNya.”

Seperti halnya bangsa Israel ketika berada di Mesir sebagai budak dan mengalami perlakuan yang tidak seharusnya dialami oleh bangsa Israel. Sehingga bangsa Israel memiliki image yang rendah, tetapi oleh kasih karunia Allah mereka dibawa keluar dari tanah perbudakan melalui pimpinan daripada Musa. Waktu mereka keluar dari tanah perbudakan menuju tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan; mereka harus melintasi padang gurun, sedangkan jumlah mereka sangat banyak yaitu kurang lebih tiga juta orang. Tetapi Allah memberi kemampuan kepada Musa untuk memimpin mereka yang begitu banyak jumlahnya. Pada saat mereka sampai di tanah perjanjian, mereka diberkati secara luar biasa. Dan sebagai klimaks dari kisah ini yaitu pada zaman Salomo. Namun Salomo tidak tahan diberkati secara berlimpah-limpah. Buktinya Salomo memiliki tujuh ratus istri dan tiga ratus gundik. Dan pada suatu saat bangsa Israel dijajah kembali oleh bangsa Babel.

Memang, secara fisik bahwa hidup ini sangat membosankan, tetapi perlu kita ingat bahwa Tuhan sangat memperhatikan hidup kita karena Tuhan telah menetapkan kita menjadi milikNya seperti yang tertulis dalam Ulangan 32:9 “Tetapi bagian TUHAN ialah umat-Nya, Yakub ialah milik yang ditetapkan bagi-Nya.”

Dan juga kita tahu bahwa ketika orang Israel berjalan melintasi padang pasir, Allah juga memeliharanya. Pada siang hari mereka dilindungi oleh tiang awan sehingga mereka tidak kepanasan dan pada waktu malam hari mereka dilindungi oleh tiang api sehingga mereka tidak kedinginan. Tetapi mereka menganggap bahwa perlindungan Allah adalah sesuatu yang biasa. Padahal perlindungan Allah adalah luar biasa. Apabila kita melecehkan perlindungan Tuhan, maka perlindungan atas hidup kita tidak ada. Oleh karena itu biarlah kita senantiasa mengucap syukur dan tetap menghormati akan pemeliharaanNya karena kita sangat berharga dihadapanNya.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

5 Oktober 2012

Tekapkan Tangan pada Mulut

Tekapkan Tangan pada Mulut

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Amsal 30:32
======================
"Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!"


Menjadi sukses dalam segala hal menjadi dambaan semua orang. Tidak satupun dari kita yang bercita-cita untuk gagal. Kita sekolah setinggi mungkin, membekali diri dengan banyak ilmu pengetahuan, mengasah kemampuan dan terus membawa segala usaha kita dalam doa agar diberkati Tuhan sehingga kita bisa berhasil dalam perjalanan hidup ini. Ketika kesuksesan datang, apabila tidak disikapi hati-hati kita bisa terjerumus dalam dosa kesombongan. Terlalu meninggikan atau membanggakan diri sendiri, selain tidak enak di dengar orang, tapi juga menunjukkan lupanya kita kepada peran Tuhan dibalik kesuksesan kita. Memang, mungkin kesuksesan hadir atas kerja keras kita, tapi tanpa seijin Tuhan, tidak akan ada kesuksesan yang mungkin hadir. Selain itu, bukankah Tuhan juga yang memberikan talenta dan kemampuan ke dalam diri kita sehingga kita mampu berusaha untuk memperoleh keberhasilan? Semakin tinggi tingkat keberhasilan kita, semakin rawan pula kita akan masuknya dosa kesombongan. Maka saya merasa pepatah yang berbunyi: "Ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk" adalah sangat tepat. Kita harus semakin rendah hati ketika kita semakin menapak naik. Meskipun demikian, terkadang sulit bagi manusia untuk tidak merasa bangga ketika mereka mencapai sesuatu yang membanggakan. Dalam batas tertentu kita boleh bangga, tetapi jangan sampai itu hadir secara berlebihan sehingga menimbulkan sikap sombong. Secara spontan terkadang kesombongan bisa mencelat keluar tanpa direncanakan.

Ayat hari ini memberikan tips menarik yang relatif mudah untuk diterapkan. "Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!" (Amsal 30:32). Ini berasal dari pesan Agur Bin Yake. Menyombongkan diri bukanlah perbuatan yang berkenan di hadapan Tuhan. Perbuatan ini sebenarnya menggambarkan sebuah sikap mencuri apa yang menjadi hak Tuhan demi kebanggaan diri sendiri. Kesombongan ini merupakan salah satu produk yang keluar dari dalam, yaitu dari hati yang tidak dijaga dengan baik. Dalam Markus 7 kita membaca perkataan Yesus yang berbunyi demikian: "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23). Kita harus sadar bahwa ada hubungan antara apa yang keluar dari mulut dengan kondisi hati kita, "karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Yesus pun mengingatkan demikian: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman." (ay 36). Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita ucapkan. Dari mulut yang sama bisa keluar berkat, tapi bisa pula keluar kutuk. (Yakobus 3:10), karenanya kita perlu untuk menjaga mulut kita. Lalu ingat pula ayat ini: "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."(Matius 12:37).

Apabila kita memang harus mengungkapkan keberhasilan atau pencapaian yang berhasil kita capai, ungkapkanlah secukupnya saja disertai dengan ucapan syukur, dan jangan terjebak pada dosa kesombongan. Kita juga harus terus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, karena dari hati lah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23). Hanya dengan menjaga hati dengan baik kita bisa menghindari pembusukan yang terjadi di dalam diri kita, dimana salah satu produknya adalah kesombongan. Tuhan tidak senang pada orang sombong. "Karena Allah merendahkan orang yang angkuh tetapi menyelamatkan orang yang menundukkan kepala!"(Ayub 22:29). Pada suatu saat nanti akan datang hukuman Tuhan atas orang-orang yang congkak dan angkuh. "Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh, serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan." (Yesaya 2:12). Mengingat kesombongan ini bisa timbul tanpa direncanakan dan akan selalu mencari celah untuk masuk disela-sela keberhasilan kita, tips dari Agur bin Yake di atas bisa menjadi solusi cepat yang tidaklah sulit untuk dilakukan untuk menghindari kita dari jerat maut. "Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!"

Tutup mulut dengan segera begitu kesombongan mulai timbul

Jagalah Energimu !

Jagalah Energimu !
Written by Multimedia Graha Bethany   
Friday, 28 September 2012 15:03
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
"Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.
Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."
(Yohanes 14:12-14)
Kali ini kita akan petik satu kata, yaitu apa yang disebut dengan “energi” (dunamos). Yesus disebut sebagai Putra Allah, dan yang lahir dari Roh Kudus dan firman Allah. Tetapi dia juga lahir seperti manusia pada umumnya, termasuk seperti kita. Dan dalam wujud manusia, Yesus telah memelihara energi atau satu kekuatan yang diberikan Allah dalam diriNya. Dia tidak mau kebocoran energi yang ada dalam diriNya. Tuhan Yesus ingin supaya kita yang menerima kuasa sebagai proses kelahiran baru tidak membiarkan energi yang ada dalam diri kita bocor.

Ada beberapa hal yang akan kita pelajari pada diri Yesus, sehingga tidak ada energi yang bocor dalam diriNya :

1. Penguasaan Diri


Kalau kita ingin tahu seberapa besar energi yang ada dalam diri kita, sehingga penguasaan diri menjadi prioritas utama dalam hidup ini, maka terlebih dahulu kita membaca dalam Injil Yohanes 14:12-14, berbunyi : "Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Setelah kita membaca ayat di atas, maka kita tahu bahwa energi yang ada dalam diri kita sungguh luar biasa, karena sanggup melakukan pekerjaan yang Yesus lakukan bahkan lebih besar. Dan hal ini menjadi alasan mengapa dalam diri kita harus ada penguasaan diri. Lalu, bagaimana proses energi yang akan kita terima sama seperti Yesus sesuai dengan janjiNya ? Roma 8:16-17, berkata : ”Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Jadi, apabila kita mau menerima energi yang sama, maka kita rela menderita bersama-sama dengan dia (dalam pengertian bahwa dalam diri kita harus juga ada penguasan diri seperti yang ada dalam diri Kristus). Dan  penderitaan ini berlaku secara daging, diantaranya memikul salib dan menyangkal diri. Memang, untuk dapat menyangkal diri sendiri itu tidak mudah, apalagi kita memiliki kedudukan, jabatan atau harta kekayaan. Karena apabila kita mau menyangkali diri, maka kita merasa seolah-olah orang Kristen itu ditekan; tetapi semuanya itu bertujuan supaya orang Kristen tidak mengumbar hawa nafsunya. Sebab, jikalau orang Kristen yang mengumbar hawa nafsunya, maka hal itu sama dengan orang yang memboroskan energi yang telah diberikan Tuhan.
Contoh : Ada seorang yang menerima warisan dari orang tuanya dalam jumlah yang besar, maka didalam diri orang tersebut terdapat kekuatan setelah menerima warisan tersebut ? ia bisa berbuat apa saja sesuai keinginannya. Tetapi karena dia bocor atau menghambur-hamburkan energi yang dia miliki dengan cara berfoya-foya, maka pada akhirnya penderitaanlah yang dia terima. Seperti kisah anak bungsu yang terhilang, dimana dia telah menghabiskan hartanya untuk hal-hal yang sia-sia, sehingga ia menjadi miskin dan pada akhirnya ia harus kembali pada bapaknya dalam posisi kemiskinan.

Oleh karena itu, kita harus menjaga atau memelihara energi yang kita miliki, bahkan kita harus mengisinya terus menerus, karena apabila kita mengisinya terus maka suatu saat energi ini memiliki kekuatan yang dahsyat, sebagai contoh : Seorang ahli fisika (ilmu alam) berusaha menghimpun energi melalui sinar. Jikalau energi yang dikumpulkan tidak mengalami kebocoran maka sinar itu bisa menjadi spot light, dan apabila dikumpulkan lagi maka sinar itu akan menjadi sinar laser. Sinar laser itu bisa menembus tembok. Untuk itu janganlah kita takut atau kuatir dalam mengalami pergumulan hidup, sebab orang yang takut atau kuatir itu sama dengan membuang energi. Perlu kita ketahui bahwa energi yang kita miliki adalah energi yang supranatural, seperti halnya dengan kisah seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun, yaitu tatkala ia menjamah jumbai jubah Yesus maka ia mendapatkan kekuatan supranatural, sehingga penyakitnya disembuhkan seketika. Sedangkan Yesus merasakan ada kekuatan atau kuasa yang keluar dalam diriNya (Lukas 8:43-46). Dan lebih dahsyat lagi apabila kita memperhatikan kisah daripada Petrus, dimana janji Tuhan yang tertulis dalam Yohanes 14:12 itu tergenapi yaitu melakukan pekerjaan yang lebih besar; hal ini  terbukti ketika Petrus berjalan, dan orang yang sakit terkena bayangannya, maka orang tersebut akan sembuh.

2. Tinggal Tetap Dalam Tuhan


Firman Tuhan yang terdapat dalam Yohanes 15:7-8 telah menasehatkan : “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Saudara, melalui ayat bacaan diatas menujukkan bahwa betapa pentingnya kita membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, sebab di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Selain itu, orang yang erat atau melekat dengan Tuhan hidupnya penuh ketenteraman, seperti yang tertulis dalam Mazmur 91:14 “Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, aku akan membentenginya, sebab ia mengenal namaKu. Bahkan dalam ayat 15 ditegaskan : “Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.” Sebagai contoh : Ada seorang manager yang berkerja sendiri dan lupa contact dengan bosnya, maka manager ini berkerja atas kemauannya sendiri, sehingga manager ini melakukan banyak kesalahan karena pekerjaannya tidak sesuai dengan kehendak bosnya, dengan kata lain manager tersebut tidak menuruti segala perintah bosnya.
Bukankah firman Tuhan menasehatkan : “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku . . . . (Yohanes 11:41). Demikianlah kita dengan Tuhan jangan sampai kita lepas hubungan dengan Dia, sebab apabila kita lepas hubungan dengan Tuhan maka kita tidak akan pernah mendapatkan visi atau wahyu dari Tuhan, sehingga kita melakukan pekerjaan Tuhan dengan kekuatan sendiri. Hal ini sama dengan membuang energi dan membuang waktu. Oleh sebab itu, marilah kita bertindak lebih bijaksana, Amin. 

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification