25 Desember 2013

Allah Mencari Manusia

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat Bacaan: Ibrani 1:1-4
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara   berbicara   kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir d  ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya,   yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak   menerima segala yang ada.
Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.  Ia adalah cahaya kemuliaan  Allah dan gambar wujud  Allah dan menopang segala yang ada   dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.
Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa,  Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar , di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.

Pada awalnya Tuhan telah menyiapkan tempat yang baik untuk manusia supaya Ia dapat tinggal dengan manusia. Tetapi sayangnya manusia telah melanggar ketetapan Allah sehingga manusia terhilang (jatuh dalam dosa), maka Allah mengutuk tanah di bumi dan Allah tidak tahan hidup dalam dunia ini. Walaupun demikian Allah tetap berinisiatif untuk mencari manusia, karena Tuhan ingin hasrat dan perwujudan untuk tinggal bersama manusia menjadi kenyataan. Pada jaman purbakala dengan berbagai cara Allah berfirman kepada nenek moyang kita melalui para nabi. Hal ini sama seperti yang disampaikan melalui anakNya (Injil Kristus). Pada Kejadian 4:24 dituliskan bahwa, “lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Dan Enos telah memanggil Tuhan, sehingga sejak itu, manusia mulai mencari Tuhan.

Masih banyak orang yang belum bertemu dengan Tuhan, tetapi sejak jaman dahulu hasrat dan perwujudan Allah tetap sama, yaitu mencari manusia melalui nabi dan hamba Tuhan. Puji Tuhan saat ini kita sudah bertemu dengan Dia, yang menciptakan langit dan bumi. Firman Tuhan telah menjadi manusia, dimana Roh Allah telah berada di rahim Maria sehingga lahir Yesus Kristus. Dan pelayanan Yesus masih berlangsung hingga saat ini, dan berbagai mujizat tetap dinyatakanNya. Dan beberapa bulan yang lalu kita juga telah memperingati hari kematian dan kebangkitanNya. Dan melalui peristiwa itu maka di dalam Yesus tidak ada jalan buntu, tetapi bersama Yesus kita menemukan jalan keluar. Allah telah menyediakan tempat bagi kita supaya kita dapat bersama-sama dengan Dia. Selain itu, kita juga merayakan hari pentakosta yang merupakan tanda penyertaanNya. Dan yang berikutnya adalah kita sedang menanti kedatanganNya.

Saudara, Tuhan telah melakukan segala cara untuk mewujudkan hasratNya yaitu tinggal bersama dengan kita. Keinginan Tuhan untuk bergaul dengan kita tidak pernah berubah, dan Dia rindu bergaul dengan kita untuk selama-lamanya seperti yang tertulis dalam I Tesalonika 4:16-18; walaupun kerapkali kita berusaha lari dari hadapanNya untuk menuruti keinginan daging kita, tetapi hal itu tidak merubah kerinduan Allah untuk bersama dengan kita. Bahkan Dia membangun jemaatNya di atas batu karang yang teguh supaya kuasa maut tidak dapat menguasai kita yang percaya kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Matius 16:17-18, Kata Yesus kepadanya: ”Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Dalam Mazmur 148:1-6 telah diungkapkan dimana semesta alam yang diciptakan ini memuji Tuhan termasuk kita. Mungkin dalam hati kita timbul pertanyaan, ”mengapa banyak terjadi musibah berupa bencana alam baik itu gunung meletus, banjir, gempa bumi dan lain sebagainya, jika semesta alam memuji Tuhan ?” Saudara, walaupun terjadi hal demikian, tetapi yang jelas bahwa segala yang diciptakan Tuhan itu baik bagi kita, seperti yang tertulis dalam Kejadian 1:31, ”Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.” Bahkan apa yang diciptakan Allah dilengkapi dengan berbagai panorama yang indah, diantaranya : ”TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada. Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush. Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat. Dan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

Memang manusia ditugaskan untuk memelihara taman yang telah disediakan, maksudnya supaya manusia tidak malas tetapi aktif atau bekerja, seperti halnya juga Allah yang tetap bekerja hingga saat ini. Dan segala sesuatu yang diusahakan pasti akan berhasil selama kita bersama Tuhan, tetapi sebaliknya, apabila kita tidak mencari Tuhan atau tidak bersama Tuhan maka sia-sialah segala usaha kita, seperti yang tertulis dalam Mazmur 127:1-2, ”Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Selain itu ayat ini meneguhkan hati kita, bahwa rumah disediakan oleh Tuhan, termasuk kehidupan ekonomi anak-anak Tuhan juga dicukupi. Sementara menunggu kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, kita bisa menikmati kerajaan Allah di bumi. Karenanya, jangan pernah mengundurkan diri dalam mengikuti Tuhan, seperti yang diperingatkan dalam Ibrani 10:38-39. Jadi, walaupun kita digoncang oleh berbagai-bagai pencobaan, maka tetaplah percaya.

Selain Tuhan menyediakan tempat yang baik, Tuhan juga memberi teman kepada kita untuk hidup di dunia ini. Pertama, ialah teman yang bisa dikuasai (Kejadian 2:18-19). Hewan itu adalah teman untuk dikuasai. Akan tetapi tidak sepadan. Tetapi berikutnya Allah memberikan teman yang sepadan seperti dinyatakan dalam Kejadian 2:11-12. Tuhan menciptakan Hawa bukan dari tengkorak Adam. Agar wanita tidak menguasai laki-laki, bukan juga dari tulang kaki laki-laki untuk dapat diinjak, melainkan dari tulang rusuk, agar kedudukannya sepadan.
Masa kini sering bermunculan seminar yang bertumpu kepada masalah pria sejati dan wanita bijak. Hal itu baik, yakni membicarakan kehidupan keluarga. Sebab keluarga itu harus dibangun sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau keluarga itu baik, maka keluarga tersebut akan diberkati. Hal ini dapat kita lihat dalam Amsal 31:10, ”Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.” Ayat tersebut menunjukkan, bahwa istri yang baik itu mendatangkan rejeki bagi keluarganya. Begitu pula sebagai suami, hendaknya menjadi suami yang takut akan Tuhan, sebab disitulah kunci kebahagiaan keluarga sebagaimana dinyatakan dalam Mazmur 128:1-6. Oleh sebab itu, sebagai akhir kata biarlah kita senantiasa mencari Tuhan, karena Dia terlebih dahulu mencari kita. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

Terimalah Teguran Tuhan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat Bacaan:
“Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5)
Setiap orang tentunya pernah mendapat suatu teguran; baik teguran dari orang tua, teman, guru atau siapa saja, termasuk teguran dari Tuhan. Yang pasti bahwa setiap orang pernah mengalaminya, karena manusia tidak lepas dari kelemahan maupun kesalahan. Tetapi yang menjadi sedikit persoalan adalah tidak semua orang mau ditegur, karena ia selalu merasa dirinya benar. Dan orang yang mau ditegur itu harus bersikap rendah hati, sebab apabila tidak bersikap rendah hati maka akan terjadi persoalan baru. Firman Tuhan menasehatkan : “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5).
Dan kali ini kita akan membahas mengenai teguran dari Tuhan yang terambil dari kisah Ayub dan anak yang terhilang.

1. Ayub


Apabila kita membuka kitab Ayub, tentunya kita akan menemukan latar belakang atau keberadaan Ayub. Dimana ia termasuk orang yang kaya raya (dengan kata lain : diberkati secara berlimpah-limpah). Disamping itu ia juga termasuk orang yang saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Namun sayang, pengenalannya terhadap Tuhan hanya melalui kata orang saja.
Suatu ketika ia mengalami ketakutan dan kekuatiran secara tiba-tiba, meskipun ia tidak mengalami persoalan apa-apa, dan kondisi perekonomiannya baik-baik saja. Dan saat ia berada dalam kekuatiran, maka ia mulai berdoa kepada Tuhan, katanya : “Tuhan, apabila ada kesalahan pada anak-anakku, ampunilah mereka.” Dan keadaan semacam ini terus dia rasakan, sehingga apa yang ia kuatirkan dan ia takutkan itu justru datang dalam hidupnya. Semua anak-anaknya meninggal dunia, seluruh hartanya habis, teman-temannya menjauhi dia, dan tubuhnya dipenuhi dengan borok, bahkan istrinya sendiri juga ikut memaki-maki Ayub dengan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan oleh seorang istri.

Dari seluruh rangkaian peristiwa yang dialami oleh Ayub, didalamnya mengandung suatu teguran yang kuat, seperti yang diungkapkan oleh Ayub : “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur, maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang, untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing. Dengan penderitaan ia ditegur di tempat tidurnya, dan berkobar terus-menerus bentrokan dalam tulang-tulangnya; perutnya bosan makanan, hilang nafsunya untuk makanan yang lezat-lezat; susutlah dagingnya, sehingga tidak kelihatan lagi, tulang-tulangnya, yang mula-mula tidak tampak, menonjol ke luar, sampai nyawanya menghampiri liang kubur, dan hidupnya mendekati mereka yang membawa maut” (Ayub 33:14-22). Dan setelah Ayub dipulihkan oleh Tuhan maka keadaannya lebih baik dari keadaan semula, sehingga dapat berkata : ”Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (Ayub 42:5-6). Jadi, yang diinginkan Tuhan terhadap Ayub adalah mengenal Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang.

Saudara, apabila saat ini kita sedang mendapat teguran dari Tuhan dalam bentuk apapun juga, maka biarlah kita bersikap rendah hati, karena setiap teguran Tuhan yang sedang kita terima itu membawa kepada hal yang benar. Dan jangan beranggapan bahwa orang yang menerima teguran dari Tuhan itu telah mendapat hukuman atau cambukan dari Tuhan, tetapi semua itu merupakan bukti kasih Tuhan kepada umatNya. Jikalau kita ingin bebas dari teguran (tidak mau ditegur) maka kita menjadi anak-anak gampang; seperti yang tertulis dalam Ibrani  12:8 ”Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.” Dalam pengertian bahwa setiap anak Tuhan harus mendapat didikan dalam bentuk teguran, karena manusia tidak lepas dari segala kelemahan dan dosa, tetapi bukan berarti kita memanfaatkan kelemahan kita untuk berbuat dosa.

2. Anak yang terhilang


Amsal 10:17 berkata : ”Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.” Ungkapan inilah yang tepat bagi orang yang berusaha lari dari teguran, dan menganggap bahwa dirinya benar (walaupun melakukan kesalahan). Dan kisah anak yang terhilang ini telah memaparkan bahwa pada awalnya dia dalam kondisi yang baik, tetapi dia mulai menjauh dari bapaknya, padahal bapaknya ingin senantiasa berkomunikasi dengan anaknya. Sebab jikalau ia melakukan kesalahan, maka bapaknya ingin memberikan teguran atau peringatan kepadanya supaya pada akhirnya nanti anak tersebut tidak tersesat. Tetapi kenyataannya keberadaan anak ini telah jauh dari bapaknya sehingga ia tidak terjangkau oleh teguran bapaknya, dan pada akhirnya keadaanlah yang memperingatkan dia yaitu ketika ia dalam kondisi kemiskinan (untuk makan saja tidak ada).
Bukankah keadaan semacam ini seringkali dialami oleh anak-anak Tuhan. Untuk itu muncullah peringatan : “untuk apa kita harus mengalami penderitaan terlebih dahulu supaya dapat mengindahkan teguran Tuhan”. padahal Tuhan itu menegur kita dengan halus. Untuk itu apabila kita mendapat teguran, maka segeralah kita bertobat. Karena kita tahu bahwa rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita, dan jalan kita bukanlah jalan Tuhan, demikianlah firman TUHAN (Yesaya 55:8). Bahkan Tuhan telah berkata bahwa pada mulanya Tuhan merancangkan masa depan yang indah dalam kehidupan kita. Walaupun demikian, kenyataanNya manusia cenderung untuk melakukan kehendaknya sendiri yaitu menurut keinginan dagingnya.
Namun, bagaimanapun juga, firman Allah tidak akan pernah kembali dengan sia-sia, sebab : “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yesaya 55:10-11). Tetapi jikalau manusia tetap tidak mau menghiraukan teguran Tuhan maka ia akan mengalami seperti yang tertulis dalam Amsal 29:1 “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.
Saudara, dari beberapa gambaran diatas biarlah menjadi peringatan bagi kita untuk senantiasa bersikap rendah hati (lapang dada) saat mendapat teguran dari Tuhan, sebab semuanya akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

8 Desember 2013

Menjadi Utusan Allah

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Jawab malaikat itu kepadanya : “Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu.”
(Lukas 1:19)

Setiap orang yang telah lahir baru, memiliki predikat sebagai seorang “messenger”/ utusan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan tugas daripada malaikat Gabriel. Adapun tugas daripada malaikat Gabriel adalah membawa kabar baik. Dan setiap kabar yang disampaikan berdasarkan atas nama Tuhan. Demikianlah setiap amanat yang kita terima merupakan tugas yang mulia. Untuk dapat memenuhi panggilan sebagai utusan Tuhan, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan :

1. Hidup Kudus Dan Benar


Mengenai syarat yang pertama ini memang tidak mudah untuk dilakukan, tetapi itulah yang harus kita penuhi, sebab firman Tuhan berkata : ”sebab ada tertulis : Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”(I Petrus 1:16). Selain itu dalam ayat lain juga dikatakan ” . . . . . . sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14b)
Saudara, setiap perintah atau tugas yang kita terima tentunya dapat kita lakukan karena di dalam diri kita ada kuasa yang tidak terbatas yaitu kuasa Roh Kudus. Jadi untuk dapat hidup kudus dan benar itu pasti dapat kita lakukan, asalkan kita mau taat dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Walaupun ada seribu alasan bahwa hidup kudus dan benar itu sulit, tapi itulah yang harus kita kejar dan dapatkan. Tuhan Yesus telah memberikan teladan kepada kita dalam mengemban segala tugasNya yang diberikan oleh Bapa. Dengan ketaatan dan hubunganNya yang begitu erat itulah yang membuat Dia tetap hidup dalam kekudusan dan kebenaran.

2. Mengembangkan Talenta


Setiap orang, terutama anak Tuhan pasti dibekali dengan sebuah talenta walaupun masing-masing talenta yang diberikan Tuhan berbeda-beda, tetapi yang pasti semuanya itu diberikan kepada kita sebagai salah satu perlengkapan dalam menjalankan tugas yang Tuhan berikan kepada kita. Ada orang yang diberikan satu talenta, dua talenta atau lima talenta; semuanya itu diberikan berdasarkan kesanggupan masing-masing. (Matius  25:15). Dan talenta yang kita terima harus kita kembangkan, tetapi bukan berarti kita kembangkan untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk orang lain. Inilah salah satu hal yang harus kita lakukan karena di dalamnya terkadung suatu tugas untuk dapat diberitakannya kabar baik, yaitu kabar keselamatan. Tetapi apabila kita tidak mengembangkan talenta yang telah kita terima, maka aka konsekwensi yang harus kita tanggung, seperti yang tertulis dalam Matius 25:26 “Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

3. Bertanggungjawab


Segala tugas yang dipercayakan kepada kita biarlah kita lakukan dengan sungguh-sungguh disertai rasa tanggungjawab. Namun berapa banyak orang yang pada mulanya melayani Tuhan begitu menggebu-gebu, tetapi pada saat diperhadapkan dengan suatu ujian atau tantangan, maka orang tersebut mulai berjalan mundur dengan teratur; dalam pengertian orang tersebut mulai perlahan-lahan meninggalkan tanggunggjawabnya sebagai utusan Tuhan. Kita lihat kisah dari Yunus; ia telah mendapat predikat sebagai seorang nabi atau penyambung lidah Allah, tetapi pada saat ia diperintahkan Tuhan pergi ke Niniwe untuk menyampaikan pesan Tuhan ternyata justru ia lari dari tanggungjawabnya dan ia pergi Tarsis, sehingga ia harus mengalami persoalan yang begitu berat. Namun bagaimanapun juga Tuhan masih tetap sayang kepada Yunus, sehingga Tuhan memberikan kesempatan kepada Yunus untuk bertobat. Akhirnya ia pergi ke Niniwe dan seluruh kota Niniwe diselamatkan Tuhan. Padahal kota tersebut hendak ditunggangbalikkan oleh Tuhan karena segala kejahatannya. Tetapi oleh karena utusan yang kembali untuk melakukan segala tanggungjawabnya maka pemulihan itu terjadi.
Oleh karena itu, melalui kisah dari Yunus ini biarlah boleh mengingatkan kepada kita bahwa kita semua yang percaya kepada Kristus adalah utusan Allah yang punya tanggungjawab terhadap keselamatan jiwa-jiwa. Yehezkhiel 33:7-9 “Dan engkau anak manusia, Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel. Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku. Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! -- dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.”

4. Mempergunakan Kesempatan Yang Ada


Setiap orang mendapat kesempatan untuk melakukan segala tugas yang telah diterima, tetapi tidak semua orang dapat mempergunakan kesempatan yang ada. Justru kesempatan itu dibuang dengan percuma tanpa menghiraukan apa yang menjadi tanggungjawabnya semula. Memang kesempatan yang kita terima waktunya berbeda-beda ada yang pendek maupun ada yang panjang. Namun hal itu tidak menghambat kita untuk melakukan tugas-tugas sebagai seorang utusan Tuhan; sebab firman Tuhan berkata : ”Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.” (Yohanes 9:4), dan dalam ayat lain juga menasehatkan : ”Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.” (Kolose 4:5)
Dari keempat hal diatas biarlah boleh peringatan bagi kita untuk semakin sungguh-sungguh lagi dalam melaksanakan segala tugas yang Tuhan berikan kepada kita karena kita adalah Utusan Tuhan, segala sesuatu yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh tidak akan sia-sia, karena upah dari Tuhan telah dipersiapakan bagi kita. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org/

2 Desember 2013

Empat Kunci Keberhasilan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra


Sepanjang pelayanan yang telah saya jalani, banyak hal yang saya hadapi baik suka maupun duka namun semuanya itu justru membuat saya semakin bersemangat, maka saya ambil kesimpulan bahwa ada 4 kunci yang membuat kita berhasil.

1.    Hikmat


Tuhan memberikan suatu pengajaran bagi kita dengan tujuan supaya kita mendapatkan hikmat. Karena keuntungannya melebihi emas, perak dan permata, seperti yang tertulis dalam Amsal 3:12-16 ”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. . . .”
Seperti yang telah kita ketahui bahwa hidup kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dengan tubuh kita bisa berhasil, karena pekerjaan yang dilakukan hanya mengandalkan otot/tenaga, tetapi seberapa kuat tubuh manusia bisa bertahan. Atau melalui jiwa, seseorang bisa berhasil yaitu dengan cara sekolah yang sangat tinggi; walau demikian kepandaian mereka pun juga terbatas. Begitu pula mereka yang mengandalkan kekuatan roh yang bukan dari Tuhan, mereka juga dapat berhasil tetapi mereka akan mengalami kebinasaan karena kekayaannya. Misalnya orang tua mencari kekayaan melalui dukun-dukun sehingga mengakibatkan anaknya cacat atau mengalami kelahiran yang tidak baik.
Tetapi kalau kita mengandalkan Roh Tuhan maka Roh itulah yang akan memimpin kita kepada keberhasilan yang sempurna. Roh itu kita dapatkan karena percaya kepada Kristus. Dan Roh itu sendiri tinggal dalam kehidupan kita. Apabila kita membaca dalam kitab Mazmur 73:22-24, maka kita akan mendapatkan kalimat yang mengatakan ”aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.” Kata dekat disini dalam terjemahan lain berarti tinggal di dalam. Karena kalau dekat itu ada jaraknya, tetapi yang dimaksud dekat disini adalah di “dalam Tuhan.” Kalau kita dipenuhi oleh Roh Kudus maka kita akan mendapat kesempatan untuk menikmati karunia hikmat supaya kita berhasil. Sebagai contoh adalah raja Salomo, dimana hikmatnya sungguh luar biasa sehingga raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat (II Tawarikh 9:22-23).

2.    Kebenaran


Orang yang hidup dalam kebenaran hidupnya senantiasa dipelihara oleh Tuhan dan anak cucunya akan menjadi berkat bagi banyak orang, seperti yang tertulis dalam Mazmur 37:25-26, ”Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.” Kita tidak perlu menonjolkan apa yang telah kita lakukan. Orang benar bebas dari cengkraman atau bebas dari segala belenggu.

Apabila kita melihat kisah daripada Abraham maka kita akan tahu bahwa iman Abraham diperhitungkan oleh Allah sebagai kebenaran. Dan melalui hal inilah Abraham mendapatkan janji dari Allah bahwa keturunannya akan banyak seperti debu (baca Kejadian 13:16), ”Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmu pun akan dapat dihitung juga.”
Selain itu keturunan Abraham akan seperti bintang di langit (baca Ibrani 11:12), ”Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.”
Dalam sejarah terdapat contoh-contoh orang yang benar dan yang salah. Misalnya dari anak Adam yaitu Kain dan Habil; Kain itu buruk sedangkan Habil adalah baik. Kemudian anak Nuh, yaitu Sem, Ham dan Yafet. Ham dikutuki oleh ayah dari perbuatannya yang tidak benar. Termasuk Abraham mempunyai anak yaitu Ishak dan Ismail, dan berikutnya adalah Ishak mempunyai anak Esau dan Yakub. Dari kesemuanya itu tentunya kita tahu orang-orang yang baik dan yang tidak baik. Marilah kita meneladani mereka yang hidup dalam kebenaran agar hidup kita tetap berkenan dan dipelihara oleh Tuhan. 

3.    Sukacita


Firman Tuhan menasehatkan : ”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah ! (Filipi 4:4). Dalam ayat ini ada pengulangan kata yaitu bersukacitalah. Hal ini menunjukkan bahwa kita diwajibkan untuk senantiasa bersukacita apapun keadaannya. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bersukacita. Sebab orang yang mengeluh sama dengan tidak mempercayai kuasa daripada Tuhan. Rasul Paulus telah memberikan kesaksian untuk menguatkan orang-orang yang dalam pergumulan hidup, seperti yang tertulis dalam II Korintus 4:8-9, ”Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” Memang tidak mudah kita bersukacita ketika mengalami pergumulan hidup, tetapi bagaimanapun juga kita harus belajar untuk menyadari bahwa Tuhan beserta dengan kita senantiasa. 

4.    Kasih


Markus 12:30-31 berkata : ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Kasih itu mengalahkan segalanya. Oleh karena kasih kita akan memperoleh kemenangan. Dan oleh kasih pulalah kita diselamatkan, seperti yang telah dikatakan oleh firman Tuhan, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Tanpa kasih maka sia-sialah hidup kita. Oleh karena itu marilah kita hidup dalam kasih karunia Allah. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org/ 

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification