24 Agustus 2016

Tabut Allah

Tabut Allah

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? 
(1 Korintus 3:16)
Saudara, tabut Allah adalah lambang kehadiran Allah, sehingga di dalam Perjanjian Lama tabut Allah identik dengan hadirat Allah. Beberapa kali tabut Allah membawa dampak yang hebat: membelah sungai Yordan, sehingga orang Israel dapat melewati di tengah-tengahnya; menyertai umat Israel meruntuhkan tembok Yerikho; menjatuhkan berhala Dagon dan menulahi bangsa Filistin. Namun saat ini Allah tidak lagi berdiam pada benda-benda buatan manusia. Allah sudah memilih umat-Nya sebagai tempat tinggal-Nya, seperti yang  tertulis dalam 1 Korintus 3:16. Apabila kita mengingat kisah Obed-Edom yang diberkati karena kehadiran tabut Allah, tentunya karena Obed-Edom menghormati akan kehadiran Tuhan. Apalagi kita yang hidup pada perjanjian yang sudah disempurnakan ini.
Firman Tuhan berkata bahwa segala berkat rohani di surga sudah diberikan kepada kita (Efesus 1:3). Tetapi sayangnya, banyak orang Kristen yang tidak menghadirkan "tabut Allah" dalam hidup mereka. Mereka menganggap bahwa selama ini segalanya berjalan dengan baik tanpa adanya doa-doa, mezbah keluarga, maupun persekutuan dengan Allah. Lalu, apakah hidup kita benar-benar akan terbebas dari persoalan ketika kita menghadirkan hadirat Allah ? tentu saja tidak, karena itu merupakan bagian dalam kehidupan Kristen. Sebab dengan adanya pergumulan atau tantangan justru akan mendewasakan iman kita, tetapi dengan menghadirkan hadirat Allah, kita akan menjadi kuat karena orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapat kekuatan baru, seperti burung rajawali yang terbang dengan kekuatan sayapnya, sehingga kita menyelesaikan pergumulan dan tantangan tersebut dengan tanggung jawab. 
Tetapi jangan sampai persoalan hidup datang silih berganti disebabkan oleh dosa, seperti yang dalam kisah 1 Samuel 4:1-11. Meskipun “tabut Allah” hadir ditengah bangsa Israel ternyata tidak membawa dampak bagi mereka, justru menyebabkan kekalahan yang besar pada pihak Israel. Bukan karena tabut Allah kehilangan "kesaktiannya", tetapi karena tabut Allah didampingi oleh anak-anak imam Eli yang dursila, Hofni dan Pinehas (1 Samuel 2:12). Oleh sebab itu hormatilah kehadiran Allah ditengah-tengah kehidupan kita. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

15 Agustus 2016

Bagaikan Rajawali

Bagaikan Rajawali
Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” (Mazmur 103:5)
Rajawali adalah salah satu burung yang paling perkasa di dunia. Kekuatan dan keperkasaanya sering dipakai sebagai simbol di Alkitab. Seekor rajawali dapat hidup hingga mencapai usia 30 tahun bahkan lebih. Dalam usia yang semakin tua, sepertinya kekuatan dan keperkasaanya tidak berkurang sedikitpun. Rahasianya terletak pada nalurinya untuk memperbaharui kekuatannya dengan menggugurkan bulu-bulu yang tua. Bulu-bulu tua ini akan digantikan dengan bulu-bulu baru yang kuat. Sebab itu firman Tuhan berkata: “Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” (Mazmur 103:5).
Sebagai ”rajawali-rajawali” di dalam Kristus, kita sering mengalami keletihan dan kelelahan karena menghadapi berbagai tantangan hidup. Seolah-olah kita telah menjadi rajawali tua yang tidak kuat terbang lagi. Apabila kita diijinkan untuk menghadapi semuanya itu, maka ketahuilah bahwa kita sedang dilatih untuk “belajar terbang” seperti anak rajawali yang digoncang sarangnya oleh induknya. Pada saat goncangan terjadi, anak-anaknya akan terlempar keluar dari sarang dan mereka akan terjun bebas di udara. Dengan terpaksa mereka harus mengepak-ngepakkan sayapnya supaya tidak meluncur jatuh ke tanah.
Tetapi induk rajawali ini tidak lengah mengawasinya. Sebelum anak-anak rajawali itu terhempas ke tanah, dengan sigap induk rajawali ini menyambarnya dan membopongnya di atas sayapnya. Demikianlah halnya dengan kehidupan kita, sementara kita dilatih mataNya tertuju kepada kita, untuk itu jangan takut tetapi nantikanlah Dia sebab firmanNya berkata : “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:31). Memang, sementara kita dilatih itu tidak enak buat daging kita, tetapi semuanya untuk kebaikan kita. Bukankah Allah turut bekerja dalam segala untuk mendatangkan kebaikan buat kita, baik dalam suka maupun dalam duka. Jangan menyerah dan putus asa, songsonglah hari esok penuh dengan kemenangan karena masa depanmu sungguh ada dan harapanmu tidak hilang. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Gembala Yang Baik

Gembala Yang Baik

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Yohanes 10:10)
Gambaran Allah sebagai gembala yang baik membawa pengertian kepada kita bahwa Allah sangat mempedulikan kita. Dari kitab Kejadian 48:15 sampai Wahyu 7:17, Allah menyatakan diri-Nya sebagai gembala umat-Nya. Bahkan Mazmur 23 merupakan salah satu pasal favorit orang Kristen, melukiskan Allah sebagai gembala dengan bahasa yang begitu indah. 
Sebagai gembala yang baik tidak saja melindungi mereka dari setiap serangan binatang buas, tapi juga rela mati untuk membela para dombanya. Yesus berkata: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Yohanes 10:10). Bukankah salib yang sering kita lihat, menghiasi dinding-dinding rumah orang Kristen adalah bukti nyata bahwa Yesus telah disalibkan sebagai wujud kasih-Nya kepada kita? 
Tidak cukup sampai di sini saja, gembala yang baik akan menuntun kita ke padang yang berumput hijau, ke air yang tenang dan sejuk, mengenyangkan dan memuaskan kita. Gambaran ini semakin membuka pikiran kita bahwa Allah peduli dengan segala keperluan kita. Percayakah bila gembala yang baik tidak akan membiarkan ada diantara domba-dombanya yang kurus, kekurangan gizi ? Dan apabila ada yang tersesat, gembala yang baik akan terus mencari domba itu sampai ditemukannya. Lihatlah ekspresi kegembirannya saat ia menemukan domba yang hilang itu (Lukas 15:1-7)!
Kita harus mengubah pola berpikir kita yang lama tentang Allah. Taruhlah dan ukirlah dengan nyata di dalam loh hati kita bahwa Dia bukan sekedar Allah bagi kita saja, tapi juga gembala yang baik. Bila kita dalam kesesakan dan menghadapi jalan buntu, janganlah putus asa atau putus pengharapan, tetapi percayalah bahwa pemeliharaanNya sungguh sempurna atas hidup kita, sebaba Allah turut bekerja dalam segala untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

3 Agustus 2016

Ingat Akan KasihNya

Ingat Akan KasihNya

"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan…" (Mazmur 8:4).
"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan…" (Mazmur 8:4). Inilah merupakan ungkapan dari Daud ketika ia menerawang ke langit, ia memperhatikan kecantikan langit yang bertabur jutaan bintang. Ia melihat bulan purnama yang sangat elok, bintang-bintang gemerlapan yang indah menghiasi malam. Tiba-tiba timbul pertanyaan, "apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya ? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya" (ayat 5)? Siapakah manusia sehingga Allah rela menjelma menjadi manusia dan mati di kayu salib? Ia yang dikasihi melebihi bulan dan bintang di atas sana? Ketika Daud terus merenungkan kasih Allah, hatinya bergelora dengan pujian kepada Yang Mahakuasa: "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi" (ayat10)! Daud tidak tahan untuk tidak berkata-kata memuji keagungan Penciptanya. Segala kesedihan, kesusahan, penderitaan, dan sengsaranya menjadi sirna saat hatinya meluap dengan pujian kepada Tuhan. 
Suasana hati atau keadaan semacam ini apakah hanya berlaku bagi Daud saja ? Tidak. Coba keluarlah sebentar dari ruangan Anda dan lihatlah langit di atas sana. Benda-benda angkasa akan berbicara kepada Anda bahwa Allah mencintai Anda. Pikirkan terus kasih Allah sampai gelombang pujian mulai mengalir dari hati Anda. Jangan tahan mulut Anda bila hendak mengucapkan pujian kepada Tuhan. Kesadaran akan kasih Allah yang besar sanggup menumbuhkan semangat dalam hidup ini. Karena berapa banyak orang yang mengaku dirinya anak Allah tetapi mudah putus asa dalam menghadapi kenyataan hidup bahkan tidak mempunyai pengharapan lagi. Bukankah orang-orang yang percaya kepadaNya mendapatkan predikat sebagai umat lebih daripada pemenang. Predikat tersebut memang tidak datang dengan sendirinya atau otomatis tetapi melalui suatu perjuangan dan tidak lepas adanya suatu pengorbanan. Namun yakinlah bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang menghasihi Dia. Dengan mengingat segala kasihNya maka kita akan bergairah dalam menjalani hidup ini, sehinga pada akhirnya kita dapat berkata : ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Oleh sebab itu, ingatlah selalu kasihNya yang besar maka hal itu akan menghantar kita untuk hidup berkemenangan, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification