28 Juni 2012

Siapa Yang Menabur Akan Menuai

Siapa Yang Menabur Akan Menuai  
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 21 June 2012 15:18
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Galatia 6:7-10
”Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
Saudara, apabila saya me-review (menengok ke belakang), saya sangat berterima kasih kepada kakek dan ibu saya, dimana mereka telah mengajarkan bagaimana sebagai orang percaya dapat memahami dan masuk dalam suatu hukum kerajaan Allah, salah satu diantaranya yaitu menabur benih yang terbaik. Sebab apabila mereka tidak menabur untuk pekerjaan Tuhan, maka tidak mungkin saya bisa membangun gereja Manyar, Nginden maupun Menara Doa Jakarta.
Pada mulanya saya tidak dapat memahami akan pengajaran ini, karena hal ini saya anggap suatu pemborosan. Karena pada saat itu saya bekerja ikut orang tua dengan mendapat upah satu bulan hanya Rp. 3.000,- (tiga ribu rupiah), sedangkan apabila seorang hamba Tuhan datang ke rumah saya, ibu saya memberikan uang lebih dari Rp. 20.000,-.
Melihat hal ini saya mulai protes kepada ibu saya; tetapi jawab ibu saya, “kamu diam saja, karena ibu melakukan hal ini untuk masa depanmu. Ibu saat ini sedang menabur, tetapi kamu yang akan menuainya.” Sebagai anak saya tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali mengingat-ingat apa yang dikatakan ibu saya. Setelah saya bertobat, lambat laun saya mulai memahami akan apa yang dikatakan ibu saya. Sehingga saya mulai mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya pada tahun 1965 saya mulai menabur, dan pada tahun 1965-1977 saya menabur begitu banyak, karena apa yang saya punya saya jual untuk membangun gereja yang ada di Mojokerto.
Tahun 1980 saya menuai besar, dimana Manyar dapat dibangun, dan tahun 1980 – 1987 kami menabur lagi, dan dari taburan itu selama 7 tahun akhirnya terbangun gereja-gereja di seluruh Indonesia hampir 1000 gereja, yang terbagi dalam tiga wilayah yaitu wilayah Timur, Tengah dan Barat. Berdasarkan siklus yang berlangsung dapat kita lihat bahwa setelah Manyar menabur, maka akibatnya menuai banyak gereja. Tahun 1990-1997, kami menabur lagi sampai tahun 2000, sehingga pembangunan Gereja Nginden dapat diselesaikan. Tahun 2000-2007 kami menabur lagi di beberapa tempat baik di Surabaya, maupun di Jakarta.

Dalam hal menabur kita tidak bisa percaya hanya kata orang, tetapi marilah kita melihat lebih jelas lagi apa yang dikatakan firman Tuhan yang terdapat dalam Amsal 11:24-26, ”Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.” Kebenaran mengenai Amsal ini sudah diuji sejak jaman dahulu, bahwa orang yang menabur akan menuai. Hukum tabur tuai itu tidak hanya berlaku pada tanaman saja, melainkan juga berlaku dalam kehidupan ini yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Kalau kita bertentangan dengan hukum ini, maka kita tidak akan menikmati penuaian. Namun sebaliknya, apabila kita masuk dalam hukum ini maka kita akan mengalami seperti yang tertulis dalam II Korintus 9:6-11. Dengan demikian kita akan memahami bahwa selama melayani Tuhan kita akan masuk dalam suatu fase yaitu ada waktu menabur dan ada waktu menuai. Menabur itu harus sabar menunggu, karena memerlukan waktu.

Saudara, perlu kita perhatikan baik-baik ketika kita mulai panen; sebab pada waktu panen kita tidak lepas dari tantangan, yaitu belalang yang siap memakan buah yang siap dituai, seperti yang tertulis dalam Yoel 1:2-4. Untuk itu kita perlu waspada terhadap semuanya itu. Kalau kita diberkati sesuai posisi kita, maka belalang pengerip akan berusaha makan buahnya, sehingga hasil panen menjadi habis, sedangkan belalang pindahan akan makan daun dan carangnya, belalang pelompat makan batangnya, dan belalang pelahap akan makan akarnya. Dan kita percaya bahwa suatu saat kita diberkati secara luar biasa. Hal ini pernah saya (Pdt. Alex Tanuseputra) alami, dimana saya dapat menjual 37 buah. Sehingga saya mendapatkan untung yang cukup banyak, kemudian saya belikan emas seberat 4 kg.
Dengan berkat yang banyak ini mulai timbul sedikit perselisihan karena masing-masing ingin membeli sesuatu sesuai keinginannya. Akhirnya berkat yang banyak ini saya tabur untuk pembangunan Bethany Manyar. Setelah berkat itu habis maka mulai tenang kembali. Untuk itu kita harus senantiasa tetap pada hukum kerajaan Allah, sebab dengan berkat yang melimpah kalau kita tidak waspada, maka buah-buah roh seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22-23 akan dimakan oleh belalang (iblis), sehingga pada akhirnya buah roh yang ada dalam kehidupan kita akan habis. Pada umumnya orang yang diberkati punya kecenderungan untuk berbuat macam-macam, termasuk selingkuh atau kawin lagi. Oleh karena itu kita perlu ekstra hati-hati. Dan sebagai gambaran yang sederhana dalam kehiduapan sehari-hari, setelah buah dimakan maka batangnya akan dimakan, misalnya pekerjaan kita. Karena orang yang selingkuh atau kawin lagi maka orang tersebut akan mengalami kebangkrutan, dan rumah tangga menjadi hancur, sampai pada akhirnya akarnya dimakan, dalam pengertian bahwa seluruh kehidupan orang tersebut akan hancur dan diwarnai dengan penderitaan.

Dalam kehidupan ini kita tidak dapat memikirkan hal-hal jasmani saja, sebab kita hidup dalam dua dimensi yaitu dimensi rohani dan jasmani. Apabila kita hanya memikirkan hal jasmani saja, maka ketika kita menabur, kita mengharapkan dengan segera apa yang kita tabur dapat kita tuai. Bukankah hal demikian tidak bedanya dengan orang yang sedang gambling (berjudi). Untuk itu marilah kita membaca di dalam Galatia 6:7-10 ”Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”

Saudara, menabur itu dengan ibadah, kalau kita memberikan persembahan biarlah kita berdoa terlebih dahulu. Sehingga ketika kita memberikan persembahan kepada Tuhan didasari oleh karena kita mencintai Tuhan dan ketulusan hati. Dan apabila dalam kehidupan kita sehari-hari selalu ada kerinduan untuk memberi, maka kita akan senantiasa mendapatkan kemurahan dari Tuhan. Memang, menabur itu tidak selalu uang, mungkin dengan tingkah laku kita yang baik, maka kita akan menuai sesuatu yang baik pula. Jadi, apabila gereja sedang menuai, maka umat Tuhan pun mengalami penuaian. Dan apabila kita menuai maka tak seorangpun dapat menahan, kecuali tidak waspada, karena belalang pengerip, pindahan, pelompat maupun pelahap akan memakan habis dari buah sampai akarnya. Oleh sebab itu siapkan dirimu dan waspadalah terhadap apa yang akan kita tuai, supaya apa yang kita tabur tidak sia-sia. Amin. 

Sumber:http://iix.bethanygraha.org/

14 Juni 2012

Korah dan Kejatuhannya

Korah dan Kejatuhannya

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Bilangan 26:10
==========================
"tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan."


korah, kejatuhanSeorang teman yang bekerja sebagai arsitek pernah membangun sebuah maket mini dari gedung yang akan dikerjakannya. Maket ini direncanakan akan dipajang di lokasi agar pengunjung bisa melihat seperti apa bangunan itu akan berdiri kelak. Ia bekerja siang dan malam, dan setelah berminggu-minggu akhirnya maket pun beres. Seharusnya ia lekas-lekas memasukkannya dalam kaca tebal dan segera bergegas membawa hasil kerjanya itu ke lokasi. Tapi sayangnya ia menundanya. Ia berpikir bahwa toh tenggat waktunya masih lama sehingga ia tidak perlu buru-buru merampungkan keseluruhan kerjanya. Pada suatu kali ia lupa menutup ruang kerjanya. Hanya pergi keluar sebentar, tapi ternyata anaknya yang balita masuk kesana dan merusak maket itu habis-habisan. Betapa terkejutnya ia ketika melihat pekerjaannya sudah hancur. Ia hanya bisa menyesali kecerobohannya. Akibatnya ia harus mengulangi lagi dari awal. Ia melanggar perjanjian batas waktu yang sudah disepakati dengan terlambat menyerahkan, dan ia pun harus menanggung konsekuensi sebagai akibatnya.

Ada banyak orang yang hancur dalam sekejap setelah mati-matian membangun karirnya bertahun-tahun hanya karena lengah atau terlena atas kesuksesan yang tengah dirasakan. Lihatlah dunia selebritis yang gemerlap. Hampir setiap hari kita melihat artis datang dan pergi, juga artis yang melesat menuju ketenaran tapi kemudian menghujam membentur bumi dalam sekejap karena melakukan hal-hal buruk. Obat terlarang dan skandal bisa jadi merupakan penyebab yang paling sering mendatangkan kehancuran. Apakah itu membuat mereka ditangkap, atau kemudian mengalami kecelakaan, atau ada juga yang citranya rusak sedemikian rupa sehingga sulit untuk dipulihkan lagi. Semua itu datang sebagai resiko akibat kesalahan yang ia perbuat sendiri. Sungguh amat disayangkan sesuatu yang telah dibangun harus hancur dalam sekejap mata karena kebodohan sendiri. Terlena dalam kesuksesan bisa membuat orang lengah terhadap dosa, dan itu bisa menjadi sangat fatal akibatnya.

Kemarin kita sudah melihat pesan penting dari Paulus yang berbunyi: "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Mempertahankan adalah jauh lebih berat ketimbang membangun sesuatu. Ada banyak faktor di dalam sebuah keberhasilan yang bisa membuat kita lupa diri, sesuatu yang mungkin tidak terjadi ketika kita sedang merintis atau membangun keberhasilan kita. Ada banyak orang yang tergelincir jatuh bukan ketika mereka berjuang, tapi justru ketika kesuksesan telah berhasil mereka raih. Maka tidaklah heran jika ketika kita sudah sukses, perjuangan bukan menjadi lebih mudah tapi malah akan menjadi jauh lebih berat lagi.

Seperti yang sudah kita lihat sedikit pada renungan kemarin, Korah merupakan salah satu contoh akan hal ini dari sekian banyak yang tertulis di dalam Alkitab. Mari kita lihat kisah Korah lebih detil. Korah awalnya merupakan seorang pemimpin yang cukup berpengaruh di masa ketika Israel keluar dari Mesir. Seperti halnya orang Lewi lainnya, Korah dipercaya untuk melakukan pekerjaan pada Kemah Suci Tuhan, bertugas bagi umat untuk melayani mereka. Dengan status seperti itu dengan sendirinya Korah mendapat kepercayaan yang lebih tinggi di banding orang Israel lainnya. Itu adalah sebuah kehormatan yang seharusnya disyukuri dan ditanggungjawabi dengan sungguh-sungguh. Namun nyatanya tidaklah demikian. Korah terperosok dalam dosa pemberontakan. Ia menjadi lupa akan hakekat kepercayaan yang telah diberikan Tuhan kepadanya setelah sukses. Ia menghargai dirinya sendiri secara berlebihan dan kemudian gagal untuk mengenal batasan yang telah ditetapkan Tuhan baginya. Ia lupa kepada apa yang menjadi garis tugasnya dan menjadi angkuh. Korah merencanakan makar, "mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan." (Bilangan 16:1-2). Mengapa ia memberontak? Karena ia merasa dirinya hebat diatas orang lain dan haus akan jabatan. Mereka merasa iri kepada Musa. Lantas Musa pun menegur mereka: "Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka, dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi?" (ay 9-10). Kesombongan Korah dan pengikut-pengikutnya membuat mereka lupa bahwa sesungguhnya yang mereka lawan bukanlah Musa dan Harun saja melainkan Tuhan yang telah menggariskan langsung seperti apa mereka harus berjalan.

Musa lalu mengajak bangsa Israel untuk melihat siapa yang benar. "Sesudah itu berkatalah Musa: "Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri: jika orang-orang ini nanti mati seperti matinya setiap manusia, dan mereka mengalami yang dialami setiap manusia, maka aku tidak diutus TUHAN. Tetapi, jika TUHAN akan menjadikan sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN." (ay 28-30). Dan yang terjadi selanjutnya sangat fatal. Murka Tuhan turun atas mereka dan kebinasaan pun menimpa mereka. "Baru saja ia selesai mengucapkan segala perkataan itu, maka terbelahlah tanah yang di bawah mereka, dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka. Demikianlah mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu." (ay 31-33). Hal ini kemudian disinggung kembali pada bagian lain. "tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan." (Bilangan 26:10). Korah dan orang-orangnya akhirnya binasa, turun hidup-hidup ke dunia orang mati. Hukuman Tuhan jatuh atas orang-orang sombong yang melupakan hakekat dirinya lalu berani melawan Tuhan. Dan ayat ini berkata dengan tegas agar hendaknya kita menjadikannya peringatan, jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama dalam hidup kita.

Merasa percaya diri itu baik. Mengetahui potensi dan kemampuan pun tentu baik. Menghargai diri sendiri itu baik. Tapi jika itu kita nikmati secara berlebihan, kita bisa terjatuh kepada berbagai dosa yang akan membuat apa yang telah susah payah kita bangun menjadi hancur berantakan dalam sekejap mata. Ketika kita sudah berhasil, bersyukurlah kepada Tuhan yang telah memberikan itu semua. Dan jangan berhenti disitu, tapi pertahankanlah kesuksesan itu dan jauhilah segala hal yang bisa menjatuhkan kita. Jangan ikuti contoh buruk dari Korah. Ingatlah bahwa Di luar Tuhan kita bukanlah apa-apa (Yohanes 15:5). Jangan lupa diri sehingga merasa bahwa kitalah yang terhebat kemudian melupakan dan merebut kemuliaan yang menjadi hak Tuhan. Ketika kita menjadi sukses, jagalah prestasi itu dengan baik, teruslah bersikap rendah hati, berkati orang lain lebih lagi dan teruslah muliakan Tuhan.  Tetap jaga garis batas yang ditetapkan Tuhan bagi kita, dan waspadalah terhadap dosa kesombongan. Ada banyak jebakan yang siap memerangkap kita dibalik setiap kesuksesan, oleh karenanya kita harus tetap waspada agar apa yang telah kita bangun tidak musnah tetapi akan terus mengarah kepada keberhasilan demi keberhasilan lainnya yang akan mengikuti setiap langkah kita kedepannya.

Jagalah keberhasilan agar tidak malah menghancurkan kita

Ada Banyak Umat-Ku di Kota Ini

Ada Banyak Umat-Ku di Kota Ini

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 18:10
===========================
"...banyak umat-Ku di kota ini."


ada umatKu di kota iniSalah seorang sepupu saya pindah dari Indonesia ke sebuah negara lain mengikuti suaminya yang pindah kerja. Disana ia mengaku kesulitan untuk mencari gereja dimana ia bisa bertumbuh. Ia bercerita bahwa ia merasa sendirian dan tidak punya teman untuk sharing khususnya mengenai iman. Ada banyak orang juga yang mungkin mengalami situasi yang sama ketika harus pindah ke sebuah tempat yang sama sekali baru, apalagi jika disana sulit untuk menemukan gereja. Ada kalanya lingkungan yang baru sama sekali tidak mendukung pertumbuhan iman, dan disana pergumulan akan banyak kita alami. Bicara mengenai lingkungan yang mungkin relatif tidak kondusif, saya kebetulan berada di dunia hiburan khususnya musik. Dunia hiburan atau entertainment kerap diasosiasikan orang sebagai dunia yang penuh kesesatan. Pendapat itu didukung oleh fakta yang menunjukkan banyaknya artis yang tadinya baik-baik kemudian hancur karirnya akibat terpengaruh oleh pola pergaulan yang memang buruk. Tapi benarkah dunia hiburan ini melulu berisi orang-orang yang saling sesat menyesatkan saja? Tentu saja tidak. Saya mengenal beberapa musisi yang masih tetap teguh berpegang dalam iman akan Tuhan. Bahkan banyak diantara mereka yang masih melayani secara rutin setiap minggunya. Tampil di dalam gemerlap kemewahan dan ketenaran dunia hiburan ternyata tidak serta merta membuat mereka ikut terhanyut dalam pergaulan buruk. Mereka justru terpanggil untuk tampil beda dan menunjukkan sikap hidup yang benar ditengah lingkungan masing-masing. Saya sering bertukar cerita, saling menguatkan, mengingatkan dan membagi firman Tuhan lewat sms atau ketika bertemu dengan mereka dalam setiap kesempatan. Satu kesimpulan yang saya peroleh: dunianya boleh terlihat buruk atau bahkan berbahaya, namun Tuhan tetap memiliki "orang-orang"Nya tinggal disana. Selalu ada sahabat-sahabat seiman untuk sharing dan saling menguatkan dimanapun kita ditempatkan. We're never alone, because God still has His people wherever we go.

Paulus pernah mengalami perasaan terasing seperti itu. Pada suatu kali Paulus tiba di Korintus, sebuah kota yang terletak di Yunani. Pada masa itu Korintus dikenal sebagai kota yang memiliki moral buruk dan gemar melakukan kejahatan termasuk didalamnya korupsi. Itu bukanlah tempat yang bersahabat bagi orang percaya, apalagi bagi Paulus yang memiliki panggilan untuk mewartakan Kabar Keselamatan dimanapun ia sampai. Melakukan itu di kota yang terkenal buruk akhlaknya? Salah-salah hidupnya bisa berakhir disana. Paulus merasakan hal itu. Tapi Tuhan mengetahui perasaannya. Tuhan pun kemudian menganggap penting untuk meneguhkan Paulus. "Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: "Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!" (Kisah Para Rasul 18:9). God strengthened him and encouraged him to keep going. Bukan hanya menyatakan itu, tapi Tuhan pun memberikan alasannya. "Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini." (ay 10). Kita bisa melihat bagaimana Tuhan mengingatkan Paulus bahwa dia tidak sendirian berada di kota itu. Bukan saja Tuhan sendiri berada bersamanya, tetapi ada banyak umat Tuhan lainnya yang sesungguhnya berada di kota itu. Hanya saja Paulus mungkin belum bertemu atau melihat mereka, karena ia baru saja tiba disana. Oleh karena itu Paulus tidak perlu merasa was-was dan sendirian berada di sebuah kota dengan kondisi moral yang buruk.

Berkaca dari situasi Paulus ini kita bisa melihat meskipun kita berada dalam sebuah kota atau lingkungan yang sama sekali asing bagi kita, meski situasinya terlihat buruk, sesungguhnya Tuhan tetap berada bersama kita, dan saudara-saudari seiman pun tetaplah ada disana. Apa yang perlu kita lakukan adalah menemukan dimana mereka berada, tidak bersikap eksklusif. Kita harus mau membuka diri, lalu saling dukung, saling bantu dan bekerjasama dengan mereka agar bisa tumbuh bersama. Dari sanalah kita kemudian akan mampu berbuat sesuatu bagi Kerajaan Allah dalam sebuah jaringan kerjasama yang kuat, menjadi terang dan garam yang akan memberkati orang, lingkungan, kota atau bahkan negara. Jika ada diantara teman-teman yang mungkin baru pindah ke sebuah kota lain atau negara lain dan merasa kesepian disana, ingatlah bahwa anda tidak pernah sendiri. Hari ini Tuhan mengingatkan anda secara khusus bahwa anda sebenarnya tidaklah pernah sendirian. Selain Tuhan berdiri disamping anda, selalu ada saudara-saudari seiman yang akan anda temukan seandainya anda mau membuka diri, berkenalan dan bersahabat dengan mereka. Sekalipun anda mungkin sulit menemukan cabang dari gereja anda sebelumnya atau minimal yang sejenis, ingatlah bahwa di dalam Kristus kita semua bersaudara, terlepas dari denominasi apa yang anda anggap mampu mendukung pertumbuhan iman anda hingga kini. Tidak ada yang kebetulan bahwa kita ditempatkan Tuhan pada sebuah tempat tertentu dimana kita berada hari ini, dan untuk itu Tuhan pun sudah merencanakan segalanya dengan sangat baik, termasuk di dalamnya menempatkan saudara-saudari seiman yang akan bisa saling berbagi, mengingatkan dan menguatkan di tempat yang sama. Kita tidak pernah direncanakan Tuhan sebagai mahluk individual yang anti-sosial, Tuhan justru menginginkan kita untuk menjadi orang-orang yang mau mengulurkan jabat persahabatan dengan siapapun tanpa terkecuali. Jika anda baru saja pindah atau memasuki dunia yang sama sekali asing bagi anda, pergunakan waktu-waktu yang ada untuk berkenalan dengan banyak orang. Temukanlah umat Tuhan lainnya dan bertumbuhlah bersama. Jangan khawatir, apalagi takut, karena Tuhan sudah berkata "Jangan takut...sebab banyak umatKu di kota ini."

Temukan umat Tuhan lainnya dan jadilah garam dan terang bersama-sama

Citra Diri Anak Allah

Citra Diri Anak Allah 
Sumber: http://iix.bethanygraha.org/  Written by Multimedia Graha Bethany     
Monday, 11 June 2012 09:48  
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

I Yohanes 3:1-2
“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”
Kalau kita memperhatikan ayat yang telah kita baca diatas, disitu dijelaskan bahwa oleh kasih karuniaNya yang besar maka kita layak disebut sebagai Anak Allah. Dan apabila kita sudah menjadi anak-anak Allah, maka di dalam diri kita harus ada perbedaan terhadap orang-orang yang belum mengenal Allah. Sebab saat kita percaya pada Tuhan Yesus, maka kita telah dilahirkan kembali dan citra Allah ada pada kita (Yohanes 3:5). Dan sebagai tanggungjawab kita adalah memelihara dan membuktikan bahwa kita adalah benar-benar anak Allah.

Ketika Tuhan Yesus berpuasa selama 40 hari, Dia telah dicobai oleh iblis. Tetapi Dia telah menang atas pencobaan yang dilancarkan oleh iblis. Mengapa Dia bisa menang atas pencobaan ?. Dia menang karena Dia telah mematikan kedaginganNya ketika dalam wujud seorang manusia. Bukti bahwa Dia telah mematikan kedaginganNya yaitu saat Dia dicobai untuk merubah batu menjadi roti.

Tuhan Yesus melawannya dengan firman. Tuhan Yesus merasa lapar setelah berpuasa dan Ia membutuhkan makanan, tetapi bukan berarti Dia harus memaksakan diri untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menuruti keinginan iblis, namun Dia lebih taat terhadap apa yang menjadi kehendak Bapa di sorga. Dia tahu bahwa manusia hidup bukan oleh roti saja atau sesuatu jasmani, tetapi oleh setiap firman yang keluar dari mulut Allah, dalam artian bahwa kita dapat hidup oleh perkara-perkara rohani. Dari kisah di atas menyatakan bahwa Tuhan Yesus ingin menunjukkan bagaimana kita menjadi anak-anak Allah.

Oleh sebab itu kita harus mampu menunjukkan citra diri kita sebagai anak-anak Allah, seperti yang diteladankan oleh Tuhan Yesus. Dan janganlah kita kecil hati dan merasa tidak mampu melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Tetapi percayalah bahwa kita mampu melakukan kehendak Tuhan karena Roh Kudus yang tinggal dalam diri kita memiliki kemampuan yang luar biasa.
Kita lihat Adam dan Hawa, ketika mereka mendapat hembusan nafas Allah maka mereka memiliki kuasa dan urapan, sehingga kemuliaan Allah memenuhi Adam dan Hawa. Demikian dalam kehidupan kita, apabila sudah ada kuasa Allah melalui karya Roh Kudus maka kita harus menjaganya supaya citra diri sebagai anak Allah tidak jatuh. Sebab apabila citra diri anak Allah jatuh maka citra diri kita menjadi rendah seperti binatang, contohnya orang yang mempercayai tentang horoskop atau sio. Mereka menyamakan dirinya dengan binatang sesuai lambang-lambang horoskop atau sio tersebut.

Orang yang mempercayai horoskop atau sio pasti memiliki kecenderungan untuk tidak bergantung   kepada Tuhan tetapi bergantung kepada nasib sesuai dengan horoskop atau sio mereka. Tetapi kita sebagai anak Allah tentunya tidak percaya pada nasib karena Allah yang kita sembah di dalam nama Tuhan Yesus mempunyai rancangan yang indah dan sanggup memenuhi segala kebutuhan kita. Dalam Injil Matius berkata : "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, . . . . .” (Matius 6:25-26). Hal inilah yang membuat kita tidak punya alasan untuk kuatir akan hidup ini. Kita lihat contoh yang lain yaitu kisah perjalanan bangsa Israel yang telah melakukan perjalanan selama 40 tahun menuju tanah perjanjian, mereka tidak pernah mengalami kelaparan walaupun perjalanan mereka melintasi daerah yang kering yaitu padang gurun, tetapi buktinya mereka dipelihara Tuhan walaupun mereka dalam jumlah yang sangat besar.

Begitu pula kita, mungkin saat ini mengalami pergumulan yang sangat berat. Maka tetap percayalah bahwa Tuhan tidak sekali-kali meninggalkan kita selama kita menjaga citra diri sebagai anak Allah. Bahkan, meskipun di negeri ini telah mengalami krisis yang hebat, kita harus tetap yakin bahwa Allah sanggup memelihara kita. Tetapi apabila dalam diri kita muncul kekuatiran walaupun kecil, maka janji-janji Allah tidak akan tergenapi dalam diri kita, karena firman Tuhan berkata : . . . . sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Dan lebih tegas lagi di dalam Matius telah dikatakan : “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? . . . ” (Matius 6:27-30).

Dengan demikian, bahwa kekuatiran akan membawa keadaan kita semakin terpuruk dan tidak menunjukkan citra diri kita sebagai anak Allah. Oleh sebab itu, janganlah kita membatasi diri dengan melihat keadaan atau latar belakang kita, karena bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang mustahil. Memang meyakini hal ini tidak semudah kita membalikkan telapak tangan kita, karena seringkali pikiran kitalah yang berbicara, bahwa kita tidak mungkin dapat meraih apa yang sudah dijanjikanNya. Oleh karena itu firman Tuhan menasehatkan kita, seperti yang tertulis dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, yang berbunyi : “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, . . . . ” (Filipi 2:5-11)

Jadi, supaya kita tidak dibatasi oleh pikiran kita sendiri, maka kita harus menggunakan pikiran Kristus Yesus, karena dengan menggunakan pikiran Kristuslah, kita akan mendapatkan janji-janji Tuhan dan predikat sebagai imamat yang rajani benar-benar nyata dalam kehidupan kita. Dan apabila saat ini kita sedang mengalami masalah janganlah kita mengeluh, karena Tuhan akan menunjukkan kuasaNya. Sebab tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menolong kita dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengarkan doa kita. Dan jikalau hingga saat ini persoalan kita belum selesai, maka janganlah kita cemas dan takut sebab Allah tidak memberi roh perbudakan yang membuat kita takut tetapi Dia memberikan RohNya yang kudus yang membawa kita hidup dalam kemenangan (Roma 8:15-17). Amin.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification