30 Maret 2014

Menang Atas Kekuatiran

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat Bacaan : Matius 6:25-34
Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (ayat 25)
Setiap orang tentunya pernah mengalami apa yang disebut dengan kuatir. Bentuk kekuatiran ini beraneka ragam, baik itu kuatir akan kesehatan yang tidak stabil, pekerjaan, keamanan dan masalah hidup lainnya. Secara manusia memang rasa kuatir muncul itu adalah hal yang wajar, namun kalau kita tidak bisa kita kendalikan maka keadaan tersebut akan membuat kita kehilangan pengharapan. Dan akhirnya hidupnya tidak tenang dan kehilangan damai sejahtera. Bukankah kita adalah anak-anak Tuhan yang dipimpin Allah untuk mencapai kemenangan demi kemenangan atas hidup ini.
Untuk itu marilah kita belajar melalui ayat bacaan diatas dimana menasehatkan kita supaya kita tidak kuatir atas kehidupan kita, karena kuatir akan merugikan diri sendiri. Ketika seseorang mulai kuatir maka secara tidak sadar orang tersebut menghambat dirinya untuk mengalami peningkatan atau kemajuan, bahkan keadaannya semakin buruk. Selama saya melayani Tuhan, saya percaya bahwa kerajaan surga bisa turun ke bumi dan pemeliharaannya sungguh nyata dalam kehidupan saya. Seperti halnya Musa ketika memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian, mereka harus melintasi padang gurun.  Seperti yang kita ketahui bahwa di padang gurun tidak ada air, tumbuh-tumbuhan ataupun hujan.
Tetapi selama 40 tahun di padang gurun mereka tetap dipelihara Tuhan. Makanan disediakan Tuhan berupa mana, dan apabila mereka butuh daging, Tuhan sediakan berupa burung puyuh, demikian pula air juga disediakan Tuhan. Walaupun demikian mereka tidak pernah mengucap syukur kepada Tuhan, justru mereka selalu bersungut-sungut dan kuatir atas hidupnya. Mereka merasa lebih nyaman tinggal di Mesir, padahal di Mesir mereka menjadi budak yang kehilangan harkat dan martabatnya sebagai umat pilihan Tuhan. Ketika mereka berada di padang gurun, kekuatiran dan ketakutan membelenggu hidupnya, meskipun Allah sudah menyatakan mujizatNya sepanjang perjalanan mereka.

Saudara, mungkin kita pernah atau sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada ”di pandang gurun.” Ingatlah bahwa Tuhan tetap beserta dengan kita, dan janganlah kita kuatir atas kehidupan kita, sebab firman Tuhan menasehatkan kita : ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Kalau kita mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya dengan kata lain kita mencari Tuhan atau berdoa maka disitulah kita sedang mengundang sorga untuk turun ke bumi, seperti yang tertulis dalam Matius 6:10, ” datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”

Setiap orang percaya kepada Yesus Kristus, dibaptiskan pasti selamat, sebab di bawah kolong langit tidak ada nama yang memberikan keselamatan kecuali nama Yesus. Sejak kita percaya kepada Yesus Kristus kita boleh mengalami/menikmati kerajaan sorga. Apabila kita taat kepada Tuhan maka Tuhan memelihara kita, oleh sebab itu janganlah kita kuatir. Apabila Tuhan menunjuk suatu tempat baik di sorga maupun dibumi sebagai tempat kediamanNya maka disitulah ada urapan Allah dan tempat tersebut menjadi makmur, sebab dimana Tuhan hadir maka disitu ada kesejahteraan. Lalu, ”dimana Tuhan hadir ?” di padang gurun, di Israel, di Yerusalem. Saat Daud mempunyai cita-cita membangun bait Allah tetapi dia tidak sampai menyelesaikannya, sehingga yang menyelesaikan adalah Salomo. Dengan demikian Salomo diberkati secara luar biasa, sampai tidak ada raja yang megah dan mulia seperti Salomo. Untuk itu perlu kita mengerti bahwa ketika Tuhan berkenan di tempat dimana Tuhan tinggal maka tempat itu menjadi makmur. Dan saat ini Allah di tengah-tengah kita sebab kita adalah bait Allah (I Korintus 6:19-20).

Kerajaan Allah seperti seorang perempuan mengambil tepung yang diberi ragi. Walaupun ragi itu sedikit tetapi sanggup mengkamirkan seluruh adonan. Demikianlah satu orang dipenuhi Roh Kudus maka semua orang dipenuhi Roh Kudus. Satu orang diselamatkan maka seisi rumah diselamatkan. Begitu pula dengan rumah tangga kita. Apabila kita seisi rumah membuka mezbah bagi Tuhan maka disanalah Tuhan hadir. Hal itu kita kerjakan di bumi tetapi keadaannya sama seperti di sorga. Apabila kita melibatkan Tuhan dan mengandalkan kekuatan Roh Kudus dalam kehidupan kita maka kita akan melakukan perkara yang besar. Dan apa yang menjadi doa Paulus seperti yang tertulis dalam Efesus 3:14-21 akan menjadi kenyataan dalam kehidupan kita.

Ketika anak saya yang bungsu lahir tetapi saya tidak ada biaya akhirnya saya bawa ke bidan kampung. Dan saat itu saya tidak ada biaya untuk membawa ke dokter, padahal saat itu anak saya lahir dalam kondisi sungsang. Akhirnya setelah dia lahir sempat kekurangan oksigen sehingga mengalami nggaguan pada otaknya atau dapat dikatakan anak itu lahir dalam kondisi cacat. Padahal saya ini seorang hamba Tuhan yang sering berkhotbah bahwa anak-anak Tuhan pasti hidupnya diberkati, sedangkan anak saya lahir dalam kondisi cacat. Tetapi dari sinilah Tuhan mengajar saya mengenai perkara-perkara yang luar biasa. Dan sampai usia lima tahun anak saya masih belum bisa bicara, tetapi saat itu timbul pertanyaa, “mengapa anak saya masih belum bisa bicara ?” dan saat itu Tuhan bertanya, “dimanakah alamatKu ?” saya jawab : “ada dalam kerajaan sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa.” Tetapi Tuhan menjawab, “alamatKu ada di dalam dirimu.”
Seperti yang firman katakan, “bahwa tubuhmu adalah bait Allah.” Lalu saya berkata, “Tuhan aku tidak bisa melayaniMu lagi sebab anak saya cacat, karena nanti saya tidak akan menjadi berkat bagi orang lain.” Tetapi Tuhan berkata, “cipta dia.” Lalu saya bertanya kepada Tuhan, “Bagaimana anak yang sudah umur lima tahun bisa dicipta.” Tetapi Tuhan berkata, bukankah aku ada dalam dirimu ?”. Dengan demikian dalam diri kita saya dibukakan dan mendapat pengertian bahwa di dalam diri kita ada kuasa untuk mencipta. Dan saat itu saya mulai mencipta anak saya dalam doa untuk menjadi normal, walaupun setelah saya berdoa anak saya masih belum sembuh pula, tetapi saya tetap percaya, sehingga dalam tiga bulan anak saya sudah bisa berjalan tetapi saya belum mendoakan dia untuk bicara, dan akhirnya saya berdoa supaya dia bisa bicara.

Saudara, dari sinilah kita akan belajar bagaimana dampak kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Seperti halnya pada waktu bumi dalam keadaan campur baur dan Tuhan hadir maka segalanya menjadi sempurna, demikianlah dalam kehidupan kita apabila Dia hadir dalam kehidupan maka kita sanggup untuk mengendalikan situasi dunia ini yang membawa kita dalam kekuatiran. Dengan demikian kita akan tetap kuat dan teguh dalam menyelesaikan segala pergumulan sampai kita mencapai kemenangan yang gilang gemilang, Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

22 Maret 2014

Jangan Anggap Rendah Kasih Karunia Allah

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu."
Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" Kata Yakub : "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.
Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.”
Kejadian 25:29-34
Dalam kalimat terakhir pada ayat bacaan di atas telah dinyatakan bahwa Esau memandang ringan atau rendah mengenai hak kesulungan. Padahal itu adalah sangat penting sebagai anak sulung untuk menerima hak waris. Oleh karena itu Yakub mengejar hak kesulungan itu dengan segala cara, untuk mendapatkan berkat dari Ishak. Kisah ini merupakan gambaran dalam hidup ini. Dimana berapa banyak orang meremehkan atau merendahkan hak kesulungan; dalam arti bahwa banyak orang merendahkan atau meremehkan kasih karunia Allah demi semangkok kacang merah yang merupakan gambaran dari kenikmatan atau harta dunia. Firman Tuhan berkata : ”Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (Roma 2:4)

Saudara, dalam Ibrani 12:16 disebutkan bahwa Esau mempunyai nafsu yang rendah sehingga ia menjual hak kesulungannya dengan hal yang fana. Oleh karena sikapnyalah maka Allah membenci Esau tetapi mencintai Yakub, seperti yang tertulis dalam Maleakhi 1:2-3 “ . . . namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Dalam hal ini mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita, “Apakah Allah itu tidak adil sehingga Ia membenci Esau dan mengasihi Yakub padahal Esau adalah saudara kandung Yakub ? (Roma 9:13-14). Pengetian keadilan menurut Allah berbeda dengan pengertian yang dimiliki oleh manusia, sebab itulah orang menganggap bahwa Allah tidak adil. Dalam hal ini marilah kita memahami tentang keadilan menurut pandangan Allah dan bukan pandangan manusia. Jadilah orang yang dikasihi Tuhan dan bukan orang yang dibenci oleh Tuhan.
 
Dan perlu diketahui bahwa orang yang percaya kepada Yesus dan mengalami kelahiran baru, orang tersebut berhak menerima hak kesulungan, yaitu sebagai ahli waris kerajaan surga sebab ia telah mempunyai visi untuk masuk dalam kerjaan Allah, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:22-23, ”Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.”
Apabila kita mengetahui bagaimana proses seseorang memperoleh hak kesulungan maka orang tersebut tidak akan menganggap rendah atau menyia-nyiakan kasih karunia Allah.
Sebab firman Tuhan telah berkata : ”Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yohanes 6:44). Begitu pula tidak ada seorangpun dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus (Yohanes 14:6). Dari kedua ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada sedikitpun turut campur tangan manusia untuk menerima kasih karunia Allah dan dapat masuk kerajaan Allah. Semuanya itu semata-mata oleh kasih Allah kepada manusia. Jadi bagaimana seseorang dapat meremehkan atau merendahkan kasih karunia ?. Dan jikalau ada seseorang meremehkan kasih karunia Allah maka orang tersebut berada dalam kebodohannya. Dalam hal yang lain telah terbukti bahwa tidak ada seorangpun dapat mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atau Mesias kecuali Roh Kudus ada di dalam diri orang tersebut, seperti yang tertulis dalam I Korintus 12:3, ”Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.” Bahkan ketika Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup; Yesuspun berkata kepada Petrus, kataNya : “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, malainkan BapaKu yang di sorga (Matius 16:15-19).

Selain kita tidak boleh meremehkan kasih karunia Allah, kita tidak boleh meninggalkan kasih mula-mula, sebab jikalau seseorang meninggalkan kasih mula-mula, orang tersebut dapat dikatakan merendahkan kasih karunia Allah. Bukankah firman Tuhan telah mengingatkan kepada orang-orang yang mulai undur dalam mengiring Tuhan, seperti yang tertulis dalam Wahyu 2:4-5 ”Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” Dan pada Ibrani 10:38-39 juga telah dikatakan, ”Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”
Jadi melalui ayat ini biarlah menjadi peringatan bagi kita yang mulai meninggalkan Tuhan supaya kaki dian atau urapan Allah tidak diambil dari kita. Untuk itu perlu kita ketahui pula bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Matius 22:14). Dan kita termasuk orang-orang yang terpilih seperti firman katakan, ”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (I Petrus 2:9).

Oleh karena itu jangan sia-siakan kesempatan yang telah diberikan kepada kita karena suatu saat tidak ada lagi kesempatan untuk menerima kasih karunia Tuhan sebab kita telah meremehkannya, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:16-17, ”Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” Lebih dari semua itu, biarlah roh kita tetap menyala-nyala dalam melayani Tuhan sebab kedatangan Tuhan tidak ditangguhkan lagi. Dan jangan sampai kita setengah-setengah dalam mengerjakan keselamatan yang telah diberikan kepada kita sebab orang yang suam-suam atau setengah-setengah akan dimuntahkan, seperti yang tertulis dalam Wahyu 3:15-16, ”Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Amin.


Sumber: http://www.bethanygraha.org

16 Maret 2014

Kasih Karunia Allah

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Ayat bacaan : I Korintus 3:10-11  ”Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya.
Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”
Untuk dapat percaya kepada Yesus itu tidak mudah, karena hal itu merupakan kasih karunia Allah. Tetapi bersukacitalah setiap kita yang telah menerima kasih karunia Allah, sehingga kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan raja. Dalam hal inilah rasul Paulus yang telah menerima karunia Allah telah memenuhi panggilannya sebagai rasul untuk memberitakan Injil. Setiap kali Paulus memberitakan Injil, ia memberitakan dengan begitu mantap dan juga disertai tanda-tanda ajaib. Paulus telah meletakkan dasar yaitu percaya kepada Yesus. Dan tiap-tiap orang harus tahu/memperhatikan bagaimana ia harus membangun di atas dasar tersebut, karena dengan demikian maka orang tersebut menjadi bangunan yang kokoh.
Meskipun badai dan gelombang kehidupan menimpa dalam dirinya maka orang tersebut akan bediri teguh dan tidak mengalami kehancuran, tetapi sebaliknya bagi mereka tidak membangun pada dasar yang benar maka orang tersebut akan mengalami kehanncuran, seperti yang tertulis dalam Matius 7:24-27, ”Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Saat ini kerohanian kita dalam pertumbuhan, dimana kita dituntut untuk senantiasa mendengarkan atau membaca firman Tuhan dan melakukan. Lalu bagaimana kita mendapatkan firman Tuhan secara langsung, seperti Abraham, Daud, dll. Sebab itu merupakan gambaran kita membangun bangunan di atas dasar batu karang. Seperti yang kita yakini saat ini bahwa keselamatan itu hanya dalam nama Yesus. Untuk itu marilah kita belajar menerima firman Tuhan itu secara langsung, karena setiap orang ada kesempatan untuk bertumbuh seperti rumah yang kokoh. Disamping itu pekerjaan yang bagus itu memuliakan nama Tuhan. Dan perlu diketahui pula bahwa setiap kita melakukan segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan maka kita akan mendapat upah (I Korintus 3:14). Mungkin saat ini pekerjaan kita belum berhasil, tetapi apabila kita mendengarkan firman Tuhan dan melakukan maka kita akan berhasil. Jika pekerjaannya terbakar ia akan mengalami kerugian tetapi ia pasti diselamatkan, karena dasarnya sudah ditanamkan dalam diri kita.
Dengan demikian kita harus memperhatikan bagaimana kita hidup, seperti yang telah disampaikan oleh rasul Paulus yaitu apabila aku hidup aku harus mengasilkan buah dan jika aku mati itu adalah keuntungan. Paulus menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah, dan barangsiapa membinasakan bait Allah akan dibinasakan Allah. Memang tubuh ini tidak masuk surga, tetapi selama menjadi orang Kristen yang tidak berhasil, maka keadaan kita seperti dalam api (terbakar) atau dilanda banjir. Oleh karena itu saya katakana sekali lagi, perhatikan bagaimana kita hidup karena tubuh ini adalah bait Allah.
Mungkin dalam hati kita timbul pertanyaan : “Mengapa kita tidak dapat mendengar firman Tuhan secara langsung dari Tuhan ?” Sebenarnya Roh yang ada dalam diri kita ingin menyampaikan wahyu dalam kehidupan kita tetapi oleh karena kita sering mendukakan atau melawan Roh Kudus, maka dalam diri kita ada permusuhan yang dapat merusak tubuh kita (Bait Allah). Contoh : kalau kita cemas atau kuatir maka kita tidak dapat mendengar suara Tuhan, walaupun diri kita ada Roh Kudus. Oleh karena itu kita harus tegas terhadap hal-hal negatif yang menghambat kita untuk mendengar suara Tuhan, yaitu segala keinginan daging seperti yang tertulis dalam Galatia 5:19-21, ”Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.”

Saudara, ada penghalang lain selain hal-hal negatif yang membuat kita tidak dapat mendengarkan firman Tuhan, yaitu hikmat dunia (akal), seperti yang tertulis dalam I Korintus 3:18-19, ”Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat. Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: "Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya.” Memang seseorang dapat mengalami kemajuan dalam waktu sesaat, tetapi pada suatu saat dia menghadapi persoalan dalam hidupnya maka orang tersebut tidak tahan, sehingga mengalami kehancuran. Padahal Allah sangat rindu memberkati kita sampai anak cucu kita, karena sangat menyedihkan apabila anak cucu kita tidak diberkati. Lalu, ”bagaimana Tuhan memberkati kita sampai anak cucu kita ?” Kita harus memiliki hikmat yang benar (Wisdom), seperti  yang tertulis dalam I Korintus 2:6, dan pikiran Kristus diberikan kepada kita untuk kemuliaan atau kejayaan kita. Karena dengan demikian apa yang tertulis dalam I Korintus 2:9 akan dinyatakan dalam kehidupan kita.

Kesaksian : Pada saat saya (Pdt. Abraham Alex T.) bertobat, memang ada hamba Tuhan yang bernubuat kepada saya. Hamba Tuhan itu tumpang tangan kepada saya. Lalu hamba Tuhan itu berkata dalam bahasa Inggris, katanya ”Son, you will serve Me”, lalu saya ngomong kepada istri saya, ”kamu percaya aku jadi pendeta”, lalu istri saya menjawab ”modelmu seperti itu masak jadi pendeta.” Tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, pada tiga bulan berikutnya saya sedang mengendari mobil kecil, kemudian saya menabrak anak kecil. Tetapi puji Tuhan, saya tidak dikroyok oleh orang banyak dan anak itu tidak menjadi mati. Dan sejak itu saya bertobat, dan rindu melayani Tuhan. Dan suatu saat pada waktu doa puasa Tuhan utus supaya saya pindah ke Surabaya, padahal ada beberapa cabang yang sudah saya buka di Mojokerto tetapi oleh karena Tuhan berbicara kepada saya, maka saya taat untuk melakukannya. Karena kalau kita penuh dengan Roh Kudus maka kita akan tahu pikiran Tuhan. (I Korintus 3:11-12)

Demikian halnya ketika saya membangun gedung ini, saya dianggap bodoh. Mereka berkata, ”buat apa kita membuat gedung gereja besar.” Tetapi saya tidak goyah sebab saya mendengar firman Tuhan (wahyu), kataNya : ”buat lumbung yang besar maka Aku akan mengisinya.” Memang untuk membangun gedung ini membutuhkan dana yang cukup besar tetapi saya percaya bahwa Tuhan sanggup memberkati sehingga terbangunnya gedung ini. Oleh sebab itu milikilah pikiran Kristus dan lakukan, serta jangan sekali-kali padamkan Roh Kudus yang ada dalam diri kita sebab itu yang membuat kita sanggup melakukan perkara-perkara yang besar (I Korintus 3:14). Karena, meskipun orang mempunyai cita-cita setinggi langit tetapi apabila tanpa wahyu dari Tuhan maka semuaya akan sia-sia (I Korintus 3:20). Begitupula apabila kita berhasil, biarlah hidup kita tetap dipimpin oleh Allah dan jangan membanggakan manusia tetapi banggakanlah Yesus yang telah memberkati kita (I Korintus 3:20-21). Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

9 Maret 2014

Tetap Berbuah

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Markus 11:12-14, 20-21
”Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu.
Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya.”

Sepanjang pelayanan Yesus di muka bumi ini, Ia senantiasa mengajar murid-muridNya untuk mengerti dan melakukan kehendak Bapa, walaupun Ia mengajar muridNya dalam waktu yang cukup relatif singkat, namun dampak pengajaranNya sungguh luar biasa. Yesus mengajar kepada murid-muridNya tidak hanya dengan perkataan saja, tetapi disertai dengan perbuatan juga. Selain itu, kadang ada hal-hal yang diajarkanNya sulit untuk dimengerti, sehingga murid-muridNya harus bertanya mengenai maksud dan tujuan terhadap apa yang telah diajarkanNya. Demikian halnya dengan kita; kadang-kadang tidak dapat memahami apa yang telah Tuhan ajarkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Tetapi puji Tuhan, melalui pimpinan daripada Roh Kudus yang tinggal dalam kehidupan kita telah membuat kita mengerti apa yang menjadi maksud dan kehendak Tuhan.

Begitu pula dengan ayat-ayat diatas yang telah kita baca. Memang sepintas tampaknya hanya sebuah cerita perjalanan Yesus. Tetapi di dalamnya mengandung pengertian yang cukup dalam. Dimana, ketika Yesus keluar dari Betania Ia merasa lapar, dan saat itu Ia mendapatkan sebatang pohon ara. Pohon ara itu daunnya cukup lebat, dan Yesus mencoba untuk mendapatkan buah pohon ara tersebut, tetapi Ia tidak menemukannya, karena memang bukan musimnya. Lalu apa yang dilakukan oleh Yesus ketika tidak mendapatkan buah ara itu ?. Yesus berkata kepada pohon ara itu : “jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya !” Dan murid-muridNya pun mendengarnya.” Dan setelah Yesus berkata demikian, maka keesokan harinya pohon ara itu menjadi kering sampai pada akarnya. Hal ini dilakukan oleh Yesus tampaknya seolah-olah Ia marah kepada pohon ara itu. Tetapi sesungguhnya Ia sedang memberi pelajaran kepada murid-muridNya, bahwa Tuhan tidak suka terhadap orang yang beribadah secara musiman seperti pohon ara yang berbuah sesuai dengan musimnya. Padahal Tuhan memberkati atau memberi rejeki kepada kita setiap hari dan setiap saat.

Dan perlu kita ketahui, bahwa keadaan kita itu seumpama pohon yang ditanam ditepi aliran air, yang tidak pernah layu daunnya dan senantiasa mengahasilkan buah; seperti yang tertulis dalam Yehezkhiel 47: 12 “Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat."
Keadaan ini akan berlaku dalam kehidupan kita apabila kita tidak menjadi orang Kristen yang beribadah secara musiman. Karena sejak Roh Kudus ada pada kehidupan kita, maka semuanya akan menjadi baik (subur) dan mengahasilkan buah yang lebat. Dan juga perlu kita ingat, bahwa Tuhan itu tidak pernah berhenti untuk mengairi kehidupan kita. Tetapi sebaliknya, apabila kita beribadah dan meresponi kehadiran Roh Kudus secara musiman, maka kita akan mengalami kesuaman. Dan sebagai akibatnya, kita akan dimuntahkan oleh Tuhan seperti jemaat Laodikia yang juga mengalami kesuaman.

Selanjutnya, apabila kita sudah berada pada posisi yang benar dan tidak berada pada posisi orang Kristen musiman, maka selain kita diberkati; Tuhan akan memberi pelajaran kepada kita untuk bisa bernubuat. Sebab posisi yang benar ini mengijinkan kita untuk meminta sesuatu atau menyampaikan sesuatu kepada Tuhan, tentunya hal-hal yang positif, yaitu sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebab, dalam II Petrus 1:21 telah dikatakan bahwa : “tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Oleh sebab itu, segala sesuatu yang kita minta atau kita sampaikan pasti terjadi, selama kita dalam posisi yang benar, yaitu hidup sesuai dengan firmanNya. Demikian halnya Yesus berkata kepada murid-muridNya : “Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” (Markus 11:22-24).

Dan bagaimanakah supaya nubuatan kita tidak terhambat ?. Agar nubuatan kita tidak terhambat, maka dalam diri kita harus penuh dengan pengampunan. Karena didalam Injil Markus 11:25-26 telah dikatakan : “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” Memang, untuk menjalani hidup yang penuh pengampunan itu tidak mudah, tetapi bagaimanapun juga kita harus belajar untuk hidup penuh dengan pengampunan, khususnya mengampuni orang-orang yang menyakiti kita. Karena Tuhan inginkan agar kita bebas dari segala permusuhan.

Setelah kita memahami dan melakukan pengajaran yang telah diberikan Tuhan Yesus kepada kita, maka kita akan disebut sebagai orang yang berbahagia, karena kita hidup dalam kelimpahan di dalam Tuhan. Tetapi kita tidak boleh berhenti sampai disini, karena berapa banyak orang jatuh dalam dosa, justru ketika mereka berada dalam kelimpahan. Mereka merasa nyaman berada dalam situasi yang mapan. Dan apabila orang tersebut tidak segera sadar dengan apa yang dilakukannya maka akan terjadi seperti yang tertulis dalam Lukas 12:19-21 “Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu . . . .”
Oleh sebab itu, biarlah kita tetap ingat akan firman Tuhan yang menasehatkan kepada kita supaya roh kita tetap menyala-nyala dalam melayani Tuhan sampai kedatanganNya yang kedua kali. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

2 Maret 2014

Temukan Kehendak Tuhan Atas Hidupmu

Pdt. Dr. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat Bacaan: Efesus 3:14-21
Surat rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat Efesus, khususnya yang berkaitan dengan ayat bacaan diatas telah menjelaskan mengenai segala apa yang menjadi kehendak Tuhan Yesus. Dan Paulus sendiri menyadari bahwa sebagai hamba Tuhan tidak punya kuasa untuk menyampaikan kehendaknya sendiri, selain kehendak daripada Kristus. Dan kehendak Kristus itu dapat kita tangkap melalui pewahyuan untuk disampaikan kepada jemaat Tuhan. 
Kehendak Kristus yang disampaikan oleh Paulus kepada jemaat Efesus, terlebih dahulu telah didoakan oleh Paulus. Demikian halnya dengan kita sebagai hamba Tuhan, yaitu ketika kita menyampaikan kehendak Kristus, maka perlu ditopang dengan kekuatan doa. Saat itu Paulus sudah berusaha dengan sekuat tenaga memberikan pengajaran dan dia juga memperlengkapinya dengan doa. Untuk itu kita akan belajar mengenai kehendak Tuhan atas kehidupan kita seperti yang dialami oleh beberapa orang yang tercatat dalam Alkitab, diantaranya :

1. Tentang Petrus (Matius 16:16-19)

Pada waktu Simon dipanggil Tuhan, ia datang dengan keberadaannya yaitu sebagai seorang nelayan. Disamping itu, ia termasuk orang yang tidak pandai, memiliki watak yang emosional dan  cenderung labil serta pengecut. Namun oleh kehendakNya, maka nama Simon diubahnya menjadi menjadi Petrus yang artinya “batu karang.” Memang, apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus pada saat itu bertolak belakang dengan keberadaan Simon. Walaupun Petrus mengalami gelombang hidup dengan kelemahan dan kekurangannya, tetapi pada akhirnya Petrus menjadi soko guru bagi jemaat Tuhan (Kisah Para Rasul) sebab hidup Petrus berada dalam kehendak Tuhan. Dan kehendak Tuhan tersebut juga berlaku dalam kehidupan kita sebagai umat percaya, supaya kita diberkati, berhasil dan menjadi batu karang yang teguh walaupun diterpa dengan berbagai persoalan. Untuk itu kita harus belajar tetap konsisten terhadap panggilan kita sesuai dengan kehendakNya.

2. Tentang Zakheus (Lukas 19:1-7)

Zakheus adalah sosok pribadi yang dipandang buruk moralnya oleh masyarakat pada waktu itu, karena ia adalah seorang pemungut cukai yang suka memeras masyarakat dan sangat kikir meskipun ia termasuk orang kaya. Ia tinggal di kota Yerikho, yang mana kota tersebut pernah dikutuki oleh Yosua, sehingga barangsiapa yang membangun kota itu akan terkutuk. Oleh karena itu Tuhan Yesus tidak mau mampir di kota itu, namun hanya melewatinya saja.
Tetapi kehendak Tuhan atas Zakheus sangat luar biasa. Tuhan Yesus mau singgah di rumah Zakheus dan makan bersama-sama dengannya. Dan sejak saat itulah terjadi kebangunan rohani dan pemulihan secara drastis atas kehidupan Zakheus. Oleh karena itu perlu kita ketahui bahwa Tuhan menunjuk pribadi atau tempat untuk menjadi milik-Nya, maka Kerajaan Allah ada di sana.  Mungkin saat ini banyak orang memandang kita seperti memandang Zakheus pada waktu itu (walaupun kita tidak memiliki akhlak seperti Zakheus), tetapi apabila kita sudah menerima Kristus maka percayalah bahwa Tuhan sedang mengangkat kita. Dan Tuhan memanggil kita tidak memandang keberadaan kita, tetapi Dia memandang dengan caraNya untuk merubah kehidupan kita.

3. Tentang Maria Magdalena (Yohanes 8:10-11)

Di dalam ayat ini telah diceritakan mengenai kehidupan daripada Maria Magdalena yang telah kedapatan sedang berbuat zinah. Sehingga dia harus digiring di depan umum untuk dirajam batu sesuai dengan hukum yang berlaku. Semua orang mengatakan bahwa Maria Magdalena pantas untuk dihukum mati. Tetapi rencana Tuhan berbeda, Tuhan menghendaki ia tetap hidup dan dipulihkan. Maria Magdalena telah mendapat kasih karunia dari Tuhan, sehingga pada akhirnya ia mengalami pertobatan yang luar biasa. Demikian halnya dengan kita, dimana Tuhan ingin menyatakan kasihNya kepada kita, agar kita diselamatkan dan dipulihkan. Dan apabila kita sedang mengalami jalan buntu karena dosa dan kesalahan kita, maka segeralah minta ampun dan bertobat, maka kasih karunia Allah akan dicurahkan dalam kehidupan kita.
Untuk mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan kita itu memang tidak seperti yang kita inginkan, karena kadang-kadang tampak seolah-olah bertentangan dengan akal kita. Oleh karena itu biarlah kita senantiasa mengambil waktu khusus untuk bergaul dengan Tuhan yaitu melalui saat teduh dan menyelidiki kebenaran firmanNya, maka Tuhan akan menyingkapkan rahasia firmanNya untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tentang Lazarus (Yohanes 11:11)

Kisah Lazarus sudah tidak asing lagi bagi kita yaitu mengenai kematiannya yang sudah berjalan empat hari di dalam kubur namun telah dibangkitkan oleh Tuhan Yesus. Saudara, peristiwa Lazarus ini tidak masuk akal untuk bisa dipulihkan; yang pertama : ia sudah mati, yang kedua : kematiannya sudah berjalan empat hari didalam kubur, tentunya organ tubuhnya sudah rusak. Tetapi kehendak Tuhan atas diri Lazarus sungguh luar biasa. Dimana tidak ada batasan bagi Allah untuk menyatakan kehendakNya.
Oleh sebab itu, marilah kita tetap berpegang teguh pada firmanNya. Karena bagi Allah tidak ada sesuatu  yang mustahil. Dan jikalau saat ini kita mengalami kematian secara ekonomi, hubungan keluarga, usaha dan hal-hal yang lainnya, maka tetaplah percaya bahwa Allah sanggup membangkitkan/memulihkannya.

5. Tentang Seorang Kusta (Matius 8:1-3)

Dalam kisah ini telah memberi pengertian bahwa Tuhan Yesus tidak hanya menghendaki orang kusta itu disembuhkan, tetapi terlebih daripada itu Tuhan ingin orang kusta itu menjadi berkat/kesaksian bagi banyak orang atas pemulihan yang telah dilakukan Tuhan Yesus. Dan orang kusta ini menyatakan bahwa pemulihan yang terjadi dalam hidupnya bukanlah hasil usahanya tetapi oleh kasih karuniaNya.
Saudara, melalui beberapa contoh diatas biarlah menjadi pelajaran dalam kehidupan kita, bahwa Allah menghendaki setiap umatNya untuk dipulihkan, disembuhkan, dibangkitkan dan diberkati secara berlimpah-limpah menurut kuasa dan kekayaanNya. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification