Ucapan Syukur
Written by Multimedia Bethany Graha
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
(1 Tesalonika 5:18)
Salah satu kehendak Tuhan dalam kehidupan kita adalah mengucap
syukur, seperti yang tertulis dalam ayat bacaan di atas. Dan pada
umumnya seseorang mengucap syukur oleh karena menerima berkat; baik itu
berupa materi, kedudukan, jabatan atau terhindar dari malapetaka dan
lain sebaginya. Namun kali ini Tuhan mengajar kita untuk mengucap syukur
dalam segala hal; tentunya baik dalam suka maupun duka. Sebagai umat
tebusan Allah yang telah diselamatkan dari hukuman dosa dan menerima
janji-janji Allah, seharusnya tidak punya alasan untuk tidak mengucap
syukur. Tetapi, kenyataannya banyak orang yang lalai untuk mengucap
syukur, walaupun telah menerima berkat Tuhan.(1 Tesalonika 5:18)
Oleh karena itu Tuhan mengingatkan kita kembali untuk belajar mengucap syukur senantiasa. Hal ini dapat kita lihat dalam Injil Lukas 17:11-19 yaitu kisah mengenai sepuluh orang kusta yang sudah disembuhkan oleh Yesus. Kesepuluh orang tersebut sedang mengalami persoalan yaitu mengalami sakit kusta. Dan kita menyadari bahwa setiap manusia pasti mengalami persoalan, termasuk kita sebagai anak-anak Tuhan. Memang, persoalan kita berbeda-beda bentuknya, tetapi banyak orang yang membandingkan persoalannya lebih besar dari persoalan orang lain, sehingga mereka melihat orang lain lebih enak dari dirinya. Namun kita akan melihat tindakan orang yang sakit kusta tersebut. Mereka telah mengambil langkah yang benar yaitu mencari Yesus (ayat 13). Mereka berdoa minta pertolongan kepada Yesus, dan mereka telah mendapatkan cara Yesus, yaitu “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam-imam.” (ayat 14a). Memang, terkadang Tuhan memiliki cara yang aneh dalam menolong kita, tetapi apabila kita mengikuti apa yang menjadi cara Tuhan maka segala sesuatu tidak ada yang mustahil. Dan berapa banyak diantara kita yang membatasi kuasa Tuhan, karena menganggap aneh cara Tuhan sehingga mujizat tidak terjadi dalam kehidupan kita.
Saudara, dari kisah ini kita lihat bahwa setelah kesepuluh orang kusta itu pergi, seperti yang diperintahkan Yesus maka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Kata tahir yang terdapat pada ayat 14, berasal dari kata “katharizo” (artinya : bersih). Tubuh yang terkena kusta telah menjadi bersih. Sedangkan pada ayat ke 19 terdapat kata “menyelamatkan,” yang berasal dari kata “sozo” (artinya : sembuh dan selamat). Dalam kisah selanjutnya telah diceritakan bahwa dari antara mereka yang telah disembuhkan hanya terdapat satu orang yang kembali kepada Yesus dan tersungkur di bawah kaki Yesus untuk mengucap syukur, sedangkan kesembilan lainnya tidak kembali. Jadi perbandingannya adalah hanya sepuluh persen yang tahu bersyukur. Apakah ini terjadi dalam kehidupan kekristenan ? Tetapi inilah kenyataannya bahwa sangat langka orang yang mau mengucap syukur. Memang, tidak semua orang tahu untuk mengucap syukur buat segala berkat yang sudah Tuhan berikan. Mereka menganggap bahwa keberhasilan, kemakmuran, dan kesehatan adalah hasil usahanya. Mereka tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang dialami oleh manusia adalah anugerah Tuhan. Dan perlu kita ketahui bahwa sampai hari ini mujizat Tuhan masih berlangsung.
Selanjutnya, yang menarik perhatian kita adalah dalam ayat 17 pada pertanyaan Yesus, “Di mana yang kesembilan lainnya?” Pertanyaan ini mengingatkan kita pada waktu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Tuhan bertanya, “Adam di mana engkau?” Saat ini, Yesus bertanya juga kepada kita dengan pertanyaan yang sama. Tuhan mencari orang yang tidak mau bersyukur. Lalu, Apakah kita semua adalah orang yang sudah tahu bersyukur, atau kita termasuk orang-orang yang dicari Yesus sebab tidak tahu bersyukur. Dan saat ini Yesus mencari orang yang tidak tahu bersyukur, karena percuma mereka mengalami “kesembuhan” saja, jikalau mereka tidak “diselamatkan.” Tuhan mau agar kita disembuhkan dan diselamatkan. Sepuluh orang kusta mengalami posisi yang sama dalam hal persoalan. Mereka juga sama-sama berdoa, tetapi pada waktu mereka mengalami mujizat, yang datang beryukur cuma satu orang. Untuk itu siapapun kita sebagai orang percaya, kita adalah orang yang mengalami mujizat dan tahu mengucap syukur, sehingga kita mengalami keselamatan di bumi dan di sorga.
Mengapa banyak orang tidak bersyukur? Jawabannya adalah lupa. Untuk itu jangan lupa akan kebaikan Tuhan. Bersyukurlah! Mazmur 100 mencatat tentang bersyukur kepada Tuhan. Kalau kita ada sampai hari ini, semua oleh karena anugerah Tuhan. Ada banyak hal yang mesti harus kita syukuri. Hal-hal kecil sekalipun harus kita syukuri. Kalau kita tahu menghargai yang sedikit dan sederhana, lalu kita syukuri, maka Tuhan akan mempercayakan yang lebih besar lagi.
Ada beberapa cara kita mensyukuri kebaikan Tuhan?
1. Menaikan Pujian Dan Penyembahan Bagi Tuhan.
Pujian yang kita naikkan bukan sekedar keluar dari bibir saja (lip service), tetapi benar-benar keluar dari hati kita. Karena pujian dan penyembahan yang didasari dengan kemurnian hati akan menghasilkan kekuatan yang dahsyat. Dan firmanNya pun berkata : “Allah bertahta atas puji-pujian”2. Memberikan Korban Persembahan Dengan Hati Yang Tulus.
Persembahan yang tidak didasari dengan hati yang tulus, maka sia-sialah persembahan kita. Walaupun persembahan itu jumlah nominalnya sangat besar, tetapi apabila ada motivasi atau kepentingan pribadi, ataupun terpaksa, maka janganlah kita lakukan karena semuanya akan percuma. Untuk itu marilah kita belajar di dalam Markus 12:43, yaitu kisah mengenai persembahan janda miskin. Disitu diceritakan bahwa ada seorang janda miskin memberikan persembahan hanya dua peser uang. Sedangkan orang-orang kaya memberikan persembahan sangat banyak. Namun justru janda miskinlah yang dipuji oleh Yesus. Dan saat itu Yesus memanggil murid-muridNya dan berkata kepada mereka, katanya : ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.” Janda miskin ini telah memberikan yang terbaik kepada Tuhan sebagai tanda ucapan syukur atas segala anugerah Tuhan.3. Menjadi Berkat Bagi Orang Lain
Kata menjadi berkat ini bisa berarti memberikan kesaksian atau menceritakan kebaikan Tuhan atas hidupnya; dan dapat berarti pula menjadi contoh atau teladan bagi orang lain dengan cara menghasilkan buah-buah roh dalam hidupnya sebagai tanda ucapan syukur, bahwa kita telah dipindahkan dari kegelapan menuju terangnya yang ajaib untuk melakukan perkara-perkara yang besar, serta nama kita telah dicatat dalam buku kehidupan. Amin.Sumber: http://www.bethanygraha.org
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.