18 Oktober 2014

Memahami Rencana Tuhan

Ayat Bacaan: Matius 14:22-33

Setelah Yesus memberi makan lima ribu orang, Ia memerintahkan murid-muridNya menyeberang telebih dahulu dengan perahu, sedang Yesus sendiri akan menyusul mereka; sementara Yesus hendak berdoa di bukit, murid-muridNya mulai menjalankan perahu untuk menuju ke seberang. Dan pada waktu itu murid-muridnya taat terhadap segala apa yang diperintahkanNya. Namun pada waktu mereka berada di tengah laut, ada angin sakal yang membuat kapal mereka terombang-ambing. Merekapun  mengalami ketakutan. Hingga Yesus datang kepada mereka dan angin sakal itu pun reda.

Saudara, pada waktu Yesus menyuruh mereka untuk menyeberang terlebih dahulu, Yesus tahu bahwa murid-muridNya akan menghadapi angin sakal. Sehingga hal ini muncul suatu pertanyaan, “mengapa mereka harus menghadapi angin sakal padahal mereka sudah mentaati apa yang diperintahkan oleh Yesus ? apakah Yesus hendak mencelakakan murid-muridNya ? jawabannya : TIDAK. Karena peristiwa ini memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih dalam mengenai kehidupan di dalam Tuhan yaitu bahwa orang yang taat melakukan Firman Tuhan pun dapat mengalami keadaan yang buruk. Hal ini seolah-olah bahwa Tuhan tidak menepati janjiNya, karena firmanNya menjelaskan bahwa orang yang hidup dalam firman Tuhan akan diberkati. Tetapi perlu kita ketahui pula bahwa keadaan buruk yang menimpa kita yaitu untuk melatih kita semakin dewasa dalam pengenalan akan Tuhan, dengan kata lain bahwa kita akan dibawa pada level yang lebih tinggi lagi. Allah sungguh mengerti segala sesuatu yang sedang kita alami. Bahkan Dia tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita.

Karena Dia mengasihi kita, dan tahu apa yang akan kita alami, maka kita tidak perlu takut dan kuatir. Meskipun kita harus menghadapi angin sakal (persoalan), tetapi apabila kita tetap percaya dan bersandar kepada Yesus maka kita akan melihat kuasa dan mujizat Allah dinyatakan. Dan inilah pernyataan murid-murid Yesus yang menunjukkan bahwa mereka telah mengenal dan mempercayai akan keberadaan Yesus, sehingga mereka berkata, ”Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.” (Yohanes 16:30).

Dengan demikian dapat digambarkan bahwa Tuhan seperti seorang sutradara yang membuat suatu cerita yang diakhiri dengan kebahagiaan (“happy ending”). Dan cerita (keadaan) seperti ini hanya berlaku bagi orang yang sungguh-sungguh percaya dan berserah kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Mazmur 37:5. Sebagai contoh adalah kisah Yusuf, Ruth, Daud dan tokoh-tokoh Alkitab yang lainnya. Kesuksesan mereka diawali dengan berbagai ujian yang pada akhirnya menghasilkan “happy ending.”
Lalu, mengapa saat kita sudah berjalan dalam ketaatan, dijinkan mengalami hal yang buruk? Bukan karena Tuhan tidak peduli, tetapi tentu ada maksud dan rencana-Nya. Terkadang Tuhan mengijinkan suatu hal yang menyakitkan terjadi, untuk membentuk diri kita menjadi sesuatu yang berharga, seperti yang tertulis dalam firman Tuhan, yaitu ”Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (Ayub 23:10). Dan jangan sekali-kali kita tawar hati saat menghadapi pencobaan, sebab firmanNya berkata : ”Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” (Amsal 24:10).

Saudara, bukankah pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita, namun kenyataannya berapa banyak orang yang mengaku dirinya anak Tuhan atau pengikut Kristus; saat mereka menghadapi suatu pergumulan yang tak kunjung padam, mereka mulai mencurigai Tuhan; dan menganggap bahwa Tuhan melalaikan segala apa yang telah dijanjikanNya. Untuk itu marilah kita selidiki firman Tuhan yang terdapat dalam II Petrus 3:9, dimana disitu dikatakan : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”

Lalu, dari berbagai persoalan yang ada, sikap apa yang harus kita ambil ? Firman Tuhan menasehatkan, ”Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5-6) Kalau kita menghadapi suatu keadaan yang buruk dan dihadapi dengan sikap sesuai dengan firman Tuhan, maka akan berakhir dengan kebahagiaan (”happy ending).” Begitu sebaliknya apabila kita dalam keadaan yang baik tetapi kita bertindak tidak sesuai dengan firman Tuhan maka kita akan mengalami keadaan yang buruk; apalagi kita menghadapi keadaan yang buruk dengan sikap yang tidak sesuai dengan firman Tuhan maka keadaan akan semakin buruk. Jadi melalui nasehat firman Tuhan yang terdapat dalam Amsal 3:5-6, kita akan pahami satu persatu dari beberapa kalimat yang ada, supaya ketika kita  menghadapi keadaan yang buruk dapat mengubahnya menjadi baik, yaitu dengan cara :

Percaya kepada Tuhan


Kita seharusnya percaya kepada kemampuan, kasih, kuasa, dan kesetiaan-Nya. Dia yang tidak pernah lelah dan bosan mencurahkan kasihNya kepada kita. Oleh sebab itu kita tidak perlu takut akan hari esok. Seringkali kita terjebak dalam rutinitas, sehingga ibadah hanya menjadi suatu kewajiban bukan sebagai suatu gairah. Untuk itu marilah kita belajar seperti Maria yang begitu haus dan lapar untuk bersekutu dengan Tuhan dan mempercayakan dirinya kepada Allah.
Tidak bersandar pada pengertian sendiri
Berapa banyak orang lebih yakin atas kemampuan dan pengertiannya sendiri dari pada kekuatan dan kuasa Tuhan. Padahal pengertian manusia sangatlah terbatas, oleh sebab itu firman Tuhan mengingatkan, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yeremia 17:5).

Mengakui Dia dalam setiap langkah kita


Jikalau kita ada sebagaimana kita ada saat ini, maka perlu kita ketahui bahwa itu semua semata-mata oleh kasih dan karunia Tuhan, oleh sebab itu jangan seorang pun memegahkan diri atas segala apa yang ia miliki tetapi menyadari bahwa semuanya adalah anugerah Tuhan. Dan dengan melakukan ketiga hal ini maka kita tetap kuat di dalam Tuhan dan hidup penuh kemenangan. AminSumber: http://www.bethanygraha.org

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification