Empat Kunci Keberhasilan
Written by Multimedia Bethany GrahaPdt. Abraham Alex Tanuseputra
Sepanjang pelayanan yang telah saya jalani, banyak hal yang saya hadapi baik suka maupun duka namun semuanya itu justru membuat saya semakin bersemangat, maka saya ambil kesimpulan bahwa ada 4 kunci yang membuat kita berhasil.
1. Hikmat
Tuhan memberikan suatu pengajaran bagi kita dengan tujuan supaya kita mendapatkan hikmat. Karena keuntungannya melebihi emas, perak dan permata, seperti yang tertulis dalam Amsal 3:12-16 ”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. . . .”
Seperti yang telah kita ketahui bahwa hidup kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dengan tubuh kita bisa berhasil, karena pekerjaan yang dilakukan hanya mengandalkan otot/tenaga, tetapi seberapa kuat tubuh manusia bisa bertahan. Atau melalui jiwa, seseorang bisa berhasil yaitu dengan cara sekolah yang sangat tinggi; walau demikian kepandaian mereka pun juga terbatas. Begitu pula mereka yang mengandalkan kekuatan roh yang bukan dari Tuhan, mereka juga dapat berhasil tetapi mereka akan mengalami kebinasaan karena kekayaannya. Misalnya orang tua mencari kekayaan melalui dukun-dukun sehingga mengakibatkan anaknya cacat atau mengalami kelahiran yang tidak baik.
Tetapi kalau kita mengandalkan Roh Tuhan maka Roh itulah yang akan memimpin kita kepada keberhasilan yang sempurna. Roh itu kita dapatkan karena percaya kepada Kristus. Dan Roh itu sendiri tinggal dalam kehidupan kita. Apabila kita membaca dalam kitab Mazmur 73:22-24, maka kita akan mendapatkan kalimat yang mengatakan ”aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.” Kata dekat disini dalam terjemahan lain berarti tinggal di dalam. Karena kalau dekat itu ada jaraknya, tetapi yang dimaksud dekat disini adalah di “dalam Tuhan.” Kalau kita dipenuhi oleh Roh Kudus maka kita akan mendapat kesempatan untuk menikmati karunia hikmat supaya kita berhasil. Sebagai contoh adalah raja Salomo, dimana hikmatnya sungguh luar biasa sehingga raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat (II Tawarikh 9:22-23).
2. Kebenaran
Orang yang hidup dalam kebenaran hidupnya senantiasa dipelihara oleh Tuhan dan anak cucunya akan menjadi berkat bagi banyak orang, seperti yang tertulis dalam Mazmur 37:25-26, ”Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.” Kita tidak perlu menonjolkan apa yang telah kita lakukan. Orang benar bebas dari cengkraman atau bebas dari segala belenggu.
Apabila kita melihat kisah daripada Abraham maka kita akan tahu bahwa iman Abraham diperhitungkan oleh Allah sebagai kebenaran. Dan melalui hal inilah Abraham mendapatkan janji dari Allah bahwa keturunannya akan banyak seperti debu (baca Kejadian 13:16), ”Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmu pun akan dapat dihitung juga.”
Selain itu keturunan Abraham akan seperti bintang di langit (baca Ibrani 11:12), ”Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.”
Dalam sejarah terdapat contoh-contoh orang yang benar dan yang salah. Misalnya dari anak Adam yaitu Kain dan Habil; Kain itu buruk sedangkan Habil adalah baik. Kemudian anak Nuh, yaitu Sem, Ham dan Yafet. Ham dikutuki oleh ayah dari perbuatannya yang tidak benar. Termasuk Abraham mempunyai anak yaitu Ishak dan Ismail, dan berikutnya adalah Ishak mempunyai anak Esau dan Yakub. Dari kesemuanya itu tentunya kita tahu orang-orang yang baik dan yang tidak baik. Marilah kita meneladani mereka yang hidup dalam kebenaran agar hidup kita tetap berkenan dan dipelihara oleh Tuhan.
3. Sukacita
Firman Tuhan menasehatkan : ”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah ! (Filipi 4:4). Dalam ayat ini ada pengulangan kata yaitu bersukacitalah. Hal ini menunjukkan bahwa kita diwajibkan untuk senantiasa bersukacita apapun keadaannya. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bersukacita. Sebab orang yang mengeluh sama dengan tidak mempercayai kuasa daripada Tuhan. Rasul Paulus telah memberikan kesaksian untuk menguatkan orang-orang yang dalam pergumulan hidup, seperti yang tertulis dalam II Korintus 4:8-9, ”Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” Memang tidak mudah kita bersukacita ketika mengalami pergumulan hidup, tetapi bagaimanapun juga kita harus belajar untuk menyadari bahwa Tuhan beserta dengan kita senantiasa.
4. Kasih
Markus 12:30-31 berkata : ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Kasih itu mengalahkan segalanya. Oleh karena kasih kita akan memperoleh kemenangan. Dan oleh kasih pulalah kita diselamatkan, seperti yang telah dikatakan oleh firman Tuhan, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Tanpa kasih maka sia-sialah hidup kita. Oleh karena itu marilah kita hidup dalam kasih karunia Allah. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org/
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.