25 Desember 2013

Terimalah Teguran Tuhan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ayat Bacaan:
“Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5)
Setiap orang tentunya pernah mendapat suatu teguran; baik teguran dari orang tua, teman, guru atau siapa saja, termasuk teguran dari Tuhan. Yang pasti bahwa setiap orang pernah mengalaminya, karena manusia tidak lepas dari kelemahan maupun kesalahan. Tetapi yang menjadi sedikit persoalan adalah tidak semua orang mau ditegur, karena ia selalu merasa dirinya benar. Dan orang yang mau ditegur itu harus bersikap rendah hati, sebab apabila tidak bersikap rendah hati maka akan terjadi persoalan baru. Firman Tuhan menasehatkan : “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5).
Dan kali ini kita akan membahas mengenai teguran dari Tuhan yang terambil dari kisah Ayub dan anak yang terhilang.

1. Ayub


Apabila kita membuka kitab Ayub, tentunya kita akan menemukan latar belakang atau keberadaan Ayub. Dimana ia termasuk orang yang kaya raya (dengan kata lain : diberkati secara berlimpah-limpah). Disamping itu ia juga termasuk orang yang saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Namun sayang, pengenalannya terhadap Tuhan hanya melalui kata orang saja.
Suatu ketika ia mengalami ketakutan dan kekuatiran secara tiba-tiba, meskipun ia tidak mengalami persoalan apa-apa, dan kondisi perekonomiannya baik-baik saja. Dan saat ia berada dalam kekuatiran, maka ia mulai berdoa kepada Tuhan, katanya : “Tuhan, apabila ada kesalahan pada anak-anakku, ampunilah mereka.” Dan keadaan semacam ini terus dia rasakan, sehingga apa yang ia kuatirkan dan ia takutkan itu justru datang dalam hidupnya. Semua anak-anaknya meninggal dunia, seluruh hartanya habis, teman-temannya menjauhi dia, dan tubuhnya dipenuhi dengan borok, bahkan istrinya sendiri juga ikut memaki-maki Ayub dengan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan oleh seorang istri.

Dari seluruh rangkaian peristiwa yang dialami oleh Ayub, didalamnya mengandung suatu teguran yang kuat, seperti yang diungkapkan oleh Ayub : “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur, maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang, untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing. Dengan penderitaan ia ditegur di tempat tidurnya, dan berkobar terus-menerus bentrokan dalam tulang-tulangnya; perutnya bosan makanan, hilang nafsunya untuk makanan yang lezat-lezat; susutlah dagingnya, sehingga tidak kelihatan lagi, tulang-tulangnya, yang mula-mula tidak tampak, menonjol ke luar, sampai nyawanya menghampiri liang kubur, dan hidupnya mendekati mereka yang membawa maut” (Ayub 33:14-22). Dan setelah Ayub dipulihkan oleh Tuhan maka keadaannya lebih baik dari keadaan semula, sehingga dapat berkata : ”Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (Ayub 42:5-6). Jadi, yang diinginkan Tuhan terhadap Ayub adalah mengenal Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang.

Saudara, apabila saat ini kita sedang mendapat teguran dari Tuhan dalam bentuk apapun juga, maka biarlah kita bersikap rendah hati, karena setiap teguran Tuhan yang sedang kita terima itu membawa kepada hal yang benar. Dan jangan beranggapan bahwa orang yang menerima teguran dari Tuhan itu telah mendapat hukuman atau cambukan dari Tuhan, tetapi semua itu merupakan bukti kasih Tuhan kepada umatNya. Jikalau kita ingin bebas dari teguran (tidak mau ditegur) maka kita menjadi anak-anak gampang; seperti yang tertulis dalam Ibrani  12:8 ”Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.” Dalam pengertian bahwa setiap anak Tuhan harus mendapat didikan dalam bentuk teguran, karena manusia tidak lepas dari segala kelemahan dan dosa, tetapi bukan berarti kita memanfaatkan kelemahan kita untuk berbuat dosa.

2. Anak yang terhilang


Amsal 10:17 berkata : ”Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.” Ungkapan inilah yang tepat bagi orang yang berusaha lari dari teguran, dan menganggap bahwa dirinya benar (walaupun melakukan kesalahan). Dan kisah anak yang terhilang ini telah memaparkan bahwa pada awalnya dia dalam kondisi yang baik, tetapi dia mulai menjauh dari bapaknya, padahal bapaknya ingin senantiasa berkomunikasi dengan anaknya. Sebab jikalau ia melakukan kesalahan, maka bapaknya ingin memberikan teguran atau peringatan kepadanya supaya pada akhirnya nanti anak tersebut tidak tersesat. Tetapi kenyataannya keberadaan anak ini telah jauh dari bapaknya sehingga ia tidak terjangkau oleh teguran bapaknya, dan pada akhirnya keadaanlah yang memperingatkan dia yaitu ketika ia dalam kondisi kemiskinan (untuk makan saja tidak ada).
Bukankah keadaan semacam ini seringkali dialami oleh anak-anak Tuhan. Untuk itu muncullah peringatan : “untuk apa kita harus mengalami penderitaan terlebih dahulu supaya dapat mengindahkan teguran Tuhan”. padahal Tuhan itu menegur kita dengan halus. Untuk itu apabila kita mendapat teguran, maka segeralah kita bertobat. Karena kita tahu bahwa rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita, dan jalan kita bukanlah jalan Tuhan, demikianlah firman TUHAN (Yesaya 55:8). Bahkan Tuhan telah berkata bahwa pada mulanya Tuhan merancangkan masa depan yang indah dalam kehidupan kita. Walaupun demikian, kenyataanNya manusia cenderung untuk melakukan kehendaknya sendiri yaitu menurut keinginan dagingnya.
Namun, bagaimanapun juga, firman Allah tidak akan pernah kembali dengan sia-sia, sebab : “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yesaya 55:10-11). Tetapi jikalau manusia tetap tidak mau menghiraukan teguran Tuhan maka ia akan mengalami seperti yang tertulis dalam Amsal 29:1 “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.
Saudara, dari beberapa gambaran diatas biarlah menjadi peringatan bagi kita untuk senantiasa bersikap rendah hati (lapang dada) saat mendapat teguran dari Tuhan, sebab semuanya akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification