Kompromi Membawa Petaka
Janganlah
kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak
percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan
kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
(2 Korintus 6:14)
Misalnya, kita lihat contoh Yusuf yang tinggal di dalam rumah Potifar. Yusuf yang setiap hari kadang berduaan dengan istri Potifar bukannya tidak sadar akan bahaya yang dapat mengancam kemurnian hatinya. Bagaimana tidak? Setiap hari istri Potifar menggodanya. Perlukah Yusuf melakukan kompromi ? Seandainya Yusuf berkompromi terhadap dosa maka ia akan mendapatkan hadiah-hadiah dari istri Potifar. Ketika ujian terhadap hati nuraninya itu tiba, dimana istri Potifar memaksanya untuk tidur dengannya, maka ia hanya mempunyai satu pilihan yaitu melarikan diri.
Sejarah akan berubah apabila Yusuf mengambil sikap kompromi. Yusuf tidak akan dapat mencapai mimpi yang Tuhan berikan. Yusuf akan menjadi pecundang sepanjang masa. Tetapi justru karena sikapnya yang tidak mengenal kompromi itu, ia terhindar dari petaka. Dan akhirnya Yusuf dapat mencapai mimpinya yaitu menjadi orang nomor dua di Mesir. Walaupun prosesnya begitu panjanga tetapi komitmen untuk hidup dalam kebenaran telah dipegang teguh.
Waspadalah, karena dari kompromi yang kecil akan berkembang menjadi kompromi yang besar. Jadi ambillah sikap anti kompromi terhadap dosa, supaya kita tidak menyesal di kemudian hari.
Sumber: http://www.bethanygraha.org