8 Mei 2015

Bagaimana Dengan Lidah Anda ?

 "Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.”
Amsal 15:4
Kata “lidah lembut” dalam teks aslinya berarti “lidah sembuh,” dalam hal ini tentunya ada “lidah sakit” yang artinya ada Tuhan Yesus telah menggambarkan “perkataan itu seperti buah, hati seperti pohon.” Jadi pohon yang baik menggeluarkan buah yang baik pula, begitu pula pohon yang jahat mengeluarkan buah yang jahat. Di negara Afrika ada satu suku yang bernama “Marigoli” yang menyebutkan hati dan mulut dengan kata yang sama. Berarti tanpa sengaja, konsep Tuhan Yesus mereka gunakan.
Saat ini, apakah kita memiliki lidah yang sembuh atau sakit? Kalau kita membaca dalam Injil Matius 12:33-35; Matius 7:17-20, kita akan tahu bahwa Tuhan Yesus ingin menyampaikan tentang sifat pohon yang sama dengan sifat buahnya. Kalau hatinya baik, maka perkataannya baik, demikian juga sebaliknya. Kalau kita teliti secara cermat maka kita akan tahun bahwa keadaan lidah seseorang sebenarnya menggambarkan keadaan rohani orang tersebut. Kalau ucapan perkataannya baik, sebenarnya dia memiliki kerohanian yang baik. Dengan ini kita bercermin dalam kehidupan sehari-hari. Firman Tuhan menyebutkan lidah itu kecil tetapi memiliki peranan yang sangat penting seperti yang tertulis dalam Yakobus 3:1-12. Kalau kita memakai lidah ini untuk perkara-perkara yang negatif, maka seluruh kehidupan kita yang besar akan negatif, demikian juga sebaliknya. Hal ini bisa kita lihat dalam kisah 12 pengintai bangsa Israel yang terdapat Bilangan 14.

Kita akan melihat beberapa ciri orang yang sakit lidah, diantaranya :

1. Terlalu Banyak Bicara.

Amsal 10:19 berkata, “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” Pengkhotbah 5:1 berkata, “Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.” Sebuah perkataan atau kalimat sangat mempengaruhi hidup kita. Karena itu mintalah tolong kepada Roh Kudus agar kita bisa menjaga mulut, bibir lidah, dan perkataan kita.

2. Perkataan yang Sia-sia.

Matius 12:36 berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.” Istilah ini bisa dijabarkan sama dengan gosip dan fitnah. Imamat 19: 16 berkata, “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN.”
Lalu, Amsal 18:8 berkata, “Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.” Kalau kita mendengar sesuatu yang baik tentang orang lain adalah hal yang biasa, tetapi kalau mendapatkan berita yang kurang baik tentang seseorang kelihatannya sedap. Mungkin kita hanya mendengar saja, tetapi semua kena hukuman. Untuk itu kita mau memakai anggota tubuh kita ini bukan untuk senjata kelaliman, tetapi menjadi senjata kebenaran bagi kemuliaan Tuhan.

3. Berdusta.

Amsal 12:22 berkata, “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.” Saat kita memuji Tuhan dengan mengatakan memberi yang terbaik buat Tuhan, tetapi kenyataannya memberikan persembahan yang tidak tulus dan asal-asalan. Penyakit lidah ini “on line” dengan neraka, seperti yang tertulis dalam Wahyu 21:8; Wahyu 22:15. Mari kita pakai perkataan ini untuk mendapatkan surga dan bukan neraka.
Mazmur 8:3 berkata, “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” Dalam mulut bayi yang secara jasmani di dalamnya terdapat kekuatan yang besar, dan secara rohani, saat kita lahir baru, lalu kita mendapatkan bahasa yang baru, bahasa Roh, untuk membungkam musuh dan pendendam,j seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 14:14-15) Kalau kita berbahasa Roh maka akal tidak ada gunanya sama sekali. Dengan iman kita mengucapkan bahasa Roh. Ternyata diletakkan dasar oleh Tuhan untuk membungkam kekuatan lawan. Dalam Markus 11:23 ada satu kata penting yang tersembunyi yang harus dimunculkan, yaitu “apa yang dikatannya itu akan terjadi.”  Tanpa sadar kita mengucapkan sesuatu yang sangat besar maknanya.

4. Berkata dengan Manis, tetapi Hati Bercabang.

Mazmur 12:3 berkata, “Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang.” Ini merupakan pujian palsuj, seperti yang tertulis dalam Amsal 29:5. Kalau kita dipuji oleh orang, maka orang yang memuji tersebut sedang membuat lobang di depan kita. Biarlah sedikit kata-kata pujian yang kita ucapkan, karena banyak orang memuji dengan tidak tulus. Demikian juga kalau dipuji hendaknya jangan terlalu senang, tetapi biarlah segala pujian hanya bagi Tuhan. Siapapun orangnya, kalau dia masih minta dihargai dan dipuji, maka ia seperti gelas kosong yang masih minta diisi dengan air. Kita adalah orang yang sudah menerima penghargaan dari Tuhan dan sudah menerima kemuliaan Tuhan, dan bukan gelas yang kosong.

5. Berbicara Terburu Nafsu.

Amsal 29:20 berkata, “Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu.” Kalau kita berbicara terburu nafsu, maka keadaan kita lebih buruk dari orang yang bodoh. Ayub dalam kesesakan terburu nafsu menyalahkan Tuhan dengan perkataannya. Tetapi setelah Ayub mengerti (Ayub 42), ia mencabut perkatannya. Dan pada waktu itu ia dipulihkan Tuhan. Oleh sebab itu jangan mengutuki diri sendiri dan terburu nafsu. Cabut setiap perkataan yang mengutuki diri sendiri supaya pemulihan terjadi dalam hidup kita. Memang tidak ada orang yang bisa mengendalikan lidahnya, seperti halnya Petrus yang menyangkal Yesus tiga kali. Tetapi ada Roh Kudus yang menjamah, maka lidah Petrus dikuasai Roh Kudus dan dengan perkataanya 3000 orang bertobat. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification