16 Maret 2014

Kasih Karunia Allah

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Ayat bacaan : I Korintus 3:10-11  ”Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya.
Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”
Untuk dapat percaya kepada Yesus itu tidak mudah, karena hal itu merupakan kasih karunia Allah. Tetapi bersukacitalah setiap kita yang telah menerima kasih karunia Allah, sehingga kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan raja. Dalam hal inilah rasul Paulus yang telah menerima karunia Allah telah memenuhi panggilannya sebagai rasul untuk memberitakan Injil. Setiap kali Paulus memberitakan Injil, ia memberitakan dengan begitu mantap dan juga disertai tanda-tanda ajaib. Paulus telah meletakkan dasar yaitu percaya kepada Yesus. Dan tiap-tiap orang harus tahu/memperhatikan bagaimana ia harus membangun di atas dasar tersebut, karena dengan demikian maka orang tersebut menjadi bangunan yang kokoh.
Meskipun badai dan gelombang kehidupan menimpa dalam dirinya maka orang tersebut akan bediri teguh dan tidak mengalami kehancuran, tetapi sebaliknya bagi mereka tidak membangun pada dasar yang benar maka orang tersebut akan mengalami kehanncuran, seperti yang tertulis dalam Matius 7:24-27, ”Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Saat ini kerohanian kita dalam pertumbuhan, dimana kita dituntut untuk senantiasa mendengarkan atau membaca firman Tuhan dan melakukan. Lalu bagaimana kita mendapatkan firman Tuhan secara langsung, seperti Abraham, Daud, dll. Sebab itu merupakan gambaran kita membangun bangunan di atas dasar batu karang. Seperti yang kita yakini saat ini bahwa keselamatan itu hanya dalam nama Yesus. Untuk itu marilah kita belajar menerima firman Tuhan itu secara langsung, karena setiap orang ada kesempatan untuk bertumbuh seperti rumah yang kokoh. Disamping itu pekerjaan yang bagus itu memuliakan nama Tuhan. Dan perlu diketahui pula bahwa setiap kita melakukan segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan maka kita akan mendapat upah (I Korintus 3:14). Mungkin saat ini pekerjaan kita belum berhasil, tetapi apabila kita mendengarkan firman Tuhan dan melakukan maka kita akan berhasil. Jika pekerjaannya terbakar ia akan mengalami kerugian tetapi ia pasti diselamatkan, karena dasarnya sudah ditanamkan dalam diri kita.
Dengan demikian kita harus memperhatikan bagaimana kita hidup, seperti yang telah disampaikan oleh rasul Paulus yaitu apabila aku hidup aku harus mengasilkan buah dan jika aku mati itu adalah keuntungan. Paulus menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah, dan barangsiapa membinasakan bait Allah akan dibinasakan Allah. Memang tubuh ini tidak masuk surga, tetapi selama menjadi orang Kristen yang tidak berhasil, maka keadaan kita seperti dalam api (terbakar) atau dilanda banjir. Oleh karena itu saya katakana sekali lagi, perhatikan bagaimana kita hidup karena tubuh ini adalah bait Allah.
Mungkin dalam hati kita timbul pertanyaan : “Mengapa kita tidak dapat mendengar firman Tuhan secara langsung dari Tuhan ?” Sebenarnya Roh yang ada dalam diri kita ingin menyampaikan wahyu dalam kehidupan kita tetapi oleh karena kita sering mendukakan atau melawan Roh Kudus, maka dalam diri kita ada permusuhan yang dapat merusak tubuh kita (Bait Allah). Contoh : kalau kita cemas atau kuatir maka kita tidak dapat mendengar suara Tuhan, walaupun diri kita ada Roh Kudus. Oleh karena itu kita harus tegas terhadap hal-hal negatif yang menghambat kita untuk mendengar suara Tuhan, yaitu segala keinginan daging seperti yang tertulis dalam Galatia 5:19-21, ”Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.”

Saudara, ada penghalang lain selain hal-hal negatif yang membuat kita tidak dapat mendengarkan firman Tuhan, yaitu hikmat dunia (akal), seperti yang tertulis dalam I Korintus 3:18-19, ”Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat. Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: "Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya.” Memang seseorang dapat mengalami kemajuan dalam waktu sesaat, tetapi pada suatu saat dia menghadapi persoalan dalam hidupnya maka orang tersebut tidak tahan, sehingga mengalami kehancuran. Padahal Allah sangat rindu memberkati kita sampai anak cucu kita, karena sangat menyedihkan apabila anak cucu kita tidak diberkati. Lalu, ”bagaimana Tuhan memberkati kita sampai anak cucu kita ?” Kita harus memiliki hikmat yang benar (Wisdom), seperti  yang tertulis dalam I Korintus 2:6, dan pikiran Kristus diberikan kepada kita untuk kemuliaan atau kejayaan kita. Karena dengan demikian apa yang tertulis dalam I Korintus 2:9 akan dinyatakan dalam kehidupan kita.

Kesaksian : Pada saat saya (Pdt. Abraham Alex T.) bertobat, memang ada hamba Tuhan yang bernubuat kepada saya. Hamba Tuhan itu tumpang tangan kepada saya. Lalu hamba Tuhan itu berkata dalam bahasa Inggris, katanya ”Son, you will serve Me”, lalu saya ngomong kepada istri saya, ”kamu percaya aku jadi pendeta”, lalu istri saya menjawab ”modelmu seperti itu masak jadi pendeta.” Tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, pada tiga bulan berikutnya saya sedang mengendari mobil kecil, kemudian saya menabrak anak kecil. Tetapi puji Tuhan, saya tidak dikroyok oleh orang banyak dan anak itu tidak menjadi mati. Dan sejak itu saya bertobat, dan rindu melayani Tuhan. Dan suatu saat pada waktu doa puasa Tuhan utus supaya saya pindah ke Surabaya, padahal ada beberapa cabang yang sudah saya buka di Mojokerto tetapi oleh karena Tuhan berbicara kepada saya, maka saya taat untuk melakukannya. Karena kalau kita penuh dengan Roh Kudus maka kita akan tahu pikiran Tuhan. (I Korintus 3:11-12)

Demikian halnya ketika saya membangun gedung ini, saya dianggap bodoh. Mereka berkata, ”buat apa kita membuat gedung gereja besar.” Tetapi saya tidak goyah sebab saya mendengar firman Tuhan (wahyu), kataNya : ”buat lumbung yang besar maka Aku akan mengisinya.” Memang untuk membangun gedung ini membutuhkan dana yang cukup besar tetapi saya percaya bahwa Tuhan sanggup memberkati sehingga terbangunnya gedung ini. Oleh sebab itu milikilah pikiran Kristus dan lakukan, serta jangan sekali-kali padamkan Roh Kudus yang ada dalam diri kita sebab itu yang membuat kita sanggup melakukan perkara-perkara yang besar (I Korintus 3:14). Karena, meskipun orang mempunyai cita-cita setinggi langit tetapi apabila tanpa wahyu dari Tuhan maka semuaya akan sia-sia (I Korintus 3:20). Begitupula apabila kita berhasil, biarlah hidup kita tetap dipimpin oleh Allah dan jangan membanggakan manusia tetapi banggakanlah Yesus yang telah memberkati kita (I Korintus 3:20-21). Amin.

Sumber: http://www.bethanygraha.org

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification