Jangan Anggap Rendah Kasih Karunia Allah
Written by Multimedia Bethany Graha
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
”Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu."
Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" Kata Yakub : "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.
Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.”
Kejadian 25:29-34
Dalam kalimat terakhir pada ayat bacaan di atas telah dinyatakan
bahwa Esau memandang ringan atau rendah mengenai hak kesulungan. Padahal
itu adalah sangat penting sebagai anak sulung untuk menerima hak waris.
Oleh karena itu Yakub mengejar hak kesulungan itu dengan segala cara,
untuk mendapatkan berkat dari Ishak. Kisah ini merupakan gambaran dalam
hidup ini. Dimana berapa banyak orang meremehkan atau merendahkan hak
kesulungan; dalam arti bahwa banyak orang merendahkan atau meremehkan
kasih karunia Allah demi semangkok kacang merah yang merupakan gambaran
dari kenikmatan atau harta dunia. Firman Tuhan berkata : ”Maukah engkau
menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan
hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah
menuntun engkau kepada pertobatan? (Roma 2:4)”Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu."
Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" Kata Yakub : "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.
Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.”
Kejadian 25:29-34
Saudara, dalam Ibrani 12:16 disebutkan bahwa Esau mempunyai nafsu yang rendah sehingga ia menjual hak kesulungannya dengan hal yang fana. Oleh karena sikapnyalah maka Allah membenci Esau tetapi mencintai Yakub, seperti yang tertulis dalam Maleakhi 1:2-3 “ . . . namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Dalam hal ini mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita, “Apakah Allah itu tidak adil sehingga Ia membenci Esau dan mengasihi Yakub padahal Esau adalah saudara kandung Yakub ? (Roma 9:13-14). Pengetian keadilan menurut Allah berbeda dengan pengertian yang dimiliki oleh manusia, sebab itulah orang menganggap bahwa Allah tidak adil. Dalam hal ini marilah kita memahami tentang keadilan menurut pandangan Allah dan bukan pandangan manusia. Jadilah orang yang dikasihi Tuhan dan bukan orang yang dibenci oleh Tuhan.
Dan perlu diketahui bahwa orang yang percaya kepada Yesus dan mengalami kelahiran baru, orang tersebut berhak menerima hak kesulungan, yaitu sebagai ahli waris kerajaan surga sebab ia telah mempunyai visi untuk masuk dalam kerjaan Allah, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:22-23, ”Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.”
Apabila kita mengetahui bagaimana proses seseorang memperoleh hak kesulungan maka orang tersebut tidak akan menganggap rendah atau menyia-nyiakan kasih karunia Allah.
Sebab firman Tuhan telah berkata : ”Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yohanes 6:44). Begitu pula tidak ada seorangpun dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus (Yohanes 14:6). Dari kedua ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada sedikitpun turut campur tangan manusia untuk menerima kasih karunia Allah dan dapat masuk kerajaan Allah. Semuanya itu semata-mata oleh kasih Allah kepada manusia. Jadi bagaimana seseorang dapat meremehkan atau merendahkan kasih karunia ?. Dan jikalau ada seseorang meremehkan kasih karunia Allah maka orang tersebut berada dalam kebodohannya. Dalam hal yang lain telah terbukti bahwa tidak ada seorangpun dapat mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan atau Mesias kecuali Roh Kudus ada di dalam diri orang tersebut, seperti yang tertulis dalam I Korintus 12:3, ”Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.” Bahkan ketika Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup; Yesuspun berkata kepada Petrus, kataNya : “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, malainkan BapaKu yang di sorga (Matius 16:15-19).
Selain kita tidak boleh meremehkan kasih karunia Allah, kita tidak boleh meninggalkan kasih mula-mula, sebab jikalau seseorang meninggalkan kasih mula-mula, orang tersebut dapat dikatakan merendahkan kasih karunia Allah. Bukankah firman Tuhan telah mengingatkan kepada orang-orang yang mulai undur dalam mengiring Tuhan, seperti yang tertulis dalam Wahyu 2:4-5 ”Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” Dan pada Ibrani 10:38-39 juga telah dikatakan, ”Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”
Jadi melalui ayat ini biarlah menjadi peringatan bagi kita yang mulai meninggalkan Tuhan supaya kaki dian atau urapan Allah tidak diambil dari kita. Untuk itu perlu kita ketahui pula bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Matius 22:14). Dan kita termasuk orang-orang yang terpilih seperti firman katakan, ”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (I Petrus 2:9).
Oleh karena itu jangan sia-siakan kesempatan yang telah diberikan kepada kita karena suatu saat tidak ada lagi kesempatan untuk menerima kasih karunia Tuhan sebab kita telah meremehkannya, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12:16-17, ”Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” Lebih dari semua itu, biarlah roh kita tetap menyala-nyala dalam melayani Tuhan sebab kedatangan Tuhan tidak ditangguhkan lagi. Dan jangan sampai kita setengah-setengah dalam mengerjakan keselamatan yang telah diberikan kepada kita sebab orang yang suam-suam atau setengah-setengah akan dimuntahkan, seperti yang tertulis dalam Wahyu 3:15-16, ”Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.