Rindu Akan Allah
Mazmur 42:2, ”Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.”
Kerinduan akan Allah telah diungkapkan oleh pemazmur, yang ditulis dalam Mazmur 42:2, ”Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.” Dalam
hal ini perlu kita ketahui bahwa kehidupan rusa ada ketergantungan
terhadap keberadaan sungai. Sehingga dapat dikatakan bahwa sungai
merupakan bagian daripada kehidupa rusa. Demikian halnya dengan kita
sebagai anak-anak Tuhan memiliki ketergantungan yang sangat kuat
terhadap Allah, bukan hanya masalah pemenuhan kebutuhan hidup melainkan
pribadiNya. Karena pribadiNyalah yang akan membawa kita dalam
kesempurnaan. Jangan sampai kerinduan terhadap Dia di dorong oleh
keinginan-keinginan untuk memuaskan hawa nafsu kita, tetapi oleh
ketulusan hati kita. Sebelum kita merindukanNya terlebih dahulu Dia yang
merindukan kita sebagai milikNya. Namun sayang, milikNya kerap kali
menolaknya.
Kalau kita melihat kisah daripada Daud, dimana Daud adalah
sosok hamba Tuhan yang rindu akan Tuhan sehingga ia dapat menuliskan
mazmur-mazmurnya. Yang menjadi pertanyaan adalah “sejauh manakah kita
rindu akan Allah ? apakah kita rindu begitu mendalam terhadap Dia
ketika kita dalam kesesakan atau mengalami pergumulan hidup ? atau
sebaliknya ketika kita hidup dalam kecukupan tidak ada sedikitpun rasa
rindu terhadap Tuhan. Saudara, firmanNya berkata : ”Carilah TUHAN selama
Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat !” (Yesaya
55:6). Alasannya kita mencari Tuhan selama Ia berkenan ditemui,
maksudnya selama ada kesempatan jangan kita sia-siakan karena
kesempatan-kesempatan yang kita miliki merupakan anugerahNya. Untuk itu,
jangan menyepelekan anugerah yang sudah Tuhan berikan kepada kita,
karena apabila pintu anugerah itu sudah tertutup maka kita akan terpisah
dari Allah untuk selama-lamanya.
Mari kita meresponi kerinduan Allah dengan antusias.
Bukankah kerinduanNya untuk bersama dengan kita sampai Ia rela
memberikan nyawaNya sebagai tebusan. Allah telah memberikan waktu bagi
kita selama 24 jam tanpa jedah waktu walau hanya sedetik, dan kasihNya
terus-menerus dilimpahkan pada kita. Dari kesemuanya itu, masihkah kita
tidak ada rasa rindu akan Allah ? Bangkitkan rasa lapar dan haus akan
Dia, sebab orang yang haus dan lapar akan kebenaran akan dipuaskan,
amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.