18 Juni 2015

Kunci Kemenangan

Ayat Bacaan: 1 Samuel 17


Hari-hari ini kita telah dihebohkan dengan berbagai macam bencana; baik bencana di laut, udara maupun darat. Dengan berlangsungnya peristiwa-peristiwa yang ada, diakui atau tidak, semuanya harus menyadari bahwa di depan kita, ada hal-hal yang banyak tidak kita ketahui. Kalau ada orang yang berkata, “Aku tidak perlu Tuhan.” Maka orang itu adalah orang yang sangat bodoh. Tetapi kita adalah orang-orang yang selalu mencari wajah Tuhan, dan pertolongan Tuhan akan tetap ada pada kita, seperti janjiNya yang tertulis dalam Mazmur 91.

Saudara, mungkin saat ini kita sedang menghadapi peristiwa atau tantangan dalam kehidupan sehari-hari seperti menghadapi peperangan yang tidak mungkin dapat dimenangkan. Tetapi apabila kita mempergunakan kesempatan yang sudah Tuhan berikan kepada kita yaitu mengandalkan Dia sepenuhnya, maka sesuatu yang mustahil bagi manusia akan dapat kita lewati bersama Dia. Mari kita melihat peristiwa yang menghebohkan yaitu mengenai pertarungan antara seorang tentara yang gagah perkasa disertai dengan banyak pengalaman dalam berperang tetapi dapat dikalahkan oleh seorang anak yang muda belia tanpa ada pengalaman berperang. Dia adalah Daud (1 Samuel 17:40-58).
Sebenarnya Daud tidak mungkin dapat mengalahkan Goliat; jangankan Daud puluhan tentara yang sudah terlatih saja dapat dibabat habis oleh Goliat, apalagi Daud yang tidak punya pengalaman apa-apa dalam hal berperang. Tetapi oleh karena Tuhan beserta dengan Dia maka kemenangan ada di pihak Daud
Untuk itu mari kita mencontoh sikap Daud. Dalam I Samuel 17:26, dikatakan : Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya : ”Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?”Saat Daud menghadapi musuhnya, dia menyangkut pautkan/melibatkan Tuhan di dalamnya; hal ini dapat kita lihat pada kata-kata “barisan daripada Allah yang hidup”. Walaupun pada saat itu banyak sanggahan dari para tentara Israel bahwa Daud tidak mungkin mengalahkan Goliat, termasuk raja Saul (I Samuel 17:33). Tetapi Daud tetap memiliki keyakinan yang kokoh untuk dapat mengalahkan Goliat (I Samuel 17:37).
Oleh sebab itu, milikilah keyakinan seperti yang dimiliki oleh Daud. Janganlah kita kecil hati atau putus asa sementara kita berada dalam gelapnya malam karena pada akhirnya kita akan menemukan fajar yang menyingsing. Jikalau banyak orang berkata ”tidak mungkin”, maka tetaplah percaya dan berkata, “aku percaya bahwa Tuhan menolong tepat pada waktunya.” 
Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari dari pengalaman atau kehidupan Daud, sehingga kemenangan demi kemenangan dapat diperolehnya :

1. Mengingat bagaimana Allah telah menolong Daud sebelumnya (1 Samuel 17:34-37).

Kalau menghadapi perkara yang sulit di depan kita, maka ingatlah bagaimana dahulu kita ditolong Tuhan. Daud tidak terpaku kepada musuhnya saat itu. Tetapi dia mengingat bagaimana Allah telah menolongnya dari berbagai mara bahaya, diantaranya : dia terlepas dari cakar singa maupun cakar beruang saat menggembalakan domba-dombanya yang hanya beberapa ekor. Dengan demikian maka Daud telah dibawa keluar dari rasa takut dan kuatir terhadap segala sesuatu yang dia hadapi. Dan perlu kita ketahui bahwa orang yang takut dan kuatir adalah orang yang sudah terhukum. Ketakutan ini yang membuat kita menderita. Oleh karena itu, tidak ada gunanya kita kuatir, karena justru akan membawa kita pada penderitaan. I Yohanes 4:18 berkata, ”Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” Serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan, maka dia akan bertindak, seperti pemazmur berkata ”Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku. TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!” (Mazmur 138:7-8). Tuhan adalah tempat perlindungan dan kekuatan kita (Mazmur 46:2).

2. Daud hanya mengandalkan Tuhan (1 Samuel 17:38-39).

Jangan menyangka apa yang pernah orang lain lakukan berhasil, kemudian kita jadikan sebagai patokan kita untuk menyelesaikan suatu masalah. Pada saat itu Saul mengajari Daud cara berperang, tetapi Daud menanggalkan semua alat perang yang diberikan Saul. Ini berarti, jangan mengandalkan manusia atau hal-hal lain selain dari pada Tuhan. Jangan terjebak kepada cara, alat, atau manusia untuk kita andalkan. Waktu kita mengahadapi persoalan yang berat sekalipun kita harus tetap mengandalkan Tuhan. Bagi Tuhan tidak ada yang sulit, sebab Dia sanggup mengatasi segalanya. Dia berkuasa baik di bumi maupun di surga. Kita tidak bisa mengukur kuasa, kekuatan maupun kasih Tuhan. Dan firman Tuhan menasehatkan : ”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yeremia 17:7-8). Tetapi sebaliknya, orang yang tidak mengandalkan Tuhan akan terkutuk, seperti yang tertulis dalam Yeremia 17:5.

3. Daud bergerak aktif selama ada kesempatan (1 Samuel 17:48)

Daud memiliki inisiatif untuk merebut kemenangan. Orang yang tidak memiliki inisiatif untuk merebut kemenangan, maka tidak akan memperoleh kemenangan. Tidak ada kemenangan tanpa perjuangan, dan tidak ada keberhasilan tanpa ada pengorbanan.
Pada saat Daud menghadapi peperangan, ia berlari ke barisan musuh untuk melakukan perlawanan. Tetapi bagi orang yang pasif atau malas, maka orang tersebut akan berkata, “baik Tuhan, biarlah Engkau yang melakukannya, saya berdiam diri saja atau saya tinggal tidur saja. Padahal Kekristenan bukanlah suatu monumen yang tampak gagah dan megah tetapi tidak dapat berbuat apa-apa (pasif), namun Kekristenan adalah movement yaitu suatu kegerakan yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Firman Tuhan menasehatkan, ”Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga” (Amsal 12:27). Dan nasehat bagi orang yang malas berbunyi, ”Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak” (Amsal 6:6). Amin.Sumber: http://www.bethanygraha.org

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification