“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab
barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada,
dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari
Dia.” (Ibrani 11:6)
Pada ayat bacaan di atas telah menyatakan dengan jelas bahwa orang
yang tidak memiliki iman maka tidak akan berkenan kepada Allah. Namun
berapa banyak orang Kristen yang kurang memahami mengenai iman termasuk
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Lalu, bagaimana kita dapat
memahami dengan benar tentang iman termasuk unsur-unsurnya? Dalam Ibrani
11:1 telah memberikan suatu pemahaman tentang iman, yaitu :
1. Percaya walaupun belum melihat
Sebagai contoh adalah kisah daripada kehidupan Nuh. Dimana ketika
Tuhan berfirman kepada Nuh supaya membuat suatu bahtera yang besar,
sebab bumi akan dilanda air bah. Sedangkan bahtera yang dibuat Nuh ada
di atas gunung. Sehingga hal ini menjadi bahan tertawaan orang banyak,
tetapi Nuh meyakini bahwa apa yang telah difirmankan Tuhan akan digenapi
walaupun sementara itu Nuh tidak melihat tanda-tanda adanya air bah.
Dari kisah ini dapat kita lihat bahwa Nuh percaya terlebih dahulu, baru
kemudian ia melihat. Namun kenyataannya seringkali iman kita
berorientasi pada logika kita, yaitu melihat terlebih dahulu, baru mulai
percaya.
Saudara, kita percaya kepada Tuhan jangan sampai kita ukur dengan
akal. Iman itu bukanlah perasaan, namun suatu tindakan untuk berani
mempercayai. Sebagai contoh, apabila seseorang pergi ke dokter untuk
periksa kesehatannya, dan dokter memberi saran atau resep, maka tersebut
segera mengambil tindakan untuk mematuhi apa yang telah disarankan;
baik itu hal mengkonsumsi makanan atau minum obat, tanpa kita
bertanya-tanya, “apakah obat atau makanan itu bisa menyembuhkan.” Tapi
yang jelas bahwa kita percaya bahwa obat itu dapat menyembuhkan.
Demikian halnya kita terhadap Tuhan, justru kita semakin percaya, sebab
Allah berkuasa atas segalanya.
2. Tetap taat walaupun belum mengerti atau memahami
Sebagai contoh adalah kisah Abraham. Pada waktu kehidupan Abraham
bersama keluarganya sudah mapan, tiba-tiba Tuhan berfirman kepada
Abraham supaya Ia keluar dari lingkungan keluarganya dan pergi ke tempat
yang telah ditunjukkan Tuhan. Sementara dia keluar dari rumahnya ia
masih belum mengerti kemana ia harus pergi, tetapi yang jelas bahwa
Abraham taat terlebih dahulu apa yang dikatakan Tuhan, baru dia melihat
buktinya. Inilah yang disebut dengan iman yang sejati. Oleh sebab itu
Tuhan rindu supaya kita dari kekristenan teori atau pengetahuan menuju
pada kekristenan yang sejati.
3. Rela menabur walaupun dalam kekurangan
Sebagai contoh adalah kisah hidup janda Sarfat. Suatu saat dia
mengalami kekeringan dan tidak ada hujan. Sedangkan ia hanya memiliki
segenggam tepung dan sedikit minyak, yang hanya cukup untuk makan satu
kali saja, selanjutnya mereka akan mati sebab tidak ada lagi yang dapat
dimakannya. Namun tiba-tiba seorang hamba Tuhan, Elia, datang untuk
dibuatkan roti. Elia mengatakan bahwa roti yang dibuatnya untuk Elia
dulu. Perempuan itu berkata, “Aku tahu engkau hamba Allah.” Lalu
perempuan ini membuat roti dan memberikannya kepada Elia walaupun dia
dalam kesesakan. Ini dilakukannya bukan karena alasan yang lain tetapi
oleh karena imannya kepada Allah. Sebenarnya wanita ini memiliki banyak
alasan untuk marah. Tetapi karena imannya, ia memberi walaupun tidak
mempunyai. Karena imannya, janda Sarfat ini diselamatkan. Perlu kita
pahami bahwa orang yang percaya kepada Allah tidak akan dipermalukan.
Yang membedakan seseorang dengan yang lainnya adalah iman. Maksudnya
adalah seorang anak Tuhan ada yang memiliki iman dan ada yang tidak.
Yang memiliki iman akan tetap hidup dalam Tuhan, tetapi yang tidak
memiliki iman maka hidupnya biasa-biasa saja. Memang Allah memiliki
berkat secara umum, misalnya matahari, hujan dan lainnya untuk semua
orang. Orang yang memiliki iman yang sejati, ia tidak hanya mendapat
berkat umum saja, tetapi ia akan mendapatkan berkat yang khusus juga,
yaitu hidup yang penuh dengan mukjizat.
Jadi, dari beberapa penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa Tuhan
sangat rindu apabila anak-anakNya senantiasa percaya walaupun belum
melihat, taat walaupun belum mengerti, berkorban walaupun dalam
kesesakan. Dan firman Tuhan mengingatkan : “Sebab karena kasih karunia
kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah.” (Efesus 2:8). Saudara apabila kita memiliki iman yang demikian
ini maka kita akan mendapatkan keselamatan. Bahkan bukan hanya kita
selamat, tetapi kita juga akan mendapatkan perisai iman, seperti yang
tertulis dalam Efesus 6:16, “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai
iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah
api dari si jahat.” Bukankah iblis seringkali melepaskan panah apinya
untuk menyerang kita, yaitu berupa kekuatiran, kecemasan, ketakutan dan
lain sebagainya, namun kita memiliki perisai iman maka kita sanggup
untuk mematahkan segala serangan iblis. Oleh sebab itu kita perlu
memiliki iman yang sejati, supaya kita menjadi priadi yang tangguh dan
kokoh, sehingga kita tidak mudah diombang-ambingkan dengan rupa-rupa
pengajaran yang justru menyesatkan kita.
Kadang-kadang iman seseorang digerogoti oleh berbagai macam
penderitaan, baik itu masalah keluarga, ekonomi, kesehatan dan
lain-lain. Tetapi percayalah bahwa apabila Tuhan ada di pihak kita,
siapakah lawan kita; pemeliharaanNya senantiasa dinyatakan dalam
kehidupan kita supaya iman kita tetap utuh. Dan apabila iman kita tetap
terpelihara dengan baik maka Tuhan akan membuat segala sesuatu dalam
kehidupan kita indah pada waktunya. Karena dengan imanlah mujizat itu
akan terjadi, seperti yang tertulis dalam Matius 17:20, “Ia berkata
kepada mereka : Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu :
Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja
kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --
maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”
Amin.