Tetap Berpegang Teguh Pada Janji Tuhan |
Written by Multimedia Graha Bethany |
Friday, 15 March 2013 14:27 |
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian
dibawa pimpinan Musa, mereka telah banyak mengalami mujizat. Dari sekian
banyak mujizat yang dialami oleh bangsa Israel saat keluar dari Mesir,
diantaranya : melintasi laut Kolsom, laut Teberau yang terbelah dan lain
sebagainya. Selain itu, sepanjang perjalanan menuju tanah perjanjian,
mereka berada dalam tuntunan Tuhan melalui tiang awan dan tiang api. Ibrani 10:35-39 “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.” Dan sebelum bangsa Israel masuk dalam tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan, ada dua belas orang yang diutus untuk mengintai negeri tersebut (Bilangan 13:4-15). Yang dimaksud kata mengintai disini adalah bahwa kedua belas yang diutus tersebut harus memiliki visi. Sebab apabila seseorang tidak memiliki visi, maka orang tersebut tidak akan mengalami suatu perubahan atau perkembangan dalam hidupnya. Dari kedua belas pengintai tersebut adalah pemimpin dari masing-masing suku Israel (Bilangan 13:2). Dan kedua belas suku tersebut adalah keturunan daripada Yakub. Sehingga keturunan Yakub merupakan titik tolak daripada tersebarnya berkat Tuhan, karena ketika Allah memberkati Abraham hanya bersifat perorangan, termasuk pada generasi berikutnya yaitu Ishak, dan generasi selanjutnya adalah Yakub. Tetapi setelah Yakub mempunyai dua belas anak, maka terbentuklah dua belas suku, dan dua belas suku terbentuk lagi suatu etnis, sehingga Israel menjadi suatu bangsa dan selanjutnya bangsa ini menjadi umat Tuhan. Terjadinya suatu bangsa dan umat Tuhan ini, karena Tuhan telah berjanji kepada Abraham dengan sumpah, dan Tuhan bersumpah atas diriNnya sendiri, seperti yang tertulis dalam Ulangan 1:8 “Ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya.” Dan sumpah atau janji ini tidak hanya berlaku bagi bangsa Israel saja, tetapi berlaku bagi mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus, karena dalam Galatia 3:29 dituliskan : “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” Dan ada hal yang harus diyakini, yaitu bahwa janji Tuhan bukanlah halusinasi, tetapi janji Tuhan itu adalah benar-benar nyata, seperti yang diungkapkan oleh raja Daud dalam Mazmur 40:2, katanya : “Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong.” Dengan melalui pernyataan dari raja Daud ini, biarlah roh kita semakin diteguhkan dan menyala-nyala dalam melayani atau mengiring Tuhan, walaupun banyak tantangan dalam kehidupan kita. Karena semakin besar tantangan yang kita hadapi, maka semakin besar pula mujizat yang akan kita dapatkan dari Tuhan. Selain itu, janji ini tidak akan dapat kita peroleh, jikalau dalam diri kita tidak ada suatu tindakan atau langkah untuk mendapatkannya. Dan langkah-langkah kita tidak selalu berjalan mulus, sebab banyak tantangan yang menghalangi; baik itu tantangan dari luar maupun dari dalam. Tetapi biarlah kita tetap percaya bahwa kita akan sanggup mencapai visi yang sudah diberikan kepada kita. Janganlah kita seperti sepuluh orang dari dua belas pengintai tersebut. Mereka sangat pesimis untuk dapat memperoleh apa yang sudah Tuhan janjikan; padahal mereka belum melakukan suatu tindakan. Mereka sudah kalah sebelum berperang, karena mereka terpengaruh oleh tantangan yang ada didepannya. Kesepuluh pengintai telah melemahkan iman umat Tuhan dengan cara membesar-besarkan persoalan, katanya : “Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.” Dan akibat sikap daripada sepuluh pengintai tersebut, telah membuat bangsa Israel atau umat Tuhan menjadi bersungut-sungut terhadap Tuhan (Bilangan 14:1-2). Mereka sudah tidak menghiraukan segala apa yang sudah dijanjikan oleh Tuhan. Namun diantara kedua belas pengintai tersebut, ada dua orang yang tetap percaya bahwa mereka akan masuk dan menduduki tanah perjanjian, kedua orang ini tetap teguh memegang janji Tuhan. Kedua pengintai ini telah berusaha menentramkan hati bangsa Israel yang mulai tawar. Tetapi apa yang terjadi ?. Bangsa Israel tidak menjadi tenteram tetapi mereka justru melecehkan atau meremehkan apa yang dikatakan oleh Yosua dan Kaleb, bahkan mereka marah terhadap Musa yang telah membawa keluar dari tanah perbudakan. Hal ini seperti yang dialami oleh Tuhan Yesus ketika hendak pergi ke rumah Yairus (kepala rumah ibadat), karena anaknya sedang sakit keras dan hampir mati. Pada waktu Tuhan Yesus sudah sampai di rumah Yairus, ternyata anak ini sudah meninggal. Lalu, Yesus berkata kepada Yairus supaya ia tidak takut. Lalu Tuhan Yesus berkata bahwa anak ini tidak mati melainkan tidur, tetapi orang yang berada disana telah menertawakan. Saudara, kadang-kadang hal ini juga terjadi dalam kehidupan kita. Dimana ketika kita meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan, justru orang-orang sekitar kita menertawakan karena mereka menganggap bahwa kita tidak waras. Tetapi percayalah bahwa segala sesuatu yang kita imani pasti akan terjadi asalkan kita tetap memegang teguh janji dan sumpah telah diucapkan oleh Tuhan. Amin. Sumber: http://iix.bethanygraha.org/ |
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.