Jalan Naik |
Written by Multimedia Graha Bethany |
Friday, 08 March 2013 13:21 |
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Setiap orang pasti ingin mengalami apa yang disebut dengan
peningkatan atau perkembangan. Baik itu secara rohani maupun secara
jasmani. Sehingga setiap orang berusaha dengan segala kemampuannya untuk
menggapai semuanya itu. Tetapi seluruh upaya manusia adalah sia-sia,
sebab semua manusia telah jatuh dalam dosa. Dan ayat bacaan diatas yang
mendasari pemahaman kita terhadap arti daripada kehidupan manusia.“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23) Saudara, dalam ayat bacaan diatas terdapat adanya dua hal yang bertolak belakang, yaitu kematian yang kekal (maut) dan kehidupan yang kekal. Dari masing-masing hal ini ada penyebabnya. Yang pertama yaitu kematian kekal, disebabkan oleh pelanggaran manusia terhadap perintah Allah (jatuh dalam dosa), sedangkan kehidupan yang kekal semata-mata oleh karena kasih karunia Allah dalam Kristus Yesus. Dan saat ini kita akan membahas kedua hal diatas secara detail. Upah dosa ialah maut. Saudara, perlu kita ketahui bahwa transisi dari dosa menuju maut akan didahului oleh kemiskinan, berbagai macam cobaan, tekanan hidup, sakit penyakit, kebangkrutan, sampai mencapai titik yang terberat tanpa adanya pengharapan. Dan transisi ini dapat daiibaratkan seperti orang yang sedang berjalan pada tangga yang menurun. Demikian halnya jalan hidup semua manusia pada umumnya yaitu berjalan menurun; walaupun ada orang yang tampak (secara kasat mata) jalan hidupnya naik karena dipenuhi dengan harta kekayaan secara duniawi, tetapi sebenarnya jalan hidupnya menurun yang diakhiri dengan kematian. Dan melalui pernyataan ini mungkin timbul pertanyaan : mengapa ada orang percaya (Kristen) mengalami berbagai macam pergumulan seperti yang tertera diatas ? Saudara setiap orang bisa mengalami hal demikian karena manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, tetapi bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus pasti dapat menang terhadap semua pergumulan itu, sebab semua kutuk itu telah ditanggungNya pada dua ribu tahun yang lalu yaitu di bukit golgota. Apabila berbagai macam pergumulan itu menimpa orang percaya (Kristen), itu semua atas seijin Tuhan yang bertujuan untuk membangun iman kita dan bukan untuk mencelakakan kita. Karunia Allah ialah hidup yang kekal. Dalam keadaan seperti diatas (upah dosa adalah maut), maka Allah tidak tinggal diam, karena itu bukan rencana Allah terhadap manusia. Tetapi yang Allah lakukan adalah Ia mengutus putraNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus untuk turun kedalam dunia dan membawa manusia hidup dalam rencana Allah. Karena sejak kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka langkah kita tidak berjalan pada “tangga yang menurun” tetapi berjalan pada “tangga yang naik”. Dalam proses ini terjadi pemulihan, baik dalam rumah tangga, usaha, keluarga dan lain sebagainya. Dan langkah-langkah kita setiap hari diperbaharui sampai menuju pada kehidupan yang kekal. Memang, sementara masuk dalam proses, kehidupan kita tidak akan berjalan mulus seperti yang kita harapkan, sebab dalam firman Tuhan telah dikatakan bahwa dalam dunia ini banyak onak dan duri (pergumulan hidup), tetapi kita tidak perlu kuatir karena kita memiliki pengharapan yang tidak tergoyahkan yaitu Tuhan Yesus Kristus. Bahkan ketika kita hidup ditengah-tengah krisis yang berkepanjangan disertai dengan berbagai macam kejahatan termasuk bencana alam, namun kasih karunia Allah sanggup memelihara dan melindungi hidup kita. Sebab melalui keadaan seperti inilah Allah ingin menunjukkan kuasaNya terhadap dunia bahwa anak-anakNya sedang dituntun menuju “tangga yang naik”. Lalu, langkah-langkah apakah yang kita ambil untuk tetap hidup dalam kasih karunia Allah ? langkah yang kita ambil adalah langkah iman dan perbuatan. Sebab firman Tuhan berkata : “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” (Yakobus 2:22). Langkah rohani (iman) ini merupakan hal yang utama sebelum kita melangkah secara jasmani. Keduanya sama-sama penting dan berlaku dalam kehidupan ini, sebab kita hidup dalam dua dimensi (rohani dan jasmani). Dan orang yang beriman senantiasa melangkah maju (Ibrani 10:37-39). Dan saat ini kita melihat langkah-langkah tersebut : Pertama, langkah Iman (Efesus 3:14-21).Langkah ini merupakan fondasi dalam kehidupan kita yaitu : 1. Percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 15), 2. Roh Kudus, yang kaya, kuat itu berserta dengan kita (ayat 16), 3. Berakar dan berdasar di dalam kasih, sebab Allah sangat mengasihi kita (ayat 17). Ketika kita masuk dalam ketiga fase tersebut maka kita akan dapat memahami betapa lebar, panjang serta dalamnya kasih Kristus kepada kita. Untuk itu jangan sampai kita membuat kesalahan yaitu kembali pada kehidupan yang lama (hidup dalam dosa). Sebab, kalau kita berdosa, maka langkah kita menurun. Tetapi hidup kita harus melangkah naik sampai kita dipenuhi dengan kepenuhan Allah (ayat 18-19), karena di dalam diri kita ada kuasa yang bekerja secara luar biasa (ayat 20-21).Kedua, langkah perbuatan.Dalam Yakobus 2:26 dikatakan : “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Dari ayat ini menunjukkan bahwa iman selalu berjalan bersama-sama dengan perbuatan. Karena perbuatan itu merupakan refleksi daripada iman, seperti yang tertulis dalam Yakobus 2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata : "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." Jadi iman itu akan tampak apabila ada perbuatan.Saudara, langkah perbuatan ini kerapkali terhalang oleh kepentingan pribadi kita, tetapi bukan berarti kita tidak mempedulikan pribadi kita. Maksudnya yaitu : banyak orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan orang lain, sehingga yang menjadi pusat perhatian dalam hidupnya ini adalah dirinya sendiri. Bukankah kita dipanggil dan dipilih untuk menjadi terang dan garam dunia. Dan apabila terang itu tidak bercahaya maka manusia tetap berada dalam kegelapan yang pada akhirnya menuju pada kebinasaan, dan apabila garam itu tidak asin, maka garam itu akan dibuang dan dinjak-injak orang. Oleh sebab itu, biarlah kedua langkah-langkah diatas merupakan bagian dalam kehidupan kita, supaya kita tetap berada dalam kasih karunia Allah dan dibawa menuju “jalan yang naik”. Amin Sumber: http://iix.bethanygraha.org/ |
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.