2 Februari 2013

Investasi Sorgawi

Investasi Sorgawi
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 31 January 2013 17:25
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. . . . . . . ."

(Matius 6:19-24)
Apabila kita berbicara mengenai ekonomi dunia, maka tidak akan luput dari hal-hal yang berkaitan dengan mamon, dan mamon itu memang perlu tetapi itu bukan hal yang utama bagi umat Tuhan, sebab yang utama adalah mengabdi kepada Allah yang merupakan satu-satunya tumpuhan dalam kehidupan kita. Lalu bagaimana kita hidup dalam dunia ini tetap diberkati oleh Tuhan yaitu dalam hal ekonomi (mamon), tetapi kita tetap mengabdi kepada Tuhan ? Kita harus masuk dalam siklus tabur-tuai yang berorientasi pada kekekalan.

Ketika tahun 1965, saya (Pdt. Abraham Alex T.) mulai bertobat, dan saat itu saya masih berdomisili di kota Mojokerto. Sejak awal pertobatan, saya mulai menanam dari hasil usaha saya yaitu jual beli mobil. Dan modal yang saya gunakan untuk usaha tersebut merupakan pemberian orang tua saya (gambaran iman yaitu sesuatu yang tidak ada menjadi ada). Singkat cerita; apa yang telah saya tanam telah tumbuh 14 cabang gereja. Kemudian, suatu saat saya harus meninggalkan kota Mojokerto untuk pindah ke Surabaya, dan 14 cabang yang sudah bertumbuh itu saya serahkan kepada hamba-hamba Tuhan yang ada di pedesaan.
Setelah di Surabaya, saya menuai Bethany Manyar, kemudian saya menabur lagi, sampai berdiri kurang lebih delapan ratus cabang di seluruh Indonesia, kemudian saya menuai Bethany Nginden. Tetapi saya tidak berhenti disitu saja, karena saya harus tetap menabur yaitu untuk terlaksananya Menara Doa Jakarta. Saudara, dari kesaksian ini kita dapat melihat bagaimana urutan hukum ekonomi kerajaan Allah, dan hukum menabur ini tidak ada batasan umur (sampai akhir hidup kita), sebab esensi daripada menabur ini adalah kita sedang investasi dalam kerajaan sorga.

Memang dalam hal menabur itu tidak gampang, sebab kadang-kadang kita harus sedikit menderita dan mencucurkan air mata. Namun perlu kita ingat bahwa penderitaan yang kita alami tidak akan sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan nanti, karena firman Tuhan juga berkata : “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mazmur 126:5-6).” Bahkan akibat dari menabur ini telah digambarkan seperti orang yang sedang bermimpi, dimana mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai, seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:1-3 “ . .  Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa : TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini! TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.”

Ada beberapa hal yang harus kita mengerti dalam hal menabur :

1.    Benih Yang Ditanam Harus Mati.

Dalam pengertian bahwa segala sesuatu yang sudah kita tabur baik untuk orang yang membutuhkan pertolongan maupun untuk pekerjaan Tuhan tidak kita ingat-ingat lagi (diungkit-ungkit), sebab kalau tidak demikian maka apa yang kita tabur akan sia-sia, seperti yang terulis dalam Yohanes 12:24 “ . . . Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Atau seperti yang tertulis dalam I Korintus 15:36.

2. Tetap Melakukannya Dengan Sungguh-sungguh.

Kata sungguh-sungguh disini mengandung unsur ketekunan, dimana tidak ada sesuatu hal yang dapat menghalangi kita untuk berhenti menabur, karena hal ini merupakan siklus daripada kehidupan, seperti yang tertulis dalam II Timotius 2:6-7 : “Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.”

3. Jenis Benih Yang Kita Tabur

Segala sesuatu yang kita tabur harus berdampak pada sesuatu yang kekal karena apa yang ditabur, itulah yang akan dituai, seperti yang tertulis dalam Galatia 6:7-8 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.

4. Ukuran panen

Besar atau kecilnya hasil yang kita terima tergantung seberapa besar benih yang kita tanam serta kerelaan hati saat menabur, sebab firman Tuhan berkata : “. . . Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (II Korintus 9:6-8).

5. Menabur Di Tanah Yang Baik

Saat kita menabur, kita tidak boleh sembarangan menabur, tetapi biarlah kita menabur pada tanah yang subur (Matius 13:8).

6. Sabar Menanti Musim Menuai

Saudara kita harus sabar, sebab saat kita menanam benih, maka kita harus menyirami, kemudian diberi pupuk sampai tumbuh sebuah tunas, tetapi ketika tumbuh tunas, maka kita tidak boleh menarik-narik supaya cepat tinggi dan berbuah, karena segala sesuatu ada waktunya. Demikianlah firman Tuhan berkata : “ . . . seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. (Markus 4:26-29)

7. Menjaga Kekristenan

Ulangan 28:1 "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan `mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.”
Saudara, jika seseorang menabur di tempat yang baik, maka apa yang ditabur akan tumbuh semakin hari semakin bagus, tetapi apabila suatu saat orang tersebut tidak menjaga tanaman yang sudah bertumbuh itu, maka apa yang mereka tanam menjadi busuk/rusak yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Misalnya : pada awalnya seseorang menabur dengan tekun, sehingga diberkati Tuhan secara luar biasa, lalu ia mulai coba-coba tidak menjaga tanamannya (Kekristenan) dengan cara berselingkuh atau tindakan lain yang bertentangan dengan kehendak Tuhan maka tanaman itu akan rusak (busuk).

8. Menerima Hasil Tuaian

Pasti akan menuai secara luar biasa oleh karena turut campur tangan Tuhan (Kejadian 26:12)

9. Berdoa senantiasa

Kita senantiasa bergantung kepada Tuhan karena yang memberi pertumbuhan atas segala yang kita tanam adalah Tuhan (I Korintus 3:6-7).
AMIN

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification