Hidup Dalam Kehendak Allah |
Written by Multimedia Graha Bethany |
Friday, 08 February 2013 15:11 |
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra Di dalam Injil Yohanes, khususnya dalam pasal 3, ayat ke-16 merupakan penggenapan daripada nubuatan yang telah disampaikan oleh nabi Yesaya sejak + 750 tahun sebelum Yesus lahir. Dan untuk mengetahui nubuatan yang telah disampaikan tersebut, marilah kita membaca di dalam Kitab Yesaya 53:1-12 yang merupakan perenungan bagi kita saat ini. Dari ayat perenungan ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Kehendak Allah
Yesaya 53:10 “Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan
kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah,
ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN
akan terlaksana olehnya.”
Saudara, penderitaan sampai pada kematian yang dialami oleh Yesus
merupakan kehendak Allah, yang tidak bisa dibatalkan oleh siapapun. Dan
kehendak Allah ini merupakan perwujudan kasih Allah terhadap isi dunia
ini, seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16. Cinta Allah terhadap
manusia mengandung muatan kasih dan bersangkutan dengan maut, seperti
yang tertulis dalam kidung agung.Dimana telah dikatakan bahwa cinta kuat bagaikan maut. Sebagai contoh : Ada banyak orang karena putus cinta maka maut menjemputnya. Ada orang yang menjalani kasih sayang mengalami maut juga. Tuhan mengasihi dunia ini, supaya barangsiapa yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Tetapi sayangnya, banyak orang menolak dan melecehkan Tuhan Yesus; tetapi puji syukur, dari jutaan orang kita telah dipilihNya. Dimana sejak kita diselamatkan, bertobat, dibaptiskan dan lahir baru, maka kita mulai berjalan dengan iman. Sebelumnya kita hanya sekedar hidup secara positif thinking (pikiran positif) dan bukan berjalan dengan iman. Dan oleh karena kita percaya Yesus maka kita memiliki pengharapan yang pasti. Berapa banyak pengharapan seseorang itu sifatnya hanya mudah-mudahan. Tetapi dalam nama Yesus bukan mudah-mudahan tetapi pasti diselamatkan. Saudara, kalau di dunia beranggapan bahwa kasih itu merupakan suatu filsafat yang tidak pernah tercapai, tetapi kasih Allah dalam Yesus sudah dibuktikan melalui pengorbananNya di atas kalvari. Kehendak Tuhan itu mutlak, dan kita berada dalamnya. Pada waktu Adam dan Hawa menjual dirinya kepada iblis maka iblis berkuasa melalui manusia, dan perbuatan iblis dijabarkan melalui kehidupan manusia, sehingga sifat manusia seperti iblis. Pada jaman Musa Allah menurunkan sepuluh hukum Allah untuk menahan perbuatan iblis melalui manusia. Tetapi tidak ada manusia yang sanggup melakukan sepuluh hukum Allah, sehingga pada akhirnya manusia tetap jatuh dalam dosa. Namun puji Tuhan, oleh karena Yesus Kristus yang lahir dari firman dan Roh telah menjadi juru selamat kita, dan setiap orang percaya dalam namaNya akan dimeteraikan dengan Roh Allah. Dan sejak itu kita dipimpin oleh Roh Kudus menuju masa depan yang baik. Saudara, setiap orang senantiasa merindukan kehendak Allah terjadi dalam kehidupannya, tetapi kadang-kadang mereka tidak sadar bahwa mereka sendirilah yang membatalkannya melalui pemberontakan terhadap pimpinan Roh Kudus. Dan orang yang memberontak atau menghujat Roh Kudus tidak ada pengampunan baik di dunia ini maupun di akherat. Oleh karena itu relakanlah diri kita dipimpin oleh Roh Kudus. Sebab ketika Tuhan Yesus ada di dunia ini untuk menggenapkan firman Allah, Ia taat sepenuhnya. 2. Ketaatan
Ayat 7-8 “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas
dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya . . . . .”
Dari ayat diatas telah tampak bahwa Yesus banyak mengalami
penderitaan secara fisik, tetapi secara roh kuasa Allah sungguh-sungguh
nyata dalam kehidupan Yesus. Segala penderitaan yang dialami oleh Yesus
telah didasari oleh ketaatanNya, bahkan sampai mati di atas kayu salib.
Secara fisik dalam diri Yesus tidak ada hawa nafsunya. Tatkala Ia
dicobai iblis yaitu mengenai keserakahan, kesombongan, maupun hawa
nafsuNya, Dia tetap berada dalam posisi tidak mendukakan Roh Kudus,
sehingga munculnya kuasa Allah dalam diri Yesus sangat sempurna. Hal ini nyata melalui tidak ada satu penyakit yang tidak Ia sembuhkan, dan segala mujizat terjadi melalui kehidupan Yesus. Saudara, apabila kita membaca surat Roma 8:6-11 maka kita tidak bisa lagi hidup dalam kedagingan. Sebab orang yang hidup dalam kedagingan tidak akan berkenan kepada Allah. Roh Allah yang ada dalam kehidupan kita akan muncul jikalau kita taat. Tujuan dari keselamatan ini tidak sekedar kita sehat atau selamat di dunia ini, tetapi kita memiliki misi yaitu menjadi berkat bagi banyak orang, misalnya : seandainya kita kaya di dunia ini, maka kita pergunakan kekayaan kita untuk memuliakan Tuhan, dan apabila kita kuat maka kekuatan ini kita untuk melayani Dia, dan segala sesuatu yang merupakan berkat dari Tuhan hendaknya kita pergunakan untuk memuliakan Tuhan. Saudara, apabila kita ingin hidup seperti Yesus hidup, maka kita harus berani menghadapi banyak penderitaan secara jasmani. Dan kata menderita disini bukan berarti miskin, sengsara atau sakit-sakitan. Tetapi kata menderita disini dikarenakan melakukan kehendak Allah dan melawan dosa. Sebab dalam I Petrus 4:1-2 dikatakan : “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa --, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.” 3. Pelaksana Kehendak AllahPada akhir jaman akan dibedakan antara kambing dan domba atau ilalang dengan gandum, maksudnya yaitu bahwa setiap manusia akan dibedakan mana yang disebut umat Tuhan atau bukan, orang yang beribadah atau yang tidak beribadah, dengan kata lain masuk masa penampian. Memang, kadang-kadang setiap orang tidak pernah merasa bahwa dirinya beribadah atau tidak, tetapi yang menjadi cerminan adalah hidupnya sesuai firman Tuhan atau tidak. Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk menjadi pelaku firman Tuhan dan bukan sebagai pendengar atau penonton saja. Sebab orang yang mau melaksanakan kehendak Tuhanlah yang berhak mendapatkan hak waris kerajaan sorga (Roma 8:17). Amin.Sumber: http://iix.bethanygraha.org/ |
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.