20 Agustus 2010

Renungan Harian Online: Semut dan Secangkir Kopi


Semut dan Secangkir Kopi

Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
Ayat bacaan: Amsal 6:6
===================
"Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak"


semut dan secangkir kopiKetika menulis renungan kemarin saya ditemani secangkir kopi hangat yang saya letakkan di lantai. Karena keasikan menulis kopi menjadi lupa saya nikmati. Dan ketika saya teringat akan kopi itu, saya pun melihat ternyata cangkir kopi itu sudah dirubungi semut. Saya pun segera memindahkannya ke atas. Satu kali angkut bagi saya, tetapi pasti menjadi sangat merepotkan bagi semut-semut itu untuk kembali mendatangi cangkir. Bayangkan tadinya sudah tepat di depan mata, tapi sekarang berpindah jauh ke atas. Tetapi semut-semut itu ternyata tidak putus asa. Perhatian saya pun kemudian beralih memperhatikan perilaku semut-semut itu. Sebuah perjalanan panjang dari lantai, ke terali pun mereka jalani untuk bisa kembali mencapai gelas. Benar-benar usaha yang luar biasa. Saya pun tertegun.. betapa hebatnya usaha semut-semut ini. Saya berpikir, alangkah baiknya seandainya kita bisa memiliki sedikit saja dari ketekunan dan kegigihan semut ini. Tidak bersungut-sungut, tidak mengeluh dalam menghadapi problema hidup, tetapi terus berjuang dengan semangat yang tidak mudah patah.

Etos kerja seperti semut itu sudah menjadi perhatian sejak dahulu kala. Lihatlah bagaimana Salomo mengingatkan kita untuk mengikuti sikap semut, hewan yang ukurannya jauh lebih kecil dari kita. Hewan yang lemah, yang bahkan sekali pencet saja sudah tamat riwayatnya. Salomo memakai semut untuk sindiran kepada orang-orang malas. Katanya: "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak." (Amsal 6:6). Seperti apa semut itu? "biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen." (ay 7-8). Semut adalah hewan rajin, giat dan gigih dengan etos kerjasama yang luar biasa. Semut sanggup mengangkat beban yang jauh lebih berat dari beratnya sendiri, jika tidak mampu mereka akan bekerjasama agar beban itu sanggup diangkut. Lebih dari itu, seperti contoh secangkir kopi di atas, semut menunjukkan semangat pantang mundur, tidak gampang patah semangat dan tidak mudah menyerah. Alangkah baiknya jika kita mau belajar dari semut demi kebaikan kita.

Masih dalam Amsal, Agur bin Yake pun menyinggung soal kerajinan semut ini. "Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas." (Amsal 20:25). Semut, menurut Agur merupakan satu dari empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi sangatlah bijaksana. Sangat lemah, sangat kecil, tetapi sangat rajin dan sangat kuat kerjasamanya. Betapa malunya kita manusia yang berukuran jauh lebih besar dan lebih kuat cuma bisa mengeluh tanpa berusaha maksimal. Betapa rapuhnya kita yang terlalu cepat putus asa sebelum mengeluarkan kemampuan terbaik, tanpa memaksimalkan segala talenta yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, terutama tanpa mengandalkan atau percaya kepada Tuhan.

Tuhan tidak suka kepada orang malas. Lihatlah satu lagi ayat dalam kitab Amsal berikut: "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4). Tuhan bisa memberikan segalanya dengan instan, tetapi apakah itu mendidik buat kita? Apakah itu baik buat perkembangan mental kita terutama pertumbuhan rohani kita? Tuhan berkenan kepada orang-orang yang rajin, yang tidak mengisi hidupnya hanya dengan mengeluh, tetapi mau mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk berjuang. Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan. Itulah sebabnya kita harus belajar dari sikap seekor semut. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk serius mengerjakan segala sesuatu. Firman Tuhan menginginkan kita untuk terus bekerja dengan rajin, memastikan roh kita tetap bernyala-nyala meski dalam situasi seperti apapun. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Seperti itulah bunyi firman Tuhan yang seharusnya kita ingat baik-baik. Dalam keadaan apapun, tetaplah bersemangat, jangan pernah padamkan roh, dan muliakanlah Tuhan lewat segala sesuatu yang kita kerjakan. Dimana posisi kita saat ini? Sudahkah kita memiliki kerajinan dan kegigihan serta kekompakan seperti semut? Jika belum, tidak ada salahnya untuk belajar dari hewan kecil ini sekarang juga.

Ada banyak hal yang bisa diteladani dari seekor semut

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification