Rut yang Bertanggung Jawab
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Rut 2:18 (BIS)
=====================
"Kemudian ia pulang ke kota dengan membawa hasil pungutannya itu dan menunjukkan kepada ibu mertuanya berapa banyak yang telah dipungutnya. Dan ia juga memberikan kepada ibu mertuanya itu makanan yang tak dapat dihabiskannya pada waktu makan."
Ketika seorang pemimpin mendekati masa akhir jabatan dalam lembaga, instansi dan lain-lain biasanya akan diminta laporan pertanggungjawaban. Ini adalah sebuah kewajiban dari yang bersangkutan untuk melaporkan segala kegiatan, pencapaian atau catatan-catatan selama masa baktinya. Ada banyak orang yang sibuk menumpuk harta ketika sedang menjabat sesuatu, ada pula yang membuang waktu sia-sia tanpa pencapaian apapun. Dan mereka-mereka ini akan kelabakan ketika mendekati saat untuk memberikan pertanggungjawaban. Berbagai mark-up, laporan fiktif dan sebagainya pun menjadi jalan pintas untuk selamat dari sidang. Sebaliknya orang-orang yang bekerja sungguh-sungguh dengan penuh tanggungjawab dalam mengemban amanat tentu tidak akan merasa repot ketika dimintai laporan pertanggungjawaban. Satu hal yang pasti, dalam setiap aspek kehidupan kita dituntut untuk bertanggungjawab. Bahkan kelak kita pun harus mempertanggung- jawabkan segala perbuatan dan perkataan kita. Kita akan kelabakan ketika menghadapi penghakiman dari Tuhan pada saatnya nanti apabila kita tidak terbiasa melakukan segala sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab.
Setelah melihat beberapa kualitas diri Rut dua hari kemarin, mari kita lihat hal lain yang bisa kita pelajari dari sikap hidupnya. Selain rendah hati, sederhana dan sungguh-sungguh, lalu juga setia, Rut juga merupakan seseorang yang penuh tanggung jawab.
Rut mengikuti mertuanya Naomi dengan setia, masuk ke wilayah Israel yang biasanya tidak bersahabat dengan para pendatang dari Moab, seteru lama mereka. Ini adalah hal yang tentu sulit untuk dijalani. Apalagi Naomi pulang dalam keadaan tidak punya apa-apa. Sebagai seorang pendatang dari Moab, apa yang bisa dilakukan Rut disana? Sebagian orang mungkin hanya akan diam di rumah. Buat apa repot, toh saya sudah mengorbankan diri untuk menemani mertua saya sepanjang sisa hidupnya? Mungkin itu akan menjadi pikiran yang terlintas di benak sebagian orang ketika berada di pihak Rut. Tapi Rut tidak berpikir seperti itu. Meski statusnya sebagai orang asing di Betlehem, Rut ternyata mau mengambil inisiatif untuk bekerja agar bisa mencukupi nafkah hidup dirinya dan Naomi sang mertua. Rut sadar betul bagaimana kondisi mertuanya yang sudah berusia lanjut. Dirinya yang masih muda dan kuat, tentu saja ia yang harus bekerja. Dan kita bisa melihat bahwa Rut benar-benar mengambil tanggung jawab untuk bekerja.
Apa yang dikerjakan Rut adalah sebuah pekerjaan yang tergolong paling rendah pada saat itu, yaitu memunguti jelai yang jatuh ketika penyabit-penyabit sedang memanen ladangnya. Meski pekerjaan itu termasuk yang terendah, namun didasari rasa tanggungjawab membuat Rut rela melakukan semua itu tanpa mengeluh atau merasa terpaksa. Ia memilih untuk tidak meratapi nasibnya tetapi mempergunakan tenaga dan pikirannya untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Ia mengambil alih tanggungjawab agar Naomi bisa makan dan tercukupi kebutuhannya. Lihatlah bagaimana Rut bekerja keras untuk itu, lalu membawa pulang hasilnya untuk dinikmati bersama. "Diangkatnyalah itu, lalu masuklah ia ke kota. Ketika mertuanya melihat apa yang dipungutnya itu, dan ketika dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu.." (Rut 2:18) atau dalam versi BIS bisa kita lihat lebih jelas: "Kemudian ia pulang ke kota dengan membawa hasil pungutannya itu dan menunjukkan kepada ibu mertuanya berapa banyak yang telah dipungutnya. Dan ia juga memberikan kepada ibu mertuanya itu makanan yang tak dapat dihabiskannya pada waktu makan." Itulah gambaran tanggungjawab yang dilakukan Rut, sebuah tanggungjawab yang dijalankan dengan sepenuh hati.
Bagaimana dengan kita hari ini? Sudahkah kita memiliki tanggung jawab seperti ini terhadap keluarga kita? Sudahkah kita bertanggung jawab penuh kepada istri, anak-anak dan orang tua, atau kita masih terlalu sibuk saling melempar tanggung jawab dalam berbagai sisi kehidupan? Sudahkah kita bertanggungjawab penuh dalam bekerja atau kita masih sibuk mencari celah untuk menghindar dari kewajiban kita? Ketika Tuhan sudah memberi talenta kepada kita, bisakah kita mempertanggungjawabkannya? (Bacalah Perumpamaan tentang Talenta dalam Matius 25:14-30). Petrus mengingatkan kita agar selalu siap untuk memberi pertanggungjawaban kepada siapapun yang meminta. "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat dan dengan hati nurani yang murni.." (1 Petrus 3:15-16). Itu artinya kita harus selalu siap melakukan segala yang kita kerjakan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Setiap saat kita diminta agar siap sedia untuk memberi pertanggungjawaban, dan jangan lupa kelak kita pun harus siap memberikan hal ini ketika menghadapi tahta penghakiman Tuhan. Dalam surat Roma kita bisa membaca hal ini: "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah." (Roma 14:12). Bagi kehidupan kekristenan, tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting, baik dalam keluarga, pekerjaan, usaha, pelayanan bahkan dalam seluruh aspek kehidupan kita yang nantinya harus kita buka di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya kita diminta untuk melakukan yang terbaik dengan segenap hati bukan seperti untuk manusia melainkan seperti untuk Tuhan. (Kolose 3:23). Milikilah sikap bertanggungjawab penuh seperti Rut. Jangan buang waktu lagi, mulailah dari sekarang.
Biasakan hidup dengan penuh tanggungjawab sejak saat ini
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.