16 Juli 2015

Tetap Menantikan Tuhan

Ayat bacaan : Mazmur 40:2-4

Istilah menanti-nantikan Tuhan adalah suatu rangkaian daripada ibadah. Contoh yang sederhana misalnya, doa kita belum dijawab oleh Tuhan, maka kita menanti-nantikan jawabannya, atau misalnya kita belum diurapi maka kita menantikan urapan Roh Kudus. Orang yang menanti-nantikan Tuhan pasti cepat atau lambat akan menerima jawaban dari Tuhan, asalkan kita menantikannya dengan sabar dan setia. Dalam menanti-nantikan Tuhan tidak hanya sekedar saat kita membutuhkan pertolonganNya, tetapi kita menanti-nantikan Tuhan juga terhadap kedatanganNya yang kedua kali.
Dalam hal penantian kedatangan Tuhan tidak hanya dilakukan oleh kita saja, tetapi dilakukan juga oleh bangsa-bangsa lain, khususnya bangsa Israel. Namun ada perbedaan antara kita dengan bangsa Israel. Dimana bangsa Israel saat ini sedang menantikan kedatangan Mesias, padahal Mesias sudah datang ke dunia ini dua ribu tahun yang lalu yaitu Yesus Kristus. Mereka benar-benar tidak tahu bahwa Mesias sudah datang, dan Ia akan datang kembali untuk menjadi hakim yang adil. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah mati, apakah mereka termasuk orang yang menantikan Tuhan ? ya. Sebab dalam I Tesalonika 4:16 dikatakan : “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit. ” Hal ini menunjukkan bahwa sementara sangkakala Allah belum berbunyi, maka orang yang sudah mati berada dalam penantian. Dan jikalau orang yang sudah mati akan dibangkitkan pada saat sangkakala Allah berbunyi, lalu bagaimana dengan orang yang masih hidup ?.
Bagi orang yang masih hidup akan diangkat hidup-hidup seperti Henokh dan Elia. Dari pernyataan ini mungkin kita bisa berkata : “ini adalah janji khayalan.” Tetapi perlu kita ketahui bahwa segala sesuatu yang difirmankanNya pasti akan digenapi. Selain itu sejarah membuktikan bahwa mereka yaitu Henokh dan Elia telah diangkat hidup-hidup. Memang, untuk menggapai iman seperti ini sangat sukar, tetapi kita harus percaya bahwa kuasaNya tidak berubah sampai selama-lamanya. Dalam hal penantian, gereja diumpamakan sebagai istri, sedangkan Kristus diibaratkan sebagai kepala atau suami. Antara suami dan istri tentunya saling menantikan untuk dapat senantiasa bergaul. Demikianlah hubungan kita dengan Tuhan. Tidak hanya kita yang menantikan Tuhan, tetapi Tuhan juga yang menanti-nantikan kita. Bagaimanakah semangat Tuhan dalam menantikan kita ? semangat Tuhan dalam menantikan kita itu seperti sebuah kisah yang terdapat dalam Lukas 15:20 “. . . . . Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” Dari sini kita tahu bahwa orang yang saling menanti-nantikan itu memiliki muatan kangen atau kerinduan yang kuat, selain ada muatan kasih.
Demikian halnya dengan ibadah; bahwa ibadah itu harus ada muatan kerinduan. Dan untuk lebih jauh lagi, kita melihat kerinduan Allah terhadap kita tidak sekedar ingin bertemu, tetapi lebih dari itu Ia ingin kita berada dimana Ia berada seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:3 “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” Jadi menanti-nantikan Tuhan pada setiap jam, menit bahkan detik merupakan sesuatu yang indah sekali, tetapi menanti-nantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali itu, kita perlu melihat peta jaman. Didalam Injil Matius 24:32, dikatakan : ““Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” Apa yang dimaksud dengan “tariklah dari perumpamaan pohon ara ?”. Untuk dapat mengetahui maksud dari ayat ini, maka kita harus tahu sejarah dari Israel. Di mana klimaks daripada Israel hanya sampai pada jaman Salomo.
Setelah Salomo negara itu hancur, maka raja Nebukadnesar menguasainya, kemudian Darius, Alexandri, dan sampai pada akhirnya bangsa Roma yang masuk, sehingga Israel tidak punya negara lagi. Dan ketika Tuhan Yesus berada di dunia, murid-muridNya sempat bertanya : “apakah Engkau akan memulihkan kerajaan Israel pada waktu ini ?”. Lalu Yesus menjawab : ”tidak perlu engkau tahu”. Jadi kerajaan Israel tidak dibangun pada waktu Tuhan Yesus ada di dunia, sebab apabila kerajaan Israel dibangun atau dipulihkan pada jaman Tuhan Yesus, maka kita tidak ada kesempatan untuk mendapat kasih karuniaNya. Dan sementara Israel belum dipulihkan Injil tetap diberitakan baik di Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan sampai ke ujung bumi, karena hal ini merupakan Amanat Agung Tuhan Yesus. Israel dipulihkan oleh Tuhan justru pada dua ribu tahun kemudian yaitu tahun 1948, dimana negara Israel mulai muncul dengan klimaks kesukaran yang luar biasa pada waktu di Jerman. Ketika itu enam juta orang Israel dibantai, dimasukkan gas, dibunuh, ditembak. Setelah kejadian itu berlangsung, maka Tuhan mulai memulihkan keadaan Israel.
Pada tahun 1948 yang lalu tunas (Israel) ini telah muncul, sebagai gambaran pohon ara yang sudah ditebang, dan kini mulai bersemi dan berkembang. Dan apabila saat ini kita sedang mendengar deru perang, bencana alam, gempa bumi, kelaparan dan kejadian-kejadian yang menghebohkan, maka perlu kita ketahui bahwa semuanya itu merupakan awal dari penderitaan menjelang zaman baru, tetapi bagi mereka yang tetap bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat, dan setelah Injil Kerajaan Allah sudah diberitakan di seluruh dunia dan menjadi kesaksian bagi bangsa, maka barulah tiba kesudahannya (Matius 24:6-14) Oleh sebab itu janganlah kita undur dari iman kita karena kita termasuk orang yang akan masuk dalam kehidupan yang kekal. Marilah kita senantiasa menanti-nantikan Tuhan, karena orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. Amin
Sumber: http://www.bethanygraha.org

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification