1 Maret 2015

Tiga Sosok Pribadi Dalam Injil Lukas

Ayat Bacaan: Lukas 15:11-32

Dalam ayat bacaan di atas dijelaskan tentang kisah anak yang terhilang. Dan dalam perikop ini merupakan suatu cerita pendek yang sangat luar biasa. Bahkan Charles Dicken pun pernah berkata bahwa “Kisah anak terhilang ini adalah cerita pendek terbaik yang pernah ada.” Karena semua bagian hidup manusia ada dalam peristiwa ini. Untuk itu mari kita lihat dari tiga sosok yang terdapat dalam peristiwa Anak yang terhilang ini. Sosok pertama, “Anak Terhilang (bungsu)”, sosok kedua, “Anak Sulung”, dan sosok ketiga, “Bapa.” Saudara, dalam tradisi Yahudi, kalau sebuah keluarga memiliki dua anak, maka anak pertama dan anak kedua mendapatkan bagian yang berbeda. Anak pertama mendapatkan 2/3 dari semua harta ayahnya, sedangkan anak kedua hanya mendapat 1/3 saja. Biasanya warisan tersebut dibagikan setelah sang ayah meninggal dunia. Tetapi waktu itu ayahnya, yang belum mati, telah membagikan hartanya kepada anak-anaknya (Lukas 15:12).
Setelah sibungsu mendapatkan bagiannya ia pergi jauh meninggalkan rumah terutama ayah dan saudaranya, sementara ia berada di perantauan ia menjual hartanya dan berfoya-foya, namun setelah hartanya habis, ia mengalami penderitaan yang luar biasa, sampai ia makan saja sulit karena tidak ada yang dimakan karena tidak punya uang, setelah merasa betapa menderitanya jauh dari sang Bapa, ia bertobat dan berniat untuk kembali kepada bapanya dengan rela menjadi seorang upahan (Lukas 15:18). Ada suatu perubahan total yang terjadi pada anak bungsu ini. Ketika anak bungsu kembali ke rumah bapanya dan bersedia menjadi pegawai di rumah bapanya, maka sang bapa menerima kembali kehadiran anak ini bukan sebagai pegawai melainkan tetap menjadi seorang anak. Bahkan kembalinya anak bungsu ini diadakan pesta yang luar biasa karena bapanya merasa anaknya yang hilang telah kembali atau anaknya yang mati telah hidup kembali.
Melalui kejadian ini si Sulung, saudaranya, tidak bersukacita melainkan menjadi sangat marah karena perlakuan Bapanya terhadap adiknya (Lukas 15:28). Bapanya adalah figur seorang bapa yang baik, kaya dan penuh belas kasihan (Lukas 15:20,22). Mari kita lihat satu persatu sosok tersebut:

Pertama, Anak Bungsu (Lukas 15:11).

Baik si Bungsu dan si Sulung, mereka hidup dalam kelimpahan. Tetapi ada beberapa langkah yang membuat si Bungsu ini menjauh dari Bapanya, yaitu: langkah pertama, sikap tidak puas. Sikap ini adalah sikap ingin mendapatkan sesuatu yang lain padahal semuanya tercukupi. Langkah kedua, ia ingin bebas, karena di rumah Bapanya banyak aturan. Dari dua langkah ini, si Bungsu mengalami kehancuran dalam hidupnya. Untuk itu jangan mau diperdaya iblis. Tetapi puji Tuhan, si Bungsu ini tidak memikirkan hal-hal yang telah dilakukannya, tetapi dia berpikir bagaimana di bisa bangkit kembali kepada Bapanya. Untuk itu mari kita lihat langkah-langkah si bungsu kembali kepada Bapanya: langkah pertama, menyadari (Lukas 15:17), langkah kedua, bangkit (Lukas 15:18), dan langkah ketiga, kembali kepada Bapanya. Si Bungsu berubah dari give me menjadi make me. Dari menuntut menjadi memberikan diri. Bapanya mengampuni kesalahan si Bungsu ini. Dari sini kita belajar bahwa yang harus kita pikirkan adalah bukan bagaimana kita jatuh, tetapi bagaimana kita kembali dan mendekat kepada Bapa. Karena selama kita diberi kesempatan untuk bertobat itu merupakan anugerah, karena suatu saat kita tidak menemukan kesempatan yang sama. Untuk itu jangan sia-siakan kesempatan yang ada dan janganlah meninggalkan kasih karunia Allah.

Kedua, Anak Sulung (Lukas 15:25)

Anak sulung ini memiliki karakter yang sangat spesifik yang tidak baik. Lukas 15:28 berkata, “Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.” Karakter yang buruk dari si Sulung yang buruk adalah: Pertama, ada roh kemarahan karena cemburu terhadap adiknya. Ia protes kepada Bapanya. Kemarahan ini dilakukan karena dia tidak tahu bersyukur atas keadaanya sekarang ini. Hal ini bukan terjadi pada level jemaat saja, tetapi juga kepada pelayan Tuhan. Cemburu terhadap orang yang dipakai lebih dari kita. Sebenarnya semua yang Bapa punya, si Sulung punya juga. Untuk itu belajarlah untuk tidak cemburu kepada yang lain, tetapi syukurilah apa yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Jangan cemburu kepada orang di luar Kristus yang justru mendapatkan kekayaan luar biasa walaupun dengan jalan yang tidak baik. Jangan menginginkan langkah-langkah mereka.
Kedua, merasa lebih baik dari orang lain dan menjelekkan orang lain. Lukas 15:29 merupakan keangkuhan dari si Sulung dan Lukas 15:30, si Sulung membandingkan dirinya dengan adiknya dan sekaligus menjelekkannya. Kita tidak dipanggil untuk menjadi hakim dan menilai satu dengan yang lain. Kita masuk dalam persektuan orang percaya untuk mempersiapkan diri kita dihakimi oleh Tuhan. Berhentilah untuk menghakimi orang lain karena kita juga bisa salah seperti orang yang kita hakimi. Yang penting adalah kita mau menyerahkan diri kita, apapun kata orang tentang kita, tetapi Tuhan mengganggap layak, itu cukup bagi kita. Ketiga, ia memiliki salah pengertian tentang kasih karunia. Bapanya memiliki kasih karunia. Menurut kacamata anak Sulung, seharusnya kasih karunia itu diberikan lebih banyak kepadanya. (Baca: Matius 20:1-16 perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur tentang kasih karunia Tuhan). Tuhan memberikan kasih karunia kepada kita menurut kehendak-Nya dan kasih karunia Tuhan yang sudah diberikan kepada kita, pasti dilanjutkan-nya untuk seterusnya dan selama-lamanya.

Ketiga, Bapa.

Bapa penuh dengan kasih. Kasih Bapa ini, tidak seperti yang kita bayangkan. Sedemikian dalamnya kasih Bapa, saat anaknya pergi menjauh, Ia tidak melarang. Ia memberikan kehendak bebas kepada kita. Bukan karena Allah ingin kita celaka, tetapi oleh karena kasih-Nya yang sangat dalam. Demikian juga Tuhan menghendaki agar kita datang kepadaNya, bukan karena dipaksa dan diancam, tetapi datang dengan kasih. Dia tidak menolak orang-orang yang bertobat dari perbuatannya yang telah menyakitiNya. Dengan tangan terbuka Dia membuka pintu pengampunan bagi mereka yang mau berbalik padaNya. Dia tidak mengingat lagi segala pelanggaran kita. Oleh karena itu janganlah sia-siakan kesempatan yang ada, selama kita masih bernafas marilah kita memberikan diri untuk dipakai sebagai alatnya. Saudara, kalau kita kembali pada kisah diatas dimana pada waktu melihat anaknya kembali, sang Bapa berlari menjemputnya. Ini merupakan kasih Bapa kepada anak-Nya. Tuhan menganggap kesalahan anak-Nya sudah terhapus. Lalu, saat ia melihat anak itu bertobat, maka diadakan suatu pemulihan yang dilakukan secara besar-besaran. Amin
Sumber: http://www.bethanygraha.org

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification