Ketaatan
Written by Multimedia Bethany Graha
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
”Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”
Markus 14:35-36
Peristiwa yang sedang terjadi seperti yang tertulis dalam ayat bacaan
di atas merupakan wujud ketaatan Yesus Kristus. Meskipun Yesus tahu
bahwa setelah penderitaan bahkan sampai pada kematian di atas kayu salib
akan ada kemenangan besar, tetapi secara manusia pada waktu itu Ia
sempat mengatakan “kalau bisa cawan ini berlalu dari padaKu.” Cawan ini
merupakan hal yang menakutkan namun Dia tetap taat untuk melakukannya.
Kata taat memang sangat mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang
mau untuk melakukannya. Untuk dapat taat itu sebenarnya mudah, yaitu
menerima tugas dan menjalankan.”Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”
Markus 14:35-36
Tetapi masalahnya tidak semudah itu karena sementara menerima tugas, bisa muncul adanya suatu konflik yang bertentangan dengan kemauan dan pemikiran diri sendiri sehingga dengan demikian mulai muncul keraguan dan rasa bimbang, dan akhirnya mulai mencoba menghindar untuk melakukan tugas yang Tuhan berikan. Meskipun kita terhalang dengan perasaan bimbang, takut, cemas ataupun gagal tetapi apabila kita taat maka kemenangan demi kemenangan akan kita peroleh.
Oleh sebab itu, kita harus berbahagia karena memiliki pemimpin yang sempurna yaitu Yesus Kristus yang senantiasa menuntun bahkan kadang memaksa kita untuk tetap mentaati segala apa yang telah menjadi ketetapanNya, sekalipun kita tidak suka dengan tugas tersebut.
Tuhan memberikan suatu pengajaran mengenai ketaatan yang disampaikan melalui rasul Paulus kepada muridnya yaitu Timotius. Diantaranya : pengajaran mengenai teladan seorang prajurit, olahragawan maupun petani. Dan kali ini kita akan mempelajari satu persatu mengenai hal ketaatan seperti yang telah disebutkan :
1. Teladan Seorang Prajurit (Taat dan Setia)
Dalam II Timoitus 2:3-4 dikatakan, ”Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”
Yang dituntut pada pribadi seorang prajurit selain ketaatan adalah kesetiaan. Dan kalau kita perhatikan mengenai prajurit, maka dapat kita ketahui bahwa prajurit merupakan komunitas yang sangat tangguh dan loyal. Satu institusi yang dipenuhi oleh pribadi-pribadi yang sangat luar biasa; baik di Indonesia maupun diseluruh negara. Masia Felly, dalam The Art of The War (seni berperang); menyatakan : ”sepertinya tidak ada profesi yang lain yang melebihi profesi seorang prajurit dalam hal pengorbanan maupun pengabdiannya terhadap bangsa dan negara.” Menurut pandangan secara umum bahwa yang paling penting dalam profesi prajurit itu adalah seseorang yang bertubuh kekar dan melakukan latihan fisik secara intensif. Seorang prajurit harus trampil dan cakap dalam hal strategi perang. Semuanya itu memang penting, tetapi yang dibutuhkan oleh seorang prajurit yang sejati adalah kesetiaan. Taat dan setia ini sangat penting.
Kesaksian : Dalam usia yang sudah lanjut ini, secara manusia saya (Pdt. Alex T.) menjalankan pelayanan sangat lelah, tetapi Tuhan menghendaki tetap berkiprah dalam pelayanan termasuk membangun menara doa Jakarta. Meskipun kadang-kadang muncul rasa bimbang, takut, tetapi Tuhan tetap ingin saya untuk maju terus melayani Dia.
Melalui rasul Paulus, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk taat dan setia, meskipun kita menghadapi hal yang susah. Seperti halnya Yesus saat menghadapi kematianNya, dimana Dia tetap taat dan setia. Dalam suratnya, rasul Paulus berkata :”Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia”(II Timotius 2:11)
2. Teladan Seorang Olahragawan (Taat dan Tekun)
Dalam II Timotius 2:5 dikatakan, ” Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” Sebagai seorang olahragawan dituntut untuk tekun. Progress atau target utama yang diharapkan dari seorang olahragawan adalah mahkota (Piala). Pada jaman Romawi hadiah/penghargaan berupa daun palem yang dirangkai untuk menjadi mahkota. Rasul Paulus pernah mengatakan bahwa hidup ini adalah pertandingan, dan setiap orang harus mengambil bagian dalam pertandingan tersebut. Untuk dapat memenangkan pertandingan tersebut, maka diperlukan ketekunaan berlatih, kemudian bertanding sesuai dengan peraturan-peraturan olahraga. Saudara, kalau bertanding tidak boleh ada keinginan untuk menjegal, iri hati, cemburu, atau hal-hal yang tidak sportif. Kita berusaha melakukan pekerjaan Tuhan yang terbaik atau terdepan demi kemuliaan namaNya, bahkan kita ”menyeret” teman-teman yang masih ketinggalan untuk sama-sama maju.
Sejak gereja Bethany Nginden terbangun, maka muncul gereja-gereja besar lainnya. Contohnya di Semarang yaitu gereja yang digembalakan oleh Pdt. Petrus Agung, di Solo digembalakan oleh Pdt. Obaja, dan di Jakarta digembalakan oleh Pdt. Jacob Nahuway dan lainnya, dimana gereja mereka rata-rata berkapasitas diatas sepuluh ribu jemaat. Untuk dapat mencapai semua itu perlu ketekunan tidak hanya satu atau dua jam tetapi harus dilakukan selama bertahun-tahun. Untuk itu jangan kecil hati saat kita menghadapi berbagai tantangan hidup, atau bahkan kita kadang-kadang jatuh, tetapi percayalah apabila kita tetap terus berjuang maka kemenangan akan kita peroleh. Apa arti ketekunan ? artinya yaitu ulet dan tidak pernah putus asa. Kalau kita putus asa maka kita tidak akan dapat memperoleh apa yang akan kita capai.
3. Teladan Seorang Petani (Taat dan Sabar)
Dalam II Timotius 2:6 dikatakan, ”Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” Petani itu ada ciri khasnya, tidak peduli menabur sedikit atau banyak, tetapi dia harus sabar untuk menunggu waktu menuai. Seorang petani tidak ada yang dapat mempercepat atau memperlambat waktu menuai. Kalau seseorang menabur tentu ada waktunya untuk menuai. Jarak waktu itu, Tuhanlah yang menentukan. Suatu saat gereja ini menabur seribu sepeda motor buat hamba-hamba Tuhan di pedesaan untuk dapat melayani.
Memang, kadang-kadang kita menabur disertai dengan tetesan air mata, seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:5-6 ”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” Namun semua yang kita lakukan tidak sia-sia tetapi membawa hasil yang tidak terkatakan.
Memang ada kalanya kita mengalami pergumulan seperti Tuhan Yesus yaitu menghadapi cawan. Kita mengharapkan kalau bisa semua itu berlalu dari kita. Tetapi Tuhan memberikan contoh bahwa ketaatan itu harus disertai dengan sikap setia, tekun maupun sabar. Apabila hal itu ada dalam pikiran kita dan dibantu oleh kuasa Roh Kudus maka kita akan mengalami suatu kemenangan yang besar. Seandainya Tuhan Yesus gagal dalam ketaatan maka kemenangan itu tidak akan pernah dialami. Oleh sebab itu, dari beberapa teladan yang kita kita pelajari marilah kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup kita senantiasa berkemanangan. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org/