4 Juni 2013

Perlindungan Atas Keluarga

Perlindungan Atas Keluarga
Written by Multimedia Graha Bethany   
Thursday, 30 May 2013 14:20
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Markus 10:6-9 “Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Sebelum kita membahas ayat bacaan di atas lebih lanjut, maka terlebih dahulu kita melihat kembali mengenai permulaan Allah menciptakan manusia. Pada mulanya Allah menciptakan Adam, lalu Allah memberikan teman hidup kepada Adam sebagai penolong yaitu Hawa, seperti yang tertulis dalam Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman : “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Setelah Allah memberikan seorang penolong kepada Adam, maka terciptalah suasana yang harmonis diantara mereka berdua. Tetapi sayang, oleh karena mereka telah melanggar perintah Allah, maka mereka jatuh dalam dosa. Dan sejak saat itulah mulai terjadi perdebatan diantara mereka, dimana Adam tampak lebih dominan dibanding dengan Hawa.

Keadaan seperti ini bukankah sering kita dapati dalam kehidupan sehari-hari ? dimana banyak terdapat keluarga yang pada awalnya tampak harmonis, tetapi diakhiri dengan pertikaian sampai pada perceraian ? Hal demikian sangat tidak dikehendaki oleh Allah, sebab ketika terjadi pertikaian dalam keluarga kita, maka perlindungan dari Allah itu mulai lepas dan iblis akan masuk dalam kehidupan (rumah tangga) kita. Ada 3 hal penting yang harus kita pahami, supaya perlindungan Allah tetap berlaku dalam kehidupan (rumah tangga) kita :

1. Memiliki Hak Yang Sama

Dalam sejarah dunia yang dimulai dari Adam dan Hawa telah terjadi suatu berdebatan, dimana mereka saling menyalahkan dan merendahkan, terutama pada diri Adam. Seolah-olah Adam lebih dominan dan derajatnya lebih tinggi dibanding dengan Hawa. Memang, seorang laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.” (I Korintus 11:8-10). Tetapi bukan berarti laki-laki bersifat dominan atau lebih tinggi derajatnya dibanding dengan wanita, sebab dalam ayat berikutnya dikatakan : “Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.” Jadi kedua-duanya memiliki hak yang sama dan tidak ada yang lebih dominan diantara mereka. Jikalau diantara mereka saling dominan maka saat itu iblis mulai bekerja untuk memecah belah rumah tangga.

Berapa banyak suami-suami yang bersikap dominan terhadap isterinya, karena merasa bahwa dialah yang memberikan nafkah dalam rumah tangga, sehingga hidupnya mulai sembarangan ? Berapa banyak suami-suami yang tidak mau mendengar nasehat dari isteri, karena dia merasa sebagai kepala rumah tangga ? Saudara, firman Tuhan mengingatkan dengan tegas : “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.” (I Korintus 7:3-4).
Dan didalam I Petrus 3:7 juga dikatakan : “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang”. Begitu pula sebaliknya, sebagai istri harus menghormati suaminya, walaupun posisi istri dalam karirnya lebih tinggi dibanding dengan suami. Karena berapa banyak istri-istri yang menganggap rendah suaminya karena tidak memiliki prestasi yang lebih dari dirinya. Tetapi firman Tuhan menasehatkan : “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, . . . . . ..” (Efesus 5:22-24)

2. Meninggalkan Ibu dan Bapak Untuk Berdampingan Dengan Isteri/Suami

Ada sebuah sejarah yang tampaknya sulit untuk dirubah, karena sejarah ini berlaku secara turun-temurun yaitu mengenai hubungan antara mertua dan manantu selalu ada masalah; baik itu menantu perempuan maupun menantu laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya latar belakang dan pola pikir yang berbeda. Oleh sebab itu firman Tuhan menasehatkan : “sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.” (Markus 7:8). Oleh sebab itu, apabila suami-istri meninggalkan bapak dan ibunya, maka tidak ada kesempatan bagi iblis untuk intervensi dalam kehidupan rumah tangga yang sedang dibangun, sehingga dari situlah berkat Tuhan senantiasa tercurah.

Seandainya kita harus tinggal di rumah yang sederhana, atau rumah kontrakan maupun kost satu ruangan, janganlah kecil hati karena Allah tetap memelihara kita dan Dia akan memberkati kita secara luar biasa, selama kita hidup rukun dan tidak ada pertentangan dengan orang tua. Karena berapa banyak orang tua yang mengutuki anak menantunya atau sebaliknya, sehingga ada kesempatan iblis masuk kehidupan dan pada akhirnya hidup mereka menjadi tidak terlindungi lagi. Dan melalui ayat diatas biarlah boleh menjadi peringatan bagi kita semua untuk berani melangkah dengan iman, bahwa Allah sanggup memelihara kita.

3. Menjadi Satu Kesatuan

Pengkhotbah 4:9-12 “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.”

Suami-istri itu harus tetap menjadi satu, karena ketika mereka menjadi satu maka Tuhan akan hadir ditengah-tengah mereka untuk memberikan perlindungan (Matius 18:19-20). Memang, untuk mempersatukan dua orang yang memiliki latar belakang yang berbeda itu sangat sulit. Tetapi, apabila diantara mereka dapat menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, serta saling memperhatikan bahwa hak mereka adalah sama, terlebih itu mereka harus saling mempercayai serta berharap yang didalamnya terdapat muatan kasih, maka akan terciptalah keluarga yang harmonis. Dalam ayat diataspun terdapat kata-kata “tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” Maksudnya adalah hubungan suami-isteri sama dengan hubungan jemaat dengan Kristus, dimana kita beribadah harus ada muatan iman, pengharapan dan kasih. Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification